494 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
ANALISIS PENCARIAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH MASYARAKAT
Masyudi
1, Aris Winandar
2, Tika Indiraswari
31,2,3Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Email: [email protected]
ABSTRAK
Didaerah pedalaman Aceh khusus nya Kluet Tengah Aceh Selatan Persalinan sejak lama telah di bantu oleh Dukun bayi, sebelum kemudian hadir Bidan Desa sebagai Tenaga Kesehatan sehingga kemudian menghadirkan dua pilihan pertolongan persalinan yang ada di Masyarakat. Disatu sisi Dukun Bayi tidak memiliki Kopetensi terukur karena tidak memiliki pendidikan formal, namun disisi lain kondisi desa yang sulit dijangkau menempatkan Dukun Gampong sangat berperan.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, sebuah Kecamatan yang posisi letaknya sulit di Jangkau. Selain Fasilitas Jalan yang sangat Buruk, wilayah ini juga minim fasilitas Kesehatan. Dari hasil wawancara didapatkan Alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui metode pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi yang mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dalam lanjutan penelitian ini diharapkan dapat menemukan hal hal yang dapat di adopsi untuk disandingkan dengan metode pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan.
Kata Kunci: pertolongan persalinan, dukun bayi, bidan desa
1.
PENDAHULUANIndikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Makin tinggi angka kematian ibu dan bayi di suatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada ibu melahirkan adalah penolong oleh tenaga kesehatan.
Rendahnya Angka Cakupan Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat dipengaruhi oleh Sikap dan perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan. Menurut teori Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial yaitu: (1) kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan; (2) adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku; dan (3) perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, interaksi yang
berkaitan dengan informasi kesehatan, dan pengalaman yang merubah perilaku
Dukun bayi telah berperan dalam memberikan pelayanan persalinan sejak dahulu. Dukun bayi merupakan tenaga yang dipercaya oleh masyarakat di lingkungannya untuk menolong persalinan (Hemiati, 2007).
Alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang. Faktor sosio-kultural masyarakat khususnya ibu hamil tentang penolong persalinan oleh dukun antara lain disebabkan oleh tradisi masyarakat yang masih percaya pada dukun dan keterjangkauan yang dipengaruhi juga oleh faktor geografis. Adanya hubungan antara rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan petugas kesehatan Puskesmas Kluet Tengah dikatakan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah angka
495 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
melahirkan di dukun bayi tinggi. Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi disebabkan penilaian ibu yang kurang percaya terhadap kemampuan dan pengalaman tenaga kesehatan untuk penolong persalinan karena petugas kesehatan berusia muda dan belum menikah. Adanya ibu yang meninggal pada saat melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga ibu memilih penolong persalinan dengan dukun bayi. Menurut petugas keadaan ini sebenarnya bukan kesalahan penolong persalinan, namun keterlambatan ibu mendapat penolong persalinan dan kondisi ibu yang memiliki riwayat risiko tinggi. Ibu memilih dukun bayi disebabkan dukun bayi dapat meluangkan waktu selama mungkin dalam mendampingi ibu bersalin.
Selain itu, ibu juga merasa bahwa komplikasi yang mungkin terjadi saat bersalin dapat ditolong oleh dukun bayi disebabkan dukun bayi tersebut pernah melakukan persalinan terhadap keluarganya. Sedangkan sumber informasi tentang penolong persalinan sudah cukup baik. Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan pada kegiatan posyandu, dan saat ibu berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya. Namun demikian ibu memilih dukun bayi disebabkan kebiasaan keluarga untuk memberikan memanfaatkan pengobatan anak/suami ke dukun bayi atau dukun bayi memiliki kekerabatan keluarga.
Temuan lainnya hasil wawancara peneliti bahwa beberapa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah, masyarakat menyatakan masih percaya ditolong oleh non kesehatan (dukun bayi) pada saat persalinan.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti melalui penggunaan sampel.
Selain itu juga dilakukan observasi dan wawancara untuk untuk mendapatkan data Primer dan Sekunder untuk mengetahui determinan pencarian penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Aceh.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Kluet Tengah Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan tahun 2017.
Populasi Penelitian adalah Ibu yang Melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Aceh selama tahun 2016 yang berjumlah 90 orang, Bidan Desa dari Tenaga Kesehatan dan Dukun Bayi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah. selain itu wawancara juga dilakukan dengan Tokoh Masyarakat dan Kader Kesehatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Puskesmas Kluet Tengah terletak di Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan yang mempunyai luas wilayah 284,72 km persegi dengan Batas wilayah Puskesmas Kluet Tengah adalah Sebelah utara berbatasan dengan Pengunungan Hutan lauser yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tenggara, Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet Timur Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kluet Utara Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasie Raja Kecamatan Kluet Tengah berada di tengah Kabupaten Aceh Selatan dengan Ibukota Kecamatan Menggamat.
Kecamatan Kluet Tengah Letaknya berbatasan dengan Kluet Utara, berada di tepi kanan Sungai Kluet dan berjarak 45 km dari ibukota Kabupaten Tapaktuan. Untuk menuju ke Kecamatan Kluet Tengah dari Kota Tapaktuan kearah Utara akan bertemu dengan Kecamatan Pasie Raja dan Kluet Utara dengan Jalan Aspal yang Mulus, namun untuk melanjutkan ke Kluet Tengah dari Kluet Utara harus menempuh Medan Jalan yang Sangat Sulit. Jalan Berlubang, Terjal, Becek dan Pegunungan serta Hutan yang gundul akan menjadi pemandangan sepanjang perjalanan dari perbatasan Kluet Utara Menuju Kluet Tengah
Saat ini di Menggamat sedang Marak Penambangan Emas Secara Tradisional dan Perambahan Hutan, Penambang tidak hanya berasal dari wilayah Kluet tengah sendiri melainkan juga dari Kecamatan lain dan dari Kabupaten lain. Wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah adalah seluruh desa yang ada di Kecamatan Kluet Tengah yang terdiri dari 13 gampong dan 1 mukim Jumlah penduduk sebanyak 6.854 jiwa.
496 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Analisis Univariat
Penelitian dilakukan dengan dua metoda yaitu kualitatif dan kuantitatif, dengan responden Bidan Desa, Dukun Bayi, Tokoh Masyarakat dan Ibu yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Kluet Tengah tahun 2016. Wawancara mendalam dilakukan dengan Bidan Desa dan Dukun Gampong secara Paralel dimana Peneliti di bantu oleh Asisten yang sebelumnya telah di beri pelatihan mengenai tekhnik wawancara.
Hasil penelitian tentang karakteristik responden meliputi jumlah anak dan pekerjaan diperoleh data responden mempunyai jumlah anak di atas 2 orang yaitu 78 orang responden (87%) dan selebihnya di bawah atau sama dengan 2 orang yaitu 12 orang responden (13%). Responden berstatus tidak bekerja yaitu 47 orang responden (52,2%) dan selebihnya bekerja 43 orang responden (47,8%).
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografi
No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)
1
Jumlah anak
≤ 2 orang 10 13.0
> 2 orang 80 87.0
Total 90 100
2
Pekerjaan
Bekerja 43 47.8
Tidak bekerja 47 52.2
Total 90 100
Umur dan Pendidikan
Hasil penelitian tentang faktor predisposisi meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan budaya. Distribusi umur dan pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.2 menunjukan bahwa kelompok umur responden berdasarkan usia reproduktif dibagi menjadi dua kategori yaitu umur kurang berisiko (20-35 tahun) dan umur
berisiko (>35 tahun). Dilihat dari kategori umur tersebut sebanyak 74 orang (82,2%) berada pada kelompok umur kurang berisiko (20-35 tahun) dan selebihnya kelompok umur berisiko (< 20 tahun dan >35 tahun) yaitu 16 orang (17,8%). Responden lebih banyak berpendidikan rendah (SD/SMP) yaitu 49 orang (54,4%) dan berpendidikan tinggi yaitu 41 orang (45,6%).
Tabel 2. Kategori Umur dan Pendidikan Responden tentang Penolong Persalinan
No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)
1
Umur
Kurang beresiko 74 82,2
Beresiko 16 17,8
Total 90 100
2
Pendidikan
Tinggi 41 45,6
Rendah 49 54,4
Total 90 100
Pengetahuan
Pengetahuan responden terhadap bidan sebagai penolong persalinan dapat diketahui dari tabel 5.3 dimana frekuensi perolehan jawaban responden berdasarkan kuesioner sebagai berikut: 67,4% memahami bahwa pemilihan penolong persalinan berdasarkan latar belakang pendidikan karena
responden mengetahui bahwa seorang berstatus bidan menyelesaikan pendidikan kebidanan, tetapi masih ada responden menentukan penolong persalinan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh dukun bayi:
75% responden memahami bahwa dukun bayi tidak tepat dalam menolong persalinan disebabkan dukun bayi tidak
497 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
memakai alat kedokteran yang streril dalam persalinan, tetapi masih ada yang menyatakan dukun bayi tepat sebagai penolong persalinan karena keluarga atau responden pernah menggunakan jasa dukun bayi: 58,7%
memahami bahwa penolong persalinan dengan tepat dapat mencegah komplikasi sewaktu persalinan: 53,3% memahami bahwa persalinan yang ditolong bidan dilakukan penyuntikan pada ibu melahirkan apabila ada risiko perdarahan karena manfaat ibu diberi suntikan untuk mencegah terjadi perdarahan pada saat dan setelah melahirkan: 51.1%
memahami bahwa pertolongan persalinan sebaiknya di sarana kesehatan seperti puskesmas, polindes, poskesdes karena di sarana kesehatan apabila terjadi komplikasi persalinan mudah mendapat rujukan: 54,3%
kurang memahami bahwa dukun terlatih dalam menolong persalinan tidak menggunakan cara dan alat-alat kesehatan yang steril karena ada kebiasaan masyarakat dalam penyembuhan penyakit tanpa menggunakan perawatan dari tenaga kesehatan: 59,8% memahami bahwa dukun bayi tidak dapat menangani komplikasi
disebabkan dukun bayi tidak mendapat pelatihan memadai seperti halnya bidan yang sudah diakui oleh pemerintah sebagai penolong persalinan yang profesional: 65,2%
memahami bahwa mendorong perut ibu bersalin oleh dukun bayi adalah tindakan yang berbahaya:
59,8% memahami bahwa biaya yang harus dikeluarkan ibu bersalin lebih murah di bidan daripada dukun bayi disebabkan responden mengetahui adanya program pemerintah dalam jaminan kesehatan ibu dan anak (Jampersal). 65,2% kurang memahami bahwa persalinan yang mengalami penyulit sebaiknya ditolong bidan disebabkan dukun pada umumnya berumur tua, tentunya memiliki pengalaman dalam hal menolong ibu bersalin yang mungkin mengalami hambatan.
Hasil pengukuran pengetahuan kemudian dikategorikan, maka ditemukan 58 orang responden (64,1%) dalam kategori baik dan selebihnya 32 orang responden (35,9%) berpengetahuan kurang seperti pada Tabel 5.4. berikut
Tabel Kategori Pengetahuan Responden tentang Penolong Persalinan
No Pengetahuan n (%)
1. Baik 58 64,1
2. Kurang baik 32 35,9
Total 90 100
Sikap
Sikap responden terhadap bidan sebagai penolong persalinan adalah sebagai berikut: 44,6% setuju bahwa ibu dan suami merencanakan penolong persalinan karena membutuhkan kesiapan materi (uang) dan non materi (mental ibu): 50,0% setuju bahwa di sarana kesehatan mendapat informasi atau memperoleh pelayanan KB disebabkan program pemerintah yang menganjurkan untuk menjarangkan kelahiran anak: 41,3%
setuju bahwa bidan sebagai penolong persalinan mampu mengenal tanda-tanda komplikasi kehamilan disebabkan bidan sebagai provider tentunya sudah memahami tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan: 40,2% setuju bahwa
persalinan ditolong oleh bidan mudah dirujuk/
aman disebabkan bidan mengetahui sistem rujukan apabila ibu mengalami komplikasi saat bersalin:
54,3% kurang setuju bahwa perawatan ibu bersalin di tenaga kesehatan sampai selesai masa nifas karena bidan hanya memberikan pelayanan kesehatan sebanyak 4 kali kunjungan neonatus: 39,1% setuju dan kurang setuju bahwa persalinan ibu berumur di atas 35 tahun atau dibawah 20 tahun dapat ditolong oleh dukun bayi: 50% setuju bahwa untuk menghindari terjadinya perdarahan sesudah persalinan pertolongan persalinan harus dengan bidan: 39,1% kurang setuju bahwa bidan desa harus menetap di desa
498 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
tempatnya bertugas disebabkan belum di setiap desa memiliki bidan desa
47,8% setuju bahwa ibu membutuhkan pertolongan persalinan akan
menemui bidan di desa: 40,2% kurang setuju bahwa ibu bersalin di dukun bayi terjadi komplikasi, ibu bersedia ditolong oleh bidan.
Tabel Distrubisi Kategori Sikap Responden tentang Penolong Persalinan
No Kategori Sikap n (%)
1. Baik 58 64,1
2. Kurang baik 32 35.9
Total 90 100
Hasil pengukuran sikap kemudian dikategorikan, maka ditemukan 58 orang responden (64,1%) dalam kategori baik dan selebihnya 32 orang responden (35,9%) Memiliki Sikap kurang Baik seperti pada Tabel berikut
Budaya
Sikap responden tentang budaya dalam keluarga terhadap bidan sebagai penolong persalinan adalah sebagai berikut:
82,6% responden menyatakan tidak ada pantangan tertentu selama kehamilan karena ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi gizi baik sesuai anjuran bidan: 57,6%
responden menyatakan tidak ada pantangan dalam pemilihan penolong persalinan disebabkan bidan lebih memahami dan telah memiliki sertifikat yang sah dari pemerintah untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan dan bersalin. 67,4%
responden menyatakan bahwa bidan terlalu muda dan belum berkeluarga, merasa tidak aman menolong persalinan karena pengalaman bidan sangat berkaitan dengan lamanya bidan menggeluti profesinya: 84,8%
responden menyatakan tidak ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya persalinan tidak dilakukan di rumah sakit disebabkan informasi yang beredar di masyarakat pada umumnya ibu bersalin dianjurkan di sarana kesehatan.
51,1% responden menyatakan tidak ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya persalinan tidak dilakukan di puskesmas karena ada kebiasaan keluarga memanfaatkan jasa dukun bayi sebagai penolong persalinan dan memiliki
banyak waktu mengurus ibu dan bayi sampai masa nifas: 51,1% responden menyatakan ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya persalinan tidak dilakukan di rumah karena ada kebiasaan dalam keluarga melahirkan di rumah sehingga dapat ditemani oleh sanak saudara: 60,9%
responden menyatakan ada kepercayaan di lingkungan ibu tinggal bahwa pertolongan persalinan oleh bidan mengakibatkan anak yang lahir tidak patuh pada orang tua karena ada kepercayaan melahirkan di dukun bayi menggunakan mantra-mantra atau doa-doa supaya anak patuh kepada orang tua, sedangkan bidan menggunakan doa-doa tersebut: 62,0% responden mayoritas menyatakan ada kebiasaan keluarga turun temurun dari keluarga ibu supaya pertolongan persalinan harus dilakukan oleh dukun bayi karena ada kebiasaan orangtua atau keluarga menggunakan jasa dukun bayi: 66,3%
responden menyatakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun merupakan adat istiadat yang harus dipatuhi di lingkungan tempat tinggal ibu: 60,9% responden menyatakan mayoritas bahwa ada kebiasaan keluarga ibu setelah melahirkan diberikan upacara adat istiadat yang dipimpin oleh dukun.
Hasil pengukuran budaya dalam keluarga dalam penolong persalinan kemudian dikategorikan, maka ditemukan 55 orang responden (60,9%) dalam kategori mendukung petugas kesehatan sebagai penolong bersalin dan selebihnya 35 orang responden (39,1%) berbudaya kurang mendukung seperti pada Tabel berikut
499 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Tabel Kategori Budaya Responden
No Kategori Budaya n (%)
1. Mendukung 55 60,9
2. Tidak mendukung 35 39,1
Total 90 100,0
Faktor Pendukung
Hasil penelitian tentang faktor pendukung meliputi penghasilan keluarga dan jarak sarana kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak berpenghasilan di atas Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar (>Rp. 1.500.000) yaitu 65 orang (71,7%), selebihnya di bawah UMK (<Rp.1.500.000) yaitu 25 orang (28,3%). Responden lebih banyak dengan kategori jarak yang jauh dengan sarana kesehatan yaitu 48 orang (53,3%), selebihnya dengan kategori jarak yang dekat dengan
sarana kesehatan yaitu 42 orang (46,7%) karena ketersediaan bidan tidak selalu ada di setiap desa dan walaupun ada tidak bertempat tinggal di desa tersebut.
Hasil wawancara ibu Laila mengatakan::
Saya tahu bahwa saya memegang kartu Jamkesmas dan tidak membayar kalo bersalin di bidan desa Luar. Tetapi karena bidan desa tidak sempat saya persalinan ke dukun bayi. Biaya persalinan tidak dipatok.
Pertama saya bayar Rp. 150.000,-, waktu melahirkan dan Rp. 50.000,- sewaktu turun ke air.
Tabel Kategori faktor Pendukung Responden
No Faktor Pendukung Jumlah (n) Persentase (%) 1. Penghasilan
Di atas atau sama dengan UMK 65 71,7
Di bawah UMK 25 28,3
Total 90 100
2. Jarak Sarana Keshatan
Dekat 42 46,7
Jauh 48 53,3
Total 90 100
Faktor Kebutuhan
Pengukuran faktor pendukung berdasarkan kebutuhan responden terhadap gangguan kehamilan dan diagnosis oleh petugas kesehatan.
Kebutuhan Berdasarkan Gangguan Kehamilan
Kebutuhan responden terhadap gangguan kehamilan responden adalah sebagai berikut: 85,9% orang responden menyatakan berkunjung ke sarana kesehatan selama hamil untuk mengetahui kesehatan disebabkan adanya program pemerintah (Jampersal) sebagai upaya agar ibu hamil melahirkan di sarana kesehatan: 66,3% orang
responden berkunjung ke sarana kesehatan untuk mengetahui kondisi bayinya disebabkan responden dapat memperoleh informasi tentang kehamilan dan kondisi bayinya atau bidan dapat memberikan informasi kapan waktu ibu melahirkan: 80,4% orang mendukung responden berkunjung ke sarana kesehatan untuk mengetahui penyebab keluhan yang dialami disebabkan bidan lebih memahami persalinan secara medis dibandingkan dengan dukun bayi: 80,4%
orang responden berkunjung ke sarana kesehatan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil disebabkan ibu yang memeriksakan kehamilan di sarana kesehatan dilengkapi dengan peralatan medis
500 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
dan diberikan pendidikan kesehatan oleh bidan bersangkutan dan 67,4% orang responden berkunjung ke sarana kesehatan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
Hasil pengukuran kebutuhan responden terhadap
gangguan kehamilan kemudian dikategorikan, maka ditemukan 64 orang responden (70,7%) dalam kategori berkeinginan kuat berkunjung ke sarana kesehatan dan selebihnya 26 orang responden (29,3%) berkeinginan rendah seperti pada Tabel berikut:
Kebutuhan berdasarkan Diagnosis oleh Tenaga Kesehatan
Kebutuhan responden terhadap diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: 90,2% responden yakin dengan hasil pemeriksaan tenaga kesehatan atas ketepatan waktu pertama hamil: 69,6%
responden yakin dengan hasil pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atas kondisi ibu hamil:
75% responden yakin dengan hasil pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atas penyebab keluhan yang dialami: 84,8%
responden yakin diperiksa kehamilannya oleh tenaga kesehatan karena memiliki kemampuan dalam mengenal komplikasi kehamilan/persalinan: 71,7% responden yakin
diperiksa kehamilannya oleh tenaga kesehatan karena mendapat rujukan dengan tepat apabila mengalami komplikasi persalinan.
Hasil wawancara dengan ibu Asri mengatakan:
Bidan itu sudah pandai dan punyai ilmu.
Bidan itu mengunakan alat steril dalam pemeriksaan kehamilan. Bidan itu datang ke rumah saya. Orangnya baik dan ramah, sudah banyak yang ditolongnya dan perawatan tali pusat dan imunisasi dilakukan oleh bidan itu.
Saya bersalin di klinik bidan, karena teman saya yang bekerja di dinas kesehatan mengatakan sekarang tidak boleh bersalin di rumah.
Tabel Kategori Kebutuhan Responden Berdasarkan Diagnosis oleh Tenaga Kesehatan
No Kebutuhan Berdasarkan Diagnosis oleh n (%)
Tenaga Kesehatan
1. Kuat 67 73,9
2. Rendah 23 26,1
Total 90 100
Tabel Kategori Kebutuhan Responden Berdasarkan Diagnosis oleh Tenaga Kesehatan
No Kebutuhan Berdasarkan Diagnosis oleh n (%)
Tenaga Kesehatan
1. Kuat 67 73,9
2. Rendah 23 26,1
Total 90 100
Tabel Kategori Kebutuhan Responden Berdasarkan Gangguan Kehamilan
No Kategori Kebutuhan Berdasarkan n (%)
Gangguan Kehamilan
1. Kuat 64 70,7
2. Rendah 26 29,3
Total 90 100,0
501 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
Pemanfaatan Penolong Persalinan
Hasil Penelitian menunjukan bahwa lebih banyak responden memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan yaitu sebanyak 72 orang (79,3%), selebihnya responden
memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan yaitu sebanyak 18 orang (20,7%) diantaranya 6 orang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) ke bidan tetapi bersalin di dukun bayi.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden berdasarkan Pemanfaatan Penolong Persalinan
No Pemanfaatan Penolong Persalinan oleh N (%)
Responden
1 Petugas Kesehatan 72 79,3
2 Bukan Petugas Kesehatan (Dukun Beranak) 18 20,7
Total 90 100
4. KESIMPULAN.
1. Kemudahan dan Keluangan Waktu dari Dukun Bayi menjadikan dukun bayi sebagai penolong persalinan yang tidak bisa dihapuskan di Masyarakat Kluet Tengah.
2. Kepercayaan Masyarakat pada Duku Bayi dikarnakan factor budaya dan sudah Turun Menurun, Dukun Bayi menjadi pemuka adat di Masyarakat Kluet Tengah dan masuk ke dalam Struktur Desa
3. Bidan Tenaga Kesehatan Memiliki Tantangan yang berat untuk bertugas di wilayah Kluet Tengah dikarnakan Letak Kluet Tengah yang jauh dari Pusat Pemerintahan, Akses ke wilayah yang sulit dan minimnya Fasilitas Kesehatan yang tersedia Saran
Kepada Pemerintah Daerah Khususnya Dinas Kesehatan , diadakan pertemuan dan Pelatihan secara berkesinambungan untuk Bidan Desa Tenaga Kesehatan dan Dukun Bayi agar bisa Bekerja sama dalam Pertolongan Persalinan di wilayah Kluet Tengah Aceh Selatan, Sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan bayi di wilayah tersebut
Daftar Pustaka
A.Rasdiyanah, Jakir, 2011, Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Borong
Sinjai: diakses dari
http://digilib.litbang.depkes.go.id. 5 Maret 2013
Arikunto, S. 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Arkhe, 2010, Jurnal Ilmiah Psikologi, Edisi April 2010, Universitas Taruma Negara, Jakarta
Arsyad, Azhar, 2011. Media Pembelajaran.
Jakarta : Rajawali Pers
Azwar,Azrul, 2006, Strategi Percepatan Penurunan Kematian Ibu Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan, Advocasi Workshop Strategi dan Kegiatan yang Berhasil dalam Program Safe Motherhood. Depke RI, Jakarta
Carlson, Cyndi, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC, Jakarta
Conner, 1996, , Maternity Nursing eighteenth Editio, Lippancou Philadelphia, New York.
Depdiknas, 2007, Program Wajib Belajar 6 Tahun, Depdiknas, Jakarta
Depdiknas, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jakarta
Depkes RI, 2001, Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safer di Indonesia 2001-2010, Depkes RI, Jakarta ___________, 2001, Buku Kesehatan Ibu dan
Anak, Depkes RI, Jakarta
___________, 2006 Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Depkes RI, Jakarta
___________, 2007. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI
___________, 2009. Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safer di Indonesia 2009. Jakarta : Depkes RI __________, 2010, Riset Kesehatan Dasar,
Jakarta: Depkes RI
502 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
___________,2010. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Depkes RI Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, 2014, Profil
Kesehatan Aceh Tahun 2014, Aceh.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, 2015, Laporan Tahunan Kesehatan Keluarga, Aceh Selatan.
Djamaluddin, Ali, 2003, Penanganan Partus Lama di RS. DR. Pirngadi Medan, diakses dari http://www.google.co.id.
5 Maret 2013.
Edberg,Mark, 2009, Perilaku Kesehatan, ECC, Jakarta
Flora & Cassady, 1990, Media Massa, UI Press, Jakarta
Foster-Anderson, 1994, Antropologi Kesehatan, UI-Press, Jakarta
Foster-Anderson, 2005, Antropologi Kesehatan, UI-Press, Jakarta
Glanz, K.; Lewis, FM; and Rimer,1997
"Linking Theory, Research, and Practice In Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice, eds. Jossey-Bass, San Francisco
Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri.
2010. Statistik Kesehatan.
Rajagrafindo Persada, Jakarta
Irianto, Agus H. 2008. Statistik: Konsep Dasar & Aplikasinya, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Ishak, Md Sidin, 2006, Media Massa, http://www.mediamassa.com.
(Diakses 5 Maret 2013)
Kotler, 2000, Dasar- Dasar Ilmu Perilaku, Rineke Cipta, Jakarta
Kreuterr, Agto, 1999, Ilmu Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta
Kuncaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, 2007
Lembaga Penelitian SMERU, 2008, Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Dasar, diakses dari
http://www.smeru.or.id/newslet, 28 Februari 2013
Lukito, 2003, Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Oleh masyarakat Pedesaan, Tesis UGM, Yogyakarta Maiman, 1997, Teori Health Belief Model, UI
Press, Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Surakarta _____________, 2009, Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Edisi 2, ECC, Jakarta
Moleong, 1996, Metode Penelitian Kualitatif, EGC, Jakarta
Monks, dkk, 2006, Psikologi Perkembangan, Universitas Gajah Mada Press, Yokyakarta
Mulidah, 2002, Penyulit Dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas, EGC, Jakarta Mullen, PD; Hersey, J.; and Iverson,
DC,1987. "Health Behavior Models Compared." Social Science and Medicine
Mulyana,2004, Sikap Manusia, Pustaka Pelajar, Yokyakarta
Naek,L.Tobing, 2010, Kesehatan Maternal Dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta
Najmah, 2011, Manajemen & Analisa Data Kesehatan, Nuha Medika, Yokyakarta
Notoatmodjo,S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Edisi Rev, Jakarta.
Prabowo, Ari, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Banten:
diakses dari http://www.google.co.id.
4 Maret 2013.
Prawirohardjo,S. 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta ___________, 2009, Buku Acuan Nasional
pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Bina Pustaka, Jakarta Rasdiyanah, 2007, Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Borong Kompleks: diakses dari http://www.google.co.id. 5 Maret 2013.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel- Variabel Penelitian. Alfabeta, Bandung.
RISKESDS,2013 Riset Kesehatan Dasar Robin, 2006, Teori Kepribadian, Nuha
Medika, Yokyakarta
Roeshandi, 2004, Gangguan dan Penyulit Pada Masa Kehamilan, diakses dari
503 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)
http://www.google.co.id. 4 Maret 2013.
Rustam, Mochtar, 2007, Sinopsis Obstetri, USU, Medan
Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajagrafindo, Jakarta
Sri Hemiati J, 2007. 69 Juta Ibu Hamil Belum Terlayani Tenaga Kesehatan Terlatih: diakses dari http://www.Kapanlagi.com. 5 Maret 2013.
Sudarwan, dkk, 2003, Metode Penelitian Kebidanan, EGC, Jakarta