20 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komite Sekolah
2.1.1 Pengertian Komite Sekolah
Pengertian Komite Sekolahmenurut Permendikbud No. 75 Tahun 2016 adalahsebuah badan independen yang memiliki susunan anggota terdiri komunitas sekolah, orangtua/wali peserta didik, dan juga tokoh masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan. Anggota-anggota dan pengurus Komite Sekolah diharapkan memahami dan mengerti tentang dunia pendidikan, sehingga dapat mendukung langkah sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Ketua Komite juga sebaiknya dipilih diutamakan dari elemen orangtua/wali siswa aktif. Artinya, semestinya Ketua Komite Sekolah dipilih dari orangtua/wali yang anaknya masih aktif sebagai siswa di sekolah itu.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 56 ayat 3, Komite Sekolah/Madrasah adalah sebagai sebuah badan independen, yang ikut berperandalam mengembangkan pendidikan yang bermutu di sekolah, serta berkewajiban memberikan
21
pertimbangan, mengarahkan dan memberikan sokongan, serta mengawasi jalannya pendidikan di sekolah.Peran yang dijalankan oleh Komite Sekolah akan berjalan dengan baik apabila terjalin hubungan yang sinergi antara sekolah dan juga masyarakat.
Dukungan dari Komite Sekolah dapat berupa materi dan juga bukan materi. Dukungan bukan materi dapat berupa tenaga, buah pikiran, dan motivasi.
Menurut Danim dan Khairil (2012: 105), Komite Sekolah merupakan badan independen dan nonhierarkis. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sebagai insan mandiri, Komite Sekolah hanya patuh pada ketetapan-ketetapan yang mereka buat sendiri dalam lembaganya. Peraturan-peraturan di luar kesepakatan kelembagaan yang mereka buat akan mereka abaikan.
Komite Sekolahyaitu organisasi yang bertanggungjawab dalam menetapkantujuan, misi, dan visi sekolah. Menentukan dan melakukan pengawasanterhadap dana operasional dalam setiap tahun, melaksanakan, melakukan pengelolaan dan evaluasi,menetapkan serta meninjauimplementasi dan prosedur
22
penunjangkeberhasilan peserta didik (Boston Public School, 2013: 1). Apabila sekolah dapat melakukan implementasi sesuai dengan tujuan pendidikan, mampu menjalankan misi dan juga mengacu pada visi sekolah yang telah ditetapkan maka keberhasilan peserta didik akan semakin meningkat.
A. M. Khan, M. Dilshad, I. Khalid, dan M. T. Khan (2013:
15-26) menjelaskan bahwa Komite Sekolahbertanggungjawab dalam beberapa dimensidiantaranya adalah dari segi akademik, administratif, dan finansial sekolah. Dimensi dari segi akademik, yaitu Komite Sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan kepada peserta didik dalam meningkatkan kompetensi di bidang akademiknya, dengan melakukan perencanaan program-program dan kebijakan sekolah yang menunjang. Dimensi dari segi administratif yaitu, Komite Sekolah diharapkan mampu memenuhi tugas dan tanggungjawab secara keadministrasian dengan baik sesuai ketetapan yang diatur dalam undang-undang.
Dimensi dari segi finansial sekolah, artinya Komite Sekolah ikut andil bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi terhadap pengelolaan keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
23
pelaksanaan, pengorganisasian hingga pengawasan. Agar kebutuhan finansial sekolah dapat terpenuhi dengan baik, dan juga dapat dilakukan pertanggungjawaban atas pemanfaatannya secara transparan.
Frontier School Division in Manitoba Canada (2011: 21) menyatakanKomite Sekolahikut berkontribusi dalam tiga perspektifprogram sekolah yakni melakukan identifikasi terhadap fokus permasalah yang terjadi dan melakukan skala prioritas kemudian memasukkan dalam perencanaan sekolah multi-tahun, perencanaanbiaya, perencanaanpelaporan sekolah dan juga pelaporan masyarakat. Program perencanaan sekolah dilakukan dalam program untuk jangka pendek, program untuk jangka menengah dan program untuk jangka panjang. Program-program sekolah tersebut dimusyawarahkan bersama terkait dengan waktu pelaksanaan, penanggungjawab dan juga pendanaan yang dikeluarkan. Selain itu pelaporan juga dilaksanakan secara transparan, dalam kurun waktu yang tersusun secara berkala baik pelaporan kepada sekolah maupun kepada masyarakat.
24
Komite Sekolah harus berpijak pada prinsip dasar kontribusi masyarakatdalam melakukan peningkatan mutu dan layanan yang berkualitas serta hasil-hasil pendidikan di sekolah. Slameto (2015: 85) berpendapat bahwa sebagai upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, maka perlu dilaksanakan perihalberikut ini: (1) Mengadakan pendekatandengan mengajak masyarakat melaksanakan kebijakan yang menguntungkan masyarakat sendiri; (2) Meminta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan; (3) Mengajakpara pengikut tokoh-tokoh masyarakatuntukturut serta dalam melaksanakan kebijakan; (4) Meyakinkan masyarakat bahwa apabila mereka ikut berpartisipasi dalam melaksanakan kebijakan, maka kepentingan mereka juga dapat terlayani dengan baik; (5) Memupuk kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta dalam menetapkan kebijakan yang telah disetujui sebagai perwujudan pelaksanaan dan aspirasi dari masyarakat. Semua itu merupakan beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan dalam menarik perhatian masyarakat agar bersedia untuk ikut
25
berkontribusi secara aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di satuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator Komite Sekolah adalah badan mandiri, berbasis masyarakat, bertanggung jawab dalam administratif, akademik, finansial sekolah, menetapkan, memantau, mengelola anggaran operasional tahunan, mengkaji kebijakan, meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, kesimpulan yang dapat diambil ialah Komite Sekolah adalah badan independen yang menyalurkan aspirasi dari masyarakat, bertanggungjawab dalam administratif, akademik, finansial sekolah dari penetapan, pemantauan, pengelolaan, serta mengkaji kebijakan-kebijakan dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing di sekolah.
2.1.2 Peran dan Fungsi Komite Sekolah
UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 56 menerangkan tentangperan dewan pendidikan dan Komite Sekolah sebagai berikut: (a) meningkatkankualitas pelayanan pendidikan yang
26
meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Peran serta Komite Sekolah dalam ranah manajemen pendidikan, dimaksudkan agar pelayanan pendidikan yang berkualitas diterapkan mulai dari tahap awal dalam penetapan program dan kebijakan yang ada di sekolah, pelaksanaan program dan kebijakan yang telah direncanakan, serta pengawasan dan evaluasi terhadap program dan kebijakan yang diberlakukan; (b) meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dengan memberikan arahan, pertimbangan, dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pendidikan di tingkat kabupaten/kota,provinsi, dan nasional. Sebagai lembaga mandiri, Komite Sekolah harus mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sungguh-sungguh demi kemajuan kualitas pendidikan di sekolah; (c) peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, masukan, dan dukungan berupa tenaga, sarana, prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Segala saran, masukan dan dukungan dari Komite Sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
27
Peran Komite Sekolah menurut Kepmendiknas No.
044/U/2002 yaitu: (1) Badan pertimbangan (advisory agency) yakni memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. Dalam memberikan pertimbangan, Komite Sekolah memberikan masukan berupa saran, ide, gagasan terkait dengan kebijakan- kebijakan dan program-program sekolah. Pertimbangan dilakukan secara matang, tidak tergesa-gesa agar selaras dengan tujuan pokok pendidikan di sebuah sekolah; (2) Badan pendukung (supporting agency), sebagai badan pendukung Komite Sekolah memberikan berbagai dukungan berupapemikiran, tenaga, maupun materi. Dukungan dari Komite Sekolah sangat penting dalam usaha menciptakan peserta didik yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing; (3) Badan pengontrol (controlling agency) melakukan pengawasan ataspenyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengawasan yang dilakukan secara berkala akan memperlihatkan hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan pengawasan
28
yang dilakukan tanpa terjadwal dengan baik; (4) Badan penghubung (mediator agency) menjadi perantara dalam menyampaikan segala masukan dari sekolah dan juga masyarakat. Sebagai badan penghubung, Komite Sekolah harus selalu memperhatikan dan mempertimbangkan masukan-masukan agar lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan yang berdasarkan kepentingan orang banyak.
Peran serta Komite Sekolah menurut Nurkolis (2006: 127) yaitu: (1) menjadi penggerak, dengan mendirikanwadah kerja sama di bidang pendidikan salah satunya adalah dengan membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); (2) sebagai informan dan penghubung, maksudnya adalah memberikan informasi, harapan dan kepentingan masyarakat dengan sekolah dan juga memberikan informasi tentang keadaan sekolah, baik kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki oleh sekolah sehingga masyarakat dapat memahami kondisisecara riil; (3) sebagai koordinator, melakukan koordinasi agar peserta didikmemiliki kesempatan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat; dan (4) sebagai pengusul, maksudnya adalah memberikan usul/saran
29
kepada pemerintah daerah agar melakukan pembiayaan pendidikan demi kemajuan mutu dan pelayanan .
Maketh (2015: 17-18) menyebutkan Komite Sekolah ikut berperan serta dalam membina hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk dalam melakukan penyaluran bantuan dari masyarakat kepada sekolah. Hal tersebut dimaksudkan agar pembelajaran di sekolah menjadi lebih kondusif dan nyaman.
A. M. Khan, M. Dilshad, I. Khalid, dan M. T. Khan (2013:
15-26) menerangkanfungsi Komite Sekolah di Pakistan sebagai badan penghubung yaitu ikut berperan serta dalam membantu mengadakan pertemuan-pertemuansetidaknya ada 10 kali pertemuan yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam kurun waktu satu tahun antara wali siswa dengan guru dan mengadakan pertemuan berkala setiap bulan yang dihadiri oleh semua anggota Komite Sekolah.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator peran Komite Sekolah yaitu mutu layanan pendidikan, pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, penghubung, dan masyarakat.
30
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai peran Komite Sekolah yaitu sebagai sebuah badan yang menjadi perantara masyarakat dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan di satuan pendidikan.
Menurut Permendikbud No. 75 Tahun 2016 Pasal 2, Komite Sekolah berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Fungsi Komite Sekolah, dijalankan secara professional, mandiri, demokratis, akuntabel, dan gotong- royong.Sunil Kumar (2016: 3878) menyebutkan fungsi Komite Sekolah adalah memantau kinerja sekolah, memberikan pertimbangan terhadapperencanaan pengembangan sekolah, meninjau bantuan keuangan dari pemerintah, dan melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menyatakan tentang fungsi dan tugas Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang termuat pada Pasal 196 ayat (1) yaitu Komite Sekolah/madrasah bertugas dan bertanggungjawab untukmenumbuhkembangkan kualitas pelayanan pendidikan.
Pasal 196 ayat (2) mengandung penjelasan tentangpelaksanaan
31
wewenang, tugas, dan tanggungjawab oleh Komite Sekolah dilakukan secara professional dan mandiri. Pada pasal 196 ayat 3 disebutkan bahwa dalam menjalankan fungsinya, Komite Sekolah/Madrasah mendengarkan segala masukan dari masyarakat berupa keluhan, kritik, saran, dan juga aspirasi dari masyarakat. Komite Sekolah/Madrasah juga melakukan tindaklanjut terkait peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan. Tidak mengabaikan masukan-masukan yang bertujuan untuk memajukan sekolah.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator fungsi Komite Sekolah adalah meningkatkan mutu pelayanan pendidikan, memonitor kinerja sekolah, merekomendasikan rencana pengembangan sekolah, memantau bantuan dana dari pemerintah.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, fungsi Komite Sekolah antara lain: mengembangkan kualitas pelayanan pendidikan, memonitor kinerja sekolah, merekomendasikan rencana pengembangan sekolah, memantau bantuan dana dari pemerintah.
32 2.1.3 Tugas Komite Sekolah
Menurut Permendikbud No. 75 Tahun 2016 Pasal 3, Komite Sekolah bertugas untuk: (a) menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja Sekolah.(b) mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (c) memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait: 1) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS); 2)kriteria kinerja Sekolah; 3)kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain 4)kebijakan dan program Sekolah; dan 5)kriteria fasilitas pendidikan di Sekolah.(d)menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif.
Nemes (2013: 77 - 78) berpendapat bahwa salah satu tugas Komite Sekolah adalah memonitoring pembangunan gedung atau
33
sarana dan prasarana. Pengawasan yang dilakukan bertujuan agar dalam membangun dan mengelola sarana dan prasarana lebih akuntabel dan juga transparan, sehingga dapat lebih dipertanggungjawabkan.
Nyandoro, Mapfumo, dan Makoni (2013: 262) menyebutkan beberapa tugas Komite Sekolah yang berkaitan dengan peran Komite Sekolah sebagai pendukung antara lain: melakukan penggalangan dana yang diperlukan dalam mengembangkan sekolah, melakukan pemeliharaan gedung, pemeliharaan ruang kelas, menyediakan bahan ajar dan mebeler.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator tugas Komite Sekolah antara lain: memberikan pertimbangan, menggalang dana dan sumber daya pendidikan, mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah, menindaklanjuti segala bentuk aspirasi.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tugas Komite Sekolah yaitu memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, menggalang dana dan sumber daya pendidikan
34
lainnya dari masyarakat, mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah, menindaklanjuti segala bentuk aspirasi dalam bentuk keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari masyarakat dalam pengembangan sekolah.
2.1.4 Tujuan Pembentukan Komite Sekolah
Menurut Mulyasa (2014: 135), tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah sebagai berikut: (a) menampung dan mengembangkan partisipasi para stakeholders pendidikan pada tingkat sekolah untuk ikut serta dalam merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan sekolah dan meningkatkan kualitas pelayanan peserta didik secara berimbang dan terbuka; (b) menampung partisipasi para stakeholders untuk ikut serta dalam tata kelola sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing; (c) menampung partisipasi individu maupun kelompok yang peduli kepada kualitas pendidikan secara profesional dan juga proporsional sebanding dengan kebutuhan sekolah; (d) menjembatani dan ikut menyebarluaskan kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang mempunyai keterlibatan dan kewenangan di tingkat daerah.
35
Menurut Khairuddin (2011: 119) tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai berikut: (a) menampung dan menjembatanitujuan serta ide dan gagasan masyarakat dalam menetapkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (b) meningkatkan komitmen dan kontribusi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c) mewujudkan suasana dan kondisi yang terbuka, akuntabel, dan demokratis dalam pelaksanaan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator tujuan pembentukan Komite Sekolah yaitu wadah partisipasi para stakeholders pendidikan dalam merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan memonitor pelaksanaan kebijakan sekolah, manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya. Mewadahi individu maupun kelompok sukarela pemerhati atau pakar pendidikan yang peduli kepada kualitas pendidikan, menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta
36
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah sebagai wadah partisipasi baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas di sekolah, turut serta memasyarakatkan kebijakan-kebijakan pendidikan di sekolah secara transparan, akuntabel, dan demokratis.
2.2 Evaluasi Kinerja 2.2.1 Evaluasi
Menurut Wirawan (2012:17) pengertian evaluasi adalah sebagai observasi yang dilakukan untukmengakumulasi, menelaah, dan menyampaikan informasi yang bermanfaat tentang objek evaluasi, memberikan penilaian dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek
37
evaluasi. Informasi yang diperoleh harus informasi akurat dan dapat dipertanggungjwabkan, dikarenakan menjadi dasar dari pengambilan suatu keputusan. Standar evaluasi merupakan aspek penting dalam evaluasi. Standar evaluasi sangat membantu evaluator dalam memahami kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam evaluasi.
Senada dengan Wirawan, Arifin (2012: 2) mengatakan evaluasi merupakan teknik yang terstruktur dan berkelanjutandalam menetapkan kualitas atas pertimbangan dan kriteria tertentu dalam mencapai sebuah keputusan. Kriteria diartikan sebagai batas minimal dalammenilai sebuah keberhasilan. Kriteria harus dilakukan oleh para evaluator, dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami latar belakang dari permasalahan yang akan dievaluasi. Arikunto (2010: 2) mengatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan pengakumulasian informasi, yang digunakan untuk menetapkan subtitusi dalam mengambil sebuah kebijakan. Fokus pendapat ini adalah terletak pada pengumpulan fakta-fakta yang dijadikan pilihan dalam pengambilan sebuah keputusan. Kondisi riil
38
menjadi dasar evaluasi dapat berjalan sesuai harapan sehingga tercapai target sesuai dengan yang diinginkan.
Dari uraian di atas, bahwa evaluasi merujuk pada suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan, menyusun kebijakan,dan menentukan program lanjutan. Kegiatan evaluasi harus dilakukan berdasarkan kondisi yang sebenarnya sehingga evaluasi dapat berjalan sesuai tujuan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
2.2.2 Kinerja
Menurut Abdullah (2013: 331), kinerja merupakan hasil kerja suatu organisasi, yang dilakukan oleh karyawan dengan maksimal sesuai dengan petunjuk dan arahan yang diberikan oleh pimpinannya, sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh karyawan dalam mengembangkan kreatifitas, inovasi, sikap dan pola pikir dalam menyelesaikan pekerjaan.
Budiyanto (2013:57) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan proses penyesuaian terhadap standar pekerjaan dan pengukuran/pemberian nilaiatas pekerjaan yang telah
39
dilaksanakan dengan menggunakan barometer standar kerja yang telah ditetapkan.
Uno Hamzah, dan Lamatenggo (2012:118) mengatakan bahwa kinerja merupakanderajat perilaku dan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara perorangan sesuai dengan cita- cita dan harapan atau tujuan dari organisasi.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator dari pengertian kinerja adalah hasil kerja/penilaian, parameter, tercapai tujuan.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah proses penilaian hasil kerja sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2.3 Evaluasi Kinerja
Menurut Dharma (2010: 14), evaluasi kinerja berarti suatu unsur absah yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam melakukan penilaian atas kinerja pegawai secara koheren yang ditentukan oleh organisasi.
40
Menurut Abdullah (2014: 5), evaluasi kinerja (performance appraisal), merupakan prosedur evaluasi formal dari suatu
organisasi yang dipakai untuk melakukan pengukuran atas kinerja individu (karyawan) dalam suatu periode waktu tertentu, dengan caramelakukan perbandingan dengan standar kinerja yangsudah disepakati dan ditentukan terlebih dahulu sebelumnya.
Menurut Wirawan (2012: 11), evaluasi kinerja yaitusebuah proses yang dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap kinerja yang dilakukan secara sahih, untuk menilai kinerja seseorang/lembaga dengan membandingkan standar kinerja yang telah ditetapkan secara berkala dengan maksud untuk membantu menetapkan keputusan manajemen tentang sumber daya manusia.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat dianalisis bahwa indikator dari evaluasi kinerja adalah sistem formal, organisasi, evaluasi kinerja individu, periodik, perbandingkan standar kerja.
Berdasarkan kajian analisis dari pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja yaitu sistem formal dari sebuah organisasi dalam melakukan evaluasi kinerja kepada
41
individu yang dilakukan secara periodik dengan cara membandingkan standar kerja yang telah disepakati.
2.2.4. Evaluasi Kinerja Lembaga
Pengertian kinerja atau performance menurut Moeheriono (2010: 60) adalah gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi, organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Menurut Yasmil Anwar dan Adang (2013: 198), lembaga adalah suatu format yang stabil, terstruktur, dan mapan sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi peranan yang menjalankan fungsi masyarakat secara terus menerus dan berulang-ulang.
Kinerja lembaga adalah suatu usaha yang dilakukan oleh lembaga dalam rangka untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Baik berupa hasil kerja maupun proses kerjanya.
Menurut Agus Dharma (1991: 46) dalam bukunya yang berjudul manajemen prestasi kerja dalam mengukur kinerja sebuah lembaga terdapat tiga kriteria utama yaitu: (1) pengukuran kuantitas, melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau
42
pelaksanaan kegiatan. Hal ini berkaitan dengan banyak pekerjaan yang diselesaikan, jumlah yang harus diselesaikan. (2) Pengukuran kualitas, yang melibatkan perhitungan keluaran yang mencerminkan “tingkat kepuasan” yaitu seberapa baik penyelesaiannya yang berkaitan dengan mutu hasil pekerjaan. (3) Pengukuran ketepatan waktu, merupakan jenis pengukuran khusus yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan atau pekerjaan.
2.3. Kajian Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian tentang Evaluasi Kinerja Komite Sekolah di SD Negeri Tuntang 02:
Penelitian Mawan Kriswantono dan Muhyadi (2013: 79) yang berjudul ”Implementasi Peran Komite Sekolah di SD Negeri Sumberporong 03 Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang“.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa Komite Sekolah di SD Negeri Sumberporong 03 telah melaksanakan perandan fungsinya dengan baik sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, serta badan penghubung. Namun, dari segi
43
pengawasan kebijakan dan program-program yang ada di sekolah, belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini dikarenakan kesibukan masing-masing anggota Komite Sekolah dalam menjalankan tuntutan pekerjaan sehari-hari yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Penelitian A. Mustadi, E. Zubaidah, dan S. Sumardi (2016:
320) yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pada tahap input dan perencanaantentang program implementasi peran Komite Sekolah, belum dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Persentase penilaian sebanyak 36% dengan kategori cukup.Sedangkan pada tahapan proses implementasi peran program Komite Sekolah, sudah dilaksanakan dengan baik dengan persentase penilaian sebesar 58%. Tahapan yang terakhir yaitu evaluasi keterlaksanaan program, memiliki persentase sebesar 47%, sehingga masuk dalam kategori cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi Mulyono dan P.
Pardjono (2014: 402) yang berjudul “Peran Komite Sekolah
44
dalam Penyelenggaraan Pendidikan SMK di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalahbahwa Peran Komite Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan SMK Negeri dan Swasta di Kabupeten Lamongan secara keseluruhan telah terlaksana dengan baik. Peran Komite Sekolah yang mendapatkan nilai paling tinggi yaitu sebagai badan pertimbangan, kemudian selanjutnya peran sebagai badan pendukung, dan sebagai badan penghubung, sedangkan peran yang mendapatkan penilaian paling rendah adalah sebagai badan pengontrol/pengawas. Peran Komite Sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan SMK swasta secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Dhuta Sukmayoga dan Muhyadi (2013: 32) dengan judul “Keefektifan Peran Komite Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalahtentang rendahnya kompetensi pengurus, kurangnyya kesadaran akan tugas dan tanggungjawab serta belum tercukupinya dana operasional Komite Sekolah dalam memenuhi kebutuhan
45
organisasi baik di daerah pedesaaan maupun di perkotaan di Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara.
Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hanafi dan Mufti Ma’sum (2015: 66) yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Pendidikan: Peran Komite Sekolah pada Sekolah Menengah Kejuruan”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalahperan Komite Sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency) dan juga badan pendukung (supporting agency) sudah dilaksanakan dengan baik. Namun peran Komite Sekolah sebagai badan pengawasan (controlling agency) dan juga badan penghubung (mediator agency) belum
dilaksanakan secara optimal, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi secara maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suteng Sulasmono dan Murjini (2017: 119) yang berjudul “Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalahbahwa kinerja Komite Sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency) dan badan pendukung (supporting agency) di SD Negeri Sukomarto Jumo
46
Temanggung sudah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi, masih terdapat kelemahan pada kinerja Komite Sekolah sebagai badan pengawasan (controlling agency) dan juga badan penghubung (mediator agency) yang masih mendapatkan penilaian dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan karena Komite Sekolah belum melaksanakan perannya secara optimal, sehingga perlu peningkatan pada aspek yang belum memenuhi kriteria .
Penelitian yang dilakukan oleh Joyce Nyandoro, John Mapfumo, dan Richard Makoni (2013: 271) yang berjudul
“Effectiveness Of School Development Committees In Financial Management In Financial Management In Chimanimani West Circuit Primary School In Zimbabwe”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keefektifan Komite Sekolah dalam menjalankan manajemen keuangan di Sekolah Dasar Chimanimani Barat Circuit (Manicaland Province, Zimbabwe).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Survei Deskriptif. Langkah-langkah pelaksanaannya yaitu dengan memberikan kuesioner kepada enam pengembangKomite
47
Sekolah. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Komite Sekolah tidak secara efektif dan efisien melakukan pengelolaan dana bagi sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan pengelolaan manajemen keuangan dalam beberapa aspek seperti: penyusunan dan pembuatan anggaran, inventarisasi aset yang dimiliki oleh sekolah, serta kurangnya pengawasan diberbagai bidang.
Penelitian yang dilakukan oleh Helen Abadzi (2013: 115- 132) “Schoolbased Management Committees in Low- Incomecountrie”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar peran Komite Sekolah terhadap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di Negara-negara miskin. Kesimpulan dalam penelitian ini adalahmenunjukkan tentang rendahnya kualitas peran Komite Sekolah di negara-negara miskin, dikarenakansebagian besar dari mereka tidak memiliki waktu untuk menjalankan peran dan tanggungjawab dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, dan jugakurangnya pengalaman dalam melakukan pengelolaan sekolah.
48
Penelitian yang dilakukan oleh Ravik Karasidi, Rahesli Humona, Atik Catur Budiati, dan Waskito WidiWarjono (2013:
1-6) yang berjudul “Parent Involvement on School Committees as Sosial Capital to Improve Student Achivement”. Penelitian ini membahas tentang pentingnya partisipasi orangtua dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peran Komite Sekolah. Penelitian ini didapati tiga temuan kualitatif yaitu: 1) sebagian besar partisipasi orangtua terhadap sekolah, hanya sebatas partisipasi terhadap pemenuhan kebutuhan secara materiil saja, 2) sebagian besar orangtua siswa beranggapan bahwa pendidikan anak merupakan tanggungjawab sekolah secara menyeluruh, 3) orangtua dengan kesibukan masing-masing cenderung tidak mempedulikan perkembangan proses belajar mengajar anak-anaknya.
Penelitian yang dilakukan oleh A.T. Alabi, A.I. Mustapha, A.
Y. Abdul Kareem (2012: 4) yang berjudul“Utilization of Committee System and Secondary School Principals’
Administrative Effectiveness in Ilorin Metropolis, Nigeria”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa dengan
49
memanfaatkan peran Komite Sekolah dengan baik, maka akantercipta hubungan yang harmonis dengan sekolah sehingga dapat mengoptimalkan hasil pendidikan sehingga berimbas kepada peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggita Primastuti (2019: 9) yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Anak Tunarungu di SLB B Karnnamanohara”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalahbahwa peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SLB B Karnnamanohara secara keseluruhan dinilai masih tergolong rendah, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 48,94%. Peningkatan kualitas peran Komite Sekolah di SLB B Karnnamanohara, masih perlu dimaksimalkan lagi agar mutu pembelajaran di satuan pendidikan menjadi lebih baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelliraharti (2018: 24) yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu Pendidikan”.Kesimpulan dalam penelitian ini adalahbahwa dengan membina hubungan yang harmonis antara sekolah dengan
50
Komite Sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah sehingga proses pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian, kompetensi peserta didik dapat meningkat serta menghasilkan output lulusan yang produktif dan berkualitas.
Hasil-hasil penelitian di atas, menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Letak persamaannya adalah beberapa penelitian memiliki persamaan dalam meneliti tentang peran Komite Sekolah, yaitu sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengawasan (controlling agency), dan badan penghubung (mediator agency). Namun dalam menjalankan tugas, peran dan fungsinya, masing-masing Komite Sekolah memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya.
Letak perbedaannya penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah perbedaan tentang peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan dalam menentukan peran maupun kinerja Komite Sekolah. Penelitian- penelitian terdahulu sebagian besar mengacu pada Kepmediknas
51
No. 044/U/2002 sedangkan peneliti menggunakan acuan terbaru tentang Komite Sekolah yaitu Permendikbud No. 75 tahun 2016.
Kepmendiknas No. 044/U/2002 menyebutkan tentang peran Komite Sekolah diantaranya adalah sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengawasan (controlling agency), dan badan
penghubung (mediator agency). Sedangkan dalam acuan terbaru Permendikbud No. 75 Tahun 2016, disebutkan tentang tugas Komite Sekolah yaitu: (a) memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait: 1) kebijakan dan program Sekolah; 2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS); 3) kriteria kinerja Sekolah; 4) kriteria fasilitas pendidikan di Sekolah; dan 5) kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain; (b) menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; (c) mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai
52
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (d) menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja Sekolah.
2.4 Kerangka Berpikir
Sejak pertama kali dibentuk Komite Sekolah di SD Negeri Tuntang 02 sekitar 12 tahun yang lalu, belum pernah diadakan evaluasi kinerja Komite Sekolah. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan Komite Sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini yaitu Permendikbud No. 75 Tahun 2016. Evaluasi kinerja, akan dapat mengetahui sejauh mana Komite Sekolah berkontribusi terhadap sekolah dalam menentukan pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan yang ada di sekolah, melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat, mengawasi pelayanan pendidikan. Selain itu juga untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan guna menindaklanjuti berbagai keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari masyarakat.
53
Dampak positif yang bisa diambil dari hal ini adalah, Komite Sekolah dapat menjadikan sebagai moment introspeksi diri bagi kinerja dan keanggotaan Komite Sekolah yang dibentuk. Dengan demikian, hasil evaluasi kinerja Komite Sekolah di SD Negeri Tuntang 02 dapat dijadikan untuk rekomendasi, kinerja Komite Sekolah harus diperbaiki atau dilanjutkan. Diperbaiki dengan mengacu pada hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dengan memaksimalkan kinerja-kinerja sebelumnya dan menambah program kerja yang belum ada. Pilihan lain adalah melanjutkan program kerja yang telah ada, dan meningkatkan kembali pelayanan mutu pendidikan di sekolah dengan pengawasan dari Komite Sekolah
54
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Evaluasi Kinerja Komite Sekolah di SD Negeri Tuntang 02
Tugas Komite Sekolah (Permendikbud No 75 Tahun 2016)
Hasil Evaluasi
Rekomendasi
Perbaikan Tindak Lanjut Evaluasi
Kinerja Komite Sekolah dalam memberikan pertimbangan penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Evaluasi
Kinerja Komite Sekolah dalam mengawasi pelayanan pendidikan.
Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam
menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi.
Evaluasi Kinerja Komite Sekolah dalam
menggalang
dana dan
sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat.