• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pada akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 dunia dilanda pandemi COVID 19. Pandemi COVID 19 disebabkan karena merebaknya penyebaran virus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Pada akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 dunia dilanda pandemi COVID 19. Pandemi COVID 19 disebabkan karena merebaknya penyebaran virus"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Pada akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 dunia dilanda pandemi COVID 19. Pandemi COVID 19 disebabkan karena merebaknya penyebaran virus Corona. Dampak COVID 19 yang meluas menyebabkan berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial hingga lockdown. Pembatasan ini menyebabkan berbagai instansi pemerintah tidak dapat melakukan operasional kerja seperti biasanya, sehingga berdampak pada beban kerja pegawai. Menurut Schultz dan Schultz (2006) beban kerja adalah kondisi karyawan sedang melakukan pekerjaan yang sulit atau terlalu banyak pekerjaan sehingga melebihi waktu bekerja yang tersedia.

Menurut Dhini (2010) beban kerja yang berlebih dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikis pegawai sehingga berpotensi menyebabkan stres kerja. Menurut Muslimin dan Kartika (2020) beban kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stres kerja terhadap pegawai. Stres merupakan respon negatif baik dari psikologis maupun fisik yang disebabkan karena menghadapi tuntutan lingkungan (Kasmarani, 2012).

Teknologi informasi berperan penting dalam menunjang operasional instansi pemerintah selama pandemi COVID 19. Adanya teknologi informasi dalam operasional instansi pemerintah diharapkan dapat mempermudah beban kerja pegawai sehingga tidak berdampak pada psikologis pegawai (Vehko et al., 2019). Menurut Danuri (2019), kantor pemerintah atau instansi negara perlu memanfaatkan teknologi informasi guna menciptakan layanan yang cepat dan transparan. Teknologi informasi sendiri merupakan sistem atau alat berupa hardware, software, dan useware yang berfungsi untuk mendapatkan, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, serta menggunakan data secara signifikan (Warsita, 2008:135). Perkembangan teknologi informasi mendorong terjadinya perubahan radikal pada strategi, proses dan model kerja organisasi dengan menerapkan teknologi, perangkat lunak, atau sistem digital untuk meningkatkan nilai, produktivitas, dan kesejahteraan sosial (Dobrynin et al., 2016), (Ebert dan Duarte, 2019).

Organisasi tidak cukup hanya membeli atau mengembangkan produk teknologi yang dimiliki tetapi juga harus mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten serta memiliki kecakapan dalam pemanfaatan produk teknologi di era globalisasi ini (Bondarouk et al., 2017). Kecakapan atau kemampuan merupakan kualitas seseorang dalam menggunakan teknologi informasi guna menyelesaikan pekerjaannya (Adisanjaya et al., 2017). Penelitian Alannita dan Suaryana (2014) menunjukkan bahwa kemampuan individu dalam memakai teknologi informasi memiliki pengaruh positif terhadap penggunaan teknologi informasi.

Mengingat pentingnya teknologi informasi di era globalisasi belum diimbangi dengan penggunaan produk teknologi informasi secara masif oleh masyarakat Indonesia. Hal ini

(2)

2

dibuktikan dengan frekuensi penggunaan produk teknologi informasi masyarakat Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada tahun 2017, terdapat 83,30% masyarakat Indonesia yang belum menggunakan komputer dan hanya 13,70% yang sudah menggunakan komputer. Berbeda dengan komputer, masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan smartphone dalam pekerjaan sehari-hari.

Tabel 1. Survei Frekuensi Penggunaan Perangkat TI

No Perangkat Sudah Menggunakan Belum Menggunakan

1. Komputer 13,70% 83,30%

2. Laptop 22,52% 77,48%

3. Smartphone 66,36% 33,64%

4. Tablet 6,52% 93,48%

5. Handphone 2G 53,85% 46,15%

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2017

Penelitian sebelumnya tentang pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja yang dilakukan Tarafdar et al., (2015), Mukhtar dan Ismail (2019), Fernández et al., (2021) menyatakan bahwa penggunaan teknologi yang berlebih dapat menyebabkan munculnya stres. Penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan Vehko et al., (2019), Buntin et al., (2011) menyatakan bahwa dengan adanya sistem teknologi informasi, beban kerja dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah sehingga tidak berdampak pada tekanan psikologis pegawai.

Penelitian tentang pengaruh beban kerja terhadap stres kerja sebelumnya telah dilakukan oleh Kurniawati et al., (2018), Pertiwi et al., (2017), Satrini et al., (2017) yang menyatakan bahwa beban kerja dengan stres kerja memiliki hubungan yang positif, artinya semakin besar beban kerja yang diterima maka semakin besar mengalami stres kerja. Beban kerja yang tinggi mengakibatkan tingkat stres pegawai meningkat sehingga menyebabkan berkurangnya perhatian seseorang terhadap kesadaran di tempat kerja (Kiani et al., 2015).

Penelitian yang dilakukan Purnama et al., (2019), De Marchi et al., (2014), Kasmarani (2012) menyatakan hasil yang berbeda, yaitu tuntutan tugas tidak memiliki hubungan dengan stres kerja, artinya tuntutan tugas yang sedang dikerjakan pegawai tidak membuat pegawai mengalami stres kerja.

Terdapatnya perbedaan hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya menjadikan alasan penelitian ini dilakukan yaitu akan menguji kembali pengaruh beban kerja dan penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapatnya kecakapan teknologi sebagai variabel moderasi. Alasan

(3)

3

menjadikan kecakapan teknologi sebagai variabel moderasi karena kecakapan teknologi diduga dapat mempengaruhi sifat hubungan variabel beban kerja maupun penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja. Menurut penelitian Jonušauskas dan Raišienė (2016), pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi stres. Penelitian Kusnayat et al., (2020), Setyadi dan Taruk, (2019), Ahmad (2012) menyatakan bahwa responden merasa kesulitan dalam penggunaan teknologi informasi dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Hal ini menyebabkan terjadinya tekanan psikologis karena responden tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. Penelitian tersebut juga menyatakan sekitar 60% responden mengalami kesulitan tidur karena dampak tersebut.

Penelitian ini menjadikan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Salatiga sebagai lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Kepala Sub bagian Umum dan Administrasi BKPSDM Kota Salatiga menyatakan Pandemi COVID 19 berdampak pada program kegiatan dan tugas instansi karena program kerja yang seharusnya dilaksanakan harus ditunda sampai kondisi mulai stabil dan memungkinkan untuk merealisasikan program tersebut. Menurut Kepala Sub bagian BKPSDM Kota Salatiga, dalam mengerjakan tugas pokok tersebut, pegawai mengalami peningkatan beban kerja selama adanya pandemi COVID 19. Adanya penundaan program kerja sebelumnya, menyebabkan pegawai BKPSDM harus bekerja lebih dari jam kerja dan bahkan sampai membawa pulang tugas kerjanya untuk diselesaikan di rumah, sedangkan seharusnya jam kerja untuk PNS berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang analisis beban kerja adalah 7,5 jam per hari atau 37 jam per minggu untuk 5 maupun 6 hari kerja (Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2008).

Pegawai BKPSDM Kota Salatiga dalam menjalankan tugas kerja dan operasionalnya didukung dengan adanya sistem teknologi informasi berbasis online dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, salah satunya dengan menggunakan SIMPEG. SIMPEG adalah sistem teknologi informasi berbasis online yang digunakan pegawai BKPSDM untuk mengelola database kepegawaian pemerintah Kota Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan Kepala Sub bagian Umum dan Administrasi BKPSDM, total pegawai BKPSDM berjumlah 44 pegawai dengan latar belakang usia, tingkat pendidikan dan tingkat kemampuan penggunaan teknologi informasi yang berbeda serta cakupan kerja BKPSDM yang luas karena mengelola seluruh pegawai OPD di Salatiga menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan dalam menyelesaikan tugas antar pegawai, sehingga pegawai lain harus membantu

(4)

4

menyelesaikannya, hal tersebut diketahui berdasarkan hasil evaluasi dari laporan kinerja pegawai BKPSDM.

Berdasarkan fenomena tersebut, dapat dirumuskan persoalan pada penelitian ini, yaitu 1) Apakah beban kerja berpengaruh terhadap stres kerja? 2) Apakah penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap stres kerja? 3) Apakah beban kerja berpengaruh terhadap stres kerja yang dimoderasi kecakapan teknologi? 4) Apakah penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap stres kerja yang dimoderasi kecakapan teknologi? Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh beban kerja dan penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja parsial serta menguji pengaruh beban kerja dan penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja yang dimoderasi kecakapan teknologi secara parsial. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris bahwa beban kerja dan penggunaan teknologi informasi berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap stres kerja. Hal ini dapat menjadi rujukan bagi instansi atau lembaga pemerintah terkait untuk mempertimbangkan beban kerja yang akan dikerjakan oleh pegawai serta mempertimbangkan penggunaan teknologi informasi dalam mengerjakan tugas rutinitas pegawai. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan solusi bagi instansi terkait untuk meningkatkan kualitas serta dalam penempatan pegawai terutama dalam hal kecakapan dalam menggunakan teknologi informasi.

KAJIAN PUSTAKA Stres kerja

Stres adalah suatu keadaan ketegangan yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir, serta kondisi seseorang sehingga berdampak pada kemampuan dalam menghadapi lingkungan dan melaksanakan pekerjaannya (Handoko, 2012:200). Menurut Fitri (2013) stres merupakan respon fisik dan psikis bersifat mengganggu yang terjadi ketika beban kerja tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya, atau keinginan pegawai. Definisi stres kerja menurut Robbins dan Judge, (2013: 595) adalah suatu kondisi dinamis yang dialami individu ketika dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terikat dengan kondisi lingkungan, organisasi, dan kondisi diri seseorang. Stres kerja terjadi disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Cooper dan Makin (1995) definisi stres kerja adalah bentuk ketegangan atau tekanan yang terjadi ketika adanya tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuan yang dimiliki seseorang. Menurut Rahmawati (2010) stres kerja adalah kondisi tenaga kerja tidak mampu berhubungan dengan baik di dalam maupun luar lingkungan pekerjaan. Munandar (2001) mengelompokkan faktor-faktor penyebab stres dalam lima kategori yaitu 1) Faktor intrinsik dalam pekerjaan misalnya beban kerja, risiko kerja, dan lingkungan kerja yang kurang

(5)

5

memadai. 2) Peran individu dalam organisasi, maksudnya setiap pegawai memiliki peran yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. 3) Pengembangan karir, artinya ketidakpastian pekerjaan, proses promosi jabatan yang berlebih/kurang merupakan pembangkit stres potensial bagi pegawai. 4) Hubungan dalam pekerjaan, misalnya adanya ketidakpercayaan terhadap pegawai dalam melaksanakan tugas atau minat pegawai yang rendah terhadap tugas. 5) Struktur organisasi, artinya pekerja kurang berperan atau tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan organisasi. Stres yang dialami pegawai dapat menimbulkan dampak negatif bagi kondisi psikis maupun fisik. Menurut Cox (2006) dampak yang diakibatkan dari stres berupa 1) Dampak subjektif seperti kegelisahan, depresi, keletihan, kesepian, dan perasaan yang mengganggu lainnya. 2) Dampak perilaku seperti perilaku impulsif, mengambil sesuatu yang diinginkan secara paksa, hingga merusak barang pribadi atau orang lain ketika marah. 3) Dampak kognitif seperti ketidakmampuan untuk berpikir jernih dalam pengambilan keputusan, tingkat konsentrasi yang menurun, dan sangat sensitif terhadap kritik. 4) Dampak fisiologis seperti tekanan darah meningkat, tubuh berkeringat, dan perubahan kondisi fisik yang merugikan lainnya. 5) Dampak kesehatan seperti kepala pusing, susah tidur, dan gangguan kesehatan lainnya. 6) Dampak organisasi seperti kinerja pegawai menurun, produktivitas menurun, ketidakpuasan dan loyalitas pegawai menurun.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian stres kerja, pada penelitian ini akan menggunakan definisi stres kerja menurut Rahmawati (2010) sebagai acuan. Rahmawati (2010) juga menjelaskan dimensi yang terdapat dalam stres kerja, yaitu, 1)Fisiologis atau gangguan fisik yang dialami pegawai, 2) Psikologis atau gangguan mental atau perasaan yang dirasakan oleh pegawai, 3) Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh pegawai sebagai akibat dari munculnya gejala stres.

Beban Kerja

Pengertian beban kerja menurut Kasmarani (2012) adalah tuntutan tugas yang timbul sebagai akibat dari hubungan antara lingkungan kerja dengan keterampilan pekerja. Menurut Pertiwi et al., (2017) beban kerja adalah intensitas kegiatan dari pekerjaan yang diterima pegawai dalam jangka waktu tertentu. Muhsin & Budaya (2019) berpandangan bahwa beban kerja harus sesuai dengan kemampuan fisik dan mental pekerja yang menerima beban tersebut, karena beban kerja yang melebihi kapasitas memiliki dampak buruk bagi pekerja. Menurut Munandar (2014) beban kerja didefinisikan sebagai kumpulan tugas yang diberikan tenaga kerja atau pegawai untuk diselesaikan dengan menggunakan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu,

(6)

6

beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2014). 1) Beban kerja berlebih yaitu beban kerja yang terjadi karena banyaknya tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pegawai dalam waktu singkat, sedangkan sebenarnya pekerjaan tersebut membutuhkan waktu yang banyak untuk diselesaikan. Beban kerja berlebih menjadi sumber penyebab stres kerja yang dialami pegawai dan akan berdampak pada kesehatan fisik dan psikis. 2) Beban kerja terlalu sedikit atau kurang merupakan beban kerja yang terjadi karena terlalu sedikitnya tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Beban kerja yang terlalu sedikit akan mengakibatkan pegawai mengalami rasa bosan hingga stres karena waktu yang tersedia untuk bekerja menjadi terbuang. Situasi tersebut membuat pegawai mengalami cemas, depresi hingga penurunan semangat kerja. Menurut Koesomowidjojo (2017) beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari kondisi atau keadaan tubuh seseorang sebagai reaksi dari beban kerja, seperti jenis kelamin, usia, kondisi kesehatan, kepuasan, motivasi, dan keadaan psikis maupun fisik lainnya.

2) Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar kondisi tubuh seseorang, seperti lingkungan kerja, tugas-tugas, dan organisasi kerja.

Berdasarkan uraian definisi mengenai beban kerja diatas, pada penelitian ini menggunakan definisi beban kerja menurut Munandar (2014) sebagai acuan. Munandar (2014) juga menguraikan dimensi yang terdapat dalam beban kerja, yaitu 1) Beban fisik atau beban yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. 2) Beban mental atau keadaan yang terjadi pada aktivitas psikis ketika pegawai sedang melakukan pekerjaannya. 3) Beban kerja waktu atau adanya tuntutan waktu ketika pegawai menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penggunaan Teknologi Informasi

Pengertian teknologi informasi menurut Patandean dan Indrajit (2020:1) adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat sarana dan peralatan yang dibuat secara terorganisir berdasarkan ilmu pengetahuan untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan manusia atau organisasi demi keberlangsungan hidup. Uno & Lamatenggo (2011: 57) mendefinisikan teknologi informasi sebagai suatu metode pengolahan data yang meliputi proses mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi guna menghasilkan informasi yang berkualitas, akurat, relevan, serta tepat waktu dengan menggunakan bantuan perangkat komputer.

Teknologi informasi dibagi menjadi 6 yaitu, masukan (input), keluaran (output), perangkat lunak (software), perangkat penyimpanan (storage), telekomunikasi (telecommunication), dan perangkat pengolah (process) (Stephen dan Cummings, 2002). Perkembangan teknologi

(7)

7

informasi menjadikan proses dalam pengolahan data menjadi lebih efisien sehingga dapat menguntungkan organisasi (Paranaon et al., 2019). Penggunaan teknologi informasi sendiri memiliki pengertian sebagai perilaku yang berhubungan dalam menggunakan teknologi informasi guna melaksanakan tugas individu maupun organisasi (Jurnali, 2011). Menurut Rahmawati (2012) penggunaan teknologi merupakan tindakan memanfaatkan teknologi informasi oleh pengguna untuk melaksanakan tugasnya dan diukur berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi penggunaan, dan jumlah perangkat yang digunakan. Susilawati (2012) menyatakan bahwa penggunaan teknologi memiliki hubungan dengan cara organisasi merencanakan serta mengatur teknologi informasi guna mencapai manfaat potensial.

Penggunaan teknologi informasi penting dilakukan organisasi sebagai langkah strategik untuk perbaikan kinerja, ketahanan organisasi, serta mewujudkan tujuan organisasi (Elita, 2005).

Thompson et al., (1991) berpendapat bahwa penggunaan teknologi informasi merupakan proses untuk mendapatkan manfaat yang diharapkan pengguna atau perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat melakukan pekerjaan. Menurut Thompson et al., (1991) terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan teknologi informasi, yaitu, 1) Faktor sosial atau faktor yang berada di sekitar lingkungan kerja seperti rekan kerja, atasan, dan organisasi. 2) Faktor affect, merupakan faktor yang berasal dari perasaan individu atas pekerjaan, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan yang harus dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi. 3) Kesesuaian tugas atau kecocokan antara pekerjaan dengan teknologi informasi yang digunakan. 4) Konsekuensi jangka panjang, dilihat dari sesuatu yang dihasilkan di masa yang akan datang. 5) Kondisi, merupakan faktor objektif yang mendukung atau memfasilitasi penggunaan teknologi informasi yang ada di dalam lingkungan kerja. 6) Kompleksitas, yaitu suatu pemahaman tentang perubahan yang dipersepsikan relatif sulit dimengerti atau digunakan. Berdasarkan pengertian dan faktor tersebut, Thompson et al., (1991) menguraikan dimensi yang terdapat dalam penggunaan teknologi informasi, yaitu, 1) Intensitas pemanfaatan (Intensity of use), 2) Frekuensi pemanfaatan (frequency of use), 3) Jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan (Diversity of software package used). Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini akan menggunakan pengertian dan dimensi penggunaan teknologi informasi menurut Thompson et al., (1991) sebagai acuan.

Kecakapan teknologi

Di era globalisasi ini, organisasi dituntut untuk menyediakan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing tinggi, salah satunya dengan memiliki kecakapan

(8)

8

atau keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi (Rusilowati, 2015). Menurut Ahmad (2012), penggunaan teknologi tanpa didasari kecakapan dan etika akan sulit memberikan manfaat bagi kehidupan, sehingga penting bagi setiap anggota organisasi memiliki kecakapan dalam menggunakan teknologi informasi. Kurangnya pengetahuan dan kecakapan terhadap teknologi informasi akan membuat pegawai merasa kebingungan dalam menggunakan teknologi informasi untuk mengerjakan tugas kerja (Setyadi dan Taruk, 2019).

Pengertian kecakapan teknologi sendiri merupakan suatu kemampuan individu yang didasari karena memiliki pengetahuan dalam menggunakan teknologi informasi (Igbaria dan Davis 1995). Simkin et al., (2015: 17) berpendapat bahwa kecakapan teknologi merupakan pengetahuan pengguna termasuk di dalamnya terdapat keahlian dan keterampilan dalam mengoperasikan teknologi informasi.

Menurut Robbins dan Judge (2008: 57), kecakapan teknologi adalah kapasitas berupa pengetahuan dan keterampilan individu untuk melakukan beragam tugas dalam pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi yang tersedia. Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins & Judge (2008) menguraikan dimensi yang terdapat dalam kecakapan teknologi yaitu, pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skills). Pengetahuan (knowledge) merupakan pemahaman dari pengguna dalam menggunakan teknologi informasi guna melakukan tugas dan pekerjaannya. Kemampuan (ability) adalah kemampuan pengguna dalam menjalankan fitur atau tools yang terdapat dalam teknologi informasi serta kemampuan pengguna dalam menyelaraskan teknologi informasi dengan pekerjaan. Keahlian (skills) adalah keahlian pengguna dalam menggunakan teknologi informasi guna melakukan pekerjaan disertai dengan rasa tanggung jawab dan kebutuhan. Berdasarkan uraian mengenai pengertian kecakapan teknologi, pada penelitian ini akan menggunakan definisi dan dimensi kecakapan teknologi menurut Robbins & Judge (2008) sebagai acuan.

Pengembangan hipotesis

Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati et al., (2018), Pertiwi et al., (2017) menyatakan bahwa beban kerja memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja, artinya semakin tinggi beban kerja atau semakin berat beban kerja yang diterima oleh pegawai maka akan menyebabkan pegawai mengalami stres kerja. Pegawai yang memiliki beban kerja yang berlebih dan hanya memiliki waktu yang terbatas dalam mengerjakannya akan membuat pegawai merasa tertekan baik dari segi psikis maupun fisik, sehingga dapat menyebabkan stres (Satrini et al., 2017). Tingkat stres yang tinggi dikarenakan adanya beban kerja yang berlebih

(9)

9

dapat menyebabkan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan menurun sehingga akan berbahaya jika berada di lingkungan kerja (Kiani et al., 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja.

Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Stres Kerja

Penelitian yang dilakukan Mukhtar & Ismail (2019), Fernández et al., (2021).

menyatakan bahwa penggunaan teknologi yang berlebih dalam mengerjakan tugas kerja akan menyebabkan munculnya stres terhadap pegawai. Tarafdar et al., (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa fenomena penggunaan teknologi informasi dalam mengerjakan pekerjaan oleh pegawai belum banyak dipahami oleh organisasi, artinya organisasi belum mengerti dampak yang diakibatkan dari penggunaan teknologi informasi, salah satunya adalah pegawai dapat mengalami stres kerja. Menurut Carlotto et al., (2017), penggunaan teknologi informasi secara berlebih dalam bekerja dapat mengakibatkan terjadinya ketidakpercayaan, kelelahan, kecemasan, dan ineffectiveness. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap stres kerja.

Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja yang Dimoderasi Kecakapan Teknologi Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mukhtar dan Ismail (2019), pegawai yang beban kerjanya harus dikerjakan dengan menggunakan teknologi informasi dapat menyebabkan munculnya stres kerja, hal ini dikarenakan pegawai belum memiliki cukup pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan teknologi tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan Kustono (2011) menyatakan bahwa tingkat keahlian dalam menggunakan teknologi informasi guna mengerjakan tugas kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan pegawai, artinya pegawai merasa cemas ketika tugas kerja yang dikerjakan belum selesai tepat waktu karena pegawai memiliki tingkat keahlian yang rendah dalam menggunakan teknologi informasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Menurut Bondanini et al., (2020), organisasi perlu memperhatikan keterampilan personal dalam menggunakan teknologi dan informasi serta menyesuaikan tugas yang diberikan dengan teknologi yang digunakan agar mencegah terjadinya dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi, salah satunya adalah stres. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Kecakapan teknologi memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja.

(10)

10

Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Stres Kerja yang Dimoderasi Kecakapan Teknologi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012), Setyadi dan Taruk (2019) menyatakan bahwa pegawai yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi yang rendah akan mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi informasi untuk mengerjakan tugas kerjanya, sehingga pegawai akan merasa tertekan psikologisnya karena tidak dapat menyelesaikan tugas kerjanya tepat waktu. Penelitian Kusnayat et al., (2020) menyatakan bahwa 60% responden mengalami kesulitan tidur karena memikirkan tugas kerja yang tidak dapat diselesaikan dengan cepat karena pegawai tidak dapat menggunakan teknologi informasi dalam mengerjakan tugasnya. Menurut Mukhtar dan Ismail (2019) penggunaan teknologi informasi tanpa didasari pemahaman terkait penggunaannya akan dapat menimbulkan stres kerja. Menurut Estrada et al., (2021) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai literasi digital serta teknologi informasi dan komunikasi penting dimiliki seseorang yang dalam bekerja menggunakan perangkat teknologi informasi karena dapat mengurangi dampak terjadinya technostress atau stres yang diakibatkan karena penggunaan teknologi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Kecakapan teknologi memoderasi pengaruh penggunaan teknologi terhadap stres kerja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan model penelitian pada penelitian ini, yaitu, sebagai berikut:

Gambar 1. Model penelitian METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kausal dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan kausalitas atau sebab-akibat antara dua variabel atau lebih sehingga penelitian memiliki fungsi

Beban kerja

Stres kerja

Penggunaan teknologi informasi

Kecakapan teknologi

(11)

11

untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2018: 63). Menurut Sugiyono (2018: 8) metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di kantor BKPSDM Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BKPSDM Salatiga yang berjumlah 44 orang pegawai. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 orang sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018: 136). Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang diambil dari semua anggota populasi atau biasa disebut sampel jenuh karena jumlah populasi relatif kecil atau lebih dari 30 (Sugiyono, 2018: 85).

Metode pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan beberapa cara dalam mengumpulkan dan memperoleh data, yaitu dengan menggunakan teknik kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2018: 142). Metode pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dengan 6 pilihan jawaban, yaitu 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak tidak setuju, 4) Agak setuju, 5) Setuju, 6) Sangat setuju.

Tabel 2. Operasionalisasi variabel

No Variabel dan Definisi Dimensi Indikator 1 Stres kerja merupakan

kondisi tenaga kerja tidak mampu berhubungan dengan baik di dalam maupun luar lingkungan pekerjaan (Rahmawati, 2010).

Fisiologis Daya tahan tubuh menurun.

Gangguan sistem pencernaan.

Mudah terserang penyakit.

Psikologis Perasaan cemas.

Perasaan gelisah.

Mudah putus asa.

Mudah tersinggung.

Sulit berkonsentrasi Suka menunda pekerjaan.

Ketidakpuasan terhadap pekerjaan.

Bosan terhadap pekerjaan.

Kurang bersemangat dalam bekerja.

Tidak Bahagia terhadap pekerjaan.

Perilaku Tidak berangkat bekerja.

(12)

12

No Variabel dan Definisi Dimensi Indikator Kesulitan tidur.

Keinginan untuk berhenti bekerja.

Nafsu makan berkurang.

Sumber: (Rahmawati, 2010) 2 Beban kerja merupakan

kumpulan tugas yang diberikan tenaga kerja atau pegawai untuk diselesaikan dengan menggunakan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja dalam jangka waktu

tertentu (Munandar, 2014).

Beban kerja fisik Beban kerja fisiologis Beban kerja biomekanika Beban kerja

mental

Konsentrasi Perasaan bingung Kewaspadaan

Ketepatan pelayanan Beban kerja

waktu

Kecepatan dalam mengerjakan pekerjaan.

Mengerjakan pekerjaan dua/lebih dalam waktu yang sama.

Sumber: (Munandar, 2014) 3 Penggunaan teknologi

informasi adalah proses untuk mendapatkan manfaat yang diharapkan pengguna atau perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat melakukan pekerjaan (Thompson et al., 1991)

Intensitas penggunaan (Intensity of use)

Penggunaan selama < 1 jam sehari.

Penggunaan selama 1-2 jam sehari.

Penggunaan selama 3-4 jam sehari.

Penggunaan selama 5-6 jam sehari.

Penggunaan selama 7-8 jam sehari.

Penggunaan selama > 8 jam sehari.

Frekuensi penggunaan (Frequency of use)

Frekuensi penggunaan < 3 kali dalam seminggu.

Frekuensi penggunaan 3-5 kali dalam seminggu.

Frekuensi penggunaan 6-8 kali dalam seminggu.

Frekuensi penggunaan 9-11 kali dalam seminggu.

Frekuensi penggunaan 12-15 kali dalam seminggu.

Frekuensi penggunaan > 15 kali dalam seminggu.

Jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan (Diversity of software package used)

Menggunakan < 3 aplikasi.

Menggunakan 3-4 aplikasi.

Menggunakan 5-6 aplikasi.

Menggunakan 7-8 aplikasi.

Menggunakan 8-9 aplikasi.

(13)

13

No Variabel dan Definisi Dimensi Indikator Menggunakan > 10 aplikasi.

Sumber: (Thompson et al., 1991) 4 Kecakapan teknologi

adalah kapasitas berupa pengetahuan dan keterampilan individu untuk melakukan beragam tugas dalam pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi yang tersedia (Robbins dan Judge, 2008: 57).

Pengetahuan (knowledge)

Memahami cara penggunaan teknologi infomasi.

Memiliki pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni.

Kemampuan (ability)

Memiliki kemampuan TI dalam berkomunikasi

Memiliki kemampuan TI untuk mengatasi masalah.

Keahlian (skills) Memiliki tingkat kecepatan pelayanan kepada masyarakat.

Memiliki keterampilan melaksanakan tugas fisik maupun mental.

Sumber: (Robbins & Judge, 2008) Teknik analisis data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data yaitu uji pre test yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik meliputi, 1) Uji normalitas, pada penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Shapiro Wilk. Uji Shapiro Wilk dilakukan guna mengetahui sebaran data acak suatu sampel kecil atau tidak lebih dari 50 sampel (N<50), 2) Uji multikolinieritas, 3) Uji Heteroskedastisitas, dan 4) Uji linearitas. Setelah melakukan uji asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yang meliputi, uji regresi linear berganda dan uji regresi moderasi, karena penelitian ini memiliki dua variabel independen, satu variabel dependen, dan satu variabel moderasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan software SPSS V.25, tahap pertama yang dilakukan adalah dengan menguji validitas data. Tujuan uji validitas adalah untuk mengukur derajat ketepatan suatu kuesioner. Data dinyatakan valid apabila nilai rhitung > nilai rtabel. Diketahui N pada penelitian ini adalah 42 maka nilai rtabel yang didapat adalah 0,2973.

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa setiap item pernyataan dalam kuesioner memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari rtabel dengan tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini valid.

Tabel 3. Hasil uji validitas

(14)

14 Variabel Butir Nilai Corrected

Item Correlation/

rhitung

Sig. rtabel Kriteria

Beban Kerja (X1)

X1.1 0,744 0,000 0,2973 Valid

X1.2 0,735 0,000 Valid

X1.3 0,780 0,000 Valid

X1.4 0,665 0,000 Valid

X1.5 0,492 0,001 Valid

X1.6 0,404 0,007 Valid

X1.7 0,400 0,007 Valid

X1.8 0,528 0,000 Valid

Penggunaan teknologi informasi

(X2)

X2.1 0,623 0,000 0,2973 Valid

X2.2 0,817 0,000 Valid

X2.3 0,864 0,000 Valid

Kecakapan teknologi (M)

M1 0,890 0,000 0,2973 Valid

M2 0,917 0,000 Valid

M3 0,903 0,000 Valid

M4 0,825 0,000 Valid

M5 0,911 0,000 Valid

M6 0,824 0,000 Valid

Stres kerja (Y)

Y1 0,700 0,000 0,2973 Valid

Y2 0,787 0,000 Valid

Y3 0,834 0,000 Valid

Y4 0,693 0,000 Valid

Y5 0,350 0,020 Valid

Y6 0,666 0,000 Valid

Y7 0,781 0,000 Valid

Y8 0,673 0,000 Valid

Y9 0,782 0,000 Valid

Y10 0,699 0,000 Valid

Y11 0,714 0,000 Valid

Y12 0,730 0,000 Valid

Y13 0,718 0,000 Valid

Y14 0,644 0,000 Valid

Y15 0,700 0,000 Valid

Y16 0,794 0,000 Valid

Y17 0,505 0,000 Valid

Sumber: Data primer, 2021

Tahap berikutnya adalah melakukan uji reliabilitas dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa hasil pengukuran dengan objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Data dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Priyatno, 2013: 30). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan semua variabel yang digunakan reliabel.

Tabel 4. Hasil uji reliabilitas

(15)

15

Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Keterangan

X1 0,747 Reliabel

X2 0,663 Reliabel

M 0,939 Reliabel

Y 0,930 Reliabel

Sumber: Data primer, 2021

Tahap uji berikutnya adalah melakukan uji asumsi klasik yang dimulai dengan melakukan uji normalitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui data yang akan diteliti terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan metode Shapiro Wilk diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,753. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data terdistribusi normal. Tabel hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 2.1.

Uji asumsi klasik berikutnya adalah uji multikolinearitas yang bertujuan untuk melihat pengaruh antar variabel independen. Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah jika nilai tolerance variable ≥ dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) ≤ 10,00 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF sebesar 1,052 dan nilai tolerance variable sebesar 0,950. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai VIF 1,052 ≤ 10,00 dan nilai tolerance variable 0,950 ≥ 0,100 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terjadi gejala multikolinearitas. Tabel hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada lampiran 2.2.

Tahap berikutnya adalah melakukan uji heteroskedastisitas yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varian dan nilai residual terhadap penelitian. Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan menggunakan uji glejser dengan melihat nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diperoleh nilai signifikansi variabel beban kerja dengan absolut residual sebesar 0,445 dan nilai signifikansi variabel penggunaan teknologi informasi dengan absolut residual sebesar 0,987. Kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Tabel hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 2.3.

Tahapan selanjutnya dilakukan uji linearitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel memiliki hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Dasar pengambilan keputusan pada uji linearitas adalah jika nilai signifikansi pada deviation from linearity lebih dari 0,05 maka variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang linear. Berdasarkan hasil uji linearitas, variabel X1 terhadap Y memiliki nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,116 dan variabel X2 terhadap Y memiliki nilai signifikansi deviation from linearity

(16)

16

sebesar 0,562. Kedua nilai signifikansi deviation from linearity tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Tabel hasil uji linearitas dapat dilihat pada lampiran 2.4 dan 2.5.

Karakteristik Responden

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Salatiga merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pelayanan pegawai negeri sipil kota Salatiga.

BKPSDM memiliki jumlah pegawai sebanyak 44 orang dan seluruh pegawai tersebut menjadi responden dalam penelitian ini. Karakteristik responden dijelaskan dalam beberapa kriteria seperti jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, dan lama bekerja. Berdasarkan tabel karakteristik responden, dapat dilihat bahwa pegawai dengan jenis kelamin pria lebih mendominasi dengan persentase sebesar 52%. Kriteria usia menunjukkan bahwa pegawai yang berusia 31-40 tahun lebih mendominasi dengan persentase sebesar 48%, diikuti pegawai dengan usia > 40 tahun sebesar 34% dan paling sedikit pegawai berusia 20-30 tahun sebesar 18%.

Tabel 5. Karakteristik responden

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Pria 23 52%

Wanita 21 48%

Total 44 100%

Usia 20-30 tahun 8 18%

31-40 tahun 21 48%

> 40 tahun 15 34%

Total 44 100%

Pendidikan Terakhir Diploma 3 (D3) 12 27%

Sarjana (S1) 28 64%

Magister (S2) 4 9%

Total 44 100%

Lama Bekerja < 1 tahun 9 21%

1-5 tahun 8 18%

> 5 tahun 27 61%

Total 44 100%

Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan kriteria pendidikan terakhir yang ditempuh, pegawai yang berpendidikan sarjana (S1) memiliki persentase lebih banyak dibanding yang lainnya dengan persentase 64%, sedangkan pegawai dengan gelar diploma 3 (D3) memiliki persentase sebesar 27% dan pegawai yang bergelar magister (S2) hanya sebesar 9%. Berdasarkan lama bekerja, pegawai yang memiliki jumlah lama bekerja > 5 tahun lebih mendominasi dengan persentase 61%,

(17)

17

diikuti dengan pegawai yang memiliki jumlah lama bekerja < 1 tahun sebesar 21%, dan yang paling sedikit adalah pegawai dengan jumlah lama bekerja 1-5 tahun sebesar 18%.

Data Deskriptif

Nilai mean bertujuan untuk menunjukkan rata-rata jawaban responden terhadap variabel yang digunakan pada penelitian ini seperti: beban kerja, penggunaan teknologi informasi, kecakapan teknologi, dan stres kerja, dapat diperoleh dengan rumus:

Interval = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑥 −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 6−1

5 = 1

Tabel 6. Tingkat Kategori Variabel Range Keterangan 5,00 – 5,99 Sangat Tinggi 4,00 – 4, 99 Tinggi

3,00 – 3,99 Sedang 2,00 – 2,99 Rendah 1,00 – 1,99 Sangat Rendah

Sumber: Data Primer, 2021

Mean adalah rata-rata dari setiap variabel untuk mengetahui tingkat kategori pada variabel, berikut ini merupakan tabel penjelasan dari setiap variabel:

Tabel 7. Stres kerja

Indikator Mean Kategori

Fisiologis

Daya tahan tubuh menurun 3,46 Sedang

Gangguan sistem pencernaan 2,96 Rendah

Mudah terserang penyakit 2,93 Rendah

Rata-rata fisiologis 3,12 Sedang

Psikologis

Perasaan cemas 3,48 Sedang

Perasaan gelisah 4,16 Tinggi

Mudah putus asa 3,18 Sedang

Mudah tersinggung 2,57 Rendah

Sulit berkonsentrasi 3,05 Sedang

Suka menunda pekerjaan 2,14 Rendah

Ketidakpuasan terhadap pekerjaan 2,27 Rendah

Bosan terhadap pekerjaan 2,25 Rendah

Kurang bersemangat dalam bekerja 2,05 Rendah

Tidak bahagia terhadap pekerjaan 2,00 Rendah

Rata-rata psikologis 2,72 Rendah

Perilaku

Tidak berangkat bekerja 2,11 Rendah

Kesulitan tidur 2,91 Rendah

Keinginan untuk berhenti bekerja 2,02 Rendah

Nafsu makan berkurang 2,72 Rendah

Rata-rata perilaku 2,44 Rendah

(18)

18

Rata-rata stres kerja 2,76 Rendah

Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa nilai mean variabel stres kerja sebesar 2,76 dan masuk dalam kategori rendah. Nilai mean paling tinggi terdapat pada indikator “Perasaan gelisah” sebesar 4,16. Nilai mean terendah terdapat pada indikator “Tidak bahagia terhadap pekerjaan” sebesar 2,00.

Tabel 8. Beban Kerja

Indikator Mean Kategori

Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisiologis 2,59 Rendah

Beban kerja biomekanika 3,02 Sedang

Rata-rata beban kerja fisik 2,80 Rendah Beban kerja mental

Konsentrasi 2,81 Rendah

Perasaan bingung 2,73 Rendah

Kewaspadaan 4,20 Tinggi

Ketepatan pelayanan 4,75 Tinggi

Rata-rata beban kerja mental 3,62 Sedang Beban kerja waktu

Kecepatan dalam mengerjakan pekerjaan 4,73 Tinggi Mengerjakan pekerjaan dua atau lebih

dalam waktu yang sama

4,63 Tinggi

Rata-rata beban kerja waktu 4,68 Tinggi

Rata-rata beban kerja 3,7 Sedang

Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 8. menunjukkan bahwa mean yang didapatkan dari variabel beban kerja sebesar 3,7 dan masuk ke dalam kategori sedang. Nilai mean yang paling tinggi terdapat pada indikator “Ketepatan pelayanan” dengan nilai sebesar 4,75. Nilai mean terendah terdapat pada indikator “Beban kerja fisiologis” dengan nilai sebesar 2,59.

Tabel 9. Penggunaan teknologi informasi

Indikator Mean Kategori

Intensitas Penggunaan

Penggunaan selama < 1 jam sehari

4,50 Tinggi Penggunaan selama 1-2 jam sehari

Penggunaan selama 3-4 jam sehari Penggunaan selama 5-6 jam sehari Penggunaan selama 7-8 jam sehari Penggunaan selama > 8 jam sehari

Rata-rata penggunaan selama sehari 4,50 Tinggi Frekuensi Penggunaan

Frekuensi penggunaan < 3 kali dalam seminggu Frekuensi penggunaan 3-5 kali dalam seminggu

(19)

19

Indikator Mean Kategori

Frekuensi penggunaan 6-8 kali dalam seminggu 3,20 Sedang Frekuensi penggunaan 9-11 kali dalam seminggu

Frekuensi penggunaan 12-15 kali dalam seminggu Frekuensi penggunaan > 15 kali dalam seminggu

Rata-rata frekuensi penggunaan dalam seminggu 3,20 Sedang Jumlah aplikasi yang digunakan

Menggunakan < 3 aplikasi

2,88 Rendah Menggunakan 3-4 aplikasi

Menggunakan 5-6 aplikasi Menggunakan 7-8 aplikasi Menggunakan 8-9 aplikasi Menggunakan > 10 aplikasi

Rata-rata jumlah aplikasi yang digunakan 2,88 Rendah Rata-rata penggunaan teknologi informasi 3,53 Sedang

Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa mean dari variabel penggunaan teknologi informasi adalah sebesar 3,53 dan termasuk ke dalam kategori sedang. Nilai mean tertinggi didapat dari indikator “Penggunaan selama 5-6 jam sehari” sebesar 4,50. Nilai mean terendah terdapat pada indikator “Menggunakan 3-4 aplikasi” sebesar 2,88.

Tabel 10. Kecakapan teknologi

Indikator Mean Kategori

Pengetahuan (Knowledge)

Memahami cara penggunaan teknologi informasi 4,73 Tinggi Memiliki pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni 4,73 Tinggi Rata-rata Pengetahuan (Knowledge) 4,73 Tinggi Kemampuan (Ability)

Memiliki kemampuan TI dalam berkomunikasi 4,84 Tinggi Memiliki kemampuan TI untuk mengatasi masalah 4,45 Tinggi Rata-rata Kemampuan (Ability) 4,65 Tinggi Keahlian (Skills)

Memiliki tingkat kecepatan pelayanan kepada masyarakat

4,82 Tinggi Memiliki keterampilan melaksanakan tugas fisik

maupun mental

4,55 Tinggi Rata-rata Keahlian (Skills) 4,69 Tinggi Rata-rata Kecakapan teknologi 4,69 Tinggi

Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa nilai rata-rata variabel kecakapan teknologi adalah sebesar 4,69 dan masuk dalam kategori tinggi. Nilai mean tertinggi terdapat pada indikator “Memiliki kemampuan TI dalam berkomunikasi” dengan nilai mean sebesar 4,84.

Nilai mean terendah terdapat pada indikator “Memiliki kemampuan TI untuk mengatasi masalah” dengan nilai mean sebesar 4,45.

(20)

20 Uji Hipotesis

Analisis berikutnya adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diuji ditolak atau diterima sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel tersebut. Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan variabel moderasi memoderasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 11. Uji hipotesis

X Y Sig Unstd.

Coef. Beta

Adjusted

R2 Kesimpulan

Beban kerja Stres kerja 0,002 1,010

0,421 H1 Diterima

Penggunaan TI Stres kerja 0,000 2,398 H2 Diterima

Beban kerja

Stres kerja

0,030 -5,721

0,316 H3 Diterima

Kecakapan teknologi (M) 0,010 -7,368

Beban kerja* Kecakapan

teknologi 0,009 0,257

Penggunaan TI

Stres kerja

0,755 -1,869

0,270 H4 Ditolak

Kecakapan teknologi (M) 0,390 -1,781

Penggunaan TI* Kecakapan

teknologi 0,422 0,153

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel 11. dapat diketahui bahwa model persamaan regresi linier berganda yaitu Y = -8,898 + 1,010 X1 + 2,398 X2 + e. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel beban kerja (X1) berpengaruh terhadap variabel stres kerja (Y). Variabel penggunaan teknologi informasi (X2) juga berpengaruh terhadap variabel stres kerja (Y).

Berdasarkan hasil uji t parsial terhadap hipotesis satu yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja sebesar 0,002 < 0,05 dan memiliki thitung sebesar 3,236 > ttabel 2,01954. Nilai unstandardized coefficients beta pengaruh beban kerja terhadap stres kerja sebesar 1,010 sehingga pengaruh beban kerja terhadap stres kerja memiliki arah yang positif. Kesimpulan pada uji t ini adalah H0 ditolak dan H1 yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh terhadap stres kerja diterima. Pengaruh tersebut juga memiliki arah yang positif artinya semakin tinggi beban kerja maka semakin tinggi pula stres kerja.

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap stres kerja, pengaruhnya ditunjukkan oleh nilai signifikansi pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja sebesar 0,000 < 0,05 dan variabel penggunaan teknologi informasi memiliki thitung sebesar 3,938 > ttabel 2,01954. Nilai unstandardized coefficients beta penggunaan teknologi informasi (X2) sebesar 2,398 yang berarti pengaruh

(21)

21

penggunaan teknologi informasi memiliki arah yang positif. Kesimpulannya adalah H0 ditolak dan H2 yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi berpengaruh terhadap stres kerja diterima. Terdapat pengaruh dengan arah yang positif antara penggunaan teknologi informasi dengan stres kerja sehingga dapat diartikan semakin tinggi penggunaan teknologi informasi maka semakin tinggi pula stres kerja.

Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,421 sehingga dapat diambil kesimpulan besarnya pengaruh variabel beban kerja dan penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja sebesar 42,1 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Diketahui model persamaan regresi moderasi Y = 208,425 – 5,721 X1 – 7,368 M + 0,257 X1*M + e. Berdasarkan hasil uji analisis regresi moderasi terhadap hipotesis tiga yang menyatakan bahwa kecakapan teknologi memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja, hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai signifikansi interaksi variabel kecakapan teknologi dengan beban kerja terhadap stres kerja sebesar 0,009 < 0,05. Kesimpulan pada uji ini adalah H0 ditolak dan H3 yang menyatakan bahwa variabel kecakapan teknologi memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja diterima. Diketahui nilai RSquare turun dari 0,412 menjadi 0,316 yang berarti variabel kecakapan teknologi memperlemah pengaruh beban kerja terhadap stres kerja.

Diketahui model persamaan regresi moderasi berikutnya adalah Y = 69,906 – 1,869 X2 – 1,781 M + 0,153 X2*M + e. H4 ditolak artinya kecakapan teknologi tidak memoderasi penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi interaksi kecakapan teknologi dengan penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja sebesar 0,422 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan data deskriptif, variabel stres kerja masuk dalam kategori rendah meskipun diketahui bahwa terdapat pegawai yang mengalami penurunan daya tahan tubuh ketika mengerjakan tugas kerja yang banyak dan tingginya pegawai yang merasakan perasaan gelisah ketika tidak dapat menyelesaikan tugas kerja tepat waktu. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor usia, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini, terlihat bahwa lebih banyak pegawai dengan usia 31-40 tahun. Menurut Ansori & Martiana (2017), usia 31-40 tahun merupakan usia dewasa dan pada usia tersebut seseorang akan lebih mengontrol stres karena dapat menerima situasi dan dapat melakukan pemikiran yang lebih logis. Faktor berikutnya adalah tingkat pendidikan.

Diketahui pegawai BKPSDM memiliki tingkat pendidikan sampai ke perguruan tinggi.

Menurut Irkhami (2015), semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah tingkat stres

(22)

22

kerjanya, karena dengan meningkatnya jenjang pendidikan maka keterampilan dalam mengerjakan tugas kerja akan bertambah sehingga dapat mengurangi kebingungan yang dapat menimbulkan stres kerja. Faktor selanjutnya adalah lama bekerja. Diketahui pegawai BKPSDM didominasi oleh pegawai yang memiliki masa kerja >5 tahun. Seseorang yang memiliki masa kerja yang lama maka semakin rendah stres kerjanya, hal tersebut karena orang tersebut lebih berpengalaman dalam mengerjakan tugas kerjanya (Irkhami, 2015).

Penjelasan data deskriptif berikutnya adalah tentang beban kerja yang termasuk dalam kategori sedang. Diketahui bahwa pegawai BKPSDM memiliki jam kerja yang sudah ditentukan, akan tetapi karena banyaknya program kerja yang harus dijalankan dan diselesaikan, pegawai BKPSDM harus membawa pulang tugas kerja tersebut untuk dikerjakan di rumah. Hal tersebut akan mengganggu waktu untuk beristirahat dan melakukan kegiatan rumah lainnya, meskipun begitu berdasarkan data deskriptif diketahui bahwa tugas kerja yang diberikan, tidak membuat pegawai BKPSDM mengalami beban kerja fisiologis. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya pegawai BKPSDM yang merasakan sakit kepala ketika mengerjakan tugas kerja. Berikutnya, berdasarkan karakteristik responden diketahui pegawai yang memiliki lama bekerja >5 tahun dan memiliki rentan usia 31-40 tahun lebih mendominasi.

Pengalaman dalam bekerja membuat pegawai BKPSDM dapat mengerjakan tugas kerja dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan pegawai dapat menyelesaikan tugas kerja dengan benar, mampu menyelesaikan tugas kerja tepat waktu, dan mampu mengerjakan 2 atau lebih tugas kerja yang diberikan dalam waktu bersamaan.

Berikutnya penjelasan mengenai penggunaan teknologi informasi yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan data deskriptif, diketahui bahwa rata-rata durasi per hari pegawai BKPSDM menggunakan teknologi informasi dalam hal ini komputer adalah selama 5-6 jam per hari. Durasi tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gunduz (2007), mengenai fakta durasi seseorang menggunakan komputer dalam bekerja adalah lebih dari 4 jam sehari.

Menurut Rompas et al., (2018) durasi penggunaan komputer kurang lebih 6 jamsehari sudah termasuk dalam kategori penggunaan yang cukup lama. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pegawai BKPSDM cukup lama dalam menggunakan komputer untuk bekerja setiap harinya.

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai variabel kecakapan teknologi yang termasuk dalam kategori tinggi. Diketahui bahwa pegawai BKPSDM didominasi oleh pegawai yang berusia <40 tahun. Menurut Sholeh (2017), pegawai yang berusia lebih muda memiliki kemampuan beradaptasi khususnya dalam menggunakan teknologi informasi yang terus berkembang, hal tersebut membuat pegawai muda lebih mudah menyerap setiap perubahan

(23)

23

teknologi yang terjadi sehingga keahlian dalam menggunakan teknologi bertambah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pegawai BKPSDM memiliki kecakapan teknologi yang tinggi karena Dinas BKPSDM didominasi oleh pegawai muda yang mana pegawai muda lebih mudah beradaptasi dalam menggunakan teknologi informasi.

Terdapat 34% pegawai BKPSDM yang berusia lebih dari 40 tahun. Pegawai yang berusia lebih dari 40 tahun cenderung memiliki pola kerja yang lambat serta konservatif dan lebih mengedepankan perilaku etis dalam bekerja (Sholeh, 2017). Hal tersebut yang menyebabkan pegawai BKPSDM memiliki perbedaan kecepatan dalam menyelesaikan tugas sehingga pegawai yang berusia lebih muda harus membantu tugas dari pegawai yang lebih tua khususnya tugas yang menggunakan teknologi informasi.

Berikutnya adalah pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis yang menghasilkan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja pegawai BKPSDM Kota Salatiga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati et al., (2018) dan Pertiwi et al., (2017) yang menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai dimensi beban kerja yang digunakan dalam penelitian ini, seperti beban kerja fisik yang didalamnya terdapat indikator fisiologis dan biomekanika, beban kerja mental yang didalamnya terdapat indikator konsentrasi, perasaan bingung, kewaspadaan, dan ketepatan pelayanan, serta beban kerja waktu dengan kecepatan dalam mengerjakan pelayanan dan mengerjakan 2 atau lebih pekerjaan dalam waktu yang sama sebagai indikatornya. Beban kerja yang berat dan terlalu banyak akan berdampak pada kesehatan fisik pegawai. Pegawai akan mudah mengalami kelelahan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Satrini et al., (2017) yang menyatakan bahwa beban kerja dapat menyebabkan pegawai merasa tertekan baik secara psikis maupun fisik. Beban kerja yang berlebih juga dapat menyebabkan pegawai mengalami penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiani et al., (2015). Pegawai BKPSDM harus menyelesaikan tugas kerja yang diberikan dengan benar dan tepat waktu, meskipun mengerjakan 2 atau lebih tugas kerja dalam waktu yang bersamaan. Pegawai yang mengerjakan beban kerja yang berat dan berlebih dapat mengalami stres kerja, karena semakin tinggi tugas kerja yang dibebankan maka semakin tinggi pula pegawai mengalami stres kerja.

Hasil pengujian berikutnya menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi memiliki pengaruh yang positif terhadap stres kerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mukhtar & Ismail (2019) dan Fernández et al., (2021) yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi yang berlebihan dapat menyebabkan munculnya stres kerja.

(24)

24

Carlotto et al., (2017) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa penggunaan teknologi informasi yang berlebih dapat mengakibatkan terjadinya ketidakpercayaan, kelelahan, kecemasan, dan ineffectiveness. Perangkat komputer merupakan salah satu produk teknologi informasi yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan tugas kerja. Pada penelitian ini menunjukkan intensitas penggunaan perangkat komputer yang cukup lama oleh pegawai BKPSDM dalam sehari.

Berdasarkan hasil uji analisis regresi moderasi, variabel kecakapan teknologi dapat memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Kecakapan teknologi dapat memperlemah pengaruh beban kerja terhadap stres kerja artinya pegawai yang memiliki kecakapan teknologi yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas kerjanya dapat mengurangi terjadinya stres kerja. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mukhtar dan Ismail (2019) yang menyatakan bahwa pegawai yang memiliki tingkat pemahaman yang rendah dalam menggunakan teknologi informasi dapat menyebabkan munculnya stres kerja, karena pegawai merasa kebingungan dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan jika pegawai memiliki tingkat pemahaman yang tinggi dalam menggunakan teknologi informasi untuk mengerjakan tugas kerja maka risiko munculnya stres kerja tidak terjadi. Pegawai akan merasakan cemas dan khawatir apabila tugas kerja yang diberikan tidak dapat selesai tepat waktu dikarenakan pegawai tidak dapat menggunakan perangkat teknologi informasi secara maksimal dalam bekerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2011).

Variabel kecakapan teknologi tidak mampu memoderasi pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja. Alasan variabel kecakapan teknologi tidak mampu memoderasi pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja karena diketahui jumlah aplikasi yang digunakan oleh responden sedikit sehingga tidak berdampak pada penggunaan teknologi informasi dan pengukuran aplikasi yang digunakan tidak diukur sesuai dengan pekerjaan. Alasan berikutnya adalah ada dugaan bahwa kecakapan teknologi dapat berpengaruh secara langsung terhadap stres kerja.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dihasilkan kesimpulan pertama yaitu beban kerja memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja, hal tersebut terjadi karena pegawai mengerjakan 2 atau lebih pekerjaan dalam waktu yang bersamaan sehingga pegawai mengalami kegelisahan apabila tidak dapat menyelesaikan dengan tepat waktu dan berpotensi mengalami stres kerja. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja maka

(25)

25

semakin tinggi pula stres kerja yang terjadi. Kesimpulan kedua adalah penggunaan teknologi informasi juga dapat mempengaruhi stres kerja. Hal tersebut dikarenakan pegawai menggunakan teknologi informasi dengan intensitas yang cukup lama sehingga memicu terjadinya stres kerja. Kesimpulan ketiga, kecakapan teknologi mampu memoderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Kecakapan teknologi mampu memperlemah pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Penjelasannya karena pegawai yang memiliki kecakapan teknologi yang tinggi dapat mengerjakan tugas kerja yang diberikan dengan menggunakan teknologi informasi sehingga dapat mengurangi potensi munculnya stres kerja. Kesimpulan terakhir adalah kecakapan teknologi tidak mampu memoderasi pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja, hal itu karena adanya faktor kecakapan teknologi yang tinggi dan pengalaman bekerja sehingga pegawai sudah terbiasa menggunakan teknologi informasi ketika bekerja.

Implikasi Terapan

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh maka dikembangkan implikasi terapan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Dinas BKPSDM Kota Salatiga.

Pertama, tidak membebankan pegawai untuk mengerjakan berbagai tugas kerja dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut agar pegawai dapat fokus menyelesaikan tugas kerja yang utama dengan cepat dan tepat. Kedua, Dinas BKPSDM Kota Salatiga perlu memperhatikan penggunaan teknologi informasi yang digunakan untuk bekerja terutama dari segi intensitas.

Intensitas penggunaan teknologi informasi perlu diatur agar tidak melebihi batas penggunaan normal. Implikasi terapan yang ketiga adalah Dinas BKPSDM Kota Salatiga juga perlu memperhatikan kecakapan teknologi terutama kemampuan pegawai dalam mengatasi masalah dengan menggunakan teknologi informasi.

Implikasi Teori

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya mengenai beban kerja yang memiliki pengaruh positif terhadap stres kerja yang dilakukan oleh Satrini et al., (2017), Pertiwi et al., (2017), dan Kurniawati et al., (2018) karena pegawai akan mengalami perasaan cemas dan gelisah ketika mengerjakan tugas kerja sehingga pegawai harus memiliki kemampuan dalam mengatur pola kegiatan seperti waktu untuk bekerja dan waktu untuk beristirahat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tarafdar et al., (2015), Mukhtar & Ismail (2019), dan Fernández et al., (2021) yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi dapat berpengaruh terhadap stres kerja. Kecakapan teknologi pada penelitian ini berperan sebagai variabel moderasi pengaruh beban kerja terhadap stres kerja dan pengaruh penggunaan

(26)

26

teknologi informasi terhadap stres kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecakapan teknologi yang dapat memoderasi atau dapat memperlemah pengaruh beban kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini mendukung penelitian secara empiris terhadap penelitian Kustono (2011), Mukhtar & Ismail (2019), dan Bondanini et al., (2020). Hasil berbeda terjadi pada variabel kecakapan teknologi yang tidak mampu memoderasi pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap stres kerja. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012), Setyadi dan Taruk (2019), dan Kusnayat et al., (2020).

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah dalam mengukur 3 variabel yaitu stres kerja, beban kerja dan kecakapan teknologi lebih berdasarkan persepsi pegawai sehingga dapat menimbulkan terjadinya high tendency bias atau penyimpangan yang dapat mempengaruhi dalam memberikan penilaian yang lebih tinggi. Selanjutnya, pada penelitian ini hanya berfokus pada penggunaan teknologi informasi berupa perangkat komputer sehingga tidak dapat disamakan untuk penelitian lain yang menggunakan teknologi informasi selain komputer seperti tablet, handphone, atau Personal Digital Assistant (PDA).

Saran Penelitian yang akan Datang

Saran untuk penelitian yang akan datang yaitu dapat menguji kecakapan teknologi sebagai variabel independen karena diduga berdasarkan uji regresi sementara kecakapan teknologi dapat berpengaruh secara langsung terhadap stres kerja.

(27)

27 DAFTAR PUSTAKA

Adisanjaya, K., Wahyuni, M. A., & Purnamawati, I. G. A. (2017). Pengaruh kemampuan personal, pelatihan dan pendidikan serta pemanfaatan teknologi terhadap efektivitas sistem informasi akuntansi pada Mini Market Bali Mardana. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Undiksha, 7(1).

Ahmad, A. (2012). Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi: Akar revolusi dan berbagai standarnya. Dakwah Tabligh, 13, 137–149.

Alannita, N. P., & Suaryana, I. G. N. A. (2014). Pengaruh kecanggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen, dan kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi pada kinerja individu. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):33-45, 2(4), 801–

810.

Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan faktor karakteristik individu dan kondisi pekerjaan terhadap stres kerja pada perawat gigi. The Indonesian Journal of Public Health, 12(1), 75. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.75-84

Anwas, O. M. (2013). Pengaruh pendidikan formal, pelatihan, dan intensitas pertemuan terhadap kompetensi penyuluh pertanian (The influence of formal education, training, and meeting intensity to the competence of agricultural extention education agent).

Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(1), 50–62.

Bondanini, G., Giorgi, G., Ariza-Montes, A., Vega-Muñoz, A., & Andreucci-Annunziata, P.

(2020). Technostress dark side of technology in the workplace: a scientometric analysis.

International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(21), 1–25.

https://doi.org/10.3390/ijerph17218013

Bondarouk, T., Parry, E., & Furtmueller, E. (2017). Electronic HRM: four decades of research on adoption and consequences. International Journal of Human Resource Management, 28(1), 98–131. https://doi.org/10.1080/09585192.2016.1245672

Buntin, M. B., Burke, M. F., Hoaglin, M. C., & Blumenthal, D. (2011). The benefits of health information technology: A review of the recent literature shows predominantly positive results. Health Affairs, 30(3), 464–471. https://doi.org/10.1377/hlthaff.2011.0178 Carlotto, M., Wendt, G., & Jones, A. (2017). Technostress, career commitment, satisfaction

with life, and work-family interaction among workers in information and communication technologies. Actualidades En Psicología, 31(122), 91–102.

https://doi.org/10.1002/sim.3613

Cooper, C., & Makin, P. (1995). Stres Manajemen yang Sukses dalam Sepekan. Jakarta:

Gambar

Tabel 1. Survei Frekuensi Penggunaan Perangkat TI
Gambar 1. Model penelitian  METODE PENELITIAN
Tabel 2. Operasionalisasi variabel
Tabel 3. Hasil uji validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease – 19 (COVID-19), pengungkapan dan penyajian atas dampak dan penanganan pandemi Covid-19 berpedoman dengan Surat

Maka dari itu dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana program pengembangan keberagamaan yang dilaksanakan sebelum terjadi pandemi COVID-19 dan pada saat pandemi

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019

Surat Edaran Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 11 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Catatan akhir tahun yang sedang anda baca ini dimaksudkan untuk mencerminkan laporan kerja suatu organisasi, tentunya melalui situasi pandemi COVID-19 selama tahun

Menuju Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Virus Corona: Hal-hal apa yang perlu

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran