Tim Pengajar
Kuliah Pembekalan KKN-Tematik (KKN-T)
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB
2017
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
PENGELOLAAN HAMA TERPADU / PHT
(INTEGRATED PEST MANAGEMENT)
• Latar Belakang:
– Kegagalan pengendalian hama dengan pestisida sintetik karena:
• Terjadinya resistensi hama terhadap pestisida
• Terjadinya resusrjensi hama
• Timbulnya hama sekunder
– Kepedulian terhadap lingkungan
– Kepedulian terhadap kesehatan pekerja dan konsumen – Kebijaksanaan Pemerintah
• GBHN (sejak PELITA III)
• Inpres no 3 Tahun 1986
• PP No. 6/1995 tentang Perlindungan Tanaman
• UU No 12/1992 – Budidaya tanaman
28/04/2012
TIM DEPT.PTN-IPB 3
PHT………..???
28/04/2012
TIM DEPT.PTN-IPB 4
• FAO 1974 : Sistem Pengendalian Hama dan Penyakit yang mengkombinasikan satu atau lebih cara yang kompatibel untuk menekan populasi atau tingkat kerusakan OPT di bawah
tingkat yang merugikan secara ekonomis dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan
• Workshop HPT – Faperta IPB 1994 : Sistem Pengendalian
hama dan penyakit yang memaksimumkan pengendalian
alamiah dan cara bercocok tanam, pengendalian kimiawi
dilakukan hanya jika diperlukan dengan mempertimbangkan
konsekuensi ekonomi, sosial dan budaya
• STRATEGI PHT
– Strategi preemtif : tindakan pengendalian yang didasarkan pada informasi keadaan serangan hama musim sebelumnya, literatur dan informasi
lain...berdasar pemahaman
– Strategi responsif : tindakan pengendalian yang
didasarkan pada informasi status hama pada musim yang sedang berlangsung, serta didasarkan pada evaluasi
terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan
pengendalian yang dilakukan...berdasarkan pemantauan.
28/04/2012
TIM DEPT.PTN-IPB 5
INFORMASI YANG DIPERLUKAN DALAM PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT
• Gejala
• Penyebab
• Sumber inokulum/biologi hama
• Pemencaran/Penularan
• Faktor yang berpengaruh
PENYEBAB KELAINAN PADA TANAMAN
Sakit (Arti Luas)
Virus, viroid Bakteri
Fungi, Oomycetes Tanaman parasit Nematoda
Serangga, Tungau Herbivora lain
Polutan Bahan kimia lainnya Tingkat keasaman
Tanah (pH)
Hara yang tidak seimbang
Kadar O2 rendah Kekeringan
Suhu ekstrim Kerusakan mekanis
FAKTOR BIOTIK (menular)
FAKTOR ABIOTIK (Tidak menular)
Kelain genetis
KONDISI TERKINI HAMA DAN PENYAKIT PADI
• Penggerek batang
• Wereng batang coklat
• Busuk Leher/Blas
• Hawar daun bakteri
• Pucuk putih
• Busuk Bulir Bakteri
Jenis hama lain yang akan sering ditanyakan oleh petani:
• Keong Mas
• Tikus Sawah
PENGGEREK BATANG PADI
Sundep
Beluk
PENGGEREK BATANG PADI
• Gejala: Sundep (fase vegetatif), beluk (fase generatif)
• Penyebab: Dua jenis yang paling penting pada tanaman padi: penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih.
• Bio-ekologi/siklus hidup: meletakkan telur di pelepah, menetas kemudian menuju batang dan menggerek di dalam batang
• Pemencaran: infestasi hama terjadi sejak fase bibit di pesemaian
• Faktor-faktor yang mempengaruhi:
• Pengendalian: Pengumpulan kelompok telur di pesemaian menjadi sangat penting, pengaturan waktu tanam (dimundurkan), bumbung parasitoid, predator (laba-laba, kumbang carabidae), cendawan entomopatogen, dll
Catatan:
- Mulai th 2012 ada pemasangan lampu perangkap oleh pemerintah untuk pemantauan
Wereng Batang Coklat
WERENG BATANG COKLAT
• Ledakan besar 1974, 1986, 1999, 2010, 2016 (yogya dan jateng)
• Gejala: hopperburn
• Penyebab: Nilaparvata lugens Stal.
• Bioekologi/siklus hidup: Telur diletakkan satu persatu dalam kelompok di dalam pelepah daun, nympha berkembang di sekitar tempat peletakan telur, imago ada bersayap (pemencaran) dan tidak bersayap (perkembangbiakan)
• Faktor yang berpengaruh:
• Sawah ditanami padi terus-menerus
• Musim basah
• Penggunaan pestisida sangat tinggi
• Pemupukan Kalium rendah... (pupuk K tidak disubsidi)
WERENG BATANG COKLAT
• Pengendalian
• Tindakan jaga-jaga
• (Lihat bagian PHT biointensif)
• Bila sudah terserang
• kurangi pupuk N (ganti urea dengan NPK dan pupuk organik)
• keringkan sawah
• Kurangi kelembaban sawah
• Konservasi musuh alami (parasitoid dan patogen)
PADI PUSO TERSERANG WERENG COKLAT DI SITU GEDE,
DARMAGA (SEBELAH BMKG, TENGAH MARET 2014)
KERUSAKAN 100%. SITU GEDE, MARET 2014
BATANG PADI MÈNGERING KARENA SELURUH CAIRANNYA DIISAP OLEH WERENG. TAMPAK WERENG YANG TERSERANG
CENDAWAN
PETAK LAIN YANG PUSO OLEH SERANGAN WERENG COKLAT.
SITU GEDE, AWAL MEI 2014
KELOMPOK TELUR WERENG COKLAT DI DALAM JARINGAN
BATANG/PELEPAH PADI
NIMFA DAN IMAGO BRAKHIPTERA
(KEMAMPUAN REPRODUKSI TINGGI)
IMAGO MAKROPTERA (KEMAMPUAN PEMENCARAN TINGGI)
OVERPOPULASI WERENG
PADA RUMPUN PADI. TAMPAK IMAGO MAKROPTERA NAIK HINGGA DAUN PADI DAN SIAP MEMENCAR MENCARI
SUMBER MAKANAN BARU
IRONI : DI BELAKANG IKLAN PESTISIDA PEMBERANTAS WERENG TAMPAK PADI PUSO TERSERANG WERENG COKLAT
(BANYUMAS 2014)
PETAK SAWAH BERSEBELAHAN DENGAN UMUR SAMA, SATU PUSO OLEH WERENG SATU LAGI SELAMAT. MENURUT PETANI PEMILIK PETAK YANG
JUSTRU SELAMAT, IA SETENGAH PUTUS ASA DAN TIDAK SEMPAT MENYEMPROT PADINYA. (BANYUBIRU, SEMARANG, 2014)
disemprot pestisida
tidak disemprot
pestisida
Keong emas
(Pomacea canaliculata)
• Berasal dari Amerika Selatan (Brazil, Argentina)
• Datang ke Asia melalui Taiwan
• Awalnya didatangkan sebagai sumber protein bagi manusia dan ternak serta untuk hiasan akuarium
Gejala Serangan Keong Mas pada Tanaman Padi Muda
1000 telur / bulan
Siklus Hidup Keong Mas
Pengendalian Hama Keong Emas
1. Pemasangan perangkap telur
2. Pengambilan keong emas secara berkala
3. Pemberian umpan perangkap (batang pepaya) 4. Pemasangan kawat kasa di saluran antar petakan 5. Menurunkan tinggi air di dalam kotakan
6. Membuat parit-parit di dalam kotakan yang dikeringkan 7. Pelepasan itik di areal sawah
8. Penggunaan moluskisida (botanis dan sintetis)
Moluskisida Botanis
Hasil pengujian di BB Padi Sukamandi, bahan nabati yang dapat menyebabkan mortalitas 100% pada keong mas uji:
1. Serbuk biji teh, 0,2 g/l 2. Limbah pabrik teh, 25 g/l 3. Umbi gadung segar, 25 g/l 4. Umbi gadung kering 15 g/l 5. Ekstrak daun mindi 15 g/l 6. Ekstrak biji mimba, 0,5 g/l
Moluskisida Sintetis
1. Niklosamida etanolamina (merek
dagang: Romero 50WP, Fatal 250 EC, Snaildaown 250 SC)
2. Metal dehyde (merek dagang Molisto 80 WP, Siputox 5 G)
Tikus Sawah
Rattus argentiventer
1. Teknologi pengendalian tikus sudah lengkap
2. Faktor sosial ekonomi berperan dalam keberhasilan pengendalian tikus
3. Kekompakan satu hamparan luas adalah kunci keberhasilan (300 hektar)
Wide area management
Cara-cara Pengendalian Tikus Sawah
1. Tanam dan panen serempak 2. Sanitasi habitat
3. Penanaman tanaman perangkap 4. Linier Trap Barrier System (LTBS) 5. Pengemposan (fumigasi)
6. Pengumpanan
7. Gropyokan (umpan + rodentisida)
8. Konservasi dan pemanfaatan musuh alami
Berbagai macam alat yang dapat digunakan dalam
pengendalian tikus sawah
PENYAKIT KRESEK
BLB/KRESEK
• Menjadi penyakit penting pada 5 tahun terakhir
• Penyebab: Bakteri Xanthomonas oryzae
• Sumber inokulum: Benih, sisa tanaman terserng
• Penularan : percikan air, aliran air
• Faktor berpengaruh: curah hujan, suhu, jarak tanaman, pemupukan K
Penyakit Busuk Leher Pyricularia (Blast )
PENYAKIT BUSUK LEHER
PENYAKIT BUSUK LEHER Pyricularia (BLAST)
• Dulu... Tidak terlalu menjadi masalah pada padi sawah, masalah pada padi gogo
• Sekarang, padi sawah di beberapa daerah masalah berat :
Pekalongan, Sukabumi, Bojonegoro, Subang, Karawang, dll)
• Penyebab : Cendawan Pyricularia oryzae
• Sumber inokulum : sisa tanaman, rumput, benih
• Penularan : angin
• Faktor berpengaruh : varietas, kekurangan air, kekurangan K dan Si , penggunaan herbisida, dll
PENYAKIT PUCUK PUTIH (WHITE TIP)
• Penyebab : Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie (OPTKA2)
• Gejala :
- klorosis pada pucuk, berukuran sekitar 3-5 cm - Pucuk daun membelit dan mengerut
- Distorsi pada daun bendera
- Lama kelamaan daun bergejala mengalami nekrosis (kalau sudah nekrotik susah dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara Magnesium)
- Gejala pada malai antara lain: malai lebih pendek, berkurangnya jumlah bulir, dan meningkatnya jumlah bulir hampa, gejala pada benih berupa bercak coklat (sun spot).
PENYAKIT PUCUK PUTIH (WHITE TIP) Aphelenchoides besseyi
Karawang, 2016 Sukoharjo, 2016
Sumber: Yuliani (2016) dan Kurniawati (2016)
LANJUTAN GEJALA
Pematang Siantar , 2017 Bogor, 2016
Sumber: Hutahuruk (2017) dan Rahman (2016)
GEJALA SUN SPOT PADA BENIH PADI
Benih mengalami bercak, melekuk, pinggiran bercak berwarna coklat tua sampai kehitaman
Sumber: Kurniawati (2016)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN PENYAKIT:
1. Suhu untuk perkembangan A. besseyi 21 - 42 ºC
2. Irigasi yang baik (irigasi berselang / intermitten sangat disukai oleh nematoda ini)
3. Kelembaban tinggi (70-80%)
4. Mampu hidup pada ketinggian 0 – 650 mdpl
BIOEKOLOGI
• Nematoda ini bersifat ektoparasit berpindah
• Bentuk vermiform (seperti cacing)
• Siklus hidup (telur - juvenil1 - juvenil2 – juvenil 3 – juvenil 4 – dewasa)
• Bertahan dalam benih tanpa ada air (anhidrobiosis) selama 2-3 tahun
• Ketika benih ditanam nematoda akan segera bergerak ke titik tumbuh (meristematik)
• Reproduksi secara partenogenetik
Seluruh tubuh jantan (perb 20x) Seluruh tubuh betina (perb 20x)
APHELENCHOIDES BESSEYI
Sumber: Kurniawati (2016)
Median bulb stilet
mucro spikula
vulva mucro
Anterior perb 40 x
Posterior perb 40 x
Sumber: Kurniawati (2016)
PENGENDALIAN
1. Kultur Teknis
• metode perendaman benih
Benih padi disemai dengan digenangi air
(Ketika persemaian dalam kondisi tergenang maka sebagian besar nematoda mati (infeksi hanya sekitar 0,5%))
• Waktu semai dilakukan pada awal musim tanam (Yoshii dan
yamamoto di Jepang menganjurkan waktu tanam dimajukan 60 hari)
• Sanitasi lahan
2. Penggunaan Varietas Tahan
3. Fisik dengan hot water treatment
- (52-53ºC selama 15 menit (Cralley 1949),
- 16-20 jam direndam dengan air dingin kemudian 50 – 52ºC selama 5-10 menit (Yoshii dan Yamamoto 1950d).
- Tanpa direndam dengan air dingin, langsung di hot water
treatment 56-57ºC selama 10-15 menit (Yoshii dan Yamamoto 1951))
PENYAKIT BUSUK BULIR BAKTERI (BACTERIAL GRAIN ROT / BGR)
• Penyebab : Bakteri Burkholderia glumae (BG)
• Pertama kali dilaporkan di Jepang tahun 1950-an
• Penyakit ini sudah menyebar di Amerika Seikat, Colombia, Panama, Venezuela, Cina, Korea, Vietnam, Taiwan, India, Filipina, dan Indonesia
• Gejala:
1. Penghambatan perkecambahan benih 2. hawar bibit
3. Busuk pelepah 4. bunga steril 5. bulir kosong
6. kehampaan pada gabah 7. penurunan berat gabah
8. Penghambatan perkecambahan dan rebah bibit
GEJALA
Yuliani 2016
IRRI 2016
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT
• 1. suhu pertumbuhan optimum 30 – 41 ºC
• 2. terjadinya pemanasan global sehingga suhu yang panas dan curah hujan yang tinggi sangat menunjang perkembangan
penyakit BGR
• 3. penggunaan pupuk urea berlebihan
• 4. kebijakan importasi benih
• 5. penanaman padi tanpa jeda
PENGENDALIAN
1. Penerapan teknik deteksi dini dalam sertifikasi benih padi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, khususnya pada benih
inhibrida
2. Pengetatan dalam importasi benih hibrida sehingga tidak
• menambah komplikasi status penyakit BGR pada pertanaman padi di Indonesia
• 3. Penggunaan varietas tahan
4. Penggunaan larutan cuka 2% mampu mengendalikan bakteri tanpa mengurangi daya kecambah
5. Perlakuan udara panas (dry heat) pada suhu 55ºC selama paling kurang satu jam mampu menekan pertumbuhan B. Glumae
6. Kombinasi perlakuan udara panas pada 55 ºC dan venegar 2%
merupakan aplikasi yang paling dianjurkan karena dapat menekan recovery bakteri patogen tanpa mengurangi daya kecambah benih
• 7. Perlakuan air panas (hot water treatment) pada 55 ºC bisa
mengurangi, tetapi tidak dapat menghilangkan B. Glumae pada inokulasi buatan
PHT BIOINTENSIF
(DIUJICOBA DI 6 KABUPATEN :
BOGOR, KARAWANG, TEGAL, KLATEN, BLITAR, BANYUWANGI)
• Pengembalian jerami + sedikit kotoran ternak untuk memperkaya pakan predator, keanekaragaman serangga dan mikrob, perbaikan sifat fisik tanah, sumber hara mikro
• Bio-imunisasi -Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan (PGPR)— dan cendawan endofit
• Tidak menggunakan pestisida (semua jenis)
• Optimalisasi pemupukan (N tidak terlalu tinggi, K dan P cukup =)
• Varietas tahan: Ciherang, IR 64
• Sawah agar tidak tergenang terus menerus
• Pengumpulan kelompok telur penggerek di pesemaian Menekan WBC, Penggerek Batang, Blas dan BLB/Kresek