• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN LAPORAN KEUANGAN AUDITED BPK TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN LAPORAN KEUANGAN AUDITED BPK TAHUN 2021"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN LAPORAN KEUANGAN

AUDITED BPK

TAHUN 2021

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JL. KYAI CARINGIN NO.7 JAKARTA PUSAT

TELP (021) 3503003 FAX (021) 3503412

Email : rsd_tarakan@yahoo.com

(2)

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan BLUD 1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan BLUD 1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan BLUD

BAB II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD BLUD

2.1 Ekonomi makro 2.2 Kebijakan keuangan

2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD

BAB III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan BLUD

3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan BLUD

3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

BAB IV Kebijakan Akuntansi

4.1 Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah BLUD

4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan BLUD 4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan BLUD 4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada

dalam SAP pada BLUD

BAB V Penjelasan pos-pos laporan keuangan BLUD 5.1 Laporan Realisasi Anggaran

5.1.1 Pendapatan LRA 5.1.2 Belanja

5.2 Laporan Perubahan SAL 5.2.1 Perubahan SAL 5.3 Laporan Operasional

5.3.1 Pendapatan LO

(3)

5.3.2 Beban

5.3.3 Kegiatan Non Operasional 5.3.4 Pos Luar Biasa

5.4 Laporan Perubahan Ekuitas 5.4.1 Perubahan Ekuitas 5.5 Neraca

5.5.1 Aset 5.5.2 Kewajiban 5.5.3 Ekuitas 5.6 Laporan Arus Kas

5.6.1 Arus Kas dari Operasi 5.6.2 Arus Kas dari Investasi

5.6.3 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 5.6.4 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris

BAB VI Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan BLUD

BAB VII Penutup

(4)
(5)
(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan tujuan Penyusunan laporan keuangan BLUD

Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

1.1.1 Maksud Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan dengan maksud tercapainya :

a. Akuntabilitas

(7)

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan , pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi ( Intergenerational equity )

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

1.1.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan Laporan Keuangan ini adalah sebagai salah satu wujud dan bentuk pertanggungjawaban penggunaan APBD selama Tahun Anggaran 2021 oleh Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan sebagai salah satu entitas akuntansi. Penyusunan laporan keuangan dimaksud untuk menyajikan informasi mengenai realisasi anggaran, posisi keuangan, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang secara spesifik bukan hanya bermanfaat bagi pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya tapi juga berguna dalam pengambilan keputusan serta menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumberdaya yang dipercayakan dengan:

a. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan mengenai sumber , alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi

b. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya.

(8)

c. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

Selain menyajikan informasi yang relevan, tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.

b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah RSUD Tarakan didasarkan desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008), UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun penganggarannya, termasuk penentuan biaya.

Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami perubahan menjadi BLUD. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban

(9)

keuangan tidak lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan efisiensi.

Anggaran yang akan disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).

Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan berdasarkan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Ada pun tujuan dari penyusunan laporan keuangan BLUD adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi pengguna keuangan.

1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan BLUD

Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan (RSUD Tarakan) dalam mengelola keuangan dengan pola pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengaturnya, yaitu :

1) Pasal 1 angka 23, Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

2) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 3) PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal;

4) Peraturan Menteri Keuangan No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

5) Peraturan Menteri Keuangan No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum

(10)

6) Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum;

7) Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No.73/PMK.05/2007 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum;

8) Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, Dan Perubahan Rencana Bisnis Dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

9) Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum;

10) Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

11) Peraturan Menteri Keuangan No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

12) Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-50/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Oleh Satuan Kerja Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU);

13) Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-62/PB/2007 tentang Pedoman Penilaian Usulan Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

14) Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

15) Undang – Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

16) Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pasal 2 dan pasal 3. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

17) Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 4, Standar

(11)

Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual adalah yang mengakui pendapatan, beban, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.

18) Peraturan Gubernur No. 156 Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

19) Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

20) Pergub No. 160 Tahun 2014 tentang Sistem dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berbasis Akrual.

21) Peraturan Gubernur No. 204 Tahun 2016 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

22) Peraturan Gubernur No. 27 tahun 2019 Perubahan dari Peraturan Gubernur No.

161 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi

23) Permendagri no. 77 tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan BLUD

Catatan atas laporan keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan tahun anggaran 2021 memuat penjelasan dan atau catatan atas laporan keuangan dalam periode Tahun Anggaran 2021 yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, yang menjelaskan tentang peranan dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan, Landasan Hukum Penyusunan Laporan keuangan dan Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan.

Bab II : Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian target kinerja APBD BLUD, yang menjelaskan tentang Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Indikator pencapaian target kinerja APBD.

(12)

Bab III : Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, yang menjelaskan ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.

Bab IV : Kebijakan Akuntansi, yang menjelaskan Entitas pelaporan Keuangan Daerah BLUD, basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan BLUD, basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan BLUD, penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahaan Basis Akrual pada BLUD.

Bab V : Penjelasan pos – pos laporan keuangan BLUD, yang merinci dan menjelaskan masing-masing pos-pos dalam laporan keuangan yaitu : pendapatan, belanja, beban, aset, kewajiban dan ekuitas dana

Bab VI : Penjelasan atas informasi-informasi non keuangan BLUD

Bab VII : Penutup

(13)

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD BLUD

2.1 Ekonomi Makro

Ekonomi Makro merupakan perubahan ekonomi yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, perusahaan dan pasar. Dengan adanya ekonomi makro, kita dapat menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) sangat dipengaruhi oleh besaran-besaran makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.

Masalah-masalah dalam Ekonomi Makro :

a) Masalah Jangka Pendek (masalah stabilisasi). Masalah ini berhubungan dengan situasi perekonomian jangka pendek (bulan, tahun), bagaimana mengelola ekonomi jangka pendek agar terhindar dari penyakit ekonomi makro yaitu : 1) inflasi yang besar dan berkepanjangan, 2) tingkat pengangguran terbuka yang besar, 3) ketimpangan dalam neraca pembayaran.

b) Masalah jangka panjang atau disebut juga sebagai masalah pertumbuhan.

Masalah ini berhubungan dengan bagaimana mengelola perekonomian agar tetap berada dalam kondisi keserasian antara pertumbuhan jumlah penduduk, pertambahan kapasitas produksi dan tersedianya dana untuk investasi.

2.2 Kebijakan Keuangan

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggara Pemerintah Daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka anggaran, belanja dan pembiayaan. Hal tersebut menjadikan keuangan daerah merupakan salah satu faktor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

(14)

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah.

Kebijakan tersebut diharapkan meningkatkan konstribusi Pendapatan, khususnya pendapatan operasional BLUD yang berasal dari pelayanan kesehatan. Hal tersebut ditempuh melalui peningkatan target pendapatan. Untuk belanja melakukan efisiensi terhadap belanja administrasi umum dan operasional / pemeliharaan serta selektif dalam belanja modal serta memacu investasi pada daerah yang diperioritaskan.

Untuk pembiayaan mengoptimalkan pemanfaatan sumber penerimaan daerah dalam menutupi defisit tahun anggaran berjalan dan pengeluaran lainnya.

Kebijakan keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat terutama pelayanan kesehatan. Kebijakan keuangan RSUD Tarakan meliputi dana APBD dan BLUD yaitu sumber anggaran dari Pemerintah Daerah dan sumber anggaran dari hasil pendapatan fungsional rumah sakit yang meliputi komponen- komponen kinerja pelayanan RSUD Tarakan sebagai Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK-BLUD )

Untuk pelaporan keuangan yang ada di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, asumsi dasar yang digunakan adalah :

a. Kemandirian Entitas, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai entitas pelaporan maupun SKPD dibawahnya sebagai entitas akuntansi merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Kesinambungan Entitas, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai entitas pelaporan, maupun unit/SKPD dibawahnya sebagai entitas akuntansi berlanjut keberadaannya / berkesinambungan.

c. Keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement), yaitu bahwa entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang dapat dinilai dengan satuan uang.

Mata uang yang digunakan untuk pengukuran pos - pos dalam laporan keuangan adalah mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dijabarkan dalam mata uang rupiah.

(15)

Kebijakan keuangan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dalam mengelola DPA tahun anggaran 2021 meliputi hal berikut.

2.2.1. Kebijakan Peningkatan Pendapatan

Kebijakan di bidang Pendapatan untuk tahun 2021 digariskan sebagai Peningkatan kualitas sistem anggaran berbasis kinerja

2.2.2. Kebijakan Aspek Belanja

Kebijakan di bidang pengeluaran ditempuh dengan meningkatkan prioritas dan rasionalisasi belanja baik belanja lansung dan belanja tidak lansung melalui penghematan dalam segala bidang. Namun demikian, efisiensi yang dilaksanakan tidak mengurangi kinerja yang ditargetkan pada masing-masing program dan kegiatan. Adapun garis besar kebijakan umum dalam aspek belanja adalah sebagai berikut

o Efisiensi dan Efektifitas Anggaran

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah bagaimana memanfaatkan uang sebaik mungkin agar dapat menghasilkan perbaikan pelayanan maksimal guna kepentingan masyarakat. Berkenaan dengan itu, maka penetapan standar kinerja dan kegiatan serta harga satuannya akan merupakan faktor penentu dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran

o Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum untuk itu struktur Anggaran haruslah mampu memberikan informasi tentang kinerja yang ingin dicapai.

Untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut :

1. Masukan (Input), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber : dana, SDM, material, waktu, teknologi dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program dan atau kegiatan.

(16)

2. Keluaran (Output) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan.

3. Hasil (Outcome) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan.

4. Manfaat (Benefit) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah.

5. Dampak (Impact) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat.

o Disiplin Anggaran

Struktur anggaran harus disusun dan dilaksanakan secara konsisten.

Anggaran Pendapatan dan Belanja adalah rencana pendapatan dan pembiayaan penyelenggaraan operasional untuk 1 (satu) tahun anggaran tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Sedangkan pencatatan atas penggunaan anggaran sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan Indonesia. Dalam pelaksanaan APBD Tahun Anggaran berjalan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak tersedia kredit anggarannya. Bila ada kegiatan baru yang harus dilaksanakan tapi belum tersedia kredit anggarannya, maka harus terlebih dahulu diusulkan dan kemudian diproses dalam Perubahan APBD tahun anggaran berkenaan dan disesuaikan dengan Arah Kebijakan Umum APBD serta Strategi dan Prioritas Tahun Anggaran berjalan.

2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD

Secara umum kinerja keuangan pada dasarnya merupakan cerminan dari kinerja kolektif seluruh sektor dan unit kerja/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Seluruh upaya yang dilakukan sektor dan unit kerja dalam mengelola sumber daya pada akhirnya akan menuju ke satu tujuan yaitu pelayanan masyarakat. Sebagai cerminan hasil-hasilnya sebagian akan bermuara ke Laporan Keuangan (Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas ).

(17)

Salah satu pendekatan yang ditempuh dalam penyusunan DPA BLUD Rumah Sakit Daerah Tarakan adalah pendekatan kinerja. Melalui pendekatan ini, setiap alokasi biaya yang direncanakan / dianggarkan dalam DPA dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.

Dengan demikaian, DPA BLUD Rumah Sakit Daerah Tarakan disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran.

Dalam rencana kerja tahun 2021, BLUD Rumah Sakit Daerah Tarakan menetapkan beberapa Program Kegiatan yaitu :

1. Program Penunjang urusan Pemerintahan Daerah Provinsi.

No. Kegiatan % Pencapaian

Keuangan Fisik

1 Penyediaan Gaji dan Tunjangan ASN 80,93 100

2 Penyediaan Jasa Komunikasi , Sumber Daya Air dan

Listrik 98,15 100

3 Penyediaan Jasa Pelayanan Umum Kantor 89,56 100 4 Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya 99,35 100 5 Pemeliharaan/Rehabilitasi Gedung Kantor dan

Bangunan lainnya 95,66 100

6 Pelayanan dan Penunjang Pelayanan BLUD 84,94 100

2. Program Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan.

No. Kegiatan % Pencapaian

Keuangan Fisik 1 Pengadaan Alat Kesehatan/Alat Penunjang Medik

Fasilitas Layanan Kesehatan 7,75 100

2 Pemeliharaan Alat Kesehatan/Alat Penunjang Medik

Fasilitas Layanan Kesehatan 98,13 100

3 Pengadaan Obat, Vaksin, Makanan dan Minuman

serta Fasilitas Kesehatan lainnya 68,17 100

4 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Lingkungan 69,33 100

5 Pengadaan Bahan Habis Pakai 72,13 100

3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan ( SDMK )

(18)

No. Kegiatan % Pencapaian Keuangan Fisik 1 Pemenuhan Kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM

) 90,71 100

(19)

BAB III

Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan BLUD

3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan BLUD

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian Sumber Daya Ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD, dengan demikian Laporan Realisasi Anggaran menyajikan pendapatan, belanja, surplus/defisit dan sisa lebih/kurang pembiayaan angggaran.

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan memperoleh Anggaran setelah perubahan, pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2021 secara keseluruhan sebesar Rp. 465,085,992,413.00

Jumlah APBD tersebut dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah ( Badan Layanan Umum Daerah RSUD Tarakan ) sebesar Rp. 290,000,000,000.00 dan anggaran subsidi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 175,085,992,413.00.

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan memperoleh Anggaran setelah perubahan, pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2020 secara keseluruhan sebesar Rp. 392,860,242,819.00.

Jumlah APBD tersebut dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah ( Badan Layanan Umum Daerah RSUD Tarakan ) sebesar Rp. 240,000,000,000.00 dan anggaran subsidi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp.

152,860,242,819.00.

 REALISASI ANGGARAN

Pendapatan-LRA, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah

BLUD RSUD Tarakan sampai dengan 31 Desember 2021, sebesar Rp.

(20)

457,036,279,564.00 atau 196,90 % dari Anggaran, sedangkan Pendapatan yang sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp. 239,719,912,515.00 atau 121,16% dari anggaran.

URAIAN

ANGGARAN REALISASI

%

REALISASI

TAHUN 2021 TAHUN 2021 TAHUN 2020

Rp. Rp. Rp.

Jasa Layanan

193.197.202.682

454.401.142.337

198,76

235.846.910.012 Hasil Kerjasama dengan

Pihak Lain

2.500.000.000

1.498.661.525 59,95 1.437.245.085 Lain-Lain Pendapatan

yang Sah

1.000.000.000

1.136.475.702

113,65

2.435.757.417

TOTAL

232.117.862.687

457.036.279.564

196,90

239.719.912.515

Belanja - LRA, BLUD RSUD Tarakan sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp. 428,445,155,851.00 atau 92,12 % dari anggaran dan Belanja Operasional sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp.

362,583,833,429.00 atau 92,29 % dari anggaran teridiri dari :

URAIAN

ANGGARAN REALISASI

%

REALISASI

TAHUN 2021 TAHUN 2021 TAHUN 2020

Rp. Rp. Rp.

Belanja Pegawai

35.500.000.000

32.147.745.363

90,56

173.120.653.400 Belanja Barang dan

Jasa

381.401.857.513

365.347.005.022

95,79

180.000.093.417

Belanja Modal

48.184.134.900

30.950.405.466

64,23

9.463.086.612

TOTAL

465.085.992.413

428.445.155.851

92,12

362.583.833.429

 LAPORAN OPERASIONAL

Pendapatan Operasional adalah merupakan pendapatan yang berasal dari penyelenggaraan layanan kesehatan Rumah Sakit, Pendapatan Operasional BLUD RSUD Tarakan sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp.

(21)

575,306,010,866.00 sedangkan Pendapatan Operasional per 31 Desember 2020 sebesar Rp. 189,721,491,362.00

Beban Operasional adalah sebagai penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

Beban Operasional BLUD RSUD Tarakan sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp. 508,595,521,713.00 sedangkan Beban Operasional per 31 Desember 2020 sebesar Rp. 477,183,482,454.00 dengan rincian sebagai berikut :

URAIAN

REALISASI REALISASI KENAIKAN /

TAHUN 2021 TAHUN 2020 PENURUNAN

Rp. Rp. Rp.

Beban Pegawai 32.637.082.765 166.205.349.978 (133.568.267.213) Beban Barang 263.479.825.531 173.938.985.040 89.540.840.491 Beban Jasa 118.680.229.424 34.446.691.119 84.233.538.305 Beban Pemeliharaan 14.180.999.795 17.905.631.256 (3.724.631.461)

Beban Bunga - - -

Beban Penyisihan

Piutang 1.581.750.096 422.585.267 1.159.164.829

Beban Penyusutan dan

Amortisasi 78.035.634.102 84.264.239.794 (6.228.605.692) TOTAL 508.595.521.713 477.183.482.454 31.412.039.259 Surplus atau Defisit di Laporan Operasional merupakan selisih antara pendapatan dengan beban selama satu periode pelaporan, sampai dengan 31 Desember 2021, BLUD RSUD Tarakan Surplus sebesar Rp. 67,018,889,153.00 sedangkan per 31 Desember 2020 BLUD RSUD Tarakan Defisit sebesar Rp.

273,621,065,242.00

3.2 Hambatan dan Kendala Yang ada dalam Pencapaian Target yang telah ditetapkan 3.2.1 Bidang Pendapatan

1. Pendapatan BLUD RSUD Tarakan dipengaruhi baik oleh pihak internal maupun eksternal:

(22)

a. Dari pihak internal yaitu dari sisi klaim kepada pihak penjamin masih sering terjadi hambatan khususnya pemahaman ketidaksesuaian kelengkapan dokumen pengajuan klaim.

b. Dari pihak eksternal yang mempengaruhi yaitu sering terjadinya keterlambatan pembayaran oleh BPJS hingga mempengaruhi arus kas rumah sakit.

c. Pada tahun 2021 pendapatan naik dibandingkan dengan tahun 2020, akan tetapi kunjungan menurun disebabkan adanya penyakit Corona Virus-19 yang melanda seluruh dunia.

2. Jumlah anggaran belanja yang kurang atas keterlambatan klaim BPJS untuk melaksanakan operasional rumah sakit

Solusi dan Saran

Solusi dan saran yang dapat dilakukan oleh BLUD RSUD Tarakan untuk mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Hambatan dan kendala terkait pendapatan BLUD RSUD Tarakan dapat diselesaikan dengan:

a. Meningkatkan kapasitas karyawan agar dapat menyusun kelengkapan dokumen pengajuan klaim sesuai dengan standar yang ada.

b. Mengupayakan penagihan secara terus-menerus agar BPJS segera membayar klaim yang telah diajukan.

c. Mengupayakan penagihan pada pihak Kementrian Kesehatan untuk pasien Covid- 19 sesuai dengan kebijakan dan sesuai dengan standar yabg berlaku serta kelengkapan dokumen.

3.2.2 Bidang Kesehatan

o Pada bidang kesehatan, terdapat permasalahan pada, sarana dan prasarana serta fasilitas rumah sakit. Solusi yang dilakukan adalah: Menambah sarana dan prasarana, memenuhi fasilitas dan peralatan kesehatan yang memadai pada tahun anggaran berikutnya.

o Terbatasnya kualitas SDM dalam mengelola pendapatan secara optimal

3.2.3 Bidang Administrasi dan Keuangan

(23)

o Perangkat keras untuk mendukung pengelolaan keuangan yang tersedia masih terbatas

o Perangkat lunak untuk mendukung pengelolaan keuangan yang masih dalam proses menggunakan sistem informasi akuntansi yang terintegrasi ke seluruh unit.

o Pelaksanaan kegiatan sebagian besar dilaksanakan pada triwulan II atau triwulan III dan triwulan IV.

o Belanja , belanja untuk tahun anggaran 2021 APBD dan BLUD tidak mencapai target, karena melaui proses pelelangan dan berdasarkan E- Katalog, untuk E-Katalog kendalanya ada yang tidak sesuai dengan jenis barang yang dibutuhkan dengan yang ketersediaan berdasarkan barang E- Katalog dan prosedur lelang juga prosesnya panjang.

(24)

BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1 Entitas akuntansi / entitas pelaporan keuangan daerah BLUD

Entitas akuntansi yang dimaksud adalah unit pemerintahan pengguna anggaran / pengguna barang yang wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

BLUD RSUD Tarakan mulai awal Januari 2017 menjadi UPT Dinas Kesehatan

4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan BLUD BLUD RSUD Tarakan menggunakan dua basis akuntansi yaitu :

1. Akuntansi berbasis Kas digunakan untuk :

a. Laporan Realisasi Anggaran yaitu untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan,

Unsur – unsur Laporan Realisasi Anggaran :

 Pendapatan-LRA

 Belanja

 Transfer

 Surplus/Defisit-RLA

 Penerimaan Pembiayaan

 Pengeluaran Pembiayaan

 Pembiayaan netto

 Sisa Lebih / Kurang Pembiayaan Anggaran ( SiLPA / SiKPA )

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

c. Laporan Arus Kas merupakan laporan keuangan yang melaporkan penerimaan kas, perubahan kas bersih dan pembayaran kas yang

(25)

berasal dari empat aktivitas, yaitu aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan aktivitas transitoris dalam kurun waktu satu periode.

Unsur - unsur Laporan Arus Kas :

 Aktivitas Operasi

Aktivitas Operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah daerah selama satu periode akuntansi.

 Aktivitas Investasi

Aktivitas Investasi adalah aktvitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.

 Aktivitas Pendanaan

Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan / atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.

 Aktivitas Transitoris

Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

2. Akuntansi berbasis Akrual digunakan untuk :

a. Neraca yaitu menggambarkan posisi keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada periode tertentu.

b. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh Pemerintah Kota

(26)

untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

c. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan unsur laporan keuangan

4.3.1 Kas dan Setara Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas dan Setara Kas merupakan kelompok akun yang digunakan untuk mencatat kas dan setara kas yang dikelola Bendahara Pengeluaran. Kas adalah uang tunai yang setiap saat dapat ditarik dan digunakan untuk melakukan pembayaran dan membiayai kegiatan pemerintah daerah.

Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek pemerintah yang likuid, yang siap dicairkan menjadi kas.

4.3.2 Kas dan Setara Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada dibawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanan tugas pemerintahan.

Pengukuran untuk Kas dan Setara Kas

Kas dicatat sebesar nilai nominal. Nilai Nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiah. Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta Asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral.

4.3.3 Piutang

(27)

Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang merupakan uang yang terhutang oleh pelanggan atas barang/jasa, yang telah dijual/jasa layanan yang telah diberikan.

Piutang BLUD adalah piutang yang timbul dari kegiatan operasional atau non operasional.

Pengukuran Piutang dicatat sebesar nilai nominal atas SKPD / dokumen ketetapan lainnya / naskah perjanjian yang belum dibayar sampai dengan akhir tahun berjalan

Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Agar nilai piutang sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan ( Net Realizable Value ) maka disesuaikan dengan penyisihan piutang tak tertagih.

Penyisihan piutang tak tertagih adalah cadangan yang dibentuk sebsar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang :

DAFTAR UMUR PIUTANG

No. Umur Piutang % Penyisihan

1 Lancar

Kurang 1 Tahun 0.5 %

2 Kurang Lancar

1 – 2 Tahun 10 %

3 Diragukan

3 - 5 Tahun 50 %

4 Macet

Lebih 5 Tahun 100 %

4.3.4 Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan /atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan merupakan aset yang berwujud yang berupa :

a. Barang atau perlengkapan yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional.

b. Bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi.

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksud untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

(28)

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau untuk diserahkan kepada masyarakat.

Metode pencatatan persediaan dilakukan dengan : 1. Metode Perpetual

Metode perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar, sehingga nilai / jumlah persediaan selalu ter-update. Digunakan untuk mencatat jenis persediaan yang berkaitan dengan operasional utama SKPD dan sifatnya continues serta membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan di RSUD.

2. Metode Periodik

Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik, maka pengukuran persediaan pada saat periode penyusunan laporan keuangan dilakukan berdasarkan hasil inventaarisasi dengan menggunakan harga perolehan terakhir.

Pengukuran Persediaan Persediaan disajikan sebesar :

o Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya angkut .

o Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.

o Nilai wajar, harga/nilai wajar persediaan dengan cara lainnya seperti donasi.

4.3.5 Investasi

Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, deviden dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Investasi terdiri dari :

a. Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 ( dua belas ) bulan atau kurang dan merupakan kelompok aset lancar.

Investasi Jangka Pendek terdiri dari : o Investasi dalam saham

(29)

o Investasi dalam Deposito o Investasi dalam SUN o Investasi dalam SBI o Investasi dalam SPN

o Investasi Jangka Pendek BLUD

Investasi Jangka Pendek diakui pada saat nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diakui secara memadai/andal ( reliable ), didasarkan pada bukti transaksi yang menyatakan/mengidentifikasi biaya perolehannya. Jika transaksi tidak dapat diukur berdasarkan bukti perolehannya, penggunaan estimasi yang layak juga dapat digunakan.

b. Investasi Jangka Panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 ( dua belas ) dan merupakan kelompok aset non lancar. Investasi Jangka Panjang dibagi menurut sifatnya yaitu permanen dan non permanen.

Investasi jangka panjang permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.

Pengukuran Insvestasi untuk beberapa insvestasi terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar, sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.

4.3.6 Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan untuk digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah Provinsi DKI Jakarta atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Komponen Biaya Aset Tetap a) Biaya perencanaan b) Biaya lelang

c) Biaya persiapan tempat

(30)

d) Biaya pengiriman e) Biaya pemasangan f) Biaya konstruksi g) Biaya profesional

Pengukuran Aset Tetap

1) Tanah diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah tersebut sampai dengan siap digunakan.

2) Gedung diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun gedung dan bangunan sampai dengan siap untuk dipakai.

3) Aset tetap yang dibangun sendiri dicatat sebesar seluruh nilai bahan/peralatan yang digunakan, biaya pengerjaan serta biaya-biaya umum lainnya yang terkait dengan pembangunan aset tetap tersebut.

4) Pengeluaran untuk suatu aset tetap dengan maksud untuk menambah nilai ekonomis, menambah kapasitas dan menambah masa manfaat harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset yang bersangkutan (dikapitalisasi).

Penyusutan Aktiva Tetap

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat, penyusutan diperlakukan sebagai beban operasional/beban penyusutan dan dilaporkan dalam Laporan Operasional. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode Garis Lurus ( straight line ).

Berikut Tabel Masa Manfaat ( Umur Ekonomis ) Aset Tetap.

No. Uraian Masa Manfaat

( Tahun )

1 Tanah Tidak Disusutkan

2 Peralatan dan Mesin

2.1 Alat-Alat Berat 8

2.2 Alat- Alat Angkutan 8

2.3 Alat-Alat Bengkel dan Alat Ukur 8

2.4 Alat-Alat Pertanian / Peternakan 5

2.5 Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga 5

(31)

2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 5

2.7 Alat- Alat Kedokteran 5

2.8 Alat-Alat laboratorium 5

2.9 Alat Keamanan 5

3 Gedung dan Bangunan

3.1 Bangunan dan Jembatan 20

3.2 Bangunan Monumen 20

4 Jalan, Irigasi dan Jaringan

4.1 Jalan dan Jembatan 20

4.2 Bangunan Air / Irigasi 20

4.3 Instalasi 20

4.4 Jaringan 20

5 Aset Tetap Lainnya

5.1 Barang Bercorak Kesenian / Kebudayaan 10

5.2 Hewan Ternak dan Tumbuhan Tidak Disusutkan

5.3 Aset Tetap - Renovasi Masa Kerjasama

atau masa umur ekonomis, mana yang lebih pendek

6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Tidak Disusutkan

4.3.7 Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembanguan.

Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai aset tersebut selesai dan siap pakai.

Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan

(32)

4.3.8 Dana Cadangan

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran, dana cadangan diklasifikasikan berdasarkan tujuan peruntukkannya.

Pengukuran Dana Cadangan

1. Dana Cadangan diukur sesuai dengan nilai nominal dari kas yang diklasifikasikan ke dana cadangan

2. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan diukur sebesar nilai nominal yang diterima

4.3.9 Aset Lainnya

Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap dan Dana Cadangan.

Aset Lainnya terdiri dari :

1. Tagihan piutang penjualan angsuran 2. Tagihan tuntutan ganti kerugian 3. Kemitraan dengan pihak ketiga 4. Aset Tidak Berwujud

5. Aset Lainnya

Aset lainnya di BLUD RSUD Tarakan berupa Aset Tidak berwujud dan Aset Lainnya.

Aset Tidak Berwujud ( ATB ) adalah aset tetap yang secara fisik tidak dapat dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.

Aset tidak berwujud diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Lisensi dan Franchise

2. Hak cipta 3. Paten

4. Aset Tidak Berwujud lainnya

(33)

Pengukuran Aset Lainnya

Aset Tidak Berwujud diukur dengan harga perolehan, yaitu harga yang harus dibayar entitas pemerintah daerah untuk memperoleh suatu aset tak berwujud hingga siap untuk digunakan dan mempunyai manfaat ekonomi yang diharapkan dimasa datang.

Penyusutan untuk Aktiva Tidak Berwujud

Amortisasi adalah penyusutan terhadap Aktiva Tidak Berwujud yang dialokasikan secara sistematis dan rasional selama masa manfaat dengan metode Garis Lurus dengan masa manfaat selama 5 tahun.

4.3.10 Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Kewajiban terbagi dua yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

Klasifikasi kewajiban :

1. Kewaiban Jangka Pendek

a. Utang Perhitungan Fihak Ketiga ( PFK ) b. Utang Bunga

c. Bagian Lancar utang jangka panjang - pokok d. Pendapatan diterima dimuka

e. Utang Belanja

f. Utang Jangka Pendek Lainnya 2. Kewajiban Jangka Panjang

a. Utang Dalam Negeri

b. Utang Jangka Panjang Lainnya

Pengukuran kewajiban dibagi 2 kelompok yaitu:

1) Pengukuran Kewajiban Jangka Pendek adalah diukur dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar kembali atas barang dan jasa yang telah diterima sampai dengan 31 Desember 2021 namun belum dibayar.

(34)

2) Pengukuran Kewajiban Jangka Panjang adalah diukur dengan nilai nominal mata uang rupiah saldo utang jangka panjang yang masih harus dibayar.

4.3.11 Ekuitas Dana

Laporan Ekuitas adalah memberikan informasi tentang ekuitas awal, surplus/ Defisit LO, dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan yang mendasar dan ekuitas akhir suatu entitas pelaporan secara komparatif dengan periode sebelumnya.

Pengukuran Ekuitas Dana

Saldo Ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.

4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang ada dalam SAP dada SKPD

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan BLUD RSUD Tarakan tahun anggaran 2021 sesuai dengan Pergub no. 204 tahun 2016 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, PP no. 71 tahun 2013 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Pergub no. 161 tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Prinsip-pirinsip Akuntansi yang secara umum dipergunakan 1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudnya, bahwa suatu perusahaan adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan pencatatan pribadi pemilik.

(35)

Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan utang pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung jawab yang jelas terhadap keuangan perusahaan

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip ini bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur.

Periode akuntansi yang umum dipakai dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non kuantitatif ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya.

Faktor-faktor ini tidak termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam bentuk uang.

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai dan dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa digunakan seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau harga akuisisi dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah memiliki harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp

(36)

100.000.000,- Namun sebuah perusahaan mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui dan dicatat adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan tersebut. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi akuntansi.

Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan. Maka pada laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa catatan kaki atau lampiran yang berisi :

Metode akuntansi yang digunakan

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran, dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan perusahaan terhadap perubahan yang terjadi tersebut

Kontrak pembelian atau kontrak penting lain

Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat

Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya

7. Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan usaha seperti penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar

(37)

yang digunakan untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh atas transaksi keuangan tersebut.

Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian nilai nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut di antaranya :

Pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai

Pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih dalam proses produksi

Pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusahaaan dipertemukan atau di-matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk menentukan nilai penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip pengakuan pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya tidak bisa dilakukan.

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak berhubungan langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya administrasi adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski mendukung terjadinya pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode terjadinya pendapatan tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.

Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung berdasarkan jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.

(38)

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan.

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan kebijakan yang digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode bisa diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya, sehingga bisa memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode dan prosedur secara konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan cepat.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur akuntansi. Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan penjelasan alasan penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual. Jika tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

(39)

BAB V

PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN BLUD

Laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual dibuat secara berkala disetiap SKPD, PPKD atau BLUD dan digunakan untuk kepentingan Konsolidasi laporan keuangan BLUD dengan laporan keuangan SKPD serta PPKD, laporan keuangan ini disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

5.1 Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan BLUD 5.1.1 PENDAPATAN

5.1.1.1 Pendapatan Laporan Operasional

Pendapatan Laporan Operasional

adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. BLUD RSUD Tarakan secara akrual sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp. 575,306,010,866.00 dan Pendapatan Operasional tahun 2020 sebesar Rp. 189,721,491,362.00

5.1.1.2 Pendapatan Lain-Lain PAD Yang sah di dalam Laporan Realisasi Anggran

Pendapatan lain – lain PAD yang sah

BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan secara Cash Basis , untuk tahun 2021 pendapatan diakui dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah (SIMPAD) sebesar Rp. 457,036,279,564.00 dan pendapatan untuk tahun 2020 sebesar Rp.

239,719,912,515.00

(40)

Uraian 31 Des 2021 31 Des 2020 - Pendapatan Jasa

Layanan

454,401,142,337.00 235,846,910,012.00

- Pendapatan Hasil Kerjasama

1,498,661,525.00 1,437,245,085.00

- Lain-Lain Pendapatan BLUD yang sah

1.136,475,702.00 2.435,757,418.00

- Pendapatan Hibah 0.00 0.00

TOTAL 457,036,279,564.00 239,719,912,515.00

Saldo Anggaran Lebih ( SAL ) adalah akumulasi dari SiLPA tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditambah / dikurangi dengan koreksi pembukuan tahun sebelumnya.

Saldo Anggaran Lebih akhir tahun 2021 sebesar Rp. 86,473,261,026.00 dan Saldo

Anggaran Lebih Akhir tahun 2020 sebesar Rp. . (80,722,515,096.00)

5.1.2.1. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode

pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban, BLUD RSUD Tarakan secara akrual sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp 508,595,521,713.00 sedangkan jumlah beban sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp 477,183,482,454.00 dengan rincian sebagai berikut :

Uraian 31 Des 2021 31 Des 2020

Beban Pegawai 32,637,082,765.00 166,205,349,978.00

Beban Barang 263,479,825,531.00 173,938,985,040.00

Beban Jasa 118,680,229,424.00 34,446,691,119.00

Beban Pemeliharaan 14,180,999,795.00 17,905,631,256.00

Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Penyisihan Piutang

78,035,634,102.00 1,581,750,096.00

84,264,239,794.00 422,585,267.00

(41)

Total Beban 508,595,521,713.00 477,183,482,454.00

5.1.2.1. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah, Belanja Operasional BLUD RSUD Tarakan sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp 428,445,155,851.00 dan 31 Desember 2020 sebesar Rp. Rp 362,583,833,429.00 dengan rincian sebagai berikut :

Uraian 31 Des 2021 31 Des 2020

Belanja Operasional

Belanja Pegawai 32,147,745,363.00 173,120,653,400.00 Belanja Barang dan Jasa 365,347,005,022.00 180,000,093,417.00 Jumlah Belanja Operasional 397,494,750,385.00 353,120,746,817.00 Belanja Modal

Belanja Tanah 0.00 0.00

Belanja Peralatan dan Mesin 30,950,405,466.00 9,463,086,612.00

Belanja Gedung dan Bangunan 0.00 0.00

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 0.00 0.00

Jumlah Belanja Modal 30,950,405,466.00 9,463,086,612.00 Total Belanja 428,445,155,851.00 362,583,833,429.00

5.1.3 ASET

ASET LANCAR 5.1.3.1 Kas

Merupakan saldo Kas per 31 Desember 2021 sebesar Rp 230,193,431,827.00 dan saldo Kas per 31 Desember 2020 sebesar Rp. 58,027,151,849.00 dengan rincian sebagai berikut:

(42)

Uraian 31 Des 2021 31 Des 2020 Kas dan Setara Kas 230,193,431,827,00 58,027,151,849.00 Bendahara Pengeluaran BLUD

Kas Tunai 0.00 0.00

Kas di Bank , terdiri dari 1. Bank Mandiri ( BLUD )

121007768827

2. Bank DKI ( BLUD ) 15202000007

1,731,828,176.00 178,176,311

505,529,874.00 2,383,076,484.00

Sub Jumlah Kas Di Bendahara Pengeluaran BLUD 1,910,004,487.00 2,888,606,358.00

Bendahara Pengeluaran Subsidi 6. Bank DKI ( Subsidi ) 108-02-

12178-8 0.00 0.00

Sub Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran Subsidi 0.00 0.00

Jumlah Kas Di Bendahara

Pengeluaran 1,910,004,487.00 2,888,606,358.00

Bendahara Penerimaan BLUD 31 Des 2021 31 Des 2020 1. Kas

2. Bank Mandiri ( BLUD ) 1210004135996

3. Bank DKI 10803155511

4. Bank BNI ( BLUD )7123456000 5. Bank BCA ( BLUD ) 2618000309 6. Bank BRI ( BLUD

)111901000222301

24,043,860.00 10,669,619,969.00 208,858,841,141.0

0 1,581,508,017.00 6,226,160,044.00 779,164,773.00

36,956,197.00 46,444,306,873.00 3,278,191,020.00 1,158,785,022.00 3,302,315,536.00 772,976,307.00

(43)

Sub Jumlah Kas dan Bank Di Bendahara Penerimaan

228,139,337,804.0

0 54,993,530,955.00 1. Kas

2. Bank DKI (UM Pasien) 10802159378

0.00 144,089,536.00

139,469.00 144,875,067.00

Jumlah Uang Muka Pasien 144,089,536.00 144,875,067.00 Jumlah Uang Kas dan Bank di

Bendahara Penerimaan 144,089,536.00 145,014,536.00

Saldo di Buku Kas Umum RSUD Tarakan per 31 Desember 2021 sebesar Rp. 230.193,431,827.00 , saldo BKU RSUD Tarakan per 31 Desember 2020

sebesar Rp. 58,027,151,849.00 tidak ada perbedaan dengan saldo kas dibank dan saldo tunai.

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran untuk anggaran APBD atau subsidi sampai dengan 31 Desember 2021 Rp. 0.00 ( Nihil ) dan 31 Desember 2020 sebesar Rp. 0.00 ( Nihil ).

5.1.3.2 Piutang

Merupakan saldo piutang per 31 Desember 2021 sebesar Rp 133,478,316,043.00 dan saldo piutang per 31 Desember 2020 Rp.

15,456,651,479.00 dengan rincian sebagai berikut :

Uraian 31 Des 2021 31 Des 2020 31 Des 2018

Piutang Jasa Layanan Umum BLUD

- BPJS 37,739,541,908.00

10,636,619,216.0 0

- KEMENKES 88,449,376,350.00 0.00

Jumlah

126,188,918,258.0 0

10,636,619,216.0 0 Piutang Pada Pihak ke III

- PT. Jasindo 4,584,967.00 382,814.00 36,491,396.00

(44)

- CAR ( Pravensia ) 0.00 685,791.00 17,941,421.00

- Jiwa Sequislife 1,000,674.00 0.00 633,608.00

- BNI Life 5,175,299.00 6,922,450.00 26,001,162.00

- Asuransi Car 337,124.00 767,437.00 684,792.00

- Tugu Mandiri 1,050,000.00 138,240.00 1,755,122.00

- PT. Allianz 150,000.00 9,197,525.00 17,889,310.00

- PT. Sinarmas Card 4,874,851.00 4,445,190.00 7,429,749.00

- Asuransi Reliance Indonesia 59,985,509.00 10,376,973.00 3,224,791.00

- PT. Mega Health 0.00 972,565.00 4,204,007.00

- PT. Jasa Raharja 248,368,985.00 0.00 318,508,767.00

- Admedika AIA 23,155,059,00 0.00 26,733,762.00

- ISPC - ETIQA 1,002,320.00 0.00 1,458,064.00

- Wana Artha 0.00 513,975.00 140,000.00

- AA International 10,051,510.00 306,079.00 446,580.00

- Great Easter ( Live Great ) 347,322.00 0.00 1,003,666.00

- BRI Life 2,008,810.00 0.00 22,702,869.00

- Askrida 0.00 507,765.00 59,625,000.00

- Lippo Insuranse 3,320,085.00 1,266,187.00 2,403,750.00

- Asuransi Tafakul 219,425,00 345,000,00 509,091,00

- Patologi Anatomi 4,079,500.00 2,630,000.00 3,335,000.00

- Owlexa Healthcare 4,149,193.00 4,599,193.00 810,865.00

- CHRUCH World Service Indonesia 477,667,329.00 125,322,751.00 160,167,018.00 - BPJS Ketenagakerjaan 411,900,873.00 163,049,398.00 50,215,033.00

- PT. Total Bangun Persada 0.00 15,133,318.00 18,132,503.00

- Intra Asia 0.00 101,420.00

- Sompo Japan N. 0.00 528,000.00

- Sinarmas MSIG 6,786,643.00 0.00

- Jamkesda DKI 198,941,100,00 0.00

- Jamkesda KLB 39,900,000.00 0.00

- Asuransi Mandiri Inhealth 6,118,779.00 0.00

- FWD Life 4,633,788.00 3,362,646.00

- Metro TV 315,000.00 0.00

- RSUD Johar Baru 6,687,500 0.00

- Intl Pacific Cross 349,830.00 0.00

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis aktivitas enzim pertahanan tanaman (peroksidase dan polifenol oksidase) dan kandungan asam salisilat menunjukkan bahwa penekanan kejadian penyakit darah pada

 Melaksanakan hubungan kerjasama pelaksanaan tugas dengan sektor terkait  Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan di bidang Pembinaan Ketertiban  Pelaksanaan

Angket analisis kebutuhan guru diberikan kepada guru IPA kelas VIII yang pernah mengajar materi fotosintesis, sedangkan angket analisis kebutuhan siswa disebarkan

Prinsip-prinsip internasional mengenai corporate governance mulai muncul dan berkembang baru-baru ini. Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul “ANALISA KEKERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH ST 40 DENGAN PROSES CARBURIZING

pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau member bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang

Menurut Simamora (dalam kamil, 2007:4) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meingkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman,

Batas desa adalah batas pemisah wilayah antar desa yang saling bersebelahan. Batas pemisah tersebut dapat berupa batas alam maupun batas buatan manusia. Unsur-unsur