ANALISIS KINERJA OPERASIONAL HAULAGE PADA PELAYANAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI PT XYZ
CABANG AMBON
1,2,Logistik Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas, Jl. Gajah Mada No.38, Karangboyo, Cepu, Blora, Jawa Tengah, 58315
Christylawery126@gmail.com
ABSTRAK
PT XYZ Cabang Ambon merupakan salah satu wilayah kerja PT XYZ yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan salah satunya bongkar muat peti kemas. Karena beberapa faktor sehingga peti kemas memerlukan penanganan khusus mulai dari alat transportasinya, bongkar muat, penyimpanan dan pengangkutannya baik dalam area Terminal Peti Kemas hingga sampai ke pemilik barang. Operasi angkut peti kemas dari dermaga menuju lapangan penumpukan dan sebaliknya disebut dengan operasi haulage yang dapat dihitung dalam siklus. Alat angkut untuk mendukung operasional haulage peti kemas di PT XYZ Cabang Ambon menggunakan kombinasi kerja Head Truck dan chassis 40 feet dengan kapasitas muat peti kemas dua TEUs. Dasar ini yang dijadikan patokan menghitung jumlah siklus operasi Haulage dari arus peti kemas yang dilayani perusahaan dan menghitung produktivitas operasi haulage menggunakan alat angkut Head Truck. Kemudian dengan menggunakan data operasional Head Truck dihitung kinerja peralatan Head Truck untuk menilai tingkat pencapaian operasional pelabuhan dalam kesiapan peralatan guna mendukung pelayanan bongkar muat peti kemas dalam hal ini operasi Haulage.
Kata kunci : Haulage, Head Truck, Produktivitas, Siklus.
1. PENDAHULUAN
Jalur yang memfasilitasi aliran sumber daya fisik dari pemasok kepada perusahaan dan selanjutnya kepada pelanggan disebut sebagai rantai pasokan (supply chain) [1]. Dalam sistem rantai pasok, Pelabuhan memegang peranan penting karena dijadikan sebagai simpul sistem pengangkutan laut dengan darat. Aliran bahan baku maupun produk jadi akan melalui pelabuhan untuk dikirim ke perusahaan manufaktur atau distribusikan ke retailer dan ke konsumen.
Pelabuhan Ambon terutama pelabuhan Yos Sudarso adalah gerbang akses arus masuk dan keluar penumpang pelayaran maupun berbagai jenis komoditas barang di wilayah Maluku dan PT XYZ merupakan salah satu BUMN yang dipercaya oleh pemerintah dalam mengembangkan sektor penyediaan dan pengelolaan jasa transportasi air, khususnya laut [2].
Untuk wilayah provinsi Maluku dikelola oleh PT XYZ Cabang Ambon. Kinerja PT XYZ Cabang Ambon sebagai pengelola dibidang kepelabuhanan dan logistik mempengaruhi sistem
Christy Oktovina Lawery1 , Kushariyadi2
rantai pasokan yang melibatkan baik pemasok, produsen, distributor maupun konsumen di wilayah Maluku. Salah satu komoditi dari wilayah Maluku yang memerlukan jasa kepelabuhanan Ambon karena kuantitasnya yang tidak sedikit adalah komoditi hasil perkebunan. Jika digambarkan, Sistem rantai pasokan komoditi hasil perkebunan dari Maluku seperti di bawah ini.
Gambar 1. Bagan Rantai Pasok Komoditas Hasil Perkebunan di Maluku.
Hasil panen oleh petani akan dijual ke pedagang pengumpul terdekat. untuk sampai ke tangan industri manufaktur, pedagang pengumpul akan menggunakan jasa transportasi dari perusahaan shipping line untuk mengirimkan komoditinya menggunakan peti kemas. Pada tahap inilah PT XYZ Cabang Ambon selaku pengelola Terminal Peti Kemas memainkan perannya sebagai penyedia jasa kepelabuhanan terkait bongkar muat dan penumpukan peti kemas. Produk jadi dari manufaktur akan didistribusikan langsung oleh perusahaan atau melalui retail-retail yang bekerja sama untuk mendistribusikan produk hingga ke tangan konsumen.
Wilayah operasional PT XYZ terdiri dari 24 pelabuhan cabang, satu UPK atau Unit Pelaksana Kepelabuhanan, dua anak perusahaan, satu afiliasi dan satu cucu perusahaan yang tersebar di kawasan Indonesia timur, salah satunya wilayah Maluku tepatnya di kota Ambon yang dikelola oleh PT XYZ. Lebih dari 90 persen total wilayah Maluku adalah perairan laut dan terdiri atas 1286 pulau (Badan Pusat Statistik, 2019) yang artinya untuk menghubungkan antar pulau membutuhkan alat transportasi laut atau udara. Berdasarkan data Statistik Transportasi Provinsi Maluku Tahun 2019 3 Terdapat 33 pelabuhan dan 13 bandar udara yang tersebar di wilayah provinsi Maluku. Dilihat dari jumlah prasarana transportasi yang tersedia, dapat disimpulkan bahwa transportasi laut adalah yang paling mudah di akses untuk kegiatan perjalanan, ekspedisi atau distribusi antar wilayah di Maluku.
Sejak dilanda pandemi Covid-19 tahun 2020, dapat dikatakan arus penumpang dan barang khususnya general cargo menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya karena mematuhi peraturan dan imbauan pemerintah maupun Dirjen Perhubungan Laut yang menerapkan pembatasan untuk perjalanan orang dengan transportasi laut terkait penanganan Covid-19.
Namun dampaknya tidak signifikan terhadap arus peti kemas karena permintaan barang tetap tinggi, terlebih kebutuhan obat-obatan dan peralatan medis. Walaupun arus peti kemas tidak mengalami peningkatan, arus kunjungan kapal di wilayah operasional XYZ tidak mengalami penurunan bahkan cenderung meningkat sehingga pelayanan bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas PT XYZ tetap berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan. Dalam melaksanakan dan menunjang kegiatan operasional, setiap lapangan perlu difasilitasi dengan teknologi berupa sarana dan prasarana yang baik untuk mendukung berjalannya kegiatan, begitu pula kegiatan operasional di pelabuhan. Sarana dan fasilitas yang dimiliki pun harus
1288
dimanfaatkan secara optimal untuk memaksimalkan produktivitas dari kegiatan yang dilaksanakan. Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa arus peti kemas hanya mengalami sedikit penurunan dan pelayanan bongkar muat peti kemas masih tetap berjalan normal maka sarana dan fasilitas pelabuhan terutama peralatan bongkar muat akan tetap bekerja dalam hal ini berdasarkan kunjungan kapal dan gilir kerja (shift) yang telah dijadwalkan perusahaan.
Pelayanan bongkar muat khusus muatan peti kemas dilaksanakan di terminal peti kemas dan menggunakan peralatan khusus penanganan peti kemas seperti Container Crane, Rubber Tyred Gantry, Reach Stacker yang difungsikan sebagai alat angkat kemudian Tronton dan Head Truck sebagai alat angkut. Head Truck dioperasikan untuk kegiatan operasional terminal peti kemas yaitu pengangkutan peti kemas dari dermaga lebih tepatnya sisi lambung kapal ke lapangan penumpukan dan sebaliknya atau disebut operasi haulage. Berdasarkan temuan di lapangan, waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut peti kemas dalam satu siklus haulage dapat berbeda-beda. Lama waktu yang diperlukan tiap alat untuk menyelesaikan satu pekerjaan menentukan tingkat produktivitas baik alat itu sendiri maupun pekerjaan yang dilakukan termasuk pelayanan bongkar muat peti kemas. Kesiapan peralatan haulage dalam hal ini Head Truck juga perlu diperhatikan karena menentukan kemampuan pelabuhan dalam melayani bongkar muat peti kemas dan merupakan salah satu indikator kinerja operasional pelabuhan.
Inilah yang melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk melakukan Analisis Kinerja Operasional Haulage pada Pelayanan Bongkar Muat Peti Kemas di PT XYZ Cabang Ambon.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena [3].
Pada penelitian ini diawali dengan melakukan studi lapangan dan literatur yang berkaitan, melakukan identifikasi masalah, rumusan masalah dan penentuan tujuan.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data baik primer melalui wawancara tidak terstruktur dan observasi maupun data sekunder berupa profil perusahaan, struktur organisasi, dan data-data internal perusahaan (sarana dan fasilitas alat, pedoman operasional, dan arus pelayanan bongkar muat) [3].
Pengolahan data dilakukan dengan membuat sistem aliran peti kemas pada pelayanan bongkar muat kemudian menganalisis jumlah siklus haulage bongkar muat pada tahun pelayanan sebelumnya berdasarkan data arus peti kemas yang diberikan perusahaan dan jumlah siklus haulage pada periode tahun berjalan dan beberapa tahun selanjutnya berdasarkan hasil forecast arus peti kemas. Adapun analisis produktivitas Head Truck dalam operasi haulage yang dilakukan menggunakan perhitungan produktivitas alat muat setelah didapatkan hasil analisis kecepatan Haulage dalam satu siklus. Terakhir dilakukan perhitungan availability alat operasi Head Truck berdasarkan Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: UM. 002/38/ 18/DJPL-11.
3. PEMBAHASAN
Haulage merupakan sistem transfer untuk memindahkan peti kemas dari apron ke lapangan penumpukan maupun dari lapangan penumpukan ke apron [4]. Jika di gambarkan dalam suatu bagan alur, Sistem aliran peti kemas di dermaga PT XYZ Cabang Ambon seperti berikut.
Gambar 2. Sistem Aliran Peti Kemas di PT XYZ cabang Ambon
Data aktual arus pelayanan bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas PT XYZ Cabang Ambon yang akan digunakan dalam analisis jumlah siklus haulage adalah data arus peti kemas mulai tahun 2013 sampai dengan 2019 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Arus Pelayanan Peti Kemas Tahun Arus Peti Kemas (TEUs)
2013 73280
2014 76448
2015 79279
2016 80650
2017 109679
2018 126993
2019 98106
Dari data di atas, dilakukan perkiraan pertumbuhan arus peti kemas yang melalui Terminal Peti Kemas PT XYZ Cabang Ambon untuk tahun 2020-2023 dengan menggunakan model trend eksponensial dan didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil analisis Arus Peti Kemas Tahun 2020-2023 Tahun Arus Peti Kemas (TEUs)
2020 123806
2021 134105
2022 145144
2023 157092
1290
Jumlah siklus haulage dapat dihitung dengan membandingkan jumlah peti kemas dengan kapasitas muat haulage dalam satuan TEUs. Apabila operasi haulage di lapangan menggunakan Chassis 40 ft dan Head Truck yang dapat mengangkut 2 (dua) TEUs sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut.
Jumlah Siklus = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠 (𝑇𝐸𝑈𝑠)
2 𝑇𝐸𝑈𝑠 (1)
Dengan menggunakan data arus peti kemas jumlah siklus Haulage peti kemas periode 2013 sampai dengan 2023 dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 3. Perkiraan Siklus Haulage Tahun 2013-2023 Tahun Perkiraan arus
peti kemas (TEUs)
Perkiraan jumlah siklus haulage
A B B/2
2013 73280 36640
2014 76448 38224
2015 79279 39639
2016 80650 40325
2017 109679 54839
2018 126993 63496
2019 98106 49053
2020 123806 61903
2021 134105 67053
2022 145144 72672
2023 157092 78546
Waktu yang diperlukan alat angkut Head Truck untuk mengangkut peti kemas pada operasi haulage berdasarkan data yang ambil di Terminal Peti Kemas PT Cabang Ambon dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Data Siklus Operasi Haulage Pada Pelayanan Bongkar Muat Peti Kemas Nomor
HT Siklus ke- Jumlah Muatan (TEUs)
Waktu yang dibutuhkan (detik)
9
1 2 681
2 2 900
3 2 1068
4 2 352
5 2 628
11
1 2 629
2 2 890
3 2 327
4 2 330
5 2 301
12
1 2 2235
2 2 1240
3 1 596
4 2 1022
5 2 612
13
1 2 540
2 2 457
3 2 817
4 2 838
5 2 1295
Rata-rata waktu dalam 1 siklus 787,9
Data waktu di atas merupakan data waktu siklus yang dimbil pada saat head Truck sedang beroperasi untuk melayani bongkar muat peti kemas dan sampel waktu diambil dari empat Head Truck yaitu Head Truck yaitu HT 09, HT 11, HT 12 dan HT 13 masing-masing lima siklus pengangkutan peti kemas. Dari hasil perhitungan pada tabel, rata-rata waktu operasi haulage menggunakan Head Truck dengan muatan 2 TEUs adalah 787,9 detik atau 13,13 menit. Dari nilai rata-rata waktu siklus haulage, produktivitas alat angkut Head Truck dalam jam, hari, dan tahun dengan menggunakan perhitungan produktivitas operasional perusahaan, produktivitas Head Truck dapat dihitung sebagai berikut.
Total siklus per jam = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (2)[5]
=
6013,13
=
4.57 siklus/jamProduktivitas dalam satu jam = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠/𝑗𝑎𝑚 × 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑎𝑡(𝑇𝐸𝑈𝑠) (3)[5]
= 4.57 × 2 𝑇𝐸𝑈𝑠
= 9,14 ≈ 9 TEUs / jam
Produktivitas dalam satu hari = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑎𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 × 9 𝑇𝐸𝑈𝑠 (4)[5]
Waktu maintenance = (jam tersedia ×rasio waktu maintenance) (5)
= 4.57 × 2 𝑇𝐸𝑈𝑠
= 0,5 jam
Waktu siap operasi = waktu tersedia − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑎𝑛𝑐𝑒 (6)
= 21 – 0,5
1292
= 20,5 jam
Maka, produktivitas alat Head Truck pada operasi haulage dalam satu hari :
=𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑎𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 × 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑗𝑎𝑚 (7)[5]
= 20,5 𝑗𝑎𝑚 × 9 𝑇𝐸𝑈𝑠
= 184 TEUs / hari
Produktivitas dalam satu tahun :
= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑎𝑝 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛(𝑗𝑎𝑚) × 9 𝑇𝐸𝑈𝑠 (8)
= (7665 − (2.38% × 7665 𝑗𝑎𝑚)) × 9 𝑇𝐸𝑈𝑠
= 7482.5 jam × 9 TEUs
= 67343 TEUs per tahun
Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas angkut Truck Head di atas, rata- rata waktu satu siklus operasi haulage ± 13,13 menit dan dalam waktu satu jam Head Truck dapat melayani bongkar muat peti kemas dalam 4-5 siklus sehingga dalam satu tahun produktivitas Head Truck untuk operasi haulage dapat mencapai 62.086 TEUs per tahun atau sekitar 31.043 siklus operasi.
Untuk memperhitungkan kelancaran operasi haulage, pertu diketahui tingkat kesiapan operasi peralatan yang digunakan atau disebut Tingkat kesiapan operasi peralatan atau Availability yaitu salah satu indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan dan ditetapkan standarnya dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: UM.
002/38/ 18/DJPL-11 Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan [6].
Keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan alat juga tergantung pada tingkat kesiapan operasi peralatan tersebut. PT XYZ Cabang Ambon memiliki aset Head Truck sebanyak 13 (tiga belas) unit dan berdasarkan data alat bongkar muat tahun 2020, total down time dan kondisi alat bongkar muat Head Truck sebagai berikut.
Tabel 5. Total Down Time dan Kondisi Head Truck Berdasarkan Data Tahun 2020 Head truck Waktu Tersedia
(hour)
Total Down Time 2020
Kondisi Alat
01 - - Rusak/usul
penghapusan
02 - - Rusak/usul
penghapusan
03 7686 585 Baik
04 7686 482 Baik
05 7686 170 Baik
06 7686 214 Baik
08 7686 486 Baik
09 7686 262 Baik
10 7686 213 Baik
11 7686 206,5 Baik
12 7686 538 Baik
13 7686 209 Baik
Perhitungan tingkat kesiapan (Availability) operasi peralatan Head Truck dihitung menggunakan Pedoman Perhitungan Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan dengan rumus :
Availability = Waktu siap operasi
Waktu Tersedia (9)[6]
Waktu tersedia adalah jumlah jam kerja alat selama periode yang akan dihitung, dalam kasus ini pada tahun 2020, jumlah hari kerja adalah 366 hari maka waktu tersedia alat adalah 7686 jam. Waktu siap operasi adalah total waktu tersedia dikurangi dengan total waktu down time. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Availability Head Truck Head Truck Waktu
Tersedia (hour)
Down time (hour)
Availability (%)
No A b (a-b)/a × 100%
01 - - 0%
02 - - 0%
03 7686 585 92%
04 7686 482 94%
05 7686 170 98%
06 7686 214 97%
07 7686 646 92%
08 7686 486 94%
09 7686 262 97%
10 7686 213 97%
11 7686 206,5 97%
12 7686 538 93%
13 7686 209 97%
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesiapan operasi alat, Head Truck 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, dan 13 termasuk baik karena nilai pencapaiannya di atas standar kinerja pelayanan operasional pelabuhan yaitu minimal 80% untuk Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Ambon sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: UM. 002/38/ 18/DJPL- 11 Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan sedangkan Head Truck 01 dan 02 kurang baik karena nilai pencapaian berada di bawah 80%. Hal ini karena kondisi Head Truck 01 dan 02 yang rusak sejak sebelum tahun 2020 sehingga tidak siap untuk dioperasikan, maka fokus perbaikan dari permasalahan terkait availability peralatan Haulage dan langkah
1294
pencegahan terhadap masalah lebih lanjut adalah dengan manajemen terhadap Head Truck sebagai aset perusahaan melalui tindakan sebagai berikut.
a. Mengambil keputusan dan tindakan secepat mungkin untuk melakukan pemusnahan atau pengalihan aset atas alat bongkar muat Head Truck yang sudah rusak dan tidak dapat dioperasikan lagi sehingga dapat meminimalisir risiko kerugian karena penurunan nilai aset dan penyusutan
b. Meningkatkan preventive maintenance atau untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya kerusakan pada Head Truck yang masih berstatus dapat beroperasi (pemeliharaan aset) sehingga alat tetap dalam kondisi baik dan siap dioperasikan untuk menunjang operasi di terminal peti kemas dan meningkatkan kinerja perusahaan terkait Availability.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab IV serta hasil pengamatan secara langsung selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Lama waktu yang dibutuhkan oleh Head Truck untuk mengangkut peti kemas dalam satu siklus Haulage rata-rata adalah 13,13 menit.
2) Dari hasil perhitungan, didapati bahwa produktivitas Head Truck dapat mencapai 9 TEUs per jam, 184 TEUs per hari dan 67343 TEUs per tahun.
3) Kinerja pelayanan operasional pelabuhan Ambon dalam hal ini Terminal Peti Kemas terkait kesiapan operasi peralatan khususnya Head Truck tingkat pencapaian sudah baik karena di atas 80% kecuali Head Truck 01 dan 02 yang dalam kondisi rusak berat dan diusulkan penghapusan sehingga peusahaan perlu mengambil keputusan dan tindakan segera atas alat Head Truck tersebut dengan melakukan penghapusan sebagai bentuk manajemen aset kemudian meningkatkan preventive maintenance pada setiap unit Head Truck terutama yang memiliki frekuensi kerusakan dan down time tertinggi agar mempertahankan tingkat Availability alat tetap di atas standar yang telah ditetapkan dan meminimalisir kemungkinan adanya kerusakan secara mendadak yang tidak dapat ditangani.
DAFTAR PUSTAKA
[1] McLeod, R. & George, Sistem Informasi Manajemen, Edisi 10. Indonesia : Penerbit Salemba Empat, 2008
[2] Latuheru, B., Pengambilan Keputusan Investasi (Studi Kasus pada PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Cabang Ambon). Volume X, Nomor 2, Oktober 2016
[3] Priyono, Metode Peneliitian Kuantitatif. Indonesia : Sifatama Publishing, 2016
[4] Jinca, M. 2011. “Transportasi Laut Indonesia. Analisis sistem dan Studi Kasus”.
Surabaya : Penerbit Brillian Internasional
[5] ---,. 2017. “Evaluasi Knerja Bongkar Muat Peti Kemas di Dermaga 300-305 Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta”. Jakarta.
[6] Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. 2011. “Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan”. Keputtusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Nomor:UM.002/38/18/DJM.1.
1296