• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Permainan Telepon Kaleng untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penerapan Permainan Telepon Kaleng untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Anak Kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LABURASSENG KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ASTUTI NIM: 20900118080

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Astuti

NIM : 20900118080

Tempat/Tgl. Lahir : Laburasseng/ 10 November 2000 Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Pondok Matakka

Judul : Penerapan Permainan Telepon Kaleng Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian, atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 18 Oktober 2022 Penyusunan.

Astuti NIM : 20900118080

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penerapan Permainan Telepon Kaleng Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng, Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, para sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjihad di jalan-Nya.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan semoga dapat bernilai ibadah disisi Allah swt. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta ayahanda Hammatang dan ibunda Halia yang telah membesarkan, mendidik, dan membina penulis dengan penuh kasih sayang dan selalu mendoakan penulis. Kepada keluarga dan teman-teman, penulis mengucapkan terimakasih yang memotivasi dan mendorong penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat penulis menuntut ilmu.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag. M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Sabir U, M.Ag., Wakil Dekan Bidan Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Ilyas, M.Pd., M.Si.,

(5)

v Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. H. Ulfiani Rahman, M.Si. dan Wahyuni Ismail, M.Si., Ph.D. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, beserta staf prodi yang telah memberikan layanan yang baik kepada penulis selama melaksanakan perkuliahan.

4. Umi Kusyairy, S.Psi., M.A. dan Eka Damayanti, S.Psi., M.A. Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan arahan, koreksi, dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. Dahlia Patiung, M.Pd. dan Suharti, S.Pd., M.Pd. Penguji I dan Penguji II yang telah memberikan koreksi serta saran dalam perbaikan skripsi ini.

6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara riil memberikan sumbangsinya baik langsung maupun tidak langsung.

7. Kepala TK Mulia Desa Laburasseng, para guru serta karyawan dan karyawati TK Mulia Desa Laburasseng yang telah memberi izin dan bersedia membantu serta melayani penulis dalam proses penelitian.

8. Adik-adik peserta didik kelompok B yang telah bersedia menjadi responden dalam proses penelitian.

9. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini angkatan 2018, yang telah membantu dan memberikan pengalaman dalam proses perkuliahan dan penyelesaian studi ini.

10. Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis selama kuliah hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun, senantiasa diharapkan. Akhir kata penulis berharap semoga karya

(6)

vi

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri dan semua pembaca. Aamiin.

Samata-Gowa, 25 Juli 2022 Penulis,

Astuti

NIM: 20900118080

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Definisi Operasional Variabel ... 5

D. Kajian Pustaka ... 5

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Keterampilan berbicara ... 10

B. Permainan Telepon Kaleng ... 19

C. Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Desain Dan Lokasi Penelitian ... 26

B. Populasi Dan Sampel ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 30

(8)

viii

viii

E. Prosedur Penelitian ... 34 F. Teknik Analisis Data ... 34 BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37 B. Hasil Penelitian ... 38 C. Pembahsan ... 56 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Implikasi ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Peneilitan ... ... 28 Tabel 3.2 Sampel Peneilitan... ... 29 Tabel 4.1 nilai pretest keterampilan berbicara pada anak kelompok B sebelum di

berikan permainan telepon kaleng ... ... 39 Tabel 4.2 perolehan nialai pretest pada anak kelompok B di setiap masing-masing

indikator ... ... 40 Tabel 4.3 nilai statistik deskriptif keterampilan berbicara pada anak kelompok B ... ... 43 Tabel 4.4 Kategorisasi pretest keterampilan berbicara pada anak kelompok B ... ... 45 Tabel 4.5 Nilai posttest keterampilan berbicara pada anak kelompok B setelah di

berikan permainan telepon kaleng ... ... 47 Tabel 4.6 Perolehan nilai posttest pada anak disetiap masing masing indikator ... ... 48 Tabel 4.7 Nilai statistik deskriptif posttest preketerampilan berbicara pada anak

kelompok B ... ... 51 Tabel 4.8 Kategorisasi posttest keterampilan berbicara pada anak kelompok B .. 54 Tabel 4.9 Perolehan Nilai Pretest-Posttest Pada Masing Masing Anak ... 54 Tabel 4.10 Nilai pretest dan posttest keterampilan berbicara pada anak kelompok B

TK Mulia Desa Laburasseng melalui permainan telepon kaleng ... ... 56

(10)

x

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Kategori Presentase (Pre-Test) Keterampilan Berbicara Pada

Anak Kelompok B ... 45 Grafik 4.2 Kategori Presentase (Post-Test) Keterampilan Berbicara Pada

Anak Kelompok B ... 53 Grafik 4.3 Perolehan Nilai Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Dan

Setelah Diberikan Permainan Telepon Kaleng ... 55

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Permainan Telepon Kaleng ... 21

(12)

xii

xii ABSTRAK Nama : Astuti

NIM : 20900118080

Judul : Penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Skripsi ini membahas tentang penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kec. Libureng Kab. Bone. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui gambaran keterampilan berbicara sebelum diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia. 2) Mengetahui gambaran keterampilan berbicara setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia. 3) Mengetahui perbedaan rata-rata keterampilan berbicara sebelum dan setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis deksriptif. Populasi pada penelitian ini adalah kelompok B1 dan B2 dengan jumlah 18 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel random sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelompok B1 dengan jumlah sampel 10 anak. instrumen penelitian ini menggunakan pedoman observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan:(1) keterampilan berbicara sebelum diterapkan permaian telepon kaleng pada anak di kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng memperoleh nilai range sebesar 5, nilai mean sebesar 17,2, nilai standar deviasi sebesar 1 dan nilai varians sebesar 1. (2) keterampilan berbicara setelah diterapkan permaian telepon kaleng pada anak di kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng memperoleh nilai range sebesar 7 mean sebesar 28,7, nilai standar deviasi sebesar 2, dan varians sebesar 5,3. (3) Terdapat perbedaan rata-rata keterampilan berbicara pada anak usia kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng dengan diterapkannya permainan telepon kaleng yang dibuktikan dengan nilai setelah melakukan permainan telepon kaleng diperoleh sebesar 28,7 lebih tinggi dari sebelum melakukan permainan telepon kaleng yaitu 17,2 dengan selisi 11,5. Artinya terdapat peningkatan keterampilan berbicara melalui permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

Impilkasi penelitian berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permainan telepon kaleng dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B. Oleh karena itu peneliti dapat dijadikan pertimbangan dan referensi bagi masyarakat, khususnya orangdan pendidik di TK Mulia untuk menerapkan permainan telepon kaleng untuk mengembangkan terampilan berbicara.

Kata kunci: permainan telepon kaleng, keterampilan berbicara

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan individu yang berada pada rentang usia 0-8 tahun.

Mereka berada pada masa usia dini yang sering disebut dengan istilah “golden age”

atau masa ke emasan berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu perlu adanya rangsangan dari luar untuk mendukung masa keemasan pada anak, agar perkembangannya lebih meningkat yaitu dengan memberikan pendidikan anak usia dini. Program pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang menentukan terbentuknya kepribadian anak. Proses pendidikan usia dini secara tidak langsung terjadi sejak anak masih dalam kandungan, masa bayi hingga anak berumur kurang lebih delapan tahun.1 Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.2

Perkembangan anak usia dini mencakup berbagai aspek. Aspek-aspek yang menstimulasi perkembangan anak yaitu aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan sosial emosional, aspek perkembangan moral dan agama, dan aspek perkembangan seni.

1 Soegeng Santoso, (2014), Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta Timur: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia), h. 11

2Yuliani Nuraini Sujiono, (2009), Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT indeks), h. 6.

(14)

2

Salah satu potensi anak usia dini yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam keterampilan berbicara yaitu perkembangan bahasa anak. Kondisi bahasa anak memang sangat menjadi perhatian perkembangan bahasa anak akan mempengaruhi kehidupan mereka dimasa mendatang. Sehingga mengetahui perkembangan bahasa anak, memaksimalkan perkembangan bahasa anak serta pentingnya perkembangan bahasa anak menjadi suatu keharusan untuk dipahami. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan alat komunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda isyarat.3

Keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan guru lebih mengfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Tidak jarang, anak juga merasa belum paham dengan apa yang dibicarakan, serta berbicara tanpa disertai mimik muka yang tepat. Keterampilan berbicara penting bagi anak, sebab berbicara bukan hanya sekedar pengungkapan kata atau bunyi saja tetapi dengan berbicara anak dapat mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya.4

Allah berfirman dalam surah QS Ar-Rahman ayat 1- 4:























Terjemahan

(Tuhan) yang maha pemura, yang telah mengajarkan Al-Quran, dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. (Quran surah Ar- Rahman: 1-4)

Allah swt. Berfirman tentang karunia dan rahmatnya kepada hamba hambanya, bahwa dia telah menurunkan Al Quran kepada Muhammad, Rasul-Nya,

3 Mursid. .(2015). Belajar dan Pembelajaran PAUD. Hlm 8

4Suhartono. (2005), Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, (Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasiona), h. 21.

(15)

untuk disampaikan kepada semua hambanya dan umat manusia yang ada dipermukaan bumi. Dia telah mengajarkan Al Quran dan memudahkan bagi hambanya untuk menghafalkannya, memahaminya serta merenungkan hikma-hikma dan pelajaran-pelajaran yang dikandungnya. Dia dengan rahmatnya telah menciptakan manusia dan dibekali dengan kepandainya berkata dan berucap.5

Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada kepala sekolah di TK Mulia desa Laburasseng Kec. Libureng Kab. Bone pada tanggal 25 November 2021 menginformasikan bahwa permainan telepon kaleng yang telah diberikan kepada peserta didiknya, masih ada diantara mereka yang kurang berkembang keterampilan berbicaranya. Hal ini ditandai ketika anak ingin menyampaikan sesuatu masih ada yang kaku untuk mengungkapkannya. Pada Saat bermain telepon kaleng, ada anak yang langsung mampu berbicara dan ada juga yang masih tinggal diam. Temuan awal penelitian menunjukkan permainan telepon kaleng kurang efektif mendorong keterampilan berbicara anak. Situasi tersebuat membuat guru belum mengintegrasikan semua aspek yang penting pada permainan telepon kaleng. Karena pada dasarnya permainan telepon kaleng yang dilakukan secara efektif akan berpengaruh baik terhadap peningkatan berbicara anak.

Observasi pada peserta didik kelompok B di TK Mulia desa Laburasseng Kec.

Libureng Kab. Bone. Mengungkapkan permainan telepon kaleng belum sepenuhnya dilakukan karena : 1) dimasa pendemi covid-19 peserta didik diharuskan belajar dirumah, sehingga permainan telepon kaleng belum sepenuhnya dilakukan. 2) guru jarang memberikan telepon kaleng kepada peserta didiknya. 3) pada saat

5Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, 2003), Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier, (Surabaya: PT Bima Ilmu), h. 392.

(16)

4

pembelajaran online dilakukan akibat covid-19, guru belum sepenuhnya menjelaskan kepada orangtua peserta didik terkait manfaat permainan telepon kaleng jika dilakukan oleh peserta didik selama dirumah.

Permainan telepon kaleng merupakan permainan yang membutuhkan kemampuan bercakap cakap, sehingga dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak, khususnya bahasa lisan (percakapan).

Sehingga permainan telepon kaleng diharapkan akan mengembangkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B usia 5-6 tahun.

Berdasarkan sejumlah pemaparan diatas maka peneliti, tertarik untuk meneliti tentang permasalahan yang ada dengan judul penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK Mulia Desa Laburasseng Kec.Libureng Kab. Bone.

B. Rumusan Masalah

Pada uraian deskripsi tersebut maka peneliti menuliskan pokok permasalahan yaitu “penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK Mulia Desa Laburasseng Kec.Libureng Kab.Bone”.

Berdasakan pokok permasalah tersebut peneliti dapat merumuskan sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kemampuan keterampilan berbicara sebelum diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecematan Libureng Kabupaten Bone?

2. Bagaimana gambaran kemampuan keterampilan berbicara setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecematan Libureng Kabupaten Bone?

(17)

3. Apakah ada perbedaan keterampilan berbicara sebelum dan setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecematan Libureng Kabupaten Bone?

C. Definisi Operasional Variabel

Peneliti ingin memperjelas penafsiran dan pembahasan sesuai judul diatas agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan. Untuk memperjelas pembahasan dan penafsiran judul, maka peneliti memaparkannya sebagai berikut:

1. Permainana telepon kaleng adalah transmisi suara jenis akustik (suara tanpa listrik), yang dibutuhkan untuk komunikasi sederhana ini adalah dua kaleng yang berhubung dengan benang atau kawat dan media semacamnya. Telepon kaleng ini digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak.

2. Keterampilan berbicara adalah kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain dengan mengunakan media yang berupa simbo-simbol fonetis.

Simbol-simbol fonetis sendiri merupakan perangkat bunyi-bunyian yang bermakna. Indikator ketercapaian keterampilan berbicara dapat dilihat dari PERMENDIKBUD pada anak kelompok B khusus kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak yaitu Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat- predikat- keterangan), dan memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide dan perasaan pada orang lain.

D. Kajian Pustaka

Pertama Suciwati (2014), skripsi dengan judul “meningkatkan berbahasa anak melalui permainan telepon kaleng kelompok B TK Al Hidayah II Tanjunganom

(18)

6

Grogol Sukaharto Tahun pelajaran 2013/2014” metode penelitian ini menggunakan analisis penelitian tindakan kelas yang terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa pada anak diambil melalui metode observasi. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B dengan jumlah anak 24 anak dan guru TK Al Hidaya 11 Tanjungananom.

Relevansi antara penelitian Suciwati dengan penelitian yang sedang dikaji adalah keduanya sama sama meneliti tentang permainan telepon kaleng anak. Adapun perbedaannya terletak pada jenis penelitiannya, penelitian Suciwati menggunakan penelitian analisis penelitian tindakan sedangkan pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif.

Kedua Zulfa Ulinuha (2015) skripsi dengan judul “penerapan pembelajaran TPS dengan media telepon kaleng ditunjauh dari kemampuan komunikasi tema peristiwa alam kelas 1 SDN Mojolangu 2 Malam”. Menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas 1 SDN Majolangu 2 Malang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengamtan (observasi), wawancara, tes tertulis, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data adalah reduksi data, pemyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Relevansi antara penelitian Zulfa Ulinuha dengan penelitian yang sedang dikaji keduanya sama sama meneliti permainan telepon kaleng kaleng. Adapun perbedaanya terletak batas usia, penelitian Zulfa Ulinuha berfokus pada siswa kelas 1 SD sedangkan pada penelitian ini berfokus pada TK kelompok B usia 5-6 tahun.

Ketiga Eva Nabila Andriana (2016), skripsi dengan judul “pengaruh permainan telepon kaleng terhadap kemampuan berbicara anak usia 4-5 tahun di TK

(19)

Negeri Pembina 3 Kota Pekanbaru”. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi. Teknik anaslis data menggunakan uji t- test dengan menggunakan program SPSS18.0.

Relevansi antara penelitian Eva Nabila Andriana dengan penelitian yang sedang dikaji keduanya sama sama membahas tentang Permainan telepon kaleng.

Adapun perbedaanya terletak pada batas usia, penelitian Eva Nabila Andriani berfokus pada usia 4-5 tahun sedangkan pada penelitian ini berfokus pada usia 5-6 tahun

Keempat Puput Kurnia (2012), skripsi dengan judul “pengaruh permainan telepon bambu terhadap kemampuan berbicara anak kelompok A TK AL Ittihat Ngoro Mojokerto”. Penerapan ini menggunakan desain penelitian prexperimental Desidn dengan jenis one group pre-test and post-test design.Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini jenjang Wilcoxon.

Relevansi antara penelitian Puput Kurnia dengan penelitian yang sedang dikaji keduanya sama sama membahas tentang kemampuan berbicara anak. Adapun perbedaanya terletak pada batas usia, penelitian Puput Kurnia berfokus pada kelompok Ausia 4-5 tahun sedangkan penelitian yang dikaji berfokus pada B usia 5-6 tahun.

Kelima Yustika Isnaini (2013), dengan skripsi berjudul “pengembangan kemampuan berbicara melalui penelitian bisik berantai pada anak kelompok B TK Bakti I Gagaksipat Boyolali 2013/2014”. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi.Teknik analisis pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif koperatif dan deskriptif interaktif.

(20)

8

Relevansi antara penelitian Yustika Isnaini dengan penelitian yang sedang dikaji keduanya sama sama meneliti tentang kemapuan berbicara anak. Adapun perbedaanya terletak pada jenis permainannya, penelitian Yustika Isnaini menggunakan permainan bisik berantai sedangkan penelitian yang dikaji menggunakan permainan telepon kaleng.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Untuk memahami dan mengarahkan pelaksanaan penelitian dan mengumukakan masalah pada pembahasan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka perlu dikemukakan dan kegunaan penelitian.

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran kemampuan keterampilan berbicara sebelum diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

b. Untuk mengetahui gambaran kemampuan keterampilan berbicara setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

c. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berbicara sebelum dengan setelah diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng Kecamatan Libureng Kabupaten Bone proses bermain telepon kaleng dalam mengembangkan keterampilan berbicara anak kelempok B.

2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis

Kegunaan teoritis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang pendidikan anak usia dini.

(21)

b. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1) Bagi orang tua

Orang tua dapat memperhatikan perkembangan anak dan dapat menerapkan metode bermain dalam belajarnya supaya anak tidak bosan dan orang dapat melihat sikap sosial.

2) Bagi guru

Diharapkan peniliti ini guru dapat melakukan intropeksi diri untuk mengembangkan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Merupakan orang tua kedua ketika disekolah.

3) Bagi sekolah

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan wajah baru tentang pengembangan sikap sosial dengan metode permainan tradisional supaya dapat diwujudkan lembaga-lembaga PAUD.

(22)

10 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikan dengan baik dan benar. Dengan demikian kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam menyampaikan informasi secara lisan.6

Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh murid dan semua dalam kegiatan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Sesorang memilki keterampilan berbicara yang baik, akan memilki kemudahan dalam pergaulan, baik dirumah, disekolah maupun ditempat tinggal. Dengan keterampilannya segala pesan yang disampaikan akan mudah dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar.

Keterampilan berbicara adalah kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol yang fonetis.

Simbol-simbol fonetis sendiri merupakan perangkat bunyi-bunyi yang bermakna.

Sesuai dengan Depdiknas hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, prestasi laporan, diskusi protokoler, dan pidato serta berbagai karya sastra yang berbentuk cerita pendek,novel remaja, puisi dan drama.

6 Kusyairi, (2020). Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII MTs Nahdlatun Nasyiin Kadur dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together (NHT) Tahun pelajaran 2019/2020. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran. 9 (1): 1-11

(23)

Memilki keterampilan berbicara yang dibayangkan. Banyak orang yang tampil menuangkan gagasan kedalam bentuk lisan. Pokok pembicaraan cukup menarik, tetapi karena penyajian kurang menarik, hasilnya kurang memuaskan.

Sebaliknya walaupun topik kurang menarik, tetapi karena disajikan sedemikian rupa topik itu dapat menarik pendengar. Oleh sebab itu, untuk terampil bicara formal diperlukan latihan dan pengarahan secara intensif.

Keterampilan berbicara dengan media pembelajaran, murid diharapkan bisa menjadi lebih aktif berinteraksi dengan teman sekelompoknya. Interaksi dalam pembelajaran mengenai materi atau tugas yang diberikan untuk diselesaikan secara bersama-sama, sehingga secara tidak langsung keterampilan berbicara anak dapat meningkat dan mempunyai peluang yang sama untuk meningkatkan kemampuan berbicara mereka.

Kemampuan berbicara merupakan salah satu perkembangan pada diri anak yang diperlihatkan dengan bisa mengekspresikan pikiran dengan bahasa yang dapat dipahami oleh orang sekitar anak, misalnya bahasa lisan.7 Ernawulan mengungkapkan bahwa perkembangan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sambung. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana berbahasa sederhana, cara berbicara mereka telah lancar, dapat mengerti dan mencakup mengikuti tata bahasa masih melakukan kesalahan berbahasa.

7G Maidar Arsjad & Mukti. (2009), Pembinaan kempuan kerbicara Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga), h. 65.

(24)

12

2. Aspek-Aspek Keterampilan Berbicara

Hurlock mengatakan bahwa keterampilan berbicara meliputi aspek-aspek yaitu:

a. Pengucapan

Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya.

Perbedaan ketepatan pengucapan tergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara kedalam suatu kata yang berarti perbedaan logat disebabkan karena meniru model yang pengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak.

b. Pengembangan kosa kata

Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan kosa kata yang dimilki. Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena pembelajaran arti baru bagi kata-kata lama.

c. Keterampilan vokal

Keteramapilan vokal adalah kemampuan anak untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara hati.

Berdasarkan standar tingkat pencapaian perkembangan aspek (STPPA) yaitu pada anak kelompok B khusus kemampuan mengungkapkan bahasa pada anak yaitu Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat- predikat- keterangan), dan memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide dan perasaan pada orang lain.

(25)

3. Stimulasi Untuk keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Bicara melainkan penting dalam kehidupan anak. Bicara dapat memberikan pengaruh yang besar bagi penyelesaian sosial dan pribadi anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan terhadap cara anak dalam belajar berbicara. Pada saat melatih bicara ada hal yang perlu diherhatikan oleh orang tua dan pendidik.

Secara umum ada tiga metode belajar berbicara yaitu trial and error, meniru model, dan pelatihan masing-masing memberikan hasil yang berbeda.8 Oleh karena itu, diperlukan perhatian besar terhadap cara belajar anak dalam berbicara, sehingga diperoleh hasil seperti yang diharapkan secara sosial.9

Biasakan memberikan dorongan terus agar anak berbicara lebih banyak.

Hingga ia mampu bercakap cakap dengan teman, guru, dan orang lain. Didalam bercakap cakap, anak masih tetap memerlukan bimbingan dari guru ataupun orang tua dirumah.10

Berikut stimulasi untuk malatih berbicara anak usia dini : a. Melatih anak untuk berbicara

1) Berbicara kepada anak sebanyak mungkin dan sesering mungkin, dengan penuh kasih sayang walaupun ia belum bisa menjawab

2) Komentar terhadap perasaan anak 3) Menanyakan perasaan ibu/ayah 4) Komentar keadaan anak

5) Komentar perilaku anak

8Trianto, (2011), Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/ RA Dan Anak Kelas Bawah SD/. (Jakarta) h. 17.

9Trianto, (2011), Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/ RA Dan Anak Kelas Bawah SD/MI. (Jakarta) h. 18.

10Danar Santi, (2009), Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori Dan Praktek, (Jakarta:

Indeks), h. 55.

(26)

14

6) Bercerita tentang benda disekitar anak

7) Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan pada anak

8) Bercerita tentang kegiatan yang sedang dilakukan ibu, ayah atau pendidik b. Dengarkan suara anak, berikan jawaban atau pujian

Ketika anak berbicara atau bersuara (walaupun tidak jelas, segera kita menoleh atau memandang kearah anak dan mendengarkan suara anak seolah-olah kita mengerti maksudnya. Pandangan matanya, tirukan suaranya, berikan jawaban atau pujian, seolah olah anak mengerti jawaban kita. Bicara kepada anak harus jelas dan spesifik sesuai dengan kemampuan mereka dalam memahami istilah. Berilah penghargaan atas usahannya untuk berubah dengan ucapan terimah kasih yang tulus dan penuh kasih sayang.11

Dari penjalasan diatas maka perlunya dukungan atau penerimaan dari pendidik ke anak. Jika anak mengetahui bahwa pendidik menerima apa adanya, hal ini akan memungkinkan anak untuk tumbuh, berubah dan merasa nyaman akan dirinya sendiri. Dan jika anak telah merasa nyaman kemungkinan anak akan bergaul dengan baik.

1) Bermain sambil berbicara 2) Menyanyi sambil bermain

3) Menonton TV bersama anak sambil menyebutkan nama-nama benda, tokoh atau kejadian yang terlihat di TV

4) Banyak berbicara panjang jalan seketika bepergian

5) Bermain dengan anak yang lebih jelas dan langcar bicaranya.

11A Martuti, (2004), Pengelolaan PAUD: Memahami 36 Sifat Pendidik Yang Menghambat Pembelajaran, (Batul: Kreasi Wacana), h. 140.

(27)

4. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak

Cara yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak antara lain:

a. Orang tua harus memberikan stimulus untuk mempengaruhi kemampuan otak anak yang pada akhirnya akan bermuara pada keterampilan berbicara anak dalam mengelolah kata-kata dan berbicara.

b. Selalu mengajak anak ngobrol ketika membantu memakaikan pakaian atau kebutuhan dirinya yang lain. Berawal dari anak sering mendengar banyak pertanyaan, maka sebagai orang dewasa harus banyak mengajaknya berbicara.

Hal ini akan merangsang otak anak yang berkaitan dengan bahasa anak.

c. Berbicara tentang segala sesuatu yang dilakukan. Ketika seorang dewasa sedang melakukan sesuatu, beri tahu dan ceritakan pada anak tentang aktivitas tersebut.

d. Melatih anak untuk melakukan pilihan. Berikan alternatif pilihan dengan menunjukan dua hal penamaan kepada mereka, misalnya “mau apel atau pisang”. Hal ini akan membuat anak untuk lebih memahami konsep nama makanan dan anak dapat melakukan pilihan terhadap apa yang diinginkan.

e. Mengajari anak untuk mencatai buku. Caranya mengajak anak ke perpustakaan, toko buku, pameran dan sebagainya. Kemudian mendorong anak untuk membeli buku sendiri yang disukainya. Setelah itu lakukan diskusi kecil tentang buku yang baru dibeli anak. Dengan cara ini, selain kosa kata anak bertambah, lewat buku kemampuan kognitif anak juga turut terasa.

f. Meminta anak untuk menceritakan kembali pengalamannya disekolah. Selain bercerita secara langsung, anak juga bisa menulis dalam catatan harian mereka.

(28)

16

g. Memberikan banyak kesempatan kepada anak, karena anak butuh waktu untuk memproses dan menyerap apa yang dikatakan oleh orang dewasa dan menanggapinya. Oleh karena itu berikan kesempatan kepada anak agar mereka dapat memproses dan memberi respon pada perkataan, dan jangan mendesaknya.

Upaya disekolah untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak disekolah, antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan berbicara anak juga dapat diasah melalui kegiatan bermain telepon kaleng. Aktivitas yang sering digelar untuk menggabungkan pelajaran bahasa dan kognitif.

b. Membuat kurikulum berbahasa pada anak. Kurikulum ini membahas tentang aktivitas, tujuan, dan cara penyajiannya sehingga kita dapat mengenali potensi akal pada setiap anak, perkembangan indra pada anak, dan cara menstimulasi serta pengoptimalannya dalam menyerap kejadian serta mengasah kecepatan mengindra dari kejadian yang akan disimpan dalam otak anak.12

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Keterampilan Berbicara a. Faktor pendukung dalam keterampilan berbicara

Faktor-faktor yang menjadi pendukung keterampilan berbicara yaitu :13 1) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan

Bila pembicara tidak dapat menentukan pengetahuan mereka tentang persoalan yang disampaikan, atau pendengar terdiri dari berbagai lapisan umur dan pengetahuan rata-rata dari pada pendengar tersebut.

12Nugraha Ali, (2007), Kurikulum Dan Bahasa Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka), h.

110.

13Imn Sutarjo, (2010), Pembelajaran Bahasa Daerah, (Surakarta : program DMS Tarbiyah STAIN), h.113-114.

(29)

2) Minat dan keinginan pendengar

Pembicara agar dapat menguasai massa, pembicara selayaknya mengetahui apa yang diinginkan pendengar terutama kebutuhan yang menghubungkan pendengar dengan topik pembicaraan.

3) Sikap pendengar

Pembicara apabila sudah mengetahui motif, minat, dan keinginan para pendengar, berarti ia sudah dapat menganalisa atau mengetahui sikap mereka terhadap topik pembicaraan garis besar pendengar akan bersikap menaruh simpati atau apatis.

Beberapa faktor lain yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara yaitu:

1) Faktor kebahasaan

Faktor kebahasaan meliputi pelafan, diksi, kelancaran, intonasi dan ritme.

2) Faktor non-kebahasaan

Faktor non-kebahasaan meliputi sikap, pandangan, keterbukaan, mimik, kenyaringan, kelancaran dan penggunaan topik.

b. Faktor penghambat dalam meningkatkan keterampilan berbicara

Aida Nur Aminah mengemukakan bahwa hambatan-hambatan yang ditemui ketika seseorang sedang berbicara adalah sebagai berikut:14

1) Keberanian, kepercayaan diri

Dale carniage menyatakan bahwa hampir semua orang mampu berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh publik, kalau dia mempunyai rasa percaya diri dan sebuah ide yang mendidik dan membara didalam dirinya. Cara mengembangkan

14Leni Dahlia, Kemampuan Berbicara Menggunakan Bahasa Indonesia Anak Usia 5-6 Tahun, (FKIP UNTAN,2013).

(30)

18

rasa percaya diri ialah dengan mengerjakan hal ditentukan dan diperoleh satu catatan dan pengalaman orang-orang sukses. Hambatan berbicara dapat diatasi dengan adanya pemaksaan dan pelatihan yang dilakukan terus menerus.

2) Rasa grogi, gugup

Rasa grogi, gugup bisa dimulai oleh sebagian orang pada saat berbicara, terlebih berbicara didepan umum. Rasa grogi dan gugup dapat muncul karena ketidak siapan dengan bahan pembicara.

3) Gejala-gejala yang tertekan

a. Gejala fisik ditunjukan seperti detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar atau sulit berdiri dengan tenang dimuka pendengar, suara yang gemetar gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pinsang, kesulitan untuk bernafas, dan mata berair atau berlendir.

b. Gejala mental. Gejala ini tumbul seperti tidak menyadari mengulang kata, kalimat atau pesan, dan ketidakmampuan mengingat isi pembicaraan dan merupakan hal-hal penting.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara anak yaitu dengan pemberian stimulasi atau rangsangan. Pemberian stimulasi atau rangsangan tersebut tentunya dilakukan dengan kegiatan bermain salah satunya adalah permainan tradisional. Hal ini sesuai dengan pendapat danar bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi keterampilan berbicara dengan memberikan dorongan agar anak berbicara lebih banyak. Hingga ia mampu bercakap-cakap dengan teman, guru, dan orang lain. Didalam bercakap cakap, anak masih tetap memerlukan bimbingan dari guru ataupun orang tua dirumah.15

15Danar Santi, (2009), Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori Dan Praktek, (Jakarta:

Indeks), h. 55.

(31)

B. Permainan Telepon Kaleng

1. Pengertian Permainan Telepon Kaleng

Permainan telepon kaleng merupakan permainan tradisional yang sering dimainkan oleh jaman dahulu dengan menggunakan alat dan bahan yang mudah dijumpai oleh anak, seperti kaleng bekas dan benang untuk bahannya. Permainan telepon kaleng merupakan permainan tradisional yang berbentuk dari kaleng yang digunakan untuk permainan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman mainnya.16

Salsabila mengungkapkan bahwa permianan telepon kaleng adalah permainan tradisional yang menggunakan alat berupa dua buah kaleng yang dihubungkan dengan menggunakan tali dan bersifat transmisi suara sejenis akustik (suara tanpa listrik). Permainan ini dimainnka oleh dua orang anak yang saling bergantian untuk berbicara dan mendengarkan. Permainan telepon kaleng diyakini berasal dari negara inggris, permainan ini awalnya ditemukan oleh Robert Hooke. Awalnya telepon kaleng adalah sebuah alat komunikasi sebelum ditemukannya telepon listrik. Namun setelah ditemukannya telepon listrik, telepon kaleng justru popular diberbagai tempat Indonesia dan menjadi sebuah permainan yang sering dimainkan oleh anak-anak.17

Permainan telepon kaleng adalah permainan tradasional sedeharna dan menyenangkan untuk anak yang digunakan untuk media pembelajaran pada anak usia dini. Pembelajaran dengan permainan telepon kaleng sejenis kegiatan dan konsep belajar sambil bermain. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang- ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seorang anak.18 Anak-

16Imas Kurniasari, (2012), Kumpulan Permainan Interaktif Untuk Meningkatkan kecerdasan anak, (Jogjakarta: cakrawalan), h. 40.

17Kurniati E, (2016), Permainan Tradisional Dan Perannya Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak, (Jakarta:Prenadamedia Group).

18Novi Indrianti, (2008), Kesulitan Bicara Dan Bahasa Pada Anak, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 20.

(32)

20

anak cenderung menggunakan permainan sebagai cara untuk menyelidiki dan berdaya cipta, kreatif dan penasaran. Bermain adalah kegiatan yang memakan sebagi besar waktu dan energi dan terus menerus menyerap serta menggairakan mereka.19

Anak-anak bermain bukan karena mereka tahu bahwa bermain akan membantu mereka belajar, tetapi karena mereka mendapat kesenangan dengan melakukannya. Bermain merupakan kegiatan utama selama waktu berkembang dimana manusia berada dalam tahap paling mudah menerima pengetahuan, menjadikannya alat yang ideal untuk pembelajaran. Selain itu bermain dapat dianggap dapat mengembangkan fungsi-fungsi yang tersembunyi dalam diri seseorang dan sebagai sarana latihan untuk mengaborasikan keterampilan yang diperlukan disaat dewasa.

Dalam permainan telepon kaleng anak-anak hanya menggunakan alat sederhana namun mempunyai pengaruh dan manfaat untuk kemampuan bercerita khususnya kemampuan berbahasa. Dalam permainan dapat melatih kemampuan anak sekaligus melatih kemampuan berbicara (bahasa lisan) dengan baik dan benar melalui dialog dengan teman yang dilakukan dengan menggunakan telepon kaleng sebagai alat komunikasi.

2. Alat, bahan dan cara Membuat Permainan Telepon Kaleng Alat dan bahan yang diperlukan adalah:

a. Kaleng bekas b. Benang wol c. Gunting d. cat

19Wendy L.Ostroff, (2013), Memahami Cara Anak Anak Belajar, ( Jakarta: PT Indeks), h.

25.

(33)

e. kuas

Cara membuat:

a. Siapkanlah 2 buah kaleng bekas yang sudah dibersihkan

b. Lubangilah dasar dari kedua kaleng tersebut dengan menggunakan paku dan palu

c. Potong benang menggunakan gunting sepanjang 8-10 meter

d. Hubungkan masing-masing ujung benang bangunan ke dasar kaleng dengan cara memasukkan ujung benang lubang Ikatlah ujung benang

e. Supaya hasilnya lebih bagus, hias telepon kaleng dengan cat

f. Setelah dihias regangkan tali hingga lurus/kencang dan mulailah melakukan percakapan dengan temanmu melalui kaleng tersebut.20

Gambar 2.1 Permainan Telepon Kaleng

3. Cara Bermain Telepon Kaleng

a. Siswa diminta untuk mencari pasangan bermain yang terdiri dari 2 siswa.

20Kurniati, E, Permainan Tradisional dan Perannya Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2016).

(34)

22

b. Setelah mendapat, siswa diminta untuk maju kedepan dengan membawa selembar kertas yang sudah diberi nama kelompok. Kertas akan dibawah oleh siswa yang berperan sebagai pendengar.

c. Satu siswa akan berperan juga sebagai pembicara dengan bimbingan guru. Siswa yang berperan sebagai pembicara akan menyampaikan huruf atau angka-angka yang telah diberikan oleh guru yang nantinya akan disampaikan kepada pendengar melalui telepon kaleng.

d. Tugas pendengar akan menulis kembali huruf atau angka angka yang telah disampaikan oleh pembicara. Setelah semua huruf atau angka angka selesai disampaikan, maka kertas akan diberikan kepada guru untuk dilakukan penilaian dan seterusnya sampai semua siswa melakukan permainannya.

4. Manfaat Permainan Telepon Kaleng

Permainan telepon kaleng bukan hanya sekedar sebagai hiburan bagi anak- anak, melainkan ada manfaat didalamnya yang bisa mengembangkan kemapuan pada diri anak seperti:

a. Mengasah kemampuan berkomunikasi, anak dapat berbicara dan menyusun pembicaraan sesukannya

b. Mempraktekkan keterampilan sosial, emosional dan intelektual yang anak butuhkan dalam kehidupan dunia nyata pada anak

c. Merefleksikan pemahaman anak akan lingkungan sosialnya d. Senang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain e. Mengembangkan data imajinasi pada anak.21

21Sylvia Sasrawati, (2009), Aneka Permainan Bayi Dan Anak, (Jogjakarta: Kata Hati).

(35)

5. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Telepon Kaleng

Muzdalifah menyebutkan kelebihan permainan telepon kaleng, yaitu:

a. Lenih hemat biaya b. Bisa dibuat sendiri c. Mudah didapat

d. Menunjukkan adanya keterampilan proses e. Dapat meningkatkan keterampilan berbicara

Kekurangan telepon kaleng a. Tidak dapat berkomukasi jarak jauh b. Sulit dikontrol

c. Siswanya ribut

Berdasarkan pemaparan ahli tersebut, peneliti menyimpulkan kelebihan permainan tradisional telepon kaleng adalah meningatkan kemampuan beerbahasa anak serta melatih untuk berbicara dengan bahasa yang baik dan benar melalui dialog dengan teman yang dilakukan dengan telepon kaleng sebagai alat komunikasi

6. Penerapan Telepon Kaleng Untuk Meningkatkan Kerampilan Berbicara Anak

Kita dapat mendengar suara karena adanya gelombang suara yang merambat diudara. Pada telepon kaleng ini, gelombang suara merambat melalui benang yang ditegangkan. Sedangkan pada benang yang direnggangkan (dikendurkan), kita akan dapat mendengar suara, Karena tidak ada gelombang suara dari sumber suara yang merambat melalui benang ke penerima suara (pendengar). Semakin kencang kita

(36)

24

tegangkan, maka gelombang suara dari sumber suara yang merambat melalui benang ke penerima suara (pendengar) akan semakin jelas.22

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir adalah gambaran yang terhubung dengan variabel bebas dan variabel terikat yaitu permainan telepong kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak. Karena kerangka pikir bersifat konseptual bila dikaitkan dengan beberapa faktor yang telah dipersepsi sebagai suatu masalah yang penting. Jadi kerangka pikir adalah suatu penjelasan teori secara garis besar.

Dengan aspek keterampilan berbicara yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi pelafan, diksi, kelancaran, intonasi dan ritme. Sedangkan faktor non kebahasaan meliputi sikap, pandangan, keterbukaan, mimik, kenyaringan, kelancaran dan penggunaan topik.

Anak harus mampu menggunakan telepon kaleng untuk mencapai dua faktor dalam aspek keterampilan berbicara sehingga dapat ditemukan pengaruh atau tidaknya pengaruh dalam penerapan telepon kaleng untuk meningkatkann keterampilan berbicara anak.

Telepon kaleng diajarkan sebagai salah satu alat bermain sekaligus sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dan dari sinilah peneliti berinisiatif melakukan penelitian untuk mengetahui penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B

22Suciwati, (2013), Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Permainan Telepon Kaleng Kelompok B TK AL Hidayah Tanjungan Grogol Sukoharjo.

(37)

Variabel Y

Permainan Telepon Kaleng Variabel X

Keterampilan berbicara

Aspek keterampilan berbicara

1. Faktor kebahasaan 2. Faktorn non kebahasaan

Permaainan Telepon Kaleng 1. Ketepatan ucapan 2. Tekanan

3. Diksi

4. Ketepatan struktur 5. Kalimat

6. Pelafalan 7. Sikap 8. Pandangan 9. Keterbukaan 10. Mimik 11. Kenyaringan 12. Kelancaran 13. Penggunaan topik

(38)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan, Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian, yang diarahkan untuk tujuan memperoleh penjelasan yang luas, tentang fenomena yang ditetapkan sebagai objek penelitian. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariable. Variabel-variabel ini diukur dengan menggunakan instrument penelitian sehingga data yang terdiri angka-angka dapat dianalisis prosedur statistik.23

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan keterampilan berbicara anak sebelum dan setelah permainan telepon kaleng. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada satu kelompok. Pada penelitian ini, yang diamati berupa keterampilan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan berupa pemberian stimulasi permainan telepon kaleng. Keterampilan berbicara anak diukur sebelum dan setelah perlakukan.24

3. Lokasi penelitian

Pemilihan lokasi sangat penting dalam rangka mempertanggung jawabkan data yang di ambil. Adapun lokasi dalam penelitian ini di laksanakan di TK Mulia Desa Laburasseng, Kecematan Libureng, Kabupaten Bone, objek dalam peneilitan ini yaitu penerapan permainan telepon kaleng untuk meningkatkan keterampilan

23 Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, Cv).

24 Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit: Alfabeta.

26

(39)

berbicara, maka dari itu peneliti pengajak peserta didik untuk mengenal kembali perminan telepon kaleng.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitin untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, terapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek-obyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau objek itu.25 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari himpunan semua objek atau individu yang menjadi bahan pembicaraan atau bahan studi oleh peneliti Menurut Rumidi, populasi adalah keselurahan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tententu dan sama.26

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di TK Mulia Desa Laburasseng Kecematan Libureng Kabupaten Bone terdiri dari dua kelas yakni B1 dan B2 dengan jumlah keseluruhan peserta didik kelompok B sebagai berikut:

25Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, Cv).

26Arikunto, ( 2002), Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi revisi V, (Jakarta:Rhineka Cipta), h. 208.

(40)

28

Tabel 3.1 Jumlah populasi

Kelompok Jumlah peserta didik

B1 10

Bᶾ 8

Jumlah 18

2. Sampel

Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel diambil apabila populasi penelitian memiliki jumlah yang banyak, dan peneliti sulit mengambil semua karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.27 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.28

Teknik sampling yang digunakan peneliti ini adalah sampel random sampling.

Sampel random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dipopulasi.29 Setelah dilakukan sampel randong sampling maka kelas yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu kelompok B1. Hal ini sering digunakan apabila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 anak. Sampel peneliti ini berjumlah 10 anak dari kelompok B1 yang berada di TK Mulia Desa Laburasseng Kecematan Libureng Kabupaten Bone. Jumlah sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

27Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, Cv).

28Suharsimi Arikunto, (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (jakarta:Rineka), h. 174.

(41)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Kelompok Jumlah peserta didik

Perempuan Laki laki

B1 4 6

Jumlah 10

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Observasi

Sudaryono mengatakan bahwa observasi merupakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian untuk melihat secara dekat kegiatan yang dilakukan.

Jika objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, dan kejadian kejadian alam.30 Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung pada subjek yang diteliti, dengan melihat fenomena dan tingkah laku subjek yang diteliti ditempat yang diamati, sehingga dapat memahami tingkat pencapaian perkembangan berbicara anak dalam kehidupan sehari hari

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tulisan, film, dan gambar yang dapat diberikan

30Sudaryono, (2017), Metodologi Penelitian, (Jakarta : Rajawali Pers), h. 216.

(42)

30

informasi bagi proses penelitian. Dimana metode pencarian data saat ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa menganggu objek.31

D. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati, agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.32

1. Pedoman observasi

Tabel 3.1

Lembar pengamatan penilaian keterampilan berbicara

Variabel Indikator Deskripsi Penilain ket

BB MB BSH BSB Kemampuan

mengungkapkan bahasa pada anak

1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks

1.1anak mampu menjawab pertanyaan seperti “halo apa kabarmu”

1.2 anak mampu menjawab pertanyaan seperti “kamu lagi dimana”

31Iman Gunawan, (2015), Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 179-180.

32Sugiono, (2017), Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta), h. 83.

(43)

2. Berkomunikasi secara lisan dan memiliki perbendaharaan kata

2.1 anak mampu bercakakap- cakap dengan temannya tanpa ragu- ragu dan malu seperti

“pada saat anak berbicara anak tidak gugup dan malu

2.2 anak mampu mengungkapkan kalimat yang meiliki kosakata yang baik dan benar sperti “ selamat pagi, selamat malam, sampai jumpa lagi

3. Menyusun kalimat sederhana dalam stuktur lengkap

3.1 anak mampu mengungkapkan kalimat

sederhana yan berstruktur seperti “aku akan

(44)

32

kerumahmu sebentaruntuk bermain telepon kaleng

3.2 anak mampu mengungkapkan kalimat

sederhana yang berstruktur seperti “aku bermain telepon kaleng disekolah 4. Memiliki

banyak kata kata untuk mengespresikan ide atau

perasaan pada orang lain

4.1 anak mampu mengungkapan ide atau

pemikirannya setelah pulang sekolah kita akan bermain telepon kaleng 4.2 anak mampu mengungkapkan perasaanya pada orang lain “ perasaan senang setelah

melakukan

(45)

permainan telepon kaleng

Sumber: PERMENDIKBUD NO. 137 TAHUN 2014 (LAMPIRAN 1) STANDAR ISI PAUD, h. 31, Desember 2015.

Keterangan:

BB : belum berkembang MB : mulai berkembang

BSH : berkembang sesuai harapan BSB : berkembang sangat baik

Konversi nilai skor dari indikator pengamtan BB : 1 BSH : 3

MB : 2 BSB : 4 2. Dokumentasi

Dokomentasi adalah mencari data mengenai hal hal yang ada hubungannya dengan masalah yang hendak peneliti kaji, berupa catatan, natulen rapat, agenda, dan data lain yang bersifat dokumenter.33 Juga merupakan proses pencarian, pengumpulan dan penyediaan data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh. Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen- dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat penelitian berlangsung.

33 Suharsimi Arikanto, (2022), Prosedur penelitian suatu pendekatakan praktek, (jakarta:

rineka cipta), h. 206.

(46)

34

E. Prosedur Penelitian

Adapun tahap-tahap prosedur pengumpulan data dalam penelitian, sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Yaitu tahap awal sebelum memulai suatu kegiatan sebelum peneliti langsung ke lapangan untuk mengumulkan data, seperti mengurus surat izin untuk mengadakan penelitian di lokasi yang telah ditentukan.

b. Tahap penyusunan

Tahap yang dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, penyusunan yang dimaksud berupa penyusunan instrument penelitian dan rubrik penilaian yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.

c. Tahap pelaksanaan

Melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan data konkrit dengan menggunakan variabel-variabel yaitu pemberian skala kepada peserta didik.

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan ialah kuantitatif statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berhubungan bagaimana cara menggambarkan, menguraikan, menjabarkan, atau mendeskripsikan data agar mudah dipahami. Statistik deskriptif juga berhubungan dengan berbagai teknik penyajian, pengorganisasian, pengumpulan, penyederhanaan, dan pengumpulan data ke bentuk yang lebih mudah dimengerti, seperti contoh dalam bentuk grafik atau tabel. (Berikut langkah-langkah dalam penyusunan distibusi frekuensi sebagai berikut)

(47)

a. Menghitung rentangan atau daerah jangkauan (Range)

Keterangan:

J : daerah jangkauan (Range)

: Nilai terbesar

b. Rata-rata hitung (mean)

̅

Keterangan:

X : Mean

Xi : Nilai tiap data N : Jumlah data c. Standar deviasi

̅ √

Ketengan:

S : stanfar deviasi Xi : Nilai tiap data

X : Mean N : Jumlah data d. Varians

(48)

36

e. Menghitung kategorisasi

Untuk mengkategorikan penerapan permainan telepon untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B TK Mulia maka digunakan kategorisasi variabel berjenjang dengan mengacu pada sebaran dan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut:

Rendah : x < (𝜇 − 1,0 (𝜎))

Sedang : (𝜇 − 1,0 (𝜎)) ≤ < (𝜇 + 1,0 (𝜎)) Tinggi : x ≥ (𝜇 + 1,0 (𝜎)).

keterangan:

x: skor mental sampel

𝜇: rata rata dsitribusi dalam populasi 𝜎: deviasi standar distributor populasi34

34 Awang Andi. (2022). Peningkatang Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Outbound Giring Balon Peserta Didik Kelas B Raudaatul Athfal Alauddin Makassar.

(49)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Mulia terletak di dusun temmateno Desa Laburasseng, Kec. Libureng Kab. Bone. Sekolah ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok A dan B, dan terdiri dari 2 kelas yaitu 1 kelas A dan 2 kelas B. Adapun nama kepala sekolahnya ialah Suati, S.Pd. AUD. M.Pd. Fasilitas sekolah terdiri dari ruang belajar, kantor, toilet, alat bermain (indoor dan outdoor), taman dan lemari.

TK Mulia meliki Visi yaitu terciptanya sumber daya manusia yang beriman, bertakwah, berbudi luhur, berakhlak mulia, berbudi pekerti, jujur cerdas dan terampil.

Adapun misi yaitu 1) meningkatkan kualitas tenaga usia dini, 2) menyiapkan dan memaksimalkan penggunaan dan prasarana dan pembelajaran, 3) mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, budi pekerti pada usia dini, 4) memperluas kesempatan belajar pada anak usia dini, 5) meningkatkan efektifitas pengolahan pelajaran, 6) mengembangkan atau melestarikan lingkungan sekolah.

Selain visi misi TK Mulia juga memiliki tujuan yaitu 1) membentuk pribadi dengan menanamkan nilai- nilai moral budi pekerti, etika dengan harapan setelah dewasa menjadi insan yang berguna bagi dirinya sendiri, nusa, bangsa dan agama, 2) siswa memilki dasar dasar pengetahuan, kemampuan, keterampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, 3) Siswa kreatif, terampil untuk mengembangkan dirinya terus menerus.

(50)

38

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran keterampilan berbicara sebelum diberikan permainan telepon kaleng pada anak kelompok B

Hasil penelitian pada anak kelompok B menunjukkan bahwa keterampilan berbicara pada anak dikelompok B yang berjumlah 10 anak sebelum diberikan permainan telepon kaleng yaitu belum terlihat efektif. Hal ini terlihat dari data yang dihasilkan peneliti melalui pengamatan pada saat anak diminta untuk melakukan percakapan.

Data yang diperoleh untuk melihat gambar keterampilan berbicara anak yaitu dari instrumen penelitian yang berupa pedoman observasi keterampilan berbicara pada anak kelompok B. Penelitian yang dilakukan terhadap keterampilan berbicara anak kelompok B yaitu 8 butir pengamatan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaaan Nomor 137 Tahun 2014, dengan menggunakan 4 skala penilaian yaitu, pertama BB (anak belum bisa) dengan nilai 1, MB (anak sudah mulai bisa tetapi masih sering kali terdapat kesalahan) dengan nilai 2, BSH (anak sudah bisa sesuai dengan harapan) dengan nilai 3 dan BSB (anak sudah bisa berbicara dengan sangat baik) dengan nilai 4. Hasil pretest pada penelitian Ini di laksanakan pada tanggal 18 juli 2022.

Berdasakan penelitian yang saya lakukan di TK Mulia Desa Laburasseng terdapat beberapa anak yang belum berkembangan keterampilan berbicaranya sebelum diberikan permainan telepon kaleng pada peserta didik kelompok B.

(51)

Berikut adalah hasil penelitian pretest:

Tabel 4.1

Nilai pretest keterampilan berbicara pada anak kelompok B sebelum diberikan permainan telepon kaleng

No Nama Anak Nilai Pretest

1 AH 15

2 DS 20

3 RA 16

4 AD 17

5 MD 16

6 RR 16

7 RA 18

8 MA 19

9 MR 18

10 AR 17

Keterampilan berbicara pada anak kelompok B Berdasarkan tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman observasi keterampilan berbicara pada anak kelompok B TK Mulia Desa Laburasseng sebelum diberikan permainan telepon kaleng.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian upaya meningkatkan kemampuan berbahasa melalui permainan telepon gelas pada anak kelompok A2 TK Islam Bakti VI Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran

Permainan pesan berantai dapat digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak TK karena sesuai dengan karakteristik anak yaitu suka bermain.. Dengan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan senam dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak kelompok B.2 TK Aisyiyah Palur I Palur Mojolaban Sukoharjo.. Kata kunci:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kreativitas melalui permainan menyusun balok pada anak kelompok B TK Islam Terpadu Sabilillah Dompilan Sukoharjo

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B.. DI TK PERTIWI BLANCERAN KARANGANOM KLATEN

Adanya hubungan yang positif antara pola asuh demokratis dengan keterampilan berbicara anak TK Kelompok B di Kelurahan Mororejo Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman dapat

Kemampuan membaca anak usia dini kelompok B di TK Cendekia Mulia Surabaya dalam hal membaca huruf vokal dan konsonan, membaca huruf yang dirangkai menjadi suku

Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua tentang seberapa baik kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sesudah permainan menara