• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah Karya Imam Nawawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah Karya Imam Nawawi"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AL-ARBA’IN AL- NAWAWIYAH KARYA IMAM NAWAWI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

HERMAN ABBA NIM: 20100113180

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bersangkutan dibawah ini:

Nama : Herman Abba

NIM : 20100113180

Tempat/Tgl. Lahir : Mangkutana, 25 Maret 1992 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. Sukaria 13 No. 09 Panakukkang Makassar

Judul : “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Arba’in Al- Nawawiyah Karya Imam Nawawi”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 24 Februari 2021

Penyusun,

Herman Abba

NIM: 20100113180

(3)

v

PENGESAHAN SKRIPSI

(4)

vi

KATA PENGATAR

Segala Puji bagi Allah atas limpahan rahmat-Nya, atas segala nikmat yang telah diberikan, baik nikmat Islam, iman dan sehat wal afiat. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah diberikan keistimewaan oleh Allah swt. yakni Jawami’ulkalim (ungkapan yang singkat namun maknanya padat).

Penulis bersyukur atas rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam kitab al-Arba’in al-Nawawi karya Imam Nawawi”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dari dalam dasar hati nurani penulis menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Muchtar dan ibunda Hayati yang telah membesarkan, mendidik dan membina penulis dengan penuh kasih sayang serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk penulis. Penelitian ini terselesaikan tentunya tidak dengan hasil kerja penulis pribadi, melainkan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. H. Wahyuddin, M.Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi penyusun untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

(5)

vii

2. Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag., Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah membina penulis selama proses penyelesaian studi.

3. H. Syamsuri, S.S, M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.

4. H. Syamsuri, S.S, M.A. dan Drs. Mappasiara, M.Pd.I., Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. dan Bakri Anwar S.Pd.I., M.A., Penguji I dan Penguji II, yang telah memberikan kritikan dan masukan yang membangun sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan serta UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2013 tanpa terkecuali, khususnya kepada rekan-rekan PAI 9,10 yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama mengemban pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

(6)

viii

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak memberikan uluran bantuan baik bersifat moril dan materi kepada penulis selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

Upaya penulisan dan penyusunan skripsi ini telah dilakukan secara maksimal.

Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan demi terciptanya penelitian yang lebih baik lagi. Akhirnya semoga skripsi ini memberi manfaat bagi semua pembaca, dan terkhusus kepada penulis sendiri. Aamin ya rabbal alamin.

Makassar, 24 Februari 2021 Penulis,

Herman Abba NIM: 20100113180

(7)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

SK MUNAQISY SKRIPSI ... iii

SURAT KETERANGAN HASIL MENELITI ... iv

PENGESAHAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

ABSTRAK ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1-10 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 7

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 11-43 A. Pengertian Nilai ... 11

B. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 12

C. Urgensi Pendidikan Akhlak ... 17

D. Landasan Pendidikan Akhlak ... 19

E. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 20

F. Ruang lingkup Pendidikan Akhlak ... 21

G. Upaya Pembinaan Akhlak ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44-46 A. Jenis penelitian ... 44

B. Objek Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 45

D. Teknik Analisis Data ... 45

(8)

x

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKANAKHLAK DALAM KITAB AL-ARBA’IN AL-NAWAWIYAH KARYA IMAM

NAWAWI ... 47-90

A. Biografi Penulis Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah ... 47

B. Tema-tema Pokok Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah... 52

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Arba’in Al- Nawawiyah ... 54

1. Akhlak Kepada Allah ... 55

a. Ketauhidan... 55

b. Takwa ... 57

c. Tawakkal ... 59

d. Do’a ... 61

e. Malu... 62

2. Akhlak Kepada Mahluk... 63

a. Akhlak Sesama Manusia ... 63

1) Berkata Baik ... 63

2) Dermawan ... 64

3) Menahan Amarah ... 66

4) Menjaga Kehormatan ... 68

5) Nasihat ... 70

6) Persaudaraan ... 72

7) Tolong Menolong ... 74

8) Pemaaf ... 76

b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri ... 77

1) Memelihara Kebersihan dan Keindahan ... 77

2) Zuhud ... 79

c. Akhlak Terhadap Tetangga dan Tamu ... 81

d. Akhlak Terhadap Binatang ... 82

D. Konsep Implementasi Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah dalam Pembelajaran Pendidikan Islam ... 83

1. Penanaman Akhlak melalui Mau’izah (Nasehat) ... 84

(9)

xi

2. Penanaman Akhlak melalui Uswatun Hasanah

(Keteladanan) ... 86

3. Penanaman Akhlak melalui Ta’wid (Pembiasaan)... 87

4. Penanaman Akhlak melalui Targhib dab Tarhib ... 88

BAB V PENUTUP ... 91-98 A. Kesimpulan... 91

B. Implikasi Penelitian ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

RIWAYAT HIDUP ... 98

(10)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba b be

ت Ta t te

ث Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim j je

ح Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ Kha kh ka dan ha

د Dal d de

ذ Żal ż zet (dengan titik di atas)

ر Ra r er

ز Zai z zet

س Sin s es

ش Syin sy es dan ye

ص Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع ‘Ain ‘ apostrof terbalik

(11)

xiii

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau di ftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

غ Gain g ge

ف Fa f ef

ق Qaf q qi

ك Kaf k ka

ل Lam l el

م Mim m em

ن Nun n en

و Wau w we

Ha h ha

ء Hamzah ’ apostrof

ى Ya y ye

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا Fathah a a

َ ا Kasrah i i

َ ا ḍammah u u

(12)

xiv Contoh:

َ فْي ك: kaifa

َ ل ْو ﮬ : haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Contoh:

َ تا م : mᾱta ى م ر : ramᾱ

َ لْي ق : qῑla

َ ت ْو م ي : yamūtu 4. Tᾱ’ marbutah

Transliterasi untuk tᾱ’ marbūṭah ada dua, yaitu: tᾱ’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َْى ى fathah dan ya’ Ai a dan i

َْو ى fathah dan wau Au a dan u

Harakat dan Huruf

Nama

Huruf dan Tanda

Nama ي ﹶ... ا ﹶ... fathah dan alif atau yā’ ᾱ a dan garis di atas

ىى kasrah dan yā’ ῑ i dan garis di atas

و ى ḍamah dan wau ū u dan garis di atas

(13)

xv

Sedangkan tᾱ’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tᾱ’ marbūṭah di ikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tᾱ’

marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

َ لا فْطَ ْلْاَ ة ض ْو ر : rauḍah al-aṭfᾱl

َ ة ل ضا فْلاَ ة نْي د مْل ا : al-madῑnah al-fᾱḍilah

َ ة مْكحْل ا : al-ḥikmah 5. Syaddah (Tasdid)

Syaddah atau tasydῑd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid ( ﹼ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

َ انَّب ر : rabbanᾱ ا نْيَّج ن : najjainᾱ

َ ق حْل ا : al-ḥaqq

َ م ع ن : nu“ima

َ و د ع : ‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ي ى) maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ῑ.

Contoh:

َ ي ل ع : ‘Alῑ (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

َ ي بَ ر ع : ‘Arabῑ (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

(14)

xvi 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah.

Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

َ سْمَّشل ا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

َْل َّزل ا

َ ة ل ز : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

َ ة ف سْل فْل ا : al-falsafah

َ د لا بْل ا : al-bilᾱdu 7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ ن ْو ر مَْأ ت : ta’mūrun

َ ع ْوَّنل ا : al-nau‘

َ ءْي ش : syai’un

َ ت ْر م أ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat

(15)

xvii

yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ᾱn), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditrans-literasi secara utuh. Contoh:

Fi Zilᾱl al-Qur’ᾱn

Al-Sunnah qabl al-tadwῑn 9. Lafẓ al-Jalᾱlah (الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudᾱf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ اللهَ نْي د dῑnullᾱh للهَا ب billᾱh

Adapun tᾱ’ marbūtah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalᾱlah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

َ اللهَ ة مْح رَْي فَْم ﮬ hum fi raḥmatillᾱh 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka

(16)

xviii

huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mᾱ Muḥammadun illᾱ rasūl

Inna awwala baitin wuḍi‘a linnᾱsi lallażῑ bi Bakkata mubᾱrakan Syahru Ramaḍhᾱn al-lażῑ unzila fih al-Qur’ᾱn

Naṣῑr al-Dῑn al-Ṭūsῑ Abū Naṣr al-Farābῑ Al-Gazālῑ

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abū

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subḥᾱnahū wa ta‘ᾱlᾱ saw. = ṣallallᾱhu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salᾱm

H = Hijrah

Abū al-Walῑd Muhammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walῑd Muhammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walῑd Muhammad Ibnu)

Naṣr Ḥᾱmid Abū Zaῑd, ditulis menjadi: Abū Zaῑd, Naṣr Hᾱmid (bukan: Zaῑd, Naṣr Hamῑd Abū

(17)

xix

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āl ‘Imrᾱn/3: 4

HR = Hadis Riwayat

Untuk karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat beberapa singkatan berikut:

ص = ةحفص

مد = ناكمَنودب معلص = ملسَوَهيلعَاللهَىلص

ط = ةعبط

ند = رشانَنودب خلا = هرخاَىلا\اﮬرخاَىلا

ج = زج

(18)

xx ABSTRAK Nama : Herman Abba

NIM : 20100113180

Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Arba’in Al- Nawawiyah Karya Imam Nawawi

Penelitian ini membahas tentang Nilai-Nilai Pendidikan akhlak dalam kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi. Penelitian ini dilakukan dengan Tujuan: (1) untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab al-Arba’in al-Nawawiyah, (2) untuk mengetahui konsep implementasi nilai- nilai pendidikan akhlak dalam kitab al-Arba’in al-Nawawiyah.

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui library research (kajian studi kepustakaan), dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode content analisis, analisis ini mengupas nilai-nilai pendidikan akhlak dari isi kitab al-Arba’in al- Nawawiyah. Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer yaitu, kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi itu sendiri.

Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa di dalam kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak, secara garis besar terbagi atas dua bagian, yakni: akhlak kepada Allah swt. dan akhlak kepada makhluk. (1) Akhlak kepada Allah meliputi: ketauhidan, takwa, doa, malu, dan tawakal., (2) Akhlak kepada makhluk meliputi: akhlak terhadap sesama manusia (berkata baik, dermawan, menahan amarah, menjaga kehormatan, nasihat, persaudaraan, penolong, pemaaf), akhlak terhadap diri sendiri (memelihara kebersihan dan keindahan dan zuhud), akhlak terhadap tetangga dan tamu, akhlak terhadap binatang. Beberapa nilai pendidikan tersebut dapat diimplementasikan di sekolah dan di dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan beberapa metode diantaranya metode mau’izah (nasihat), metode uswatuh hasanah (keteladanan), metode ta’wid (pembiasaan) dan metode targhib dan tarhib.

Dari hasil penelitian di atas maka penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan sebagai upaya untuk membangun dan mengembangkan pendidikan akhlak. yakni: (1) Bagi penulis yang konsen di bidang pendidikan, agar lebih giat belajar lagi, lebih mendalami ilmu-ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadis, dan membalut diri dengan akhlak mulia yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis, serta ikut berkontribusi dalam pembinaan akhlak anak. (2) Bagi jurusan Pendidikan Agama Islam FTK UIN Alauddin makassar dan lembaga pendidikan lainnya, agar menciptakan lulusan guru yang profesional, yaitu guru yang selain memiliki kompetensi akademik, pedagogik dan sosial, juga harus memiliki kompetensi kepribadian. (3) Bagi sekolah, agar mengoptimalkan pendidikan akhlak dan memberikan pembinaan akhlak secara intensif kepada seluruh siswa di sekolah agar tidak terjadi krisis akhlak yang membahayakan. (4) Bagi guru PAI (a) Harus memiliki sikap, prilaku, dan ucapan yang baik sebagai contoh bagi murid-muridnya.

(b) Terus mengkaji tentang kitab-kitab hadis terutama dalam bidang pendidikan akhlak. (c) Menerapkan metode pendidikan yang terdapat dalam hadis, khususnya metode yang mengandung ke-Islaman dan tentunya yang sesuai dengan pembahasan.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah adalah sebuah kitab yang berisi kumpulan hadis yang sangat masyhur di kalangan masyarakat muslim Indonesia, bahkan seluruh dunia Islam. Kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah dengan berbagai macam bentuk dan metode yang digunakan terus berkembang sampai saat ini, ditandai dengan banyaknya di pelajari kitab tersebut, terutama di pesantren- pesantren.1 Penulis kitab ini adalah Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam.2

Kitab al-Arba’in al-Nawawiyah yang terdiri atas empat puluh hadis yang setiap hadis merupakan kaidah (pondasi) agung di antara kaidah-kaidah agama Islam yang dinyatakan oleh para ulama sebagai poros Islam atau sebagai setengah bagian dari ajaran Islam, atau sepertiganya, atau sebutan lain yang semisal dengannya.3Mengenai kitab arba’in, Imam Nawawi sendiri telah menegaskan bahwa amatlah patut bagi mereka yang ingin pahala akhirat supaya mengetahui hadis-hadis ini, karena kandungannya yang meliputi perkara-perkara yang penting dan berisi peringatan dalam segala urusan ketaatan.4 Imam Nawawi juga menyatakan sebagaimana terdapat dalam kitab Syarah al-Arba'in al-Nawawi karya Ibnu ‘Atthar:

ِظَع ٌةَدِعاَق اَهْ نِم ٍثيِدَح ُّلُكَو ِنْيِ دلا َدِعاَوَ ق ْنِم ٌةَمْي

1 Imam Muhyiddin, Syarah Hadis Arba’in (solo: Pustaka Arofah, 2007), h. 18.

2 Syaikh Salimi bin ‘Ied Al-Hilali, Syarah riadhush Shalihin Terj. Bamuallim, Geis Abad (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), h. 4.

3 Tim Mutiara, Hadis Arba’in An-Nawawih (Yogyakarta: Mutiara Media, 2013), h. 5.

4Mustafa Abdul Rahman, Hadis Empat Puluh (Terjemah dan Syarahnya) (Kuala Lumpur:

Dewan Pustaka Fajar, 1989), h. 44.

(20)

2

Artinya:

Setiap hadis yang terdapat pada (al-Arba’in al-Nawawiyah) merupakan kaidah (pondasi) yang agung di antara kaidah-kaidah agama Islam.5

Apa yang ditegaskan beliau memanglah benar. Karena dalam kitabnya ini disusun hadis-hadis Rasul mengenai dasar agama, seperti hadis yang menitikberatkan soal iman, Islam, ibadah, akhlak, dan lain-lain yang pada keseluruhannya berkaitan dengan amal hidup setiap hari.6

Namun masih banyak orang termasuk penulis sendiri hanya sekedar mempelajarinya saja dan tidak berusaha untuk mengkaji lebih dalam mengenai isi atau makna yang terkandung di dalam kitab tersebut, padahal sebagaimana keterangan di atas bahwa kitab al-Arba’in al-Nawawi ini tersusun hadis-hadis Rasul mengenai dasar agama yang pada keseluruhannya berkaitan dengan amal hidup setiap hari, seperti hadis yang berkaitan dengan akhlak.

Dalam konteks Indonesia pada masa kini, dari sudut akhlak mulia kita mengamati fenomena yang memprihatinkan.7 Kerusakan moral bangsa sudah dalam tahap sangat mencemaskan karena terjadi di semua lini, baik di birokrasi pemerintahan, sesama penegak hukum, maupun masyarakat umum.8 Mari kita lihat saja apa yang sekarang terjadi. Korupsi bermunculan, eksploitasi orang-orang miskin semakin menjadi. Yang miskin pun tak punya kesadaran bahwa dirinya ditindas, kemudian malah “memakan” sesama kaum miskin. Kejahatan, kriminalitas,

5 Ibnu ‘Atthar, Syarah Al-Arbain An-Nawawiyah (Beirut: Dar Al-Basyair Al-Islamiyah, 2008), h. 39.

6Musthafa Abdul Rahman, Hadis Empat Puluh (Terjemah dan Syarahnya) (Kuala Lumpur:

Dewan Pustaka Fajar, 1989), h. 44.

7Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak/Budi pekerti dalam Ibadah &

asawuf (Cet. II; Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 5.

8Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoriritk dan Praktik (Jakarta, Ar-Ruzz Media, 2011), h. 5.

(21)

3

pencurian, dan kekerasan horizontal menunjukkan bahwa antara sesama orang miskin masih saling menjahati dan mengeksploitasi.9

Islam sebagai agama mayoritas yang dianut oleh orang Indonesia adalah agama yang melarang (mengharamkan) perbuatan zhalim. Nabi Muhammad saw.

bersabda sebagaimana yang termaktub dalam kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah:

ُالله ىَّلَص ِ ِبَِّنلا ئِنَع ُهْنَع ُالله يِضَر يِراَفِغْلا ٍ رَذ ِبَِأ ْنَع ِ بَر ْنَع ِهْيِوْرَ ي اَمْيِف َم لَسَو ِهْيَلَع

َّزَع ِه

10

اْوُم َل اَظَت َلاَف ًامَّرَُمُ ْمُكَنْ يَ ب ُهُتْلَعَجَو يِسْفَ ن ىَلَع َمْلُظْلا ُتْمَّرَح ِ نِّإ يِدابِعَيَ : َلاَق ُهَّنَأ َّلَجَو

Artinya:

Dari Abu Dzar al-Ghifari r.a. berkata, Rasulullah saw. mensabdakan firman Allah swt: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezhaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zhalim.”

Kerusakan moral kini bukan hanya terjadi di kalangan birokrasi pemerintahan dan aparat penegak hukum, melainkan juga sudah meracuni masyarakat. Pelanggaran moral menyebar di berbagai lapisan masyarakat, termasuk dalam institusi pendidikan.11 Persoalan terbesar dalam dunia pendidikan saat ini adalah budaya kekerasan yang hadir dan mempengaruhi perkembangan karakter seseorang.12

Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mencatat kasus tawuran di Indoesia meningkat 1,1 persen sepanjang 2018. Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listiyarti mengatakan, pada tahun lalu, angka kasus tawuran hanya 12,9

9Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoriritk dan Praktik, h. 9.

10Ibnu Atthar, Syarah Al-Arbain An-Nawawiyah (Beirut: Dar Al-Basyair Al-Islamiyah, 2008), h. 131.

11Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoriritk dan Prkatik (Jakarta, Ar-Ruzz Media, 2011), h. 5.

12Budy Munawar-Rachman, Pendidikan Karaker Pendidikan Menghidupkan Nilai untuk Pesantren, Madrasah dan Sekolah (Cet. III;The Asia Foundation, 2017), h. 17.

(22)

4

persen, tapi tahun ini menjadi 14 persen. "Padahal 2018 belum selesai, tapi angkanya sudah melampaui tahun sebelumnya," ujarnya saat ditemui Tempo di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, 12 September 2018. Buktinya, kata Retno, sejak 23 Agustus 2018 hingga 8 September 2018, pihaknya menerima empat laporan tawuran di Jakarta. “Keempat kasus tawuran melibatkan siswa,” katanya. Keempat kasus tawuran pelajar itu terjadi di Permata Hijau, Jalan Ciledug Raya wilayah Kota Tangerang, Jalan Ciledug Raya wilayah Kreo, dan kolong jalan tol JORR Wiyoto Wiyono. Tawuran di Permata Hijau terjadi pada Sabtu dinihari, 1 September 2018.

Sekolah yang terlibat adalah SMA Muhammadiyah 15 Slipi melawan geng Gusdon beranggotakan siswa SMAN 32 Jakarta, Madrasah Anajah, dan Husni Thamrin.

Akibat tawuran ini, seorang siswa berinisial AH, 16 tahun, tewas karena sabetan senjata tajam. AH juga disiram menggunakan air keras oleh pelaku. Tawuran di Jalan Ciledug Raya wilayah Kota Tangerang terjadi pada 23 Agustus 2018, serta melibatkan SMK Yuppentek dan SMA Kosgoro Ciledug, Tangerang. Penyebab tawuran diduga karena saling ejek saat berpapasan.13

Islam adalah agama rahmatan lil‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.14 Seorang muslim belum memiliki keimanan yang sempurna melainkan jika sudah tertanam pada dirinya sifat kasih sayang (rahmat). Dalam kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah hadis ke-13 Rasulullah saw. bersabda:

13 Tempo, KPAI: Tawuran Pelajar 2018 Lebih Tinggi Dibanding Tahun Lalu (Diakses pada 20 february 2020).

14 Prajuritilahi, Islam Adalah Agama Rahmatan Li Al-‘Alamin (Diakses pada 1 Agustus 2020).

(23)

5

ُالله ىَّلَص ِ ِالله ِلْوُسَر ِمِداَخ ،ُهْنَع ُالله َيِضَر ِكِلَام ْنِب ْسَنَا َةَزَْحَ ِبَِا ْنَع نَع ،َم لَسَو ِهْيَلَع

َّلَص ِ ِبَِّنلا ُالله ى

َلاَق َم لَسَو ِهْيَلَع ِهِسْفَ نِل ُّبُِيَُام ِهْيِخَِلِ ُّبُِيُ َّتَح ْمُكُدَحَا ُنِمُْيَُلا :

هاور (

15) ملسم و ىراخبلا Artinya:

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik r.a. pelayan Rasulullah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Tidak (sempurna) keimanan seorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Akan halnya kasih sayang ini, Abu Abdillah Syammi bertemu Thawus.

Berkata Thawus kepadanya, “Bahwa jika isi Taurat, Injil dan Al-Qur’an disingkat hanya berisi tiga hal: (1) Takut kepada Allah, hingga tiada yang kau takuti, kecuali Allah. (2) Berharaplah kepada-Nya, miliki rasa takutmu kepada-Nya. (3) Cintailah kepada sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.”16

Fenomena kemerosotan akhlak tersebut semakin mempertegas urgensi dan pentingnya pemberdayaan kembali pendidikan akhlak. Hemat penulis, pendidikan akhlak merupakan faktor penentu atau instrument kunci dalam upaya memproduk, membangun, atau mengembangkan individu dan masyarakat yang beradab, sesuai dengan nilai-nilai akhlak al-karimah. Dalam Islam, akhlak menempati posisi sentral (inti ajaran Islam). Pembuktian statement ini didasarkan pada pengakuan Muhammad saw. bahwa misi kerasulan beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia:

17

(كلام هاور) . ِقَلاْخَْلِا َمِرَاكَم َمِ َتُِلِ ُتْثِعُب َاَّنَّ ِا

Artinya:

15 Ibnu ‘atthar, Syarah Al-Arbain An-Nawawiyah (Beirut: Dar Al-Basyair Al-Islamiyah, 2008), h. 97.

16Jejen Musfah, Bahkan Tuhan Pun Bersyukur (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2003), h. 50.

17 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, terj. Wawan Djunaedi Soffandi (Jakarta: Mustaqiim, 2004), h. 13.

(24)

6

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.

Malik)

Ini bermakna bahwa Islam yang di dakwahkan Rasulullah adalah suatu sistem syari’ah yang menata idealitas hubungan seorang muslim dengan Allah swt. dengan diri sendiri, sesama manusia dan alam semesta.18

Hadis sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an merupakan pedoman dalam berakhlak bagi umat Islam. Dan sebagaimana telah dipaparkan di atas terkait dengan kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyah yang terdapat di dalamnya nilai-nilai luhur akhlak tentunya harus diambil sebagai sebuah pelajaran dan perenungan untuk dijadikan pedoman berakhlak bagi umat Islam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitan dengan judul. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah Karya Imam Nawawi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab al-Arba'in al-Nawawiyah?

2. Bagaimana konsep Implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab al- Arba'in al-Nawawiyah dalam pembelajaran pendidikan agama Islam?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Sebelum penulis menguraikan dan membahas skripsi ini yang berjudul “Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab al-arba’in al-Nawawiyah karya Imam

18Edi Sucipno, Urgensi Pendidikan Akhlak Membentuk Karakter Islami ( Diakses 3 Agustus 2020 ).

(25)

7

Nawawi” maka terlebih dahulu dikemukakan dan dijelaskan fokus penelitian skripsi ini untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami dan menanggapi skripsi ini.

Nilai-nilai pendidikan akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, nilai-nilai pendidikan akhlak berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di dalam kitab al-arba’in al-Nawawiyah yang ditulis oleh Imam Nawawi serta konsep implementasinya dalam pembelajaran PAI.

Adapun deskripsi fokus nilai-nilai pendidikan akhlak dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang diperoleh dari buku, artikel, dan hasil bacaan dari internet.

D. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka atau skripsi yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Shubhi Rosyad tahun 2013 dengan judul skripsi

“Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam buku “Keajaiban Pada Semut” Karya Harun Yahya”, Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti ini adalah objek skripsi di atas sama-sama pendidikan akhlak.

Perbedaan skripsi di atas dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, pada skripsi di atas subjek penelitianya adalah buku “Keajaiban Pada Semut”

Karya Harun Yahya sedangkan pada penelitian ini adalah kitab al-Arba’in al- Nawawiyah Karya Imam Nawawi.

2. Skripsi oleh Muhammad Latif tahun 2012 dengan judul skripsi “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel “Cinta Suci Zahrana” Karya Habiburrahman El-Shirazy”, persamaan skripsi di atas dengan penelitian ini adalah pada objek

(26)

8

penelitian yakni sama-sama meneliti tentang pendidikan akhlak. Perbedaan skripsi di atas dengan penelitian ini adalah pada subyek penelitian, pada skripsi di atas subyek penelitiannya adalah Novel “Cinta Suci Zahrana” Karya Habiburrahman El-Shirazy, sedangkan pada penelitian ini adalah kitab al- Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi.

3. Skripsi oleh Yasinta Maharani tahun 2017 dengan judul skripsi “nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam novel dalam mihrab cinta karya Habiburahman El-Shirazy”, Adapun persamaan penelitian di atas adalah sama-sama meneliti pendidikan akhlak. Perbedaan skripsi di atas adalah pada subjek penelitiannya, pada Skripsi di atas subjek penelitiannya adalah novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburahman El-Shirazy, sedengkan pada penelitian ini adalah kitab Al-Arba’in Al-Nawawiyah karya Imam Nawawi.

4. Skripsi oleh Abdul Kirom tahun 2013 dengan judul skripsi “Nilai-Nilai pendidikan akhlak dalam kitab Wasaya Al-Aba’ li al-Abna’ karangan Syaikh Muhammad Syakir dan relefansinya terhadap pendidikan agama Islam”.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama- sama meneliti tentang pendidikan akhlak. Perbedaan skripsi di atas dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, pada skripsi di atas subjek penelitiannya adalah kitab Wasaya al-Aba’ li al-Abna’ karangan Syaikh Muhammad Syakir, sedengkan pada penelitian ini adalah al-Arba’in al- Nawawiyah karya Imam Nawawi.

5. Skripsi oleh Ahmad Izuddin Luifi tahun 2019 dengan judul skripsi “Nilai- Nilai pendidikan karakter dalam kitab al-Akhlak Lil al-Banin jilid I karya Umar Bin Ahmad Baradja”. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian

(27)

9

yang akan di teliti adalah pada objek penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan akhlak. Perbedaan skripsi di atas dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, pada skripsi di atas subjek penelitiannya adalah kitab al-Akhlak Lil al-banin jilid I karya Umar Bin Ahmad Baradja, sedengkan pada penelitian ini adalah kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab al- Arba'in al-Nawawiyah.

b. Relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak kitab al-Arba'in al-Nawawiyah dalam pembentukan pribadi islami.

2. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap melalui penelitian ini memberikan banyak manfaat bagi perkembangan pendidikan Islam. Secara terperinci manfaat yang diharapkan sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak, sehingga dapat menjadi acuan dalam bersikap dan bertingkah laku serta sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

b. Bagi Lembaga Pendidikan Formal

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dalam membangun akhlak yang luhur pada seluruh lapisan lembaga pendidikan selain itu dapat menjadi pertimbangan

(28)

10

untuk diterapkan dalam pendidikan Islam sebagai solusi dalam membentuk akhlak umat, bangsa dan negara.

c. Bagi Umat Islam Secara Umum

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di dunia Islam terutama tentang pendidikan akhlak, juga sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan akhlak sehingga memperkaya wawasan dan pengetahuan.

(29)

11 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Nilai

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun prilaku.19

Menurut Khoiron Rosyadi, ia mengemukakan bahwa “nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindaan dan tujuan tertentu.”20 Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, dan mentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Dengan adanya nilai maka seseorang dapat menetukan bagaimana ia harus bertingkah laku agar tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku, karena di dalam nilai terdapat norma-norma yang dijadikan suatu batasan tingkah laku seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nilai berasal dari bahasa Inggris

“value” termasuk dalam bidang kajian filsafat. Nilai diartikan harga atau sifat-sifat (hal-hal) yang penting bagi manusia.21

Menurut Elly M Setiadi, nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.22 Sedangkan menurut Achmad Samusi, “secara sederhana, nilai bisa dimaknai sebagai suatu yang penting, berharga, yang seharusnya, yang

19A. Sadeli, Dasar-dasar Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam PadaPerguruan Tinggi Umum (Jakarta: Bintang-Bintang, 1984), h. 260.

20Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 114.

21Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 783.

22Elly M Setiadi dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Cet. V; Jakarta : Kencana. 2009), h. 31.

(30)

semestinya, yang bermakna, dan seterusnya.23 Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu itu berharga, mempunyai kegunaan, kebenaran, kebaikan dan keindahan. Itulah sebabnya, nilai seringkali dipahami sebagai hal-hal yang dianggap baik, indah, benar dan pantas. Sebaliknya hal-hal yang buruk, tidak indah, salah dan tidak pantas dianggap tidak bernilai.

Dari definisi-definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang dianggap sebagai sesuatu yang penting, baik, benar, indah dan berharga, sehingga nilai menjadi dasar pertimbangan seseorang dalam memilih dan juga menentukan sikap serta mengambil keputusan B. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan akhlak. Sebelum menguraikan lebih jauh tentang pendidikan akhlak serta agar mendapatkan pemahaman yang utuh, maka terlebih dahulu penulis menguraikan tentang pengertian pendidikan dan akhlak.

1. Pengertian pendidikan

Pendidikan adalah berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe”

dan akhiran “an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah in kemudian di terjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau

23Achmad Sanusi, Sistem Nilai (Alternatif Wajah-Wajah Pendidikan) (Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2015), h. 16.

(31)

bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering di terjemahkan dengan

“Tarbiyah” yang berarti pendidikan.24

Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’dib”.

Kata “ta’dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi dan mencangkup seluruh unsur-unsur pengetahuan (Ilmu), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan kata-kata “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari peredarannya, sehinggah para ahli didik Islam bertemu dengan istilah “al-tarbiyah” atau “tarbiyah”, sehinggah sering disebut tarbiyah.25 Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “rabba-yurobbi- tarbiyantan” Yang artinya tumbuh dan berkembang.26

Adapun pengertian pendidikan menurut para ahli antara lain:

a. John Dewey

Pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (Intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju arah tabiat manusia dan manusia biasa.27

b. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan merupakan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menurut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya.28

24Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VIII; Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 13.

25Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 16.

26Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama (Bandung: Ramadhani, 1993), h. 9.

27M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 1.

28Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), h. 19.

(32)

c. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.29

d. Jalaluddin dan Abdullah Idi

Pendidikan di artikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanmkan nilai-nilai dan dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiannya.30

Dari pengertian-pengertian yang telah disebutkan di atas, dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam membina jasmani dan rohani manusia secara seimbang serta mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat mencapai manusia seutuhnya, atau dengan kata lain, pendidikan yaitu suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan dan pengarahan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berfikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

29Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1962), h. 19.

30Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia Filsafat dan Pendidikan (Jakarta:

Rajawali, 2013), h. 9.

(33)

2. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata

قلخ

(Khuluq), yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat, dan muru,ah.31 Dengan demikian, secara etimologi, akhlak dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat.32

Sedengkan para ahli mendefinisikan akhlak, antara lain:

a. Imam al-Ghazali (1055-1111 M)

Akhlak adalah hay’at atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan dan norma agama, ia dinamakan akhlak yang baik tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang jahat, maka ia dinamakan akhlak yang buruk.33

b. Al-Qurtubi

Suatu perbuatan yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.34

c. Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M)

Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu. Keadaan tersebut kepada seseorang

31 Ensiklopedi Islam, Akhlak (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Houve, 2005), h. 130.

32 W.J.S. poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 1985), h.

25.

33 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 14.

34 Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jus 8 (Qahirah: Dar Asy-Sya’bi, 1913), h. 6.706.

(34)

boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan, dan boleh jadi juga merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan.35

d. Abu Bakar Jabir al-Jazairi

Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.36

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang, yang darinya akan lahir perbuatan-perbuatan secara spontan; tanpa melalui proses pemikian, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam, ia adalah akhlak yang baik. Namun jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang buruk dan tercela, ia adalah akhlak yang buruk.

3. Pengertian Pendidikan Akhlak

Dengan pengertian tentang akhlak baik dari segi bahasa maupun istilah sebagaimana tersebut diatas tampak erat kaitannya dengan pendidikan, yang pada intinya upaya menginternalisasikan nilai-nilai, ajaran, pengalaman, sikap dan system kehidupan secara holistic sehingga menjadi sifat, karakter dan kepribadian peserta didik.37

Selanjutnya, setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak, maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan

35 M. Syatori, Ilmu akhlak (Bandung: Lisan, 1987), h. 1.

36 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 2-3.

37 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 208.

(35)

akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai- nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan kearah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berfikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, dimana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan perbuatab itu harus kontan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan.

C. Urgensi Pendidikan Akhlak

Ada beberapa pemikiran yang mendasari tentang pentingnya membahas tentang akhlak dalam hubungannya dengan pendidikan sebagai berikut:

1. Naluri dasar manusia baik secara individu, maupun sosial menginginkan sebuah kehidupan yang tertib, aman, damai, dan nyaman, sehingga memungkinkan mereka dapat mengaktualisasikan seluruh potensinya, berupa cipta, rasa dan karsanya secara optimal, dalam bentuk kebudayaan dan peradaban. Guna mewujudkan keadaan yang demikian itu diperlukan adanya norma, akhlak, aturan dan nilai-nilai moral yang disepakati bersama dan digunakan sebagai acuan.38 Dengan demikian dengan adanya akhlak, norma/aturan-aturan, akan menjadikan sebuah bangsa akan berjaya dan

38Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, h. 205.

(36)

sebaliknya jika sebuah bangsa yang tidak memiliki akhlak maka bangsa itu akan hancur dan binasa.

2. Akhlak merupakan misi dari para Nabi dan Rasul. Setiap Nabi dan Rasul pada umumnya datang atau diutus oleh Allah kesuatu wilayah yang masyarakatnya dalam keadaan yang kacau yang di sebabkan karena akhlaknya yang menyimpang. Seperti Nabi Muhammad saw. yang diutus untuk kaumnya yang sedang rusak akidah, ibadah, sistem sosial, ekonomi, politik, hukum dan kebudayaanya. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlak.

3. Akhlak merupakan sesuatu yang sangat berat untuk diperbaiki.

Sehingga di rumuskanlah oleh para ulama-ulama sufi tentang cara-cara menanamkan akhlak mulia dan menghilangkan akhlak tercela dengan mujahadah, riyadhah, dan lain-lain.

4. Menanamkan akhlak mulia dan membersihkan akhlak yang tercela dari diri seseorang adalah salah satu tugas utama dari pendidikan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai rumusan tentang tujuan pendidikan yang intinya ingin mewujudkan sosok manusia yang berakhlak.

5. Inti ajaran Agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul berisikan tentang ajaran akhlak yang mulia.39

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penanaman akhlak pada setiap individu maka semua akan terasa aman, damai, dan nyaman baik itu secara individu maupun secara sosial.

39Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, h. 207.

(37)

D. Landasan pendidikan Akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan sunnah, maka itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al- Qur’an dan sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi.40 Sebagaimana landasan akhlak dalam firman Allah QS al-Qalam/68: 4.

ٍمْي ِظ َع ٍق ُ ل ُخ ى ٰ

ل َع َ ل َكَّنِا َو

Terjemahnya:

“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”41

Firman Allah QS al-Ahzab/33: 21.

ْد َ ق َ

َ ل نا َ

ك ْم ُ

ك َ ْيِف ل ِل ْو ُس َر ِ ٰ

للّا ة َو ْس ُ

ا ةَن َس َح ْن َمِ ل

َ نا َ ك او ُج ْرَي َ ٰ

للّا ْو َي ْ

لا َو َر ِخ ٰ َم

ا ْ لا َر َ

كَذ َو َ ٰ

للّا

ا ًرْيِث َ ك

Terjemahnya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.”42

Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. Aisyah menjawab:

43

(دحَأ هاور ) نَاْرُقْلا ُهُقُلُح َناَك

Artinya:

40Rosihon Anwar, Akhlak Tasaswuf (Cet. X; Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 22.

41 Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahnya, h. 564.

42 Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahnya, h. 420.

43 Rosihon Anwar, Akhlak Tasaswuf, h. 20.

(38)

“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an” (HR. Imam Ahmad)

Maksud dari perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah saw. baik yang zhahir maupun yang batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an.44

Hal di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan Sunnah adalah dasar dan pijakan pendidikan akhlak, sekaligus juga sebagai sumber syari’at dalam Islam yang harus dipegang secara utuh.

E. Tujuan Pendidikan Akhlak

Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdhaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim, secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.45

Tujuan adalah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok.46 Sedangkan tujuan menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.47

44 Rosihon Anwar, Akhlak Tasaswuf, h. 20.

45Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam (Cet. IV;

Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 178.

46Muhammad Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), h. 1.

47Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, h. 178.

(39)

Tujuan utama dari pendidikan akhlak adalah supaya setiap muslim mempunyai budi pekerti, tingkah laku, perangai serta adat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam, yakni yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-sunnah.48

Menurut Ramayulis, tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah “untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci, dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).49

Sedangkan Abudin Nata menyatakan bahwa “tujuan pendidikan akhlak adalah untuk memberikan pedoman bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melaksanakannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha menghindarinya.50

Berdasarkan definisi di atas, maka tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menanamkan dan mendisiplinkan nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah tentang baik-buruk atau terpuji-tercela yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah ke dalam diri muslim agar ia berkemampuan memilih untuk menampilkan prilaku yang baik atau terpuji dan menghindari atau meninggalkan prilaku buruk atau tercela dalam kehidupannya.

F. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Akhlak secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni akhlak yang baik yaitu akhlak Mahmudah dan akhlak yang buruk yaitu akhlak Madzmudah.

48Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Cet. X; Bandung: CV Pustaka setia, 2010), h. 25.

49Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. XII; Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 149.

50Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 13.

(40)

Adapun akhlak terbagi atas dua kategori antara lain:

1. Akhlak yang baik (akhlak al-Mahmudah) yaitu perilaku yang dimana akal pikiran (rasio) maupun syari’at agama Islam tidak menolaknya, artinya bahwa perilaku-perilaku tersebut sesuai dengan norma dan ajaran-ajaran agama Islam.

2. Akhlak tercela (akhlak al-Madzmudah) yaitu perilaku atau perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan akal pikiran dan syari’at agama Islam.

Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, yaitu pola hubungan manusia dengan Allah (khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluk (baik manusia maupun selain manusia). Adapun akhlak mahmudah dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah swt. (Khaliq)

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan/khalik.

Menurut Abudin Nata sekurang kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia dan dia menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah juga menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), lalu ia menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.

(41)

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagaibahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.51 Itulah empat alasan mengapa kita sebagai makhluk-Nya harus menunjukkan akhlak kita kepada sang khaliq, dan sudah sepatutnya bagi manusia yang telah diberikan berbagai nikmat oleh Allah swt. untuk berakhlak baik kepada Allah swt. banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah swt. Di antaranya adalah:

1) Menauhidkan Allah swt

Tahuid adalah mengesahkan Allah, mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Tahuid dapat berupa pengakuan bahwa Allah swt. satu- satunya yang memiliki sifat rububiyah, uluhiyah, dan Asma wa shifat 2) Tobat

Tobat adalah sikap menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjahuinya, serta menggantikannya dengan perbuatan baik. Menurut Imam al-Nawawi dalam Riyadhush shalihin, tobat itu wajib bagi setiap dosa. Apabila seorang hamba melakukan maksiat kepada Allah swt., ada 3 syarat yang harus dipenuhi, pertama,

51 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 149.

(42)

meninggalkan maksiat; kedua, menyesali perbuatannya; dan ketiga berjanji untuk tidak melakukan maksiat kembali.52

Apabila dosa tersebut berkenaan dengan hak manusia, tiga syarat tersebut di tambah satu hal, yaitu keempat, mengembalikan hal tersebut kepada pemiliknya. Dalam hal ini, apabila berbentuk harta atau sejenisnya, harus mengembalikan harta tersebut. Apabila berbentuk tuduhan, harus meminta maaf kepada orang yang di tuduh. Adapun berbentuk ghiba, harus meminta halalnya.

3) Husnuzhan (Baik sangka)

Husnuzhan terhadap keputusan Allah swt. merupakan salah satu akhlak terpuji. Diantara ciri akhlak terpuji ini, adalah ketaatan yang sungguh-sungguh kepada-Nya. Karena sesungguhnya, apa yangdi tentukan oleh Allah kepada seorang hamba, adalah jalan terbaik baginya.53

Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib untuk taat kepada Allah dan selalu berprasangka baik terhadap ketentuan yang diberikan Allah kepada kita.

4) Dzikrullah

Secara etimologi, dzikir berakar dari kata dzakara yang artinya mengingat, memerhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti, dan ingatan.

Dzikrullah adalah ibadah yang ringan dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi di dalamnya tersimpan hikma dan pahala yang besar, berlipat ganda.

52 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak (Jakarta: Amzah, 2016), h. 183.

53 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, h. 185.

(43)

Al-Qusyairi dalam risalah Al-Qusyairiyah, menjelaskan bahwa dzikir adalah rukun (tiang) yang paling kuat sebagai jalan menuju Allah swt., atau bahkan sokoguru tarikat. Artinya, seorang tidak akan bisa sampai kepada Allah, apabila tidak menjalankan dzikir secara terus menerus.54

Dengan melakukan zikir setiap hari berarti kita selalu mengingat Allah swt. dan selalu berusaha untuk menjahui segala larangan-Nya serta mendekatkan diri kepada-Nya.

5) Tawakkal

Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang di harapkan. Oleh karena itu, syarat utama bagi seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus berusaha sekuat tenaga, kemudian menyerahkan ketentuannya kepada Allah swt.

Menurut al-Ghazali tahuid merupakan landasan dari bagi tawakkal.

Sementara itu, tawakkal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman mnusia akan takdir, ridha, ikhtiar dan do’a. tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah swt., untuk mrendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemunduran, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat.55

54 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, h. 187.

55 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, h. 189.

(44)

Sebagai orang yang beriman kita wajib bertawakkal kepada Allah, karena dengan tawakkal kepada Allah berarti kita sudah menyerahkan semua urusan kepada Allah baik di dunia maupun di akhirat.

6) Tadharru (merendahkan diri kepada Allah)

Tadharru adalah merendahkan diri kepada Allah swt. Beribadah atau memohon kepada Allah hendaklah dengan cara merendahkan diri kepada-Nya, dengan sepenuh hati mengucapkan tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan memuja asma Allah swt.56

Orang yang tadharru, hatinya bergetar apabila mendengar ayat-ayat Al- Qur’an dibacakan, imannya bertambah, dan bertawakkal. Mereka juga menjalankan segala perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Adapun akhlak terhadap sesama manusia adalah sebagai berikut:

1) Akhlak terhadap Rasulullah saw

Nabi Muhammad saw. adalah Nabi utusan Allah swt. yang harus dimuliahkan oleh seluruh umat Islam. Setiap orang beriman haruslah menyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, penutup semua nabi dan rasul, tidak ada Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. Beliau diutus oleh Allah swt. untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat.

Kedatangan beliau sebagai utusan Allah merupakan rahmat bagi seluruh alam atau rahmatan lil ‘alamin.

56 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, h. 191.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi diet, misalnya dengan menempelkan tulisan “DIET!!!” pada pintu kamar atau ruang makan, menampilkan tokoh idola

Dengan menggunakan kapal selam pembanding dengan ukuran yang hampir sama maka dapat disimpulkan desain propeller high skew 45 o layak digunakan sebagai propeller

Pengendalian alih fungsi lahan pertanian berbasis kondisi sosial dapat dilakukan melalui upaya: Pemeliharaan Prasarana/Sarana Lahan Usahatani; Mendorong terwujudnya

1.4.1.1 Setelah kegiatan diskusi peserta didik dapat mengamalkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur tentang wilayah negara, warga

pendapatnya atau pengetahuan yang telah mereka diskusikan dengan temannya.  Membuat kesimpulan tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan erat dengan kalimat thayyibah

Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Enung Mariah dan Syarifah Fatimah) Penelitian ini bertujuan untuk (1) memperoleh data tentang

Keempat, aspek stereotipe yang berupa isi ( content ) dimana karakter tertentu dihubungkan dengan suatu kelompok, namun isi ( content ) sendiri dapat berubah melalui

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per