• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merokok dan Karies Gigi di Indonesia: Analisis Lanjut Riskesdas 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Merokok dan Karies Gigi di Indonesia: Analisis Lanjut Riskesdas 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Merokok dan Karies Gigi di Indonesia: Analisis Lanjut Riskesdas 2013 Smoking and Dental Caries in Indonesia: Secondary Analysis of Riskesdas 2013

Indirawati Tjahja Notohartojo1

1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia

Korespondensi: indirawatitjahja@yahoo.com

Submitted: 2 November 2018, Revised: 10 Desember 2018, Accepted: 20 Desember 2018 http://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.1133

Abstrak

Merokok merupakan hal yang biasa ditemui di dunia khususnya di Indonesia. Kebiasaan merokok ini banyak dijumpai pada orang yang berpendidikan tinggi, rendah, berbagai umur, muda maupun umur lanjut, laki-laki, perempuan, bekerja, tidak bekerja, miskin maupun tidak miskin, meskipun merokok diketahui mengganggu kesehatan. Karies gigi merupakan masalah yang utama pada kesehatan gigi–mulut. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, dan merokok dengan karies gigi. Metode dengan menggunakan desain penelitian potong lintang (Cross Sectional). Sampel penelitian adalah semua anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun ke atas. Sampel karies gigi berjumlah 173.828 orang. Tidak terdapat hubungan antara merokok dengan karies gigi dengan nilai p:0,664. Namun terdapat hubungan yang bermakna antara variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi dengan karies gigi dengan nilai p: 0,000. Bagi perokok maupun bukan perokok yang mempunyai masalah dengan karies gigi sebaiknya ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan gigi berupa penambalan gigi atau perawatan saluran akar gigi.

Kata kunci: merokok, karies gigi, riskesdas

Abstract

Smoking is a common behaviur in the world, especially in Indonesia. We meet this smoking habit in people who are highly or low educated, in various ages, include men, women although smoking is known to be dangerous interfere with they are health. Dental caries is a major problem in oral health. Objective whether there is a relationship between smoking and dental caries, is there a relationship between age, sex, education, occupation and socio-economic. The purpose of this study is there a relationship between smoking behavior and dental caries. Method by using the a Cross Sectional research design. The sample of study was all household members aged 15 years and over. The dental caries samples numbered 173,828 people. There was no relationship between smoking behavior and dental caries, with p value of 0.664. But there is a meaningful relationship between the variables of age, gender, socio-economic, education, occupation, with dental caries with p value: 0,000. For smokers and non smokers who have problems with dental caries should go to the dentist and having the dental care in the form of dental fillings or root canal treatment.

Keywords: smoking, dental caries, riskesdas

(2)

Pendahuluan

Penyakit karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.

Tingginya penyakit karies gigi di Indonesia disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik. Sebanyak 61,5% penduduk Indonesia yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik karena tidak sesuai dengan anjuran program menyikat gigi. Anjuran program menyikat gigi adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam4 yang bermanfaat mengurangi peluang terjadinya plak. Plak hanya dapat dihilangkan dengan melakukan program sikat gigi yang benar.

Banyak negara telah mempunyai karies gigi yang rendah karena penduduknya mempunyai kebiasaan program sikat gigi yang benar.

Penyakit gigi dapat berdampak pada kesehatan umum.3 Penyakit gigi terjadi karena disebabkan oleh kebiasaan tidak membersihkan gigi secara rutin sehingga terbentuk plak. Plak sudah dapat terbentuk beberapa detik saja setelah kita menyikat gigi.1,2 Plak adalah endapan lunak yang menempel pada permukaan gigi, berwarna transparan yang mengandung banyak bakteri penyebab terjadinya penyakit karies gigi sebab ketidak seimbangan bakteri yang ada di dalam plak adalah awal penyebab terjadinya infeksi pada gigi. Bakteri akan berkembang biak dan mulai tercium bau tidak sedap (halitosis) dari mulut yang sumbernya adalah toksin bakteri. Plak yang kemudian menjadi karang gigi yang makin lama menebal. Plak yang tebal menyebabkan gusi menjadi rentan terhadap terjadinya radang gusi (gingivitis).

Gingivitis merupakan awal peyakit periodontitis1.3 pada anak-anak maupun dewasa bila tidak diobati menyebabkan terjadinya sakit gigi.5

Program Oral Health 2020 yang telah disepakati WHO, FDI, dan IADR bertujuan untuk mengurangi penyakit karies gigi di Indonesia dengan menjaga kebersihan mulut sehingga mengurangi komponen gigi rusak atau D (Decay) pada usia 12 tahun dan mengurangi komponen gigi hilang atau M (missing due to caries) pada usia 18 tahun.6,7 Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar nasional (Riskesdas) 2007, ada lima propinsi yang mengukur total life time caries experience dengan melihat gigi rusak, hilang atau ditambal (DMF-T) tinggi diantaranya propinsi Bangka Belitung. Berdasarkan

Riskesdas 2007 dan 2013, Provinsi Bangka Belitung memiliki nilai DMF-T tinggi masing-masing sebesar 9,087 dan 8,5.8

Menurut WHO, indeks DMF-T adalah untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi pada gigi permanen, sedangkan untuk gigi sulung mengunakan indeks DMF-T. Indikator utama pengukuran DMF-T menurut WHO adalah anak usia 12 tahun, dinyatakan dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.9

Dalam penelitian ini akan melihat hubungan antara kebiasaan merokok dan terjadinya karies gigi sehingga perlu melihat proporsi perilaku merokok pada penduduk. Menurut Riskesdas 2013, merokok dibedakan menjadi dua bagian, yaitu perilaku merokok hisap dan perilaku penggunaan tembakau dengan mengunyah.8 Perilaku merokok hisap berbahaya untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Sedangkan penggunaan tembakau dengan mengunyah hanya berbahaya untuk dirinya sendiri.

Seperti diketahui jumlah konsumen rokok hisap di Indonesia setiap tahun meningkat.8 Rerata jumlah batang rokok dihisap perhari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang atau setara satu bungkus, dan yang terbanyak adalah di kepulauan Bangka Belitung (18 batang) dan di Riau (16-17 batang)8. Menurut WHO, Indonesia berada pada urutan ketiga tertinggi setelah Cina dan India dalam jumlah perokok dewasa. Berdasarkan laporan dari WHO (2011) mengenai konsumsi tembakau di dunia, Indonesia memiliki angka prevalensi merokok untuk laki-laki 46,8% dan 3,1% perempuan. Hasil Riskesdas 2013 melaporkan bahwa proporsi perokok laki-laki usia 15 tahun keatas, sebesar 64,9% dan perempuan 2,1%.8

Perokok berat bila dalam 1 hari merokok kira-kira 12 (dua belas) batang perhari. Proporsi perokok saat ini memakai indeks Brinkman. Indeks Brinkman adalah hasil mengalikan rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan lama merokok setiap hari dalam setahun). Asap rokok merusak fungsi protektif saliva dalam melawan karies gigi.

Saliva perokok punya kemampuan menetralkan keasaman lebih rendah dibandingkan dengan saliva bukan perokok sehingga meningkatkan risiko karies

(3)

gigi. Selain itu merokok dalam jangka panjang mengurangi laju aliran saliva dan meningkatkan gangguan mulut dan gigi seperti mulut kering, gingivitis, dan gigi goyang serta mudah terjadi karies gigi.9 Sedangkan untuk perokok pasif, asap rokok dapat terhirup orang lain yang berada disekitarnya. Walaupun tidak selalu terlihat, tapi asap yang dihembuskan setelah merokok memiliki efek yang lebih berbahaya dari asap yang dihirup perokok. Asap ini terbentuk oleh partikel yang sangat kecil sehingga lebih mudah terhirup oleh orang lain di sekitarnya, karena dapat menyebabkan kanker tengorokan, kanker hidung, kanker otak, kanker kandung kemih, kanker rektum, kanker kandung kemih, kanker lambung, kanker payudara dan kanker paru.9,10

Metode

Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari Riskesdas 2013, yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

Desain penelitian adalah potong lintang. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia yang mencakup 33 propinsi 497 kabupaten/kota. Sampel adalah semua anggota rumah tangga yang berusia

≥15 tahun dan menandatangani inform consent (persetujuan berpartisipasi dalam penelitian).

Dipilih usia 15 tahun karena pada usia 15 tahun, gigi permanen sudah tumbuh hingga gigi molar kedua.

Pemilihan sampel menggunakan kerangka sampel Blok Sensus (BS) dari BPS (Badan Pusat Statistik).

Jumlah sampel karies gigi adalah 173.828 orang.

Ini merupakan bagian dari pengumpulan data gigi dengan cara melakukan pemeriksaan gigi dan mulut yang sebelumnya dilakukan penyamaan persepsi di bawah pengawasan pakar yang berpengalaman di lapangan.10 Variabel yang diolah adalah umur, jenis kelamin, sosio-ekonomi, merokok, karies gigi dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 17.0.11

Dalam penelitian ini, terdapat keterbatasan penelitian, di mana penelitian ini tidak bermakna hasilnya, karena validitas penelitian kurang. Hal ini dikarenakan pemeriksa gigi-mulut, bukan dokter gigi atau perawat gigi, namun perawat umum, D3 atau sarjana S1 lain dari berbagai jurusan, sehingga kemungkinan berbeda persepsi walaupun sudah dilakukan penyamaan persepsi. Batas umur yang

digunakan adalah kurang dari 30 tahun dan di atas serta sama dengan 30 tahun, dikarenakan pada umur 30 tahun, merupakan fase hidup baru akan segera dimulai, di mana seseorang memperbaiki diri untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.12 Definisi sehat adalah tidak terdapat karies gigi, sedangkan tidak sehat adalah terdapat karies gigi pada responden. Merokok adalah kebiasaan responden mengkonsumsi rokok setiap hari minimal satu batang (dihabiskan atau tidak dihabiskan).13

Hasil

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, diketahui bahwa sangat tinggi atau sebanyak 161.038 (92,6%) responden yang dilakukan pemeriksaan gigi menderita karies gigi. Karakteristik responden berupa kebiasaan merokok, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi yang dilakukan pemeriksaan gigi sebagaimana pada Tabel 1.

Variabel N (173.828) %

Karies Gigi

• sehat 12.790 7,4

• Tidak sehat 161.038 92,6

Merokok

• Tidak 115.236 66,3

• Ya 58.592 33,7

Umur (tahun)

• < 30 62.445 35,90

• ≥ 30 111.383 64,10

Jenis kelamin

• Laki laki 85.917 49,40

• Perempuan 87,911 50,60 Pendidikan

• Tinggi 55.789 32,10

• Rendah 118.039 67,90

Pekerjaan

• Bekerja 104.189 59,90

• Tidak bekerja 69.639 40,10 Status ekonomi

• Tidak miskin 58.085 33,40

• Miskin 115.743 66,60

Tabel 1. Karakteristik Responden yang Dilakukan Pemeriksaan Gigi11,14

(4)

Berdasarkan Tabel 1, umur responden terbanyak >30 tahun (64,10%), sebanyak 58.592 (33,7%) responden yang merokok, terbanyak adalah perempuan 87.911 (50,6%), pendidikan rendah 69.639 (40,10%), dan status ekonomi miskin 115.743 (66,60%).

Berdasarkan hasil analisis statistik antara sosio-demografi dan merokok dengan karies gigi ditampilkan sebagaimana pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis statistik antara variabel karies gigi, variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (nilai p<0,05) adalah umur nilai p=0,000 95%

CI (0,18-0,32), jenis kelamin nilai p=0,000 95%

CI (0,16-1,27), pendidikan nilai p=0,000 95% CI (0,19-0,24), pekerjaan nilai p=0,000 95% CI (0,70- 0,78) dan status sosial ekonomi nilai p=0,000 95%

CI (0,53-9,60). Sedangkan variabel merokok justru tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (nilai p

>0,05).

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa kelompok umur

≥30 tahun memiliki karies gigi sebesar 88,7%

dan berisiko 0,24 kali dibanding kelompok umur

<30 tahun, laki-laki memiliki karies gigi sebesar 93,3% dan berisiko karies gigi 1,21 kali dibanding perempuan. Responden yang berpendidikan rendah memiliki karies gigi 90,2% dan berisiko karies gigi 0,21 kali dibanding pendidikan tinggi, responden tidak bekerja memiliki karies gigi sebesar 91,4%

dan berisiko karies gigi 0,73 kali dibanding yang bekerja dan responden dengan ekonomi miskin memiliki karies gigi sebesar 89,9% serta berisiko karies gigi 0,56 kali dibanding tidak miskin.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat hubungan antara umur dengan penyakit karies gigi. Umur muda di bawah 30 tahun, memiliki kecenderungan untuk terjadi karies gigi besar. Ini tampak pada nilai OR sebesar 0,24, yang artinya responden yang berumur ≥30 tahun mempunyai peluang 0,24 kali untuk terjadi karies gigi. Jadi pada umur ≥30 tahun kemungkinan

Karakteristik Karies Gigi % (n) Nilai p Odds Ratio 95% CI Umur

< 30 th 99,7 (62.257) 0,000 1

≥30 th 88,7 (98.781) 0,24 0,18- 0,32

Jenis kelamin

Perempuan 92,0 (80.877) 0,000 1

Laki – laki 93,3 (80.160) 1,211 1,16 -1,27

Pendidikan

Tinggi (≥SMA) 97,7 (54.533 0,000 1

Rendah (<SMA) 90,2(108.504) 0,213 0,19 -0,24

Pekerjaan

Bekerja 92,0 (97.415) 0,000 1

Tidak bekerja 91,4 (63.622) 0,735 0,70 - 0,78

Status ekonomi

Tidak miskin 94,0(108.842) 0,000 1

Miskin 89,9 (52.195) 0,562 0,53 - 9,60

Merokok

Tidak 92,6(106.726) 0,664 1

Ya 92,7 (54.312) 1,012 0,96 - 1,07

Tabel 2. Sosiodemografi dan Merokok dengan Karies Gigi11,14,15

(5)

terjadi karies gigi kecil. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat para pakar, yang menyatakan semakin tinggi umur, maka semakin besar terjadi karies gigi.15,16 Kemungkinan kurang telitinya dalam hal pemeriksaan gigi dan mulut, di mana pemeriksaannya dilakukan bukan oleh dokter gigi, walaupun telah dilakukan penyamaan persepsi, namun perbedaan masih terjadi juga.17 Sedangkan variabel jenis kelamin, perempuan tidak mudah terkena karies gigi dibanding laki-laki18, diketahui 92,0% perempuan karies gigi. Penyakit karies gigi merupakan penyakit yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia dan mempunyai sifat progresif, apabila tidak dilakukan perawatan, maka akan semakin parah, dan bersifat ireversible, di mana jaringan yang telah rusak tidak dapat utuh kembali.7

Menurut pendapat pakar, semakin bertambah umur seseorang, maka semakin besar nilai DMF-T nya.16 Dari laporan SKRT (2001)13 menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif pada penduduk umur 10 tahun ke atas yang belum ditangani adalah 52,3 % dan penduduk yang pernah mengalami karies sebesar 71,20%. Indeks DMF-T mencapai rata-rata 5,26, ini berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata per orang adalah lebih dari 5 gigi.4,5 PerformanceTreatment Index (PTI) atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18 tahun sangat rendah sekitar 4-5%, sedangkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan pada usia 12-18 tahun sebesar 72,4%-82,5%.14 Padahal salah satu tujuan Oral Health 2020 yang telah disepakati WHO, FDI, dan IADR untuk penyakit karies gigi di Indonesia adalah mengurangi komponen D (Decay) pada umur 12 tahun dan mengurangi komponen pencabutan gigi (komponen M) pada umur 18, 35-44 tahun dan 65-74 tahun.5,6 Oleh karena itu penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih perlu digalakkan lagi.4 Pada perempuan ditemukan karies lebih kecil dari pada laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa variabel perempuan lebih banyak waktu untuk berobat, terutama berobat gigi dan mulut.

Di samping itu angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.13 Pada penelitian ini, didapatkan nilai OR untuk responden laki-laki sebesar 1,21%, laki-laki lebih mudah terkena karies dibanding perempuan, ini sesuai dengan penelitian

lain yang menemukan bahwa di banyak negara, laki- laki sering terlibat dalam perilaku kesehatan mulut yang buruk berupa kurangnya frekuensi menyikat gigi, akibatnya perempuan memiliki plak lebih rendah. Hal ini mungkin karena perempuan lebih memperhatikan tubuh dan penampilan.14 Selain itu, laki-laki memiliki angka kematian yang lebih tinggi dari pada perempuan, akibatnya perempuan lebih lama atau lebih panjang masa hidupnya dari pada laki-laki.18 Untuk variabel pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi saling berhubungan dan berpengaruh terhadap karies gigi. Semakin tinggi pendidikan kita, maka akan mencari pengobatan yang terbaik.18 Demikian juga dengan berkerja dan berpenghasilan akan mencari pengobatan atau perawatan yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya.18

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara merokok dengan karies gigi, namun proporsi karies gigi lebih tinggi pada yang merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan masalah yang kompleks dan telah menyangkut masalah psikologis dan sosial. Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa (selaput lendir).9 Selain itu kebiasaan merokok bisa memicu karies yang menyebabkan gigi berlubang, selain itu dengan merokok gigi berubah warna menjadi coklat, karena tembakau, hal ini disebabkan karena hasil pembakaran tembakau. Bila merokoknya menggunakan pipa, maka akan menyebabkan noda hitam. hal ini mudah dibersihkan karena hanya didaerah luar atau di superfisial saja.17

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan karies gigi, hal ini mungkin disebabkan karena ketidaktelitian dalam pemeriksaan gigi dan mulut yang dilakukan oleh enumerator dengan berbeda-beda disiplin ilmu, sehingga berbeda persepsi. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan pada karyawan kawasan Industri Pulo Gadung pada tahun 2010, di mana hasilnya adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan indeks karies gigi (DMF-T).19 Sedangkan peneliti lain menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap penyakit jaringan periodontal gigi.20 Menurut WHO asap rokok sekecil apapun jumlahnya tetap berbahaya dan kebiasaan merokok sangat mempengaruhi

(6)

kesehatan mulut terutama perubahan mukosa dan dapat menyebabkan gigi berlubang atau karies gigi.21 Pendapat lain menyatakan bahwa merokok dengan bahan tembakau ditemukan terkait dengan peningkatan risiko karies gigi. Untuk selanjutnya, diperlukan penelitian lanjut dan lebih luas tentang topik ini.21 Selain itu pada perokok berat yang menghadiri Akademi Militer menunjukkan prevalensi karies yang lebih tinggi, dilaporkan juga tingkat merokok yang tinggi dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi,22 setidaknya merokok merupakan indikator risiko peningkatan aktivitas karies.21 Pada penelitian lain, terbukti bahwa merokok terkait dengan bertambahnya umur, kebersihan mulut yang buruk, kebiasaan makanan, kunjungan ke dokter gigi pencegahan yang terbatas.

Hal ini dapat dikaitkan dengan kejadian karies yang tinggi23 sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuat masalah ini menjadi clear.24 Setidaknya merokok merupakan indikator risiko peningkatan aktivitas karies.24,25 Tetapi di sisi lain telah terbukti bahwa merokok yang terkait dengan usia tua, kebiasaan kebersihan mulut yang buruk, kebiasaan makanan, kunjungan gigi pencegahan yang terbatas dan di atas semua standar kesehatan, dapat dikaitkan dengan kejadian karies yang tinggi.26 Dilaporkan juga bahwa merokok merupakan indikator risiko yang signifikan untuk kehilangan gigi, dan karies gigi, namun hubungan antara karies dengan tembakau masih belum jelas,27 studi yang dilakukan di seluruh dunia melaporkan tembakau sebagai faktor risiko karies akar.25 Pengurangan perokok pasif sangat penting untuk meningkatkan kesehatan mulut juga untuk pencegahan penyakit kronis lainnya.26 Selain itu ditemukan juga asap tembakau lingkungan terkait dengan karies gigi.27 Pada penelitian lain dilaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi.28 Kesimpulan

Umur, jenis kelamin, pendidikan, pekejaan, sosial ekonomi, berpengaruh terhadap karies gigi. Perempuan lebih baik atau lebih rendah nilai karies giginya dibanding dengan laki-laki. Dalam penelitian ini merokok tidak berpengaruh terhadap karies gigi meskipun proporsi karies gigi pada perokok lebih tinggi.

Saran

Bagi perokok maupun bukan perokok yang mempunyai masalah dengan karies gigi dihimbau segera ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan gigi berupa penambalan gigi/konservasi gigi atau perawatan endodontik.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih, kepada Kepala Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kepala Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, tim Mandat pusat, dan seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian Riskesdas tahun 2013 ini serta para ,peneliti sehingga penelitian bisa terlaksana dengan baik dan lancar.

Daftar Rujukan

1. Carranza F.A. Glickman’s Clinical Periodontology 10 th ed. St Louis, Missouri : Elsevier Saunders ; 2006.

2. Carranza F.A. Glickman’s Clinical Periodontology 11 th ed. St Louis, Missouri : Elsevier Saunders ; 2012.

3. Prayitno SW. Periodontologi Klinik, Fondasi Kedokteran Gigi Masa Depan., Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, 2003; hal 5 – 25, 44 – 5.

4. Paket Pelayanan Kesehatan Gigi –Mulut Dasar di Puskesmas, Subdit Bina pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Direktorat Bina Upaya kesehatan Dasar, Kementrian Kesehatan RI.Jakarta ;2011.

5. Pedoman Survei Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendarl Pelayanan Medik. Jakarta;

2002.

6. Hobdell M, Petersen PE, Clarkson J and Johnson N. Global Goals for Oral Health 2020.

International Dental Journal (2003); 53: 285- 7. Sundoro EH. Serba–Serbi Ilmu Konsevasi Gigi, 288.

Jakarta FKG Uiversitas Indonesia;2005: hal 32 -172.

8. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013 buku 1, Departemen Kesehatan R.I.

Jakarta; 2014.

9. Anonim.https:www.//lifestyle.kompas.com/

(7)

read/2015/07/27/151404223/Merokok.

Tingkatkan.Risiko.Karies. Jakarta diunduh bulan 15 November; tahun 2018

10. Sumerti N.N. Merokok dan Rongga Muilut.

Jakarta .Journal Kesehatan Gigi (Agustus2016);

(4) No 2

11. Sutrisna B. Pengantar Metoda Epidemiologi.

Jakarta., Dian rakyat ; 2010.

12. Hadidjah S, https.www.// www.cermati.com/

artikel/7 kemampuan yang harus dikuasai saat menginjak usia 30 tahun, Jakarta diunduh 24 Maret 2019.

13. Buku Pedoman Pengisian Kuesioner Riskesdas 2018, Kementrian Kesehatan R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , Jakarta 2018.

14. Suratri MAL, Notohartojo IT., Setiawaty V.

Correlation Between dental health maintenance behavior with Dental Caries Status (DMF-T).

Bali Medical Journal 2017; Vol 7 ( 1); 56-60.

15. Notohartojo IT. Gambaran Status Gizi pada Masyarakat dengan Penyakit Karies Gigi di indonesia. Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan 2018; Vol 46 (6) hal 135 -140.

16. Nicolau B, Marcenes W at al. The Life Course Approach. Explaining The Association Between Height and Dental Caries in Brazilian Adolescents. London, Community Dent and Oral Epidemiology 2005: (33); 25-34.

17. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Riset Kesehatan Dasar 2007, Departemen Kesehatan R.I Jakarta 2008

18. Notohartojo IT. Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual terhadap Status Kesehatan Gigi –Mulut Dengan Analisis Multilevel (Studi di DKI Jakarta Tahun 2007 ), Disertasi Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, di Jakarta tanggal 28 Juli 2008.

19. Notohartojo IT, Suratri MAL, Woro R, Naingolan O. Nilai Karies Gigi pada Karyawan Kawasan Industri Pulo Gadung. Jakarta Media

Penelitian dan Pengembangan kesehatan 2011;

Vol 21(4) hal 167-75.

20. Suratri MAL, Notohartojo IT. Smoking as a Risk Factors of Periodontal Disease.Health Science Journal of Indonesia 2016; Vol 7( 2) p : 107-112.

21. Sumartono W. Hubungan antara Kebiasaan Merokok Tingkatkan Risiko Karies Gigi.

Disertasi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Indonesia Jakarta, Sabtu 25 Juli 22. Benedetti G,Campus G at al.Tobacco and dental 2015

caries: systematic review. http://www.ncbi.

nlm.nih.gov/pubmed/23088732. US National Library of Medicine Institute of Health.Acta Odontol Scand 2013.

23. Campus G1,Cagetti MG,Senna A,Blasi G,Mascolo A,DemarchiP,Strohmenger L.Does smoking increase risk for caries? a cross- sectional study in an Italian military academy.

Journal of Caries Res. 2011; Vol. 45(1): p 40- 6.

24. Anonim, Journal Acta Odontologica Scandinavica , vol 71, tahun 2013, p : 36371.

25. Notohartojo IT, Sihombing M. Faktor Risiko pada penyakit Jaringan Periodontal Gigi di Indonesia (Riskesdas, 2014)., Jakarta Buletin Penelitian Sistem kesehatan. 2015; Vol 18: ( 1) hal 87- 94.

26. Nida; Shah, Maham; Talpur,Siddique, SanaTOBACCO USE; IMPACT AND ITS CO- RELATION WITH DENTAL CARIES Source:

Professional Medical Journal . 2017;Vol. 24 Issue 7: p1027- 30.

27. Bloch M, Althabe F, Onyamboko M, Kaseba- Sata C, Castilla EE, Freire S, et al. Tobacco use and second hand smoke exposure during pregnancy: an investigative survey of women in 9 developing nations. Am J Public Health 2008;

98: p :1833 – 40.

28. Asikin W, Rottie J. Malara R. Hubungan Merokok dengan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Pria Dewasa di Desa Poyowa Kecil Kecamatan Kota Amobagu Selatan Kota Mobagu. E Journal Keperawatan (e Kp) Vol 4, Nomer 1, Feb 2016.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden yang  Dilakukan Pemeriksaan Gigi 11,14
Tabel 2. Sosiodemografi  dan  Merokok  dengan Karies Gigi 11,14,15

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Diseminasi Teknologi Pompa Air Tenaga Surya Di Desa Karyabaru Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala dilaksanakan diawali koordinasi dengan perangkat Desa

Hasil penelitian menunjukkan (1) penyebab terjadinya varians biaya bahan baku adalah kenaikan harga bahan bakar solar, peningkatan produksi batako, dan kesalahan penggunaan bahan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat kasih dan penyertaan-Nya, sehingga skripsi dengan Judul judul “Analisis Perbandingan Penggunaan Media Gambar

Pemutus Tenaga ( PMT ) merupakan peralatan saklar atau switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,

Puji Tuhan berkat penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar karena berkat dari kemurahan dan penyertaan Tuhan yang sangat luar biasa yang diberikan kepada

9uru &#34;ersama sis(a meluruskan kesalah pahaman4 mem&#34;erikan penguatan dan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis velg sepeda motor roda dua yang bahan dasarnya baja karbon rendah dengan variasi lapisan permukaan (coating)

Ativitas program keagamaan dakwah islamiyah Kepolisian Daerah Sumatera Selatan obyeknya adalah para anggota POLRI dan PNS serta Keluarganya dengan tujuan program