BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Tarwaka (2008:4) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja seta tata cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja di peruntukkan dari,oleh dan untuk setiap tenaga kerja yang ada di dalam lingkungan perusahaan.Keselamatan kerja memiliki peran yang penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian harta dan benda dan kerusakan peralatan.
Keselamatan kerja adalah rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur 2014:1).
B. Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Husni (2005:140) Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan bekerja secara optimal.
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha representatif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental, maupun sosial (Tarwaka, 2008:22).
Menurut Suma’mur (2014:2) kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam kerjanya, berada dalam keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
C. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2008:5) adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian waktu,harta benda,atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak diduga (insiden) dan tidak diharapkan yang mengakibatkan kacaunya proses pekerjaan atau produksi yang direncanakan sebelumnya (Sumardiyono 2009:6).
D. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Heinrech dalam Tarwaka (2008:6) menyebutkan bahwa terdapat suatu teori yang disebut “Teori Domino” yang menggambarkan mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja yang di modifikasi oleh Bird dan German dalam Tarwaka (2008:6). Faktor tersebut adalah :
a. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan meliputi ketidaktersediaan program yang mendukung,standar program dan tidak terpenuhinya standar.
b. Sumber Penyebab Dasar
Sumber penyebab dasar meliputi faktor personal dan pekerjaan itu sendiri.
c. Penyebab Kontak
Penyebab Kontak meliputi tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar.
d. Insiden
Insiden merupakan hal yang bisa saja terjadi karena terdapat kontak dengan bahan-bahan berbahaya saat bekerja.
e. Kerugian
Kerugian merupakan akibat yang timbul dari faktor sebelumnya.
Menurut Tarwaka (2008:6) secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Sebab Dasar atau Asal Mula
Sebab dasar merupakan sebab yang mendasari secara umum terhadap peristiwa kecelakaan.Sebab ini meliputi beberapa faktor yaitu :
1) Komitmen atau partisipasi pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaannya 2) Manusia atau para pekerja di perusahaan itu sendiri 3) Kondisi tempat kerja,sarana kerja dan lingkungan kerja.
b. Sebab Utama
1) Tindakan Tidak Aman
Tindakan tidak aman merupakan tindakan yang dilakukan tenaga kerja yang diakibatkan dari :
a) Kurang pengetahuan dan ketrampilan
b) Ketidak mampuan untuk bekerja secara normal c) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak
nampak
d) Kelelahan dan kejenuhan
e) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman
f) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru belum dapat dipahami
g) Belum menguasaidan belum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru
h) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja
i) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan,dan lain-lain.
2) Kondisi Tidak Aman
Kondisi tidak aman ini diartikan sebagai suatu kondisi tidak aman yang berasal dari mesin,peralatan,bahan dan juga lingkungan kerja . Lingkungan yang tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga faktor lain yang berkaitan dengan fasilitas yang disediakan, pengalaman manusia sebelum bertugas, pengaturan organisai kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang terkadang mengganggu konsentrasi saat bekerja.
3) Interaksi Manusia dengan Sarana Pendukung Kerja
Interaksi manusia dengan sarana pendukung kerja termasuk dalam sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya kesalahan yang mengarah pada kecelakaan kerja. Penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan,kebolehan dan keterbatasan manusia harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja.
Menurut Sumardiyono(2009:6) sebab umum kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Berbahaya,yaitu kondisi tidak aman dari : a. Mesin, peralatan,pesawat,bahan dan sebagainya, b. Lingkungan,
c. Proses,
d. Sifat pekerjaan, e. Cara kerja
2. Perbuatan Berbahaya, yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, misalnya :
a. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman, b. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, c. Cacat tubuh yang tidak terlihat,
d. Keletihan dan kelesuan.
3. Gabungan konsisi berbahaya dan perbuatan berbahaya
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena gabungan kedua faktor kondisi berbahaya dan perbuatan berbahaya, tetapi faktor besar yang menyebabkan adalah faktor manusia atau sering disebut juga bahwa kecelakaan kerja akibat takdir.
Menurut Suma’mur (2014:453) penyebab kecelakaan ada dua yaitu :
1. Faktor mekanis meliputi segala sesuatu selain faktor manusia
2. Faktor manusia yang merupakan penyebab kecelakaan.
E. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut International Labour Organization dalam Tarwaka (2008:11) klasifikasi kecelakaan kerja yaitu :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakan a. Terjatuh
b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja
c. Tersandung benda atau objek kerja, terbentur kepada benda, terjepit antara dua benda
d. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan e. Terkena arus listrik.
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Mesin-mesin, seperti; mesin penggerak kecuali motor elektrik,mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin pertanian dan lain-lain.
b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti ; forklif, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara dan lain-lain.
c. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti;bahan mudah meledak,debu,gas,cairan, bahan kim ia, radasi da lain-lain.
d. Lingkungan kerja, sepeti ; tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah dan lain-lain.
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya a. Patah tulang
b. Keseleo atau terkilir c. Kenyerian otot dan kejang d. Gagar otak
e. Amputasi
f. Luka tergores dan uka luar lainnya g. Memar dan retak
h. Luka bakar i. Keracunan akut
4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka a. Kepala, leher, badan,lengan,kaki; berbagai bagian tubuh b. Luka umum.
F. Potensi Bahaya
Potensi Bahaya adalah segala kegiatan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang apabila tidak di perhatikan dengan khusus dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau berasal dari luar proses kerja (Tarwaka,2008:9).
Menurut Tarwaka, berikut faktor-faktor yang termasuk di dalam potensi bahaya sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja :
1. Kegagalan Komponen
Kegagalan komponen terdiri dari :
a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai
b. Kegagalan yang bersifat mekanis c. Kegagalan sistem pengendalian
d. Kegagalan sistem pengaman yang disediakan
e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan, dan lain-lain.
2. Kegagalan yang Menyimpang
Kegagalan yang menyimpang terdiri dari :
a. Kegagalan pengawasan
b. Kegagalan manual suplai dari bahan baku c. Kegagalan pemakaian bahan baku
d. Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up
e. Terjadinya pembentukan bahan antara bahan sisa dan sampah yang berbahaya, dan lain-lain.
3. Kesalahan Manusia dan Organisasi
Kesalahan manusia dan organisasi terdiri dari : a. Kesalahan operator atau manusia
b. Kesalahan sistem pengaman
c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya d. Kesalahan komunikasi
e. Kesalahan d\atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat
f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai dengan prosedur kerja aman, dan lain-lain.
4. Pengaruh Kecelakaan dari Luar
Kecelakaan dari luar merupakan kecelakaan dalam suatu industri akibat kecelakaan yang terjadi di luar pabrik, seperti :
a. Kecelakaan waktu pengankatan produk b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan
c. Kecelakaan pada pabrik sekitarnya, dan lain-lain.
5. Kecelakaan Akibat adanya Sabotase
Kecelakaan ini diakibatkan karena dimungkinkannya orang luar atau orang dari dalam pabrik itu sendiri melakukan sabotase.
Faktor ini merupakan faktor kecil yang jarang terjadi dibandingkan faktor penyebab lainnya seperti yang disebutkan diatas
G. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan terhadap kecelakaan di tempat kerja sesungguhnya telah diatur dalam perundang-undangan, yaitu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang- Undang tersebut menyebutkan bahwa setiap pengurus dalam hal ini perusahaan diwajibkan memberi alatpelindung diri kepada tenaga kerjanya .
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian anggota tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka,2008:178). Berikut merupakan macam-macam alat pelindung diri menurut Tarwaka (2008:182) :
1. Macam Alat Pelindung Diri (APD) a. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi rambut dari jeratan mesin yang berputar, melindungi kepala dari benturan benda tajam atau keras. Kejaruhan benda,terpukul
benda yang melayang, dan terpecik dari bahan kimia berbahaya. Macam alat pelindung kepala sebagai berikut:
1) Topi Pelindung Kepala
Melindungi dari benda yang jatuh, benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.
2) Tutup Kepala
Melindungi kepala dari kebakaran, korosi,suhu panas atau dingin.
3) Topi
Melindungi kepala atau rambut dari kotoran,debu atau mesin yang berputar.
b. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif,debu dan partikel-paartikel kecil yang melayang ke udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata dan atau radiasi sinar matahari.
Berikut macam alat pelindung mata : 1) Kacamata
Melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromangnetik.
2) Goggles
3) Melindungi mata dari gas,debu, uap dan percikan larutan kim ia.
c. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan gas,uap,debu atau udara yang terkontaminasi, berikut yang termasuk dalam alat pelindung pernafasan :
1) Masker
Masker merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.
2) Respirator
Melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam,asap, dan gas-gas berbahaya. Macam respirator ada dua yaitu Chemical Respirator yang digunakan untuk melindungi dari paparan gas dan uap dengan tiksisitas rendah . Selain itu juga ada Mechanical Filter Respirator yang bisa menangkap partikel zat padat,debu,kabut uap logam dan asap.
d. Alat Pelindung Pendengaran
Alat pelindung pendengaran bertujuan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Berikut macam alat pelndung pendengaran :
1) Sumbat Telinga
Berbahan karet dan berbahan soft foam
2) Penutup telinga.
e. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan , bahan kim ia, benda panas dan dingin, dan kontak dengan arus listrik.
1) Sarung tangan untuk bahan kimia 2) Sarung tangan untuk pengelasan 3) Sarung tangan kulit
4) Sarung tangan untuk panas 5) Sarung tangan untuk dingin
6) Sarung tangan untuk cutting (pemotongan) f. Alat Pelindung Kaki
1) Sepatu yang baik
2) Sepatu pelindung terbuat dari kulit,karet,sintetik atau plastik
3) Sepatu dengan memakai sol anti slip 2. Analisis Keselamatan Kerja
Menurut Sumardiyono (2009:23) analisis keselamatan kerja adalah suatu metode mempelajari suatu pekerjaan dengan mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah pekerjaan tersebut, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya serta insiden.Metode analisis keselamatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi
b. Interview atau diskusi c. Pengingatan kembali 3. Penilaian Risiko
Penilaian Risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja metode penilaian risiko (Sumardiyono, 2009:26) yaitu :
a. Untuk setiap risiko :
1) Menghitung peluang insiden yang terjadi ditempat erja 2) Menghitung konsekuensi insiden yang terjadi
3) Kombinasikan penghitungan peluang dan konsekuensi pada rate risiko
b. Menghitung rating setiap risiko, mengembangkan daftar prioritas risiko pekerja.
H. Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
a. Undang-Undang Ketenagakerjaan
Undang-undang ketenagakerjaan No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan yang merupakan penggannti undang undang sebelumnya. Dalam undang-undang ini disebutkan sebanyak 5 paragraf tentang keselamatan dan kesehatan kerja, isi paagrafnya adalah sebagai berikut :
1. Pasal 86 dinyatakan bahwa :
(1) Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Moral dan kesusilaan;dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta n ilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3 2. Pasal 87 ayat 1 dinyatakan bahwa :
Setiap perusahaan Wajib menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
b. Undang-Undang Pengawasan Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 21 Tahun 2003 tentang pengesahan konvensi ILO (International Labour Organisation) Nomor 81 mengenai Pengawasaan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan.Isi konvensi ILO Nomor 81 adalah :
1. Sistem pengawasan ketenagakerjaan di tempat kerja harus di terapkan di seluruh tempat kerja berdasrkan peraturan perundangan dan pengawasannya dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan
2. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus menjamin penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan
tenaga kerja serta memberikan informasi efektif tentang masalah teknis kepada pengusaha dan pekerja/buruh.
3. Pengawasan ketenagakerjaan tetap berada di bawah supervisi dan kontrol pemerintah pusat.
4. Hal-hal lain yang berkaitan dengan persyaratan pegawai pengawas, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas ketenagakerja.
c. Undang-Undang Keselamatan Kerja
Undang-undang keselamatan kerja Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja yang terdiri dari 11 Bab 18 Pasal.
Undang-undang ini merupakan peraturan yang memuat aturan- aturan pokok mengenai ketentuan-ketentuan umum keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala tempat kerja.Aturan-aturan yang termuat didalamnya adalah :
1. Pasal 3 dan Pasal 4 secara jelas menyatakan bahwa setiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan.
2. Pasal 8 mewajibkan kepada pengurus untuk memeriksa kesehatan tenaga kerja sesuai peraturan perundangan.
3. Pasal 9 mewajibkan kepada pengurus untuk memberikan pembinaan kepada tenaga kerja yang meliputi ; penyelenggaraan pelatihan K3,menyediakan alat pelindung diri,melakukan upaya- upaya pencegahan kecelakaan kerja dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3 dan pemberian P3K bagi setiap
tenaga kerja yang bekerja d i perusahaan sesuai persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
4. Pasal 10, pengurus berkewajiban mengusulkan pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di perusahaannya.
5. Pasal 11, mewajibkan kepada pengurus untuk melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerjanya sesuai dengan peraturan perundangan.
6. Pasal 12, mengatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja dala penerapan K3 di tempat kerja untuk menjamin perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi dirinya.
7. Pasal 13, mewajibkan kepada semua orang yang akan memasuki tempat kerja untuk menaati petunjuk keselamaan kerja.
8. Pasal 14, mewajibkan kepada pengurus untum memasang Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970, memasang gambar keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan d i tempat kerjanya serta menyediakan alat pelindung diri secara cuma- cuma sesuai petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3.
d. Undang-Undang Kesehatan
Undang–undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan prodktivitas kerja yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan
syarat kesehatan kerja. Dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1992 tentang Kesehatan kerja mengatur hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; tugas dan tanggungjawab pemerintah;pelaksanaan upaya kesehatan yang harus secara menyeluruh (paripurna),terpadu dan berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan penyakit.
Pasal 38 UU Kesehatan dinyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah satu dari 15 upaya kesehatan yang diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal sejalan denga perlindungan tenaga keja. Upaya kesehatan kerja wajib dilakukan di setiap tempat kerja dan menyangkup pelayanan kesehatan kerja,pencegahan penyakit akibat kerja serta penerapan syarat-syarat kesehatan kerja.