Perubahan Biokimia Pada
Sayuran dan Buah-buahan
Pendahuluan
Sayuran dan buah-buahan segar merupakan komoditas hidup
Tiap komoditas horti memiliki bentuk,
ukuran, cita rasa dan warna tertentu
Konsumen mensyaratkan komoditas
dengan ciri khas tersebut dan bebas
dari cacat.
Perubahan biokimia setelah panen dan dalam penyimpanan sangat berpengaruh terhadap karakteristik komoditas sayuran dan buah segar, meliputi terutama :
• Respirasi
• Transpirasi
• Perubahan warna
• Perubahan tekstur
• Perubahan cita rasa
Pada tanaman, Fase Pertumbuhan = Maturasi
Faktor yang mempengaruhi fase pertumbuhan :
Fotosintesis
Absorbsi air + mineral dari tanah
Substrat untuk metabolisme dihasilkan
sendiri melalui proses ini
Setelah panen
Fase Pematangan dan Senesensi
Faktor yang mempengaruhi : 1. Respirasi , Transpirasi
2. Perubahan biokimia = fisiologi pasca panen
Hidup dipertahankan, dengan menggunakan persediaan makanan + air yang masih ada
dalam sel, sampai habis Mati
2.2. Fase Hidup Sayuran dan Buah-buahan Segar
Perkembangan Degradasi Kematian Perkembangan
Maturasi Pre Maturasi
Pematangan
Senesensi
Waktu
1 2
3 4
5 6
Keterangan :
1. Pembentukan organ yg dpt di makan 2. Terminasi pertumbuhan alami dari organ 3. Awal dr periode kegunaan tapi umumnya
masih terlalu muda utk konsumsi rata2 4. Periode dayaguna maksimum
5. Perubahan degradatif menonjol
6. Akhir masa daya guna utk konsomsi manusia
Perkembangan Degradasi
Kematangan Fisiologis Komoditas
Pada Berbagai Tk. Kematangan Komersial
Kematian
Squash
K.Polong
Ketimun
Pertumbuhan
Maturasi
Pematangan
Senesensi
Pir
Apel
Melon
Tomat matang
Fase Hidup Utama
Pertumbuhan Maturasi
Senesensi
Batas tidak bisa dibedakan dengan jelas, Tumpang tindih
1. Fase Pertumbuhan
Pre maturasi
Pembelahan dan pembesaran sel
menentukan ukuran akhir
produk
2. Fase Maturasi
Mulai sebelum fase pertumbuhan berakhir
Aktivitas berbeda-beda tergantung pada komoditas
Fase pertumbuhan/prematurasi +
maturasi = Fase perkembangan
3. Fase Senesensi
Fase dimana proses-proses katabolisme (degradasi) lebih dominan daripada
proses anabolisme (sintesis) dengan akibat terjadi penuaan (pelayuan) dan berakhir dengan kematian
Fase pematangan (ripening) hanya
dijumpai pada buah-buahan ; fase akhir
maturasi atau fase awal senesensi
2.3. Respirasi (Oksidasi Biologis)
Definisi 1 : Proses hidup yang dilakukan oleh setiap organisme hidup, dimana enargi potensial diubah menjadi energi kinetik dengan pembebasan panas.
Definisi 2 : Proses penguraian bahan kompleks yang ada dalam sel (pati, gula, asam organik) menjadi molekul yang lebih sederhana seperti CO2, H2O disertai pembebasan energi dan molekul lain yang akan digunakan untuk reaksi sintetis dari sel
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Glukosa
Pati
Sakarida
Asam organik
Energi :
ATP 42 %
Panas sisanya
ATP disimpan dalam sel, panas dibebaskan ke lingkungan Respirasi bisa dalam keadaan :
1. Aerob : glikolisis + TCA + Rantai pernafasan 2. Anaerob : glikolisis jalur PP
Laju Respirasi dipakai sebagai :
Indikator aktivitas metabolisme dalam jaringan sehingga dapat ditentukan umur simpan potensial komoditas
Satuan ukuran
ml atau mg CO
2.Kg
-1.jam
-1ml atau mg O
2.Kg
-1.jam
-1Pola Respirasi
Kurva yang menggambarkan hubungan antara laju respirasi terhadap waktu
selama periode perkembangan,
maturasi, pematangan dan senesensi Pola respirasi pada buah ada 2 tipe : 1. Klimaterik :tomat, mangga,
pisang, apel
2. Non-klimaterik : jeruk lemon, anggur
Laju respirasi buah klimaterik umumnya lebih tinggi daripada buah non klimaterik
Pola Respirasi Klimaterik Beberapa Jenis Buah
Pola respirasi sayuran tidak menunjukan ada klimaterik
Umumnya sayuran buah bersifat non-klimaterik kecuali tomat
Sayuran dari jaringan lain
hanya menunjukan penurunan
laju respirasi
Laju Respirasi Sayuran dibedakan atas :
Laju respirasi tinggi : umumnya
jaringan muda yg aktif tumbuh, contoh : mangga, asparagus, kapri
Laju respirasi rendah : umumnya jaringan penyimpanan, contoh : kentang, ubi, bawang
Laju respirasi sedang : antara lain
sayuran daun, contoh : kubis
Teori tentang pengendalian klimaterik:
Teori menurunnya permeabilitas sel Teori peningkatan sintetis protein
Teori perubahan pada rantai pernafasan dalam hubungan dengan kegiatan sitokhrom Teori perubahan aktivitas enzim pada masa transisi pra hingga pasca klimaterik antara lain Malat dehidrogenase dan Fosfo fruktokinase
2.4. Inisiasi/pemicu Pematangan
ETILEN (CH2=CH2)
Bahan volatil yang dihasilkan sendiri oleh sayuran, buah, bakteri dan fungi
Berfungsi sebagai hormon tumbuhan yang mengatur :
1. Berbagai aspek pertumbuhan, pekembangan dan senesensi
2. Pematangan buah (konsentrasi etilen 0,1-1 ppm)
Peranan Etilen Dalam Pematangan Buah
Menstimulasi aktivitas respirasi, absorbsi O2 naik : pada sayuran + bahan non-klimaterik
Merangsang proses pematanagn Mempercepat terjadinya klimaterik
menstimulasi biosintesis etilen pada
buah klimaterik dalam fase pematangan
Bila Etilen Diturunkan Maka:
Pada bahan non-klimaterik, laju respirasi juga turun
kembali
Pada bahan klimaterik, laju
respirasi tetap
Konsentrasi Etilen Sebagai Hormon Pematangan :
Respon sudah tampak pada 10-20 ppm
Dalam praktek : 200 - 500 ppm (0,5%)
Jangan gunakan >500 ppm, karena :
1. Penghamburan = tidak efektif
2. Etilen eksplosif pada 3-30%
Kondisi pemeraman dengan etilen : Suhu : 21-24
0C (suhu min. 15.5
0C) Rh : 85 - 90 %
Bahaya gas toksik etilen : Tidak sadar/pingsan
Sulit bernafas Bentuk cair :
Iritasi kulit/mata
Kulit terbakar
Absorbsi O
2Oleh Bahan Klimaterik
dan Non klimaterik
Produksi etilen dalam jaringan buah
Klimaterik : Berfluktuasi Non-klimaterik : Konstan
Prekursor untuk sintesis etilen :
Metionin
Lipida
Biokimia Respirasi
Tujuan Respirasi
Mendapatkan sumber energi ATP untuk reaksi metabolisme yang memungkinkan :
a. Mempertahankan keutuhan sel
b. Transportasi metabolit keluar masukl sel c. Mempertahankan permeabilitas
Mendapatkan prekursor untuk reaksi sintetis Jalur respirasi : aerob dan anaerob
Substrat untuk respirasi :glukosa dan pati (utama), asam organik, asam lemak
Pati/Sukrosa G-6-P Jalur Glikolisis
(Utama)
F-6-P F-1,6-Di P
Jalur Pentose-Fosfat (Minor 30%)
Ribulose - 5-P Triose-P
3-Fosfo-Gliserat Asam Piruvat
Acetil - CoA TCA
Rantai Pernafasan Asetaldehide
Etanol
As.Laktat
CO2
CO2 CO2
CO2
ATP
Jalur Aerob Jalur Anaerob
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Ketersediaan substrat b. Ketersediaan Oksigen c. Suhu
Umumnya, laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C. Namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua.
Respiration Quotient (RQ)
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi
Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak 1 (1,33).
(ml) O
Konsumsi
(ml) CO
Produksi RQ
2
2
Vakuola mangandung persediaan,
asam-asam organik yang dapat
digunakan sebagai substrat oksidari
dalam mitokhondria yaitu dalam siklus
Krebs (TCA)
CONTOH :
C
4H
6O
5+ 3O
24CO
2+ 3H
2O
Asam Malat
RQ Asam Malat = 1.3 RQ Glukosa = 1.0
RQ Asam Stearat = 0.7 Kesimpulan :
• RQ rendah, substrat umumnya asam lemak,
• RQ tinggi asam organik
KLIMAKTERIK
Klimakterik didefinisikan sebagai suatu fase yang kritis dalam kehidupan buah, dan selamanya terjadinya proses ini banyak sekali perubahan yang berlangsung.
Disamping itu juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan “autosimulation” dari dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi.
Selain itu klimakterik dapat diartikan sebagai suatu masa peralihan proses pertumbuhan menjadi layu.Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum. Buah klimaterik ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan.
Buah-buahan klimakterik yang sudah
mature, selepas dipanen, secara normal
memperlihatkan suatu laju penurunan
pernafasan sampai tingkat minimal, yang
diikuti oleh hentakan laju pernafasan yang
cepat sampai ke tingkat maksimal, yang
disebut puncak pernafasan klimakterik
Menurut Lord Broken (2011) pada buah klimaterik, jumlah gas CO2 yang diproduksi akan terus menurun, kemudian mendekati pelayuan tiba-tiba produksi gas CO2 meningkat, dan selanjutnya menurun lagi.
Berdasarkan pola produksi gas CO2 nya,buah-buahan diklasifikasikan menjadi tiga pola pernafasan :
1. Gradual Decrease Type , yaitu jenis yang menurun secara perlahan, dimana kecepatan respirasi menurun secara perlahan selama proses pematangan.
Contoh : jeruk.
2. Temporary Rise Type , yaitu jenis yang meningkat secara temporer, dimana kecepatan respirasi meningkat secara temporer dan pematangan penuh akan terjadi setelah puncak respirasi tercapai.
Contoh : avokad, pisang, mangga.
3. Late Peak Type , yaitu jenis yang
mencapai puncak pernafasan
terlambat,dimana kecepatan maksimum
respirasi terjadi mulai dari keadaan
matang penuh sampai saat sangat matang
( over ripe ). Contoh : stroberi.
Dari semua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa klimakterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu dimana selama proses itu terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen. Proses ini ditandai dengan mulainya proses pematangan.
Contoh buah klimaterik : mangga, pisang, apel
NON KLIMAKTERIK
Non-klimakterik didefinisikan sebagai kelompok buah-buahan yang selama proses pematangan tidak terjadi lonjakan drastis kecepatan respirasi, sehingga karena tidak terjadi percepatan kecepatan respirasi maka memungkinkan daya simpan produk lebih lama. Buah-buahan yang tidak pernah mengalami periode tersebut digolongkan ke dalam golongan non klimakterik seperti semangka; jeruk; nanas; dan anggur.
2.6 Perubahan Warna Pada Buah-buahan
Buah-buahan matang penuh, umumnya setelah mencapai puncak klimaterik, tetapi konsumen mengasosiasikan matang dengan ciri-ciri buah akibat aktivitas etilen yaitu :
a. Perubahan warna : perubahan pigmen
b. Perubahan tekstur : perubahan komponen dinding sel
c. Perubahan rasa d. Perubahan aroma
e. Perubahan pada protein
Peranan Etilen Pada Proses Pematangan Buah-Buahan
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh pada suhu ruang berbentuk gas, dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu tertentu. Etilen dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil pertanian.
Etilen dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormon karena dapat memenuhi criteria sebagai hormon tanaman, bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan merupakan
senyawa organik.
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh pada suhu ruang berbentuk gas, dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu tertentu. Etilen dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil pertanian. organic.
Etilen dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormon karena dapat memenuhi kriteria sebagai hormon tanaman, bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa
Etilen disamping dapat memulai proses
klimakterik, juga dapat mempercepat
terjadinya klimakterik
Misalnya pada buah alpukad yang disimpan dalam udara biasa akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila disimpan pada udara yang mengandung etilen 10 ppm etilen selama 24 jam, maka buah alpukad akan matang selama 6 hari penyimpanan.
Pada buah-buahan non klimakterik, penambahan etilen dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan terjadinya klimakterik pada buah tersebut, seperti pada jeruk.Perubahan Warna
Pada buah matang penuh tampak :
Hilangnya warna hijau = Khlorofil
,terkecuali : alpukat, apel granny Smith.
Pada buah lain a.l. jeruk juga terjadi
degradasi khlorofil akibat suhu rendah
Timbul warna hijau lain (sintetis atau
penampakan) terutama karotenoida
yang berwarna kuning sampai merah
Degradasi khlorofil disebabkan:
Perubahan pH (kebocoran membran vakuola)
Oksidasi
Aktivitas enzim khlorofilase
Umumnya ketiga faktor ini bekerja
berurutan
Warna kuning-merah dari pigmen karotenoida timbul karena :
a. Khlorofil yang menutupi warna tersebut terurai b. Sintetis pigmen karotenoida dalam khromoplast Pigmen karotenoid (C40 + >ikatan rangkap)
a. Karoten : -karoten, -karoten, likopen
b. Xantofil : capsantin (cabe) dan Capsorubin (cabe)
Pigmen antosianin (merah-ungu kebiruan)
a. Ada di vakuola, terutama pada sel epidermis b. Warnanya sering menutup warna pigmen
karotenoida dan khlorofil
Perubahan Pada Karbohidrat
Pati Gula
pada pematangan pisang (pati) turun : 22% 1%
Akumulasi gula menimbulkan rasa manis Terjadi pada buah klimaterik dan non
klimaterik
Melibatkan enzim amilase dan fosforilase
Pati
G-1-P +UTP G-6-P
F-6-P
Sukrosa-P + UDP Sukrosa
Sukrosa + Fruktosa
Maltosa
Glukosa
ATP ADP
UDP-G+PPi
Invertase H2O
Pi
Fosfo-hekso isomerase Fosfo-Gluko
molase Fosforilase H3PO4
Amilase H2O
Maltosa
Bagan Konversi Pati Gula
Senyawa Pektat Dalam Hemiselulosa
Penguraian senyawa pektat dan hemiselulosa mengakibatkan :
a. Dinding sel menjadi lemah
b. Gaya kohesi yang mengikat sel berkurang Akibatnya :
a. Mula-mula tekstur menjadi lebih disukai b. Bila sudah berlanjut terjadi disintegrasi
jaringan = bonyok
Protopektin adalah bahan induk dari senyawa Pektat
Protopektin adalah molekul besar
Protopektin terikat satu sama lain dengan ikatan Ca, dan dengan gula/sakarida serta derivat posfat dari sakarida sehingga terbentuk molekul yang sangat besar
Selama pematangan
Protopektin Senyawa Pektat
(Tidak larut dalam air) (larut dalam air)
Laju degradasi sebanding dg laju pelunakan buah
Perubahan Pada Asam Organik
(Sumber Enargi Lain)
Umumnya selama pematangan/maturasi kadar asam organik berkurang, karena diubah menjadi glukosa
Kadar asam organik mencapai maksimum pada fase pertumbuhan dan perkembangan, kemudian menurun pada fase pematangan dan dalam penyimpanan
kecuali :pisang dan nenas, kadar maksimum dijumpai pada saat matang penuh
Asam organik utama :
a. As. Sitrat : jeruk, lemon, strawberry
b. As. Malat : apel, pir, plum c. As. Askorbat
Biasanya pada pemotongan terjadi
penurunan kadar asam organik
bersamaan dengan menurunnya
kadar pati dan meningkatnya
kadar asam.
Perubahan Pada Aroma
Zat aroma bersifat volatil (BM<250), terbentuk pada fase pematangan
Zat volatil yang dihasilkan : a. Etilen (sebagian besar)
b. Zat aroma (1090 mg/g bahan basah)
umumnya zat-zat aroma bahan klimaterik lebih aromatis daripada buah non klimaterik
Perubahan Pada Sayuran
Pada sayuran tidak ada peningkatan aktivitas metabolisme setara dengan klimaterik pada buah
Perubahan pada sayuran kecambah (taoge):
a. Perubahan anatomi
b. Perubahan komposisi : kadar gula naik, hasil penguraian lemak atau KH
Perubahan Pada Sayuran Biji dan Polong
Polong-polongan yang dikonsumsi sbg bahan makanan pokok memiliki kadar air rendah shg aktivitas metabolisme rendah. Panen pada umumnya pada k.a 15%
Biji-bijian dan polong-polongan yang dikonsumsi sebagai sayuran antara lain sweet corn, kapri, buncis, memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi
Kualitasnya ditentukan oleh citarasa dan tekstur (bukan umur fisiologisnya)
umumnya ketika masih muda lebih manis dan empuk
Panen pada sayuran umumnya pd k.a 70%
Sayuran Akar dan Umbi
Organ ini adalah organ persediaan makanan untuk pertumbuhan
Laju metabolisme saat panen memang
rendah dan selama penyimpanan,
dengan kondisi penyimpanan tertentu
dormansi dapat diperpanjang
Sayuran batang, daun, tunas dan bunga
Aktivitas metaboliknya sangat berbeda, karena itu umur simpannya juga berbeda
Sayuran batang dan daun cepat mengalami senesensi, sehingga nilai inderawi dan nilai gizinya berkurang
Umumnya tekstur merupakan faktor penentu untuk saat panen dan kualitas
Cita rasa alami komoditas ini kurang diperhatikan karena pada umumnya dikonsumsi setelah dimasak dan diberi bumbu
TEKNOLOGI PENANGANAN PROSES
A. Prapendinginan
Istilah tersebut berasal dari precooling
yang dapat diartikan sebagai
pemindahan panas respirasi atau panas
lapangan dari sekitar buah-buahan dan
sayur-sayuran segar selama pemasaran
atau sebelum pengolahan lanjutan. Ada
beberapa metode precooling ,
diantaranya adalah :
1). Hidrocooling
2). Vacuum cooling
3). Pendinginan dengan es
4). Precooling dengan udara dingin
Pemilihan metode pendinginan tersebut tergantung dari beberapa
pertimbangan, diantaranya meliputi :
perishability dari product ; kebutuhan
produk akan suhu rendah dan fasilitas
yang dimiliki.
Penyimpanan Sayur dan Buah-buahan
Tujuan : menyediakan suplai yang
cukup sepanjang tahun untuk konsumen dan industri
pengolahan
Cara penyimpanan : Refrigerasi, Controlled Atmosphere Storage (CAS)
Micro-environment Packaging
Refrigerasi
Metode yang sudah dikenal lama
Tiap komoditas mempunyai suhu dan Rh optimal sendiri- sendiri
Suhu rendah
Controlled Atmosphere
Komposisi atmosphere diubah untuk
memperlambat respirasi dan proses biokimia lain
O2 diturunkan CO2 dinaikan
Catatan udara :
Na 78.08%
O2 20.95%
CO2 0.03%
Pada apel :
O2 = 1-3%
CO2 = 1-5%
Sayuran yang disimpan dengan CA : Apel (50% produksi), Alpukat, Pisang Sayuran yang disimpan dengan CA : Kol, Lettuce dan Asparagus
Catatan :
Refrigerasi dan CA memerlukan
fasilitas yang mahal
Micro-environment Packaging
Pengemasan bahan satu per satu dengan : PE densitas tinggi atau PVC
Sering juga diberi pelapisan dengan lilin/minyak
Efek :
a. Mengurangi keriput
b. Mengurangi susut berat c. Mengurangi cacat