• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERBACAAN WACANA DALAM UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA TAHUN 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KETERBACAAN WACANA DALAM UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA TAHUN 2011."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERBACAAN WACANA DALAM UJIAN

NASIONAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ARINDA CHRISTI SIANTURI

NIM 209411002

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Sungguhan puji dan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya dalam kehidupan sehari-hari. Tiada terukur hikmah dan pembelajaran yang diberikanNya dalam kehidupan ini. Penulis sangat yakin apa yang telah ditakdirkan adalah hal yang terbaik dan selalu memiliki hikmah jika dipandang dari berbagai sisi cara pandang.

Studi meraih gelar sarjana pendidikan sudah sampai pada titik akhir, namun sangat disadari meraih ilmu pengetahuan tidak berakhir dan terus sepanjang hayat. Proses pembelajaran dan pendidikan yang telah dilakukan selama ini bukan hanya semata ingin meraih gelar, namun terlebih kepada peningkatan pola pikir sebagai seorang akademisi yang memiliki pandangan visioner yang berguna bagi dunia pendidikan. Tidak bisa diingkari, ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan kebahasaan yang telah didapatkan menjadi wasiat yang harus diteruskan atau diaplikasikan dimanapun kita berada.

Sebagai sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana pendidikan, Skripsi yang dibuat penulis berjudul “Analisis Keterbacaan Wacana dalam Ujian Nasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Tahun 2011.” Proses pembuatan skripsi ini cukup memberikan pembelajaran yang sangat berarti pada penulis tentang pentingnya kerendahan hati, kegigihan, kerja keras dan keberlanjutan dalam menggapai ilmu pengetahuan. Penyatuan cara pandang dari berbagai segi memberikan pembelajaran baru bahwa segala pendapat para akademisi memiliki dasar masing-masing sehingga perlu penyatuan dan penjelasan setiap pendapat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan, 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan,

(7)

iii memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini,

8. Dr. Rosmawaty, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

9. seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

10.Kepala Sekolah, Pegawai Tata Usaha, dan Guru Bahasa Indonesia kelas XII, beserta siswa kelas XII SMA Swasta Medan Putri,

11.Ayahanda Gumortap sianturi dan Ibunda Helena Ariani Hutabarat yang telah bersusah payah membesarkan, mengasuh, mendidik, serta memotivasi penulis secara moril maupun materil dengan penuh kasih sayang dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini,

12.Abang, kakak dan adikku terkasih Gokky Sianturi, Willy Sianturi, Ganda Sianturi, Yessi Sianturi, Gemmy Galatia Artha Sianturi, Ganda Sanses Silaen, yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat,

13.teman-teman seperjuangan seangkatan 2009 dalam suka dan duka di kehidupan di kampus terkhusus (Dhea Christien, Liya Syahfitri, Risya Harfini Lubis, Theresia Anggreini Ginting).

(8)

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaannya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.Tuhan Yesus Memberkati.

Medan, Februari 2014 Penulis,

(9)

i

ABSTRAK

Arinda Christi Sianturi, NIM 209411002. Analisis Keterbacaan Wacana dalam Ujian Nasional Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Tahun 2011. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia/S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia SMA tahun 2011 berdasarkan formula keterbacaan grafik Raygor yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Pada penentuan tingkat keterbacaan wacana berdasarkan kriteria kejelasan kalimat Rudolf Flesch yaitu menentukan wacana yang mudah, sedang, dan sulit. Rudolf Flesch mengasumsikan bahwa kalimat yang memiliki kata kurang dari 14 kata per kalimat merupakan kalimat yang mudah dipahami, kalimat yang terdiri dari 15 sampai 21 kata per kalimat termasuk dalam kalimat yang memiliki kejelasan sedang, dan kalimat yang terdiri dari 21 kata lebih per kalimat tergolong dalam kategori kalimat yang sulit dipahami.Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada tingkat keterbacaan yang rendah mengakibatkan siswa tidak mampu memahami soal-soal UN SMA tahun 2011 yang diujikan sehingga siswa tidak dapat menjawab dengan benar soal yang ada dan belum adanya penggunaan formula keterbacaan yang lebih inovatif seperti formula keterbacaan grafik Raygor dan kriteria kejelasan kalimat Rudolf Flesch . Populasi penelitian ini adalah seluruh soal yang berbentuk wacana ujian nasional SMA tahun 2011 berjumlah 16 buah. Dari 16 soal tersebut ditetapkan 8 buah soal yang berbentuk wacana dijadikan sampel penelitian dengan menggunakan teknik acak (purposive random sampling). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

(10)

v

(11)

vi

1. Populasi Penelitian ... 23

2. Sampel Penelitian ... 23

D. Metode Penelitian ……….…………. 24

E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian... 25

G. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 30

A. Hasil Penelitian ………..……… 30

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 41

A. Simpulan……….. 41

B. Saran……… 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Soal SNMPTN dari Tahun 2009-2013 ……….. 4

2.1 Kejelasan Kalimat dalam Jumlah Kata ... 18

2.2 Kejelasan Kalimat ... 19

2.3 Kriteria Tingkat Keterbacaan Teks ... 20

3.1 Kriteria Kejelasan Kata ... 26

3.2 Kriteria Kejelasan Kalimat ... 27

3.3 Wacana yang Diteliti ... 29

4.1 Analisis Wacana Berdasarkan Kriteria Kejelasan Kalimat ... 37

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang

diujikan dalam Ujian Nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang ... 5

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 45

Lampiran 2 ... 46

Lampiran 3 ... 47

Lampiran 4 ... 48

Lampiran 5 ... 49

Lampiran 6 ... 50

Lampiran 7 ... 51

Lampiran 8 ... 52

Lampiran 9 ... 53

Lampiran 10 ... 54

Lampiran 11……….. 55

Lampiran 12……….. 56

Lampiran 13……….. 57

Lampiran 14………. 58

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut dikarenakan masuknya bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional dan indikator paling jelas dapat dilihat dari rendahnya nilai ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia.

Saat ini ujian nasional adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan atau di jalankan oleh setiap siswa. Hal ini dianggap perlu karena ujian nasional dianggap

sebagai wadah untuk menilai seberapa jauh pencapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran di setiap jenjang pendidikannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran ujian nasional memang menjadi

perdebatan dan kontroversi di masyarakat. Di satu pihak ada yang setuju, karena ujian nasional dianggap dapat meningkatkan mutu pendidikan maupun mutu siswa.

Sementara di pihak lain juga tidak sedikit yang merasa tidak setuju, karena menganggap bahwa ujian nasional sebagai suatu hal yang menakutkan. Soal-soal yang dikembangkan pun cenderung mengukur aspek kognitif saja.

Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat

(16)

2

siswa memperoleh berbagai informasi yang dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilannya.

Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan dan

pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia di berbagai media informasi seperti buku, majalah, koran, internet dan sebagainya. Sebagian besar

media informasi menggunakan tulisan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Oleh karena itu, kegiatan utama yang perlu dilakukan untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan adalah dengan membaca.

Guru perlu menumbuhkan minat baca kepada siswa. Oleh karena itu, guru harus menyajikan teks yang memenuhi kriteria keterbacaan wacana karena salah satu

faktor yang menyebabkan keengganan membaca adalah faktor keterbacaan wacana. Seperti yang dijelaskan oleh Flora Suciadi (2000) menyatakan, “Dalam pembelajaran

membaca, guru dituntut untuk mampu memilih bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi bahasa, minat dan tingkat kesadaran baca.”

Guru perlu mempertimbangkan pemilihan bahan bacaan yang sesuai dengan kemampuan membaca siswa dan sesuai dengan peringkat kelas siswa, karena

mudah-sukarnya materi bacaan yang diberikan kepada siswa akan mempengaruhi minat bacanya. Bacaan-bacaan yang sulit akan menurunkan minat baca siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat William (dalam Mulyati, (2011) yang menyatakan, “Materi

-materi bacaan yang disuguhkan dengan bahasa yang sulit menyebabkan bacaan itu sulit dipahami dan mengakibatkan kefrustasian bagi pembacanya. Bahan bacaan

(17)

3

Hardjasujana dan Mulyati (1997 : 106) menjelaskan “Keterbacaan adalah

ihwal terbaca-tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. Keterbacaan ini mempersoalkan tingkat kesulitan dan kemudahan suatu bacaan berdasarkan

peringkat pembaca tertentu.

Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata,

semakin sukarlah bahan bacaan yang meliputinya. Sebaliknya, jika kalimat-kalimat dan kata-kata sebuah wacana pendek-pendek, maka wacana itu merupakan bacaan yang mudah. Dalam upaya pemilihan bahan bacaan, pertimbangan yang paling

penting adalah aspek keterbacaan.

Aspek keterbacaan menurut Suherli (2008: 123) adalah:

Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi siswa sesuai jenjang pendidikannya, yakni hal-hal yang berhubungan dengan kemudahan membaca bentuk tulisan atau topografi, lebar spasi dan aspek-aspek grafika lainnya, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat pembaca, kepadatan gagasan dan informasi yang ada dalam bacaan, dan keindahan gaya tulisan, serta kesesuaian dengan tata bahasa baku. Jadi, Tingkat keterbacaan harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Mudah-sukarnya suatu bacaan atau tingkat keterbacaan teks berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Pemahaman siswa akan bacaan-bacaan yang sulit dan

mudah tentu berbeda hasilnya. Pemahaman siswa terhadap bacaan-bacaan yang mudah tentu lebih tinggi daripada pemahaman siswa akan bacaan-bacaan yang sulit.

Tingkat keterbacaan wacana yang tinggi akan menghasilkan pemahaman yang tinggi dan sebaliknya tingkat keterbacaan wacana yang rendah akan menghasilkan pemahaman yang rendah pula. Ketika siswa berhadapan dengan bacaan-bacaan yang

(18)

4

memiliki tingkat keterbacaan yang rendah, sedang dan tinggi tentu berbeda-berbeda hasilnya.

Apabila ditinjau soal-soal ujian masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan

Ujian Nasional, maka soal-soal yang berhubungan dengan wacana akan menjadi tren yang selalu keluar dalam ujian-ujian tersebut.

Adapun jumlah soal yang berhubungan dengan wacana yang diujikan dalam ujian SNMPTN dari tahun 2009 hingga 2013 adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Soal SNMPTN dari Tahun 2009-2013

No Ruang

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa soal-soal tentang wacana

selalu keluar dalam ujian-ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Oleh karena itu, kemampuan membaca perlu dikuasai oleh siswa.

Penelitian yang dilakukan Abdurahman, dkk. (2011: 3) mengenai hasil Ujian Nasional berdasarkan kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang, kompetensi mata pelajaran

(19)

5

berada di bawah 40% dan tingkat nasional di bawah 60%. Dapat kita lihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 1.1 Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang yang dibandingkan dengan propinsi sasaran dan nasional Tahun 2009-2010. Hasil UN bahasa Indonesia rendah dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor tingkat kesulitan soal seperti tingkat keterbacaan soal yang rendah,

alokasi waktu yang tidak sesuai dengan tingkat kesulitan soal, dan kompetensi guru. Tingkat keterbacaan yang rendah atau tingkat kesulitan soal yang

tinggi mengakibatkan siswa tidak mampu memahami soal-soal yang diujikan sehingga siswa tidak dapat menjawab dengan benar soal yang ada. Soal-soal yang sulit saat Ujian Nasional tersebut dibatasi juga dengan waktu yang singkat, padahal

soal-soal UN Bahasa Indonesia disajikan dalam bentuk teks-teks panjang yang menuntut siswa untuk mampu menguasai teknik membaca cepat dan pemahaman

(20)

6

Soal-soal yang diujikan dalam UN Bahasa Indonesia tidak pernah terlepas dari soal yang menuntut siswa untuk membaca wacana yang panjang. Kemampuan siswa yang rendah dapat diakibatkan karena tingkat keterbacaan soal yang rendah,

siswa tidak mampu memahami soal-soal yang diujikan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menjawab butir-butir soal tersebut.

Pada penelitian ini, penulis akan menyajikan wacana-wacana yang memiliki tingkat keterbacaan rendah, sedang dan tinggi dan kemudian menganalisis tingkat keterbacaannya. Menentukan tinggi rendahnya tingkat keterbacaan wacana

berdasarkan formula keterbacaan grafik Raygor dan kriteria kejelasan kalimat Rudolf Flesch.

Formula keterbacaan grafik Raygor memberikan asumsi untuk menentukan keterbacaan wacana berdasarkan dua faktor yaitu faktor panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kata. Kriteria tingkat kesulitan kata di sini didasari oleh

panjang-pendeknya kata, bukan unsur semantisnya. Kata-kata yang tergolong dalam kategori sulit adalah kata-kata yang terdiri dari enam huruf atau lebih.

Penentuan tingkat keterbacaan wacana berdasarkan kriteria kejelasan kalimat

Rudolf Flesch adalah untuk menentukan wacana yang mudah, sedang dan sulit.

Rudolf Flesch mengasumsikan bahwa kalimat yang memiliki kata kurang dari 14 kata

per kalimat merupakan kalimat yang mudah di pahami, kalimat yang terdiri dari 15 sampai 21 kata per kalimat termasuk dalam kalimat yang memiliki kejelasan sedang, dan kalimat yang terdiri dari 21 kata lebih per kalimat tergolong dalam kategori

(21)

7

Berdasarkan penggunaan formula keterbacaan grafik Raygor dan kriteria kejelasan kalimat Rudolf Flesch tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai tingkat keterbacaan wacana supaya guru semakin selektif dalam

memilih bahan ajar membaca yang sesuai bagi siswa dan mengetahui apakah selama ini bahan ajar atau materi ajar yang diberikan kepada siswa sudah layak dan sesuai

atau tidak dengan kemampuan siswanya. Jadi, penelitian ini benar-benar terbatas yaitu penulis hanya melaksanakan penelitian ini dengan menganalisis keterbacaan wacana dalam soal UN untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan

menggunakan formula keterbacaan Grafik Raygor sesuai dengan cara yang dikemukakan ahli-ahli di atas.

Penelitian ini penulis wujudkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis

Keterbacaan Wacana dalam Ujian Nasional Mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Tahun 2011.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Nilai UN Bahasa Indonesia tahun 2011 rendah.

2. Bacaan-bacaan yang sulit menurunkan minat baca siswa.

3. Perlunya Penggunaan formula keterbacaan untuk penentuan tingkat keterbacaan wacana yang layak dibaca oleh siswa.

4. Penggunaan grafik Raygor dan tabel kriteria kejelasan kalimat Rudolf

(22)

8

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya penelitian yang penulis laksanakan, penulis perlu membatasi lingkup penelitian ini. Penelitian ini hanya akan menentukan

tingkat keterbacaan wacana dalam ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA tahun 2011”. Penulis tidak akan melihat hal-hal lain yang tidak terkait dengan

keterbacaan, tetapi penulis hanya akan mencoba menentukan tingkat keterbacaan wacana dalam soal UN untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengidentifikasian masalah-masalah yang terjadi saat ini, penulis

mencoba melaksanakan suatu penelitian tentang tingkat keterbacaan wacana dalam Ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA tahun 2011”. Karena itu,

penulis merumuskan permasalahan penelitian ini dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keterbacaan wacana dalam ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak lepas dari tujuan. Demikian

pula penelitian yang penulis lakukan mempunyai tujuan yang akan dicapai. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan:

1. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam ujian nasional mata

(23)

9

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu memperhatikan kemanfaatannya. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis

Secara teoretis diharapkan dapat mendukung dan memgembangkan teori yang

sudah ada khususnya teori membaca dan teori keterbacaan. 2. Secara Praktis

Secara praktis diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tentang bahan

(24)

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Tingkat keterbacaan pada wacana UN 2011 tidak sesuai untuk tingkat kelas

SMA XII.

2. Wacana yang dianalisis dengan grafik Raygor jatuh pada wilayah pada peringkat profesional kolom 12 ke atas.

3. Wacana yang dianalisis berdasarkan tabel kriteria kejelasan kalimat dalam jumlah kata termasuk pada kejelasan sedang (15-21 kata per kalimat).

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini

perlu diuraikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut.

1. Hendaknya mengukur tingkat keterbacaan/kesulitan teks dengan menggunakan formula keterbacaan sebelum memberikan bahan/materi

membaca kepada pembaca.

2. Hendaknya menyesuaikan tingkat keterbacaan suatu teks dengan peringkat

(25)

44

3. Penulis mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan formula keterbacaan lainnya sebagai penentu keterbacaan suatu teks.

4. Bagi peneliti lainnya agar bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan sumber informasi sehingga hasil penelitiannya nanti

bisa lebih bermanfaat bagi orang lain.

5. Bagi penulis soal ujian nasional berikutnya agar lebih memperhatikan keterbacaan soal sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa sebagai peserta

UN nantinya.

(26)

45

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputera, Abdurahman, Dkk. 2011. Laporan Hasil Kegiatan Penerapan Model Pengembangan Mutu Pendidikan Tahun Anggaran 2012, Model Peningkatan Mutu Lulusan SMA di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Universitas negeri Medan.

Akhaidah, Sabarti, dkk. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2012. Wacana & Pragmatik. Bandung: Refika Aditama.

E. Kosasih, 2004. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widia. Harjasujana, Akhmad & Yetty Mulyati . 1997. Membaca 2.Universitas Terbuka.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Kemendiknas. 2011. Panduan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional Untuk Perbaikan Mutu Pendidikan. Jakarta: BALITBANG.

Suciadi, Flora. 2000. Pengalaman Melaksanakan Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Teknik Group Cloze Siswa Kelas III SLTP Negeri Kupang. Buletin Pelangi Pendidikan 3 (2) 32-36.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: TARSITO.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumarlam. 2003. Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung : Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

(27)

46

Sungkalang, Agustinus. 2010. Mengapa Nilai UN Bahasa Indonesia Rendah?

http://boylearn86.wordpress.com/2010/05/08/mengapa-nilai-un-bahasa-indonesia-rendah/.

Kusmana, Suherli. 2008. Keterbacaan Buku Teks Pelajaran Berdasarkan Keterpahaman Bahasa Indonesia. Bahasa dan Sastra 2 (8) 122-132. http://vol8no2oktober2008.blogspot.com/ (Diakses, 15 Juni 2013)

Mulyati, Yeti. 2003. Kecepatan Efektif Membaca: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana? Universitas Pendidikan Indonesia. Http://File.Upi.Edu/Direktori/F pbs/Jur._Pend._Bhs._dan_Sastra_Indonesia/196008091986012yeti_Mulyati/Ke cepatan_Efektif_Membaca_(MMAS_03).Pdf (diakses, 20 Juni 2013)

Novelianti, Netta. 2012. Analisis Keterbacaan Soal Ulangan Semester Mata Pelajaraan Bahasa Indonesia SMP Negeri 14 Bandung. Ringkasan Disertasi.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=12843 (diakses, Senin 12 Juni 2013)

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo. Ridwan, Mohammad, Samhati, Siti, & Agustina, E. S. 2012. Keterbacaan Wacana

dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VIII Karangan Wahono Terbitan CV Gita Perdana tahun 2010. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) I (2) 14-27. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php.seloka/article/download/122/113. (diakses, Jumat 11 Mei 2013)

Rosmaini. Keterbacaan Buku Teks. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-article-23339-rosmaini.pdf (diakses, Selasa 15 Juni 2013).

Gambar

Tabel
Gambar 1.1 Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang
Tabel 1.1 Jumlah Soal SNMPTN dari Tahun 2009-2013
Gambar 1.1 Diagram tiga kompetensi terendah untuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional jurusan IPA di Kabupaten Deli Serdang  yang

Referensi

Dokumen terkait

Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya

Distilasi vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1

Dalam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2004, kerusakan lingkungan akibat penambangan bahan galian golongan C merupakan isu utama lingkungan hidup di

Metode yang digunakan adalah: (i) pengamatan terhadap curah hujan, suhu udara, dan kedalaman muka air tanah untuk periode 1 April 2009 sampai 11 Mei 2010 digunakan untuk

Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan

Menentukan sama ada terdapat perbezaan yang signifikan antara markat pencapaian murid pendekatan konstruktivisme dengan pelajar pendekatan tradisional dalam ujian pasca

4514 yang dihubungkan ke WeMos Sensor sebagai mikrokontrolernya. Kemudian, hasil pembacaan tersebut digunakan untuk masukan sistem kontrol otomatis intake fan dan

Kesehatan Kerja