• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi yang menjadi latar belakang Kondisi yang menjadi latar. peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kondisi yang menjadi latar belakang Kondisi yang menjadi latar. peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi SD Negeri 154 Palembang

Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar

Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VI Pada Pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat ( AKSI 1)

Penulis Hairul Juardi, S.Pd

Tanggal 24 Agustus 2022

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Kondisi yang menjadi latar belakang

Pembelajaran matematika merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika, sehingga pemahaman konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dapat dipelajari dengan baik oleh peserta didik. Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang saya lakukan selama ini, saya menggunakan buku peserta didik dan buku guru. Saya meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, saya mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, saya masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Saya juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya adalah sebagai berikut :

1. suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria

2. Siswa malu dalam mengungkapkan pendapatnya 3. Malas dalam mengerjakan soal

4. Acuh tak acuh dan ingin cepat pulang

Alasan praktik pembelajaran perlu dibagikan

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dengan media pembelajaran

(2)

berbasis TPACK dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL peserta didik dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Peran dan tanggungjawab

Peran dan tanggungjawab saya sebagai seorang guru adalah saya harus bisa menjadi guru yang menarik bagi siswa.

Ketika menemukan masalah dalam pembelajaran, maka saya harus berupaya untuk menyelesaikannya masalah tersebut dengan mencari solusi alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi. Saya juga harus dapat merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan minat belajar siswa. Saya juga harus evaluasi dan instropeksi diri terkait pembelajaran yang telah saya lakukan.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

Tantangan

setelah diadakan identifikasi masalah, wawancara dengan guru, kepala sekolah dan pakar pendidikan serta konsultasi dengan orang tua, ada tantangan yang dihadapi antara lain : 1. Kurangnya komunikasi dan motivasi orang tua tentang

pendidikan anaknya, ketika guru ingin berkonsultasi dengan orang tua, orang tua siswa tidak ada dirumah karena mereka sibuk bekerja

2. Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model PBL. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu menggunakan metode ceramah, peserta didik pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.

3. Kurang tepat nya penerapan alokasi waktu pada setiap sintak pembelajaran pada PBL sehingga proses pembelajaran selesai lebih cepat

4. Sebagian peserta didik masih terlihat malu-malu dan ragu - ragu dalam menyampaikan gagasan, menanggapi dan bertanya kepada teman maupun guru sehingga terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran.

(3)

5. Masalah lainnya adalah guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

Aksi

Langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan- tantangan tersebut adalah:

1. Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran matematika dengan PBL dengan media pembelajaran berbasis TPACK dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

2. Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat peserta didik mau belajar dengan HOTS.

3. Menghimbau kepada peserta didik agar selalu berperan aktif dalam proses pembelajaran karena itu merupakan salah satu penilaian dalam proses pembelajaran

4. Lebih memaksimalkan waktu pada setiap sintak kegiatan pembelajaran yang tertera RPP yang telah dibuat agar proses pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan.

5. Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan literasi baca tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

Menurut Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem Based Learning adalah : Model Pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Adapun sintaks model pembelajaran PBL adalah 1. Orientasi pada masalah

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(4)

Kelebihan model Pembelajaran Problem Based Learning antara lain:

1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik

2. Mengembangkan pengendalian diri peserta didik

3. Memungkinkan peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi dan mendalam

4. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah 5. Mendorong peserta didik mempelajari materi dan

konsep baru ketika memecahkan masalah

6. Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim

7. Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis

8. Mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru

9. Peserta didik memeroleh keterampilan mengelola waktu dan membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat

Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?

Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor

keberhasilan atau

ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa

pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

Refleksi Hasil dan Dampak

1. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL dengan media pembelajaran berbasis TPACK berlangsung aktif.

Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL megharuskan peserta didik aktif selama proses pembelajaran.

2. Pembelajaran matematika dengan alat peraga kartu bilangan yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca dan mendiskusikan cara menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat dengan alat peraga kartu bilangan LKPD, peserta didik akan terlibat langsung proses menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat dan peserta didik aktif bertanya, diskusi dan juga menulis. Dan semua itu dilakukan dengan senang dan gembira, semua peserta didik dalam kelompok aktif dan kreatif. Setelah selesai, peserta didik juga terlatih untuk presentasi dari hasil diskusi kelompoknya serta kelompok yang lain menanggapi dengan aktif.

3. Penerapan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan peserta untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi masalah yang dibahas dalam pembelajaran khususnya saat presentasi. Dalam

(5)

pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana peserta didik dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir peserta didik. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran matematika berorientasi HOTS dengan menerapkan PBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat pada LKPD dan diskusi yang menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.

4. Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL yang diterapkan dengan menyajikan permasalahan atau contoh kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah. Sebelum menerapkan PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku peserta didik. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tetap saja penulis gunakan. Jenis contoh yang digunakan juga hanya contoh dari buku teks. Dengan menerapkan PBL, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.

(6)

LK 3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi SD Negeri 154 Palembang

Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar

Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas VI Pada Pelajaran Tematik Tema 4 Subtema 3 Pembelajaran 1 Muatan Pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia Materi Energi Alternatif ( AKSI 2)

Penulis Hairul Juardi,S.Pd

Tanggal 28 Agustus 2022

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Kondisi yang menjadi latar belakang

Adapun kondisi yang saya hadapi saat ini disekolah saya tempat mengajar dimana guru hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta jaring – jaring tema yang telah disediakan dan belum berani melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi kondisi sekolahnya. Kondisi ini terlihat seperti :

1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan sering mengobrol bersama temannya pada saat pembelajaran 2. Malu dalam mengungkapkan pendapatnya

3. Malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru 4. Acuh tak acuh dan ingin cepat pulang

Alasan praktik pembelajaran perlu dibagikan

Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta jaring – jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi kondisi sekolahnya, dimana siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara mendalam dan lenih tahan lama (tidak mudah lupa). Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (projek based learning/PjBL dengan media pembelajaran berbasis TPACK. PjBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks

(7)

peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PjBL peserta didik dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).

Peran dan tanggungjawab

Peran dan tanggungjawab saya sebagai seorang guru adalah saya harus bisa menjadi guru yang menarik bagi siswa.

Ketika menemukan masalah dalam pembelajaran, maka saya harus berupaya untuk menyelesaikannya masalah tersebut dengan mencari solusi alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi. Saya juga harus dapat merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan minat belajar siswa. Saya juga harus evaluasi dan instropeksi diri terkait pembelajaran yang telah saya lakukan.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

Tantangan

Setelah dilakukan identifikasi masalah, wawancara dengan guru, kepala sekolah, dan pakar pendidikan serta konsultasi dengan orang tua masalah yang dihadapi terutama adalah 1. Ketika kan berkonsultasi dengan orang tua siswa mereka

terkadang tidak ada dirumah karena sibuk bekerja 2. Kurangnya motivasi yang diberikan orang tua terhadap

anaknya

3. Siswa lebih suka membantu orang tuanya daridapa pergi kesekolah karena bagi mereka lebih baik bekerja dan mendapat uang daripada pergi kesekolah

Selain itu tantangan disekolah antara lain : 1. Siswa kurang termotivasi dalam belajar

2. Siswa belum terbiasa belajar dengan model PjBL.

3. Kurang tepat nya penerapan alokasi waktu pada setiap sintak pembelajaran pada PjBL sehingga proses

pembelajaran selesai lebih cepat Sebagian peserta didik masih terlihat malu-malu dan raguragu dalam

menyampaikan gagasan, menanggapi dan bertanya kepada teman maupun guru sehingga terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran.

4. Guru tidak mempunyai kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal selain sebagai media pembelajaran,. Video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa

Aksi

Langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan- tantangan tersebut adalah:

(8)

yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

Menumbuhkan motivasi belajar siswa dilakukan oleh guru yaitu

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

2. Membangkitkan motivasi siswa.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

4. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik.

5. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa.

6. Berikan penilaian.

7. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

8. Ciptakan persaingan dan kerjasama yang positif

Dalam pembelajaran materi energi alternatif yaitu membuat energi listrik menggunakan kentang dan membuat laporan perngamatan sangat tepat diterapkan model pembelajaran Projek Based Learning (PjBL) berbantuan media pembelajaran berbasis TPACK membuat siswa lebih termotivasi dan lebih optimal dalam memahami materi pembelajaran

Adapun sintaks dalam pembelajaran model PjBL adalah : 1. Memberikan pertanyaan mendasar

2. Mendesain perencanaan proyek 3. Menyusun jadwal

4. Memonitor keaktifan siswa 5. Menguji hasil

6. Evaluasi pengalaman belajar

Menurut Apriana (2015), Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik

Adapun yang dapat dilakukan guru dengan cara :

1. Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran dengan PjBL dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar

berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

2. Menghimbau kepada peserta didik agar selalu berperan aktif dalam proses pembelajaran karena itu merupakan salah satu penilaian dalam proses pembelajaran

3. Lebih memaksimalkan waktu pada setiap sintak kegiatan pembelajaran yang tertera RPP yang telah dibuat agar proses pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan.

4. Kekurangmampuan guru membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain

menerapkan kegiatan literasi baca tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

(9)

5. Guru mengatasi tugas siswa yang belum selesai maka guru memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas proyeknya dirumah secara berkelompok

Adapun kelebihan model PjBL adalah

1. Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya dalam pembelajaran

2. Menyediakan kesempatan pembelajaran disiplin ilmu 3. Membantu keterkaitan hidup diluar sekolah

4. Menyediakan peluang unik karena pendidik

membangun hubungan dengan peserta didik sebagai fasilitator

5. Menyediakan kesempatan membangun hubungan dengan komunitas yang besar

6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil menyelesaikan problem yang ada

Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?

Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa

pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

Refleksi Hasil dan dampak

1. Proses pembelajaran Tematik yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PjBL dengan bantuan media pembelajaran berbasi TPACK berlangsung aktif.

Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang

dirancang sesuai sintak PjBL megharuskan peserta didik aktif selama proses pembelajaran.

2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PjBL meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge., peserta didik akan terlibat dan peserta didik aktif bertanya, diskusi dan juga menulis. Dan semua itu dilakukan dengan senang dan gembira, semua peserta didik dalam kelompok aktif dan kreatif. Setelah selesai, peserta didik juga terlatih untuk presentasi dari hasil diskusi kelompoknya serta kelompok yang lain menanggapi dengan aktif.

3. Penerapan model pembelajaran PjBL meningkatkan kemampuan peserta untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi masalah yang dibahas dalam pembelajaran khususnya saat presentasi. Dalam

pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana peserta didik dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir peserta didik. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan

(10)

pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan

pembahasan), membuat peserta didik cenderung

menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran

berorientasi HOTS dengan menerapkan PjBL ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang menentukan luas tabung melalui sarana LKPD dan diskusi yang meuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.

4. Penerapan model pembelajaran PjBL juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah (problem solving).

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari dua indikator pembentuknya, yakni (i) Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok

yang sama di seluruh titik yang diukur titik yang diukur dengan menggunakan amperem dengan menggunakan amperemeter. Hal ini eter. Perbedaan ini disebabkan oleh resistor yang

Dengan masalah tersebut, maka dipenelitian ini dikembangkan suatu kerangka kerja pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja

Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian

yang melaksanakan kegiatan usaha secra konvensional dan /atau berdasarkan prinsip.. syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan

Figure 8: Some veins and breccia types related porphyry (top) and epithermal (bottom) mineral- ization in the Randu Kuning prospect area. A) The AB vein with pyrite-chalcopyrite

The material of this text is suitable with students level because the writer of the textbook choose the name, culture action, cultural perspective and individual learners