• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN: studi eksperimen kuasi di smp negeri 1 kemang, kabupaten bogor, jawa-barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN: studi eksperimen kuasi di smp negeri 1 kemang, kabupaten bogor, jawa-barat."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa-Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Dalam Bidang Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Oleh:

CATUR NURROCHMAN OKTAVIAN

NIM. 1308082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa-Barat)

Oleh

Catur Nurrochman Oktavian

S.Pd FKIP Universitas Sebelas Maret, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Sekolah PascaSarjana

© Catur Nurrochman Oktavian 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Catur Nurrochman Oktavian (1308082). Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan (Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor). Pembimbing Thesis: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Thesis Program Studi Pendidikan IPS (P.IPS) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.

Penelitian ini didasari oleh masalah kurang pedulinya siswa terhadap lingkungan. Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab akan kepedulian lingkungan salah satu langkahnya adalah melalui pembelajaran IPS. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan efektifitas model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen dan penggunaan model berbasis masalah di kelas kontrol untuk mengembangkan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi (quasi experiment). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel sebanyak dua kelas, yaitu kelas VII-9 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui angket skala sikap, hasil pengamatan (observasi), dan wawancara. Hasil uji hipotesis penelitian memberikan kesimpulan: (1) Terdapat perbedaan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang signifikan atas pengukuran awal (pre-tes) dan pengukuran akhir (pos-tes) setelah mengikuti pembelajaran di kelas eksperimen; (2). Terdapat perbedaan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang signifikan atas pengukuran awal (pre-tes) dan pengukuran akhir (pos-tes) setelah mengikuti pembelajaran di kelas kontrol; (3). Tidak terdapat perbedaan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan nampak meningkat setelah mengikuti pembelajaran diantaranya terlihat dari munculnya kedisiplinan dalam membuang sampah di tempatnya, penghijauan kelas, kerja bakti membersihkan coretan di meja dan dinding kelas, dan aktif dalam menjalankan piket kelas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat respon positif dari siswa, karena pembelajaran berbasis proyek memberikan tugas-tugas proyek yang menantang, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri serta mengasah daya kreatifitas. Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat, terlihat dari keterlibatan siswa secara aktif dan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas proyek selama proses pembelajaran. Guru merespon positif dan memandang bahwa proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek memiliki keunggulan-keunggulan diantaranya yaitu: dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru tentang sintaks model pembelajaran yang inovatif, dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan guru dalam mengelola, mengorganisasikan, dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Kendala-kendala yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan alokasi waktu dan persiapan guru yang cukup lama agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu, keterampilan dan cara pandang guru terhadap model pembelajaran yang inovatif juga amat diperlukan agar implementasi model berjalan efektif.

(6)

vi

ABSTRACT

Catur Nurrochman Oktavian, (1308082). The Implementation of Project-Based

Learning Model in Social Studies Teaching and Learning to Develop Students’ Environmental Awareness (A Quasi-Experimental Study in SMP Negeri 1 Kemang, Bogor Regency). Thesis Supervisor: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani,

MS. A Thesis for the Study Program of Social Sciences Education, the School of

Postgraduate Studies, Indonesia University of Education. 2015.

The research was prompted by students’ lack of environmental awareness.

Cultivating concern and responsibility for environmental awareness can be carried out through social studies teaching and learning. In general, the research aimed to see differences in the effectiveness of project-based learning model in social studies teaching and learning in the experimental class and the use of problem-based learning model in the

control class to develop students’ environmental awareness. It employed quantitative

approach with quasi-experimental method. The design used was Non-Equivalent Pretest-Posttest Control Group Design. The population of this research included all seventh graders of SMP Negeri (State Junior Secondary School) 1 Kemang, Bogor Regency. Sample was taken for two classes, namely class VII-9 as the experimental class, and class VII-5 as the control class. Data were collected through attitude-scale questionnaires, observation, and interview. The test of the research hypothesis reveals the following: (1) There was a significant difference in environmental awareness between pre-test and post-test after teaching and learning in the experimental class; (2) There was a significant difference in environmental awareness between pre-test and post-test after teaching and learning in the control class; (3) There was no difference in environmental awareness between students of the experimental and control classes. Students’ environmental awareness appeared to improve after teaching and learning, as can be observed from their discipline in putting trash to its place, communal work to clean up scribbles on the desk and classroom walls, and active participation in keeping the classroom clean. The research results also show positive responses from students because project-based learning gives project assignments that provided them with opportunities to develop their

confidence and hone their creativity. Students’ activity in teaching and learning increased, as observed from their active involvement and independence in completing the projects during the teaching and learning process. Teachers responded positively and viewed that social studies teaching and learning process implementing project-based model had more

advantages, namely: It could improve teachers’ knowledge and understanding of the

syntax of innovative learning models and improve their abilities and skills in managing, organizing, and conducting instruction in the classroom. The obstacles encountered in the implementation of this project-based learning model were time allocation and the long

preparation for teachers in order for the model to work well. In addition, teachers’ view

and skills of innovative learning models are highly needed for effective model implementation.

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Dalam IPS ... B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... D. Peran IPS dalam Mengembangkan Kepedulian Terhadap Lingkungan ... E. Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan

(8)

F. Penelitian Yang Relevan ... 60

G. Kerangka Pemikiran dan Penerapan Sintaks Model Pembelajaran 1. Kerangka Pemikiran ... 63

2. Sintaks Model Pembelajaran ... 64

3. Hipotesis ... 65

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 67

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 68

C. Desain Penelitian ... 69

D. Definisi Operasional Variabel ... 70

E. Instrumen Penelitian ... 71

F. Prosedur dan Alur Penelitian 1. Prosedur Penelitian ... 74

2. Alur Penelitian ... 77

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner... 78

2. Observasi Langsung ... 82

3. Wawancara ... 82

H. Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 85

2. Deskripsi Data Penelitian a. Kondisi Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

b. Deskripsi Data Pre-Tes dan Pos-Tes Sikap Kepedulian terhadap Lingkungan di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1). Uji Normalitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92

(9)

3). Uji Homogenitas Data Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 96 c. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

1). Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek... 98 2). Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 103 d. Perbedaan Peningkatan (gain) Hasil Pengukuran Awal

(pre-tes) dan Pengukuran Akhir (pos-tes) Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 106 B. Analisis Data Penelitian ... 110

1. Uji Hipotesis Hasil Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa

Terhadap Lingkungan ... 111 2. Kendala-Kendala Dalam Implementasi Model Pembelajaran

Berbasis Proyek ... 114 3. Respon Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 117 4. Keterbatasan Penelitian ... 122 C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam

Pembelajaran IPS Tentang Lingkungan ... 123 2. Pengembangan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan ... 135

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 139 B. Implikasi ... 141 C. Rekomendasi ... 143

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 2.2

Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah ... Penerapan Sintaks Model Pembelajaran Dalam Penelitian ...

41

64 3.1 Desain Penelitian Non-Equivalent Pre-Test & Post-Test Control

Group Design... 69

3.2 Indikator Variabel Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 72

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 72

3.4 Distribusi Item Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 73

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 79

3.6 Kriteria Reliabilitas Tes ... 81

3.7 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Penelitian ... 82

3.8 Klasifikasi Gain ... 84

4.1. Perolehan Nilai rata-rata UAS IPS Semester Ganjil Kelas VII SMPN 1 Kemang Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 87

4.2 Profil Singkat Guru-Guru IPS di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Tes Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 93

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pos-Tes Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 95

4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97 4.6

4.7

Hasil Uji Homogenitas Data Pos-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Rata-rata Skor Pre-Tes dan Pos-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

97

(11)

Halaman H

4.8 Hasil Analisis Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 107

4.9 N-gain Skor Pre-Tes dan Pos-Tes Kelas Eksperimen ... 108

4.10 Hasil Uji Paired Samples T-Test pada Kelas Eksperimen ... 111

4.11 Hasil Uji Paired Samples T-Test pada Kelas Kontrol ... 112

4.12 Hasil Uji Independent Samples T-Test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113

4.13 Alasan Siswa Menyukai Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pembelajaran IPS di Kelas Eksperimen ... 119

4.14 Respon Siswa Terhadap Pemberian Tugas-Tugas Menantang Dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Pembelajaran IPS di Kelas Eksperimen ... 120

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Ciri-ciri Model Mengajar ... 22 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Grafik Normalitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen ... 93

4.2 Grafik Normalitas Data Pre-Tes Kelas Kontrol ... 94

4.3 Grafik Normalitas Data Pos-Tes Kelas Eksperimen ... 95

4.4 Grafik Normalitas Data Pos-Tes Kelas Kontrol ... 96

(14)

DAFTAR FOTO

Foto Halaman

4.1 Keadaan Kelas Pada Observasi Awal ... 91 4.2 Kegiatan Proses Pembelajaran Berbasis Proyek di Kelas

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya kemajuan pembangunan suatu negara tidak hanya dilihat dari kemajuan pembangunan secara fisik, namun dilihat pula dari pembangunan sumber daya manusia. Untuk memiliki sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan negara membutuhkan peran penting dari pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ali dkk (2009, hlm.1) bahwa “pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan juga bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki”. Pendidikan sebagai sebuah proses pembudayaan yang menjadikan manusia memiliki pengetahuan, sikap dan nilai, serta mendapatkan keterampilan yang akan dibutuhkan dalam kehidupan.

Pendidikan yang berkualitas tidak hanya berorientasi kepada capaian-capaian aspek kognitif saja, melainkan berfokus juga kepada pengembangan aspek sikap dan nilai, serta aspek keterampilan. Pendidikan sebagai bentuk perwujudan kebudayaan manusia harus mampu menggerakkan dan mendukung pembangunan di masa depan. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi peserta didik secara komprehensif, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan kehidupan yang semakin kompleks.

Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus berfungsi untuk menghasilkan para lulusan sesuai kompetensi yang diharapkan, sebagaimana amanat dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa:

(16)

Mencermati rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, terdapat keinginan besar dari bangsa ini agar kegiatan pendidikan melahirkan insan-insan yang memiliki keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohaninya, sebagai gambaran manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dimaknai bahwa pada hakekatnya pendidikan adalah sebagai upaya dari manusia untuk menghasilkan insan-insan yang berkualitas agar mampu menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Persoalan–persoalan kehidupan manusia dilihat dari konteks sosial kian hari bertambah banyak, dan semakin kompleks. Bahkan akhir – akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan semakin terbatasnya sumber–sumber penghidupan manusia, membuat kehidupan manusia semakin kompleks, kompetitif, dan menjadi tidak menentu. Hal ini terjadi bukan hanya karena keterbatasan manusia secara fisik yang disebabkan jumlah dan kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup secara sosial semakin sulit.

Manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungannya mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia. Perubahan dan perkembangan ini juga yang membuat manusia dihadapkan pada berbagai persoalan sosial dalam kehidupannya.

(17)

Secara psikologis, dimensi manusia terbagi atas kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam menggerakkan semua aktifitas dalam kehidupannya maka manusia tidak bisa berdasarkan salah satu aspek saja. Untuk mewujudkan suatu perilaku yang peduli pada lingkungan harus dibangun kesadaran dari sikap yang merupakan sisi mentalitas manusia. Keyakinan, sikap, dan nilai merupakan bagian dari aspek afektif yang penting difokuskan terlebih dahulu karena memicu kesadaran dan menggerakkan untuk munculnya perilaku.

Menurut para ahli pendidikan lingkungan, kebanyakan orang tidak menggunakan kesadaran lingkungan mereka untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan. Untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam bersikap dan berperilaku yang peduli terhadap lingkungannya, maka peran pendidikan lingkungan amatlah penting. Pendidikan lingkungan merupakan proses yang ditumbuhkan sepanjang hayat dan sekolah memiliki peran mengambil salah satu bagian dari proses tersebut yang diterapkan melalui pendekatan interdisipliner dan holistik. Hal ini sebagaimana kesepakatan umum yang dituangkan dalam Tbilisi Report Recommendation (Palmer & Neal, 1994) dimana beberapa butir kesepatan

tersebut diantaranya bahwa pendidikan lingkungan adalah proses sepanjang hayat, interdisiplin dan holistik dalam penerapannya, pendekatan pendidikan dibandingkan materi, perhatian terhadap keterkaitan dan keterhubungan antara manusia dan sistem alam, mendorong partisipasi dalam pembelajaran.

Peningkatan pengetahuan dan pembinaan sikap serta perilaku terhadap kepedulian lingkungan harus ditumbuhkan sejak dini dalam pendidikan lingkungan yang dapat diterapkan melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran nyata yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Penanaman karakter kepedulian lingkungan kepada siswa menekankan bagaimana agar siswa selaku peserta didik memiliki moral dan etika yang terinternalisasi dalam sikap dan perilaku sehari harinya baik di sekolah maupun di lingkungan lainnya. Pembentukan budaya dan karakter berupa kepedulian terhadap lingkungan menjadi perhatian pula dalam pendidikan di Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Pusat Kurikulum (2010, hlm. 10) berikut ini.

(18)

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab akan kepedulian lingkungan tidak hanya dalam bentuk pendidikan lingkungan yang berdiri sendiri secara tunggal dan parsial melainkan dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran dan salah satunya adalah dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS merupakan salah satu bagian dari kurikulum sekolah yang materinya diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial yang mempelajari gejala-gejala kehidupan yang cukup luas, karena mencakup masalah-masalah kehidupan manusia di masyarakat dan interaksinya dengan lingkungan kehidupannya.

Dalam sepuluh tema social studies atau IPS (ten thematic strands in social studies) yang dirumuskan secara formal oleh National Council for the Social

Studies (NCSS, 1993, hlm.23) salah satunya adalah Manusia, Tempat, dan

Lingkungan (People, Places, and Environtment). Berdasarkan salah satu tema pokok IPS tersebut peserta didik dapat terbantu mengembangkan pandangan spasial dan perspektif geografi di lingkungannya. Manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Hubungan antara manusia dan lingkungannya merupakan aspek yang ditelaah dalam pendidikan mengenai lingkungan. Pendidikan lingkungan yang diterapkan dalam mata pelajaran sekolah termasuk dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kompetensi siswa melalui transfer pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan (skill) dalam bersikap dan bersahabat terhadap lingkungan.

(19)

membekali siswa pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekologis.

Pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah tidak begitu nampak dijumpai hasilnya di kehidupan nyata baik yang terlihat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Indikasi ini nampak dari berbagai permasalahan lingkungan yang berakar dari sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari yang tidak menghargai dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat disebabkan bahwa penerapan pendidikan lingkungan masih belum aplikatif dalam penyelesaian permasalahan lingkungan yang terjadi, sebagaimana dikemukakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia (2004) yang menyatakan bahwa materi dan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tidak aplikatif, kurang mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing.

Terkait dengan pendidikan nilai, sekolah sebagai wahana berlangsungnya pendidikan nilai namun pada kenyataannya belum mampu mewujudkan perilaku siswa sesuai nilai-nilai yang diharapkan sebagai hasil dari suatu pendidikan. Indikasinya dapat terlihat dalam berbagai hal diantaranya adalah perilaku membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya) yang mengakibatkan lingkungan kotor, partisipasi siswa yang masih rendah dalam kegiatan-kegiatan menjaga lingkungan, belum terbentuknya kesadaran pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

(20)

praktis dari kehidupan nyata di sekitar siswa. Kelemahan-kelemahan yang muncul dalam pendidikan untuk menanamkan karakter di pendidikan lingkungan tidak terlepas dari lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Hal ini mengakibatkan penanaman nilai untuk membentuk karakter siswa melalui materi pelajaran bermuatan lingkungan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional belum tercapai dengan optimal.

Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan pendidikan lingkungan selaras dengan tujuan pendidikan nasional tersebut dan memperhatikan pula perkembangan global saat ini, menuntut dunia pendidikan terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu mengubah konsep berpikirnya. Menurut Suyono & Hariyanto (2012, hlm.4) “masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan melekatnya yang dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21 memiliki implikasi luas dan mendalam terhadap berbagai macam rangsangan pengajaran dan teknik pembelajaran”. Hal tersebut terkait dengan tugas dan kewajiban moral guru untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan dan untuk memacu siswa agar lebih kreatif, inovatif, fleksibel, dan adaptif dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Sehubungan hal itu, maka faktor guru sangat penting karena guru berperan sangat strategis dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru untuk semakin menyadari bahwa model, metode, dan strategi pembelajaran yang umumnya dilakukan secara konvensional tidak akan cukup membantu siswa. Untuk menjadikan siswa kreatif, inovatif, dan adaptif, maka guru dituntut untuk inovatif, kreatif, dan adaptif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang efektif dan multiarah. Dalam pembelajaran yang multiarah, guru mengajar sekaligus belajar, peserta didik belajar sekaligus menjadi pengajar bagi temannya.

(21)

Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia harus mempunyai bekal kecakapan hidup (skill of life), yang dapat diperoleh melalui berbagai proses belajar, seperti belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be myself), dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together).

Keempat jenis belajar tersebut harus dilakukan manusia, jika ingin tetap survive dalam kehidupannya. Dalam kegiatan belajar, terdapat proses interaksi

dengan pengajar, dan lingkungan belajar sebagaimana yang disampaikan oleh Uno (2009) tentang pembelajaran yaitu sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.

Dalam prakteknya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan masih ditemui berbagai kelemahan-kelemahan baik dari faktor guru maupun siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Al Muchtar (2014) pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan sering muncul berbagai kelemahan antara lain; suasana belajar yang kaku dan terpusat pada satu arah (one way) dari guru ke siswa, sehingga kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif dalam belajar, budaya belajar lebih ditandai oleh hapalan daripada budaya berpikir. Adanya kelemahan-kelemahan tersebut dikarenakan guru menguasai proses pembelajarannya dengan menggunakan metode yang monoton, yaitu hanya mengandalkan metode ceramah dalam pelaksanaannya. Seperti yang dikemukakan oleh Somantri (2001, hlm. 39) “pendekatan ekspositori sangat menguasai keseluruhan proses belajar mengajar”. Apabila pembelajaran yang terjadi di sekolah masih berorientasi pada ceramah guru, dan siswa hanya dijadikan objek saja, maka akan banyak siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, dan membosankan dengan duduk berjam-jam mencurahkan perhatian serta pikiran pada pokok bahasan yang diajarkan dan tidak ada upaya aktif untuk mendapatkan ilmu dan memperoleh prestasi belajar yang baik.

Jika guru dalam mengajar hanya menggunakan metode yang monoton maka tujuan pembelajaran sebagai upaya mengubah sikap dan perilaku siswa tidak tercapai. Menurut Maftuh dan Makah A.K. (2007, hlm 30) bahwa:

(22)

dan mengenali informasi baru. b). Berupaya membimbing siswa ke arah perolehan perilaku baru (yaitu bagaimana cara belajar, melaksanakan, dan belajar merasakan.

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku untuk menghasilkan perubahan pada diri siswa, sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar, yang mencakup kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan), baik yang merupakan efek bersifat langsung (instructional effects) maupun tidak langsung atau bawaan (nurturant effects).

Dalam pembelajaran IPS tidak terlepas dari berbagai kelemahan-kelemahan pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman yang dilakukan, teknik ceramah adalah yang paling mudah dan umumnya dilakukan oleh guru sejak dulu. Namun untuk masa mendatang teknik ini sebaiknya tidak terlalu banyak digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Somantri (2001, hlm. 216) sebagai berikut.

Sikap propagandis dan teknik ceramah adalah yang paling mudah (juga lazim) dilakukan, tetapi sebaiknya metode ini jangan terlalu banyak digunakan. Teknik mengajar ini kurang edukatif, sebab selain membiasakan siswa belajar pasif, juga tidak mendorong berkembangnya berbagai jenis berpikir yang (akan) sangat diperlukan dalam masyarakat era Indonesia Baru.

Guru dapat memadukan metode ceramah dengan metode lain agar bervariasi. Namun meskipun guru dengan pendekatan yang lain, terkadang dalam penyajian ceramah menggunakan metode ceramah bervariasi, tetapi unsur ceramahnya tidak mendominasi keseluruhan metode.

Dalam pembelajaran IPS di kelas yang hanya berfokus pada penggunaan buku teks untuk mengejar target kurikulum yang harus dicapai, maka cenderung akan mengabaikan penciptaan suatu suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Orientasi pengembangan pembelajaran yang berfokus pada hasil akhir nilai terutama aspek kognitif tingkat rendah akan mengabaikan pengembangan proses belajar yang bermakna.

(23)

hasil belajar dari aspek pengetahuan saja, maka dalam proses belajar kurang diperhatikan pengembangan aspek lainnya seperti sikap maupun keterampilan. Oleh karena aspek pengetahuan saja yang menjadi penekanan dalam pembelajaran mengakibatkan aspek sikap dan keterampilan siswa tidak muncul dan berkembang, sehingga tidak heran muncul sikap dan perilaku siswa di sekolah yang kurang baik seperti tingkat kedisiplinan, kerjasama, saling menghormati yang rendah.

Adanya kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran IPS dikemukakan pula oleh Maryani (2008, hlm.3) sebagai berikut.

(1) adanya anggapan IPS merupakan second class tidak memerlukan kemampuan yang tinggi dan cenderung santai dalam belajar. (2) IPS sering kali dianggap jurusan yang sulit mendapat jaminan masa depan dan sulit mendapat pekerjaan yang lebih prestisius di masyarakat (3) Pembelajaran IPS sarat dengan hafalan sejumlah materi (4) Melemahnya nasionalisme, banyaknya penyimpangan sosial saat ini seperti tawuran, korupsi, hedonisme, disintegrasi bangsa, ketidakramahan terhadap lingkungan. Terdapatnya kelemahan pembelajaran IPS seperti tersebut di atas, tidak terlepas dari kurangnya penggunaan sumber daya dan model pembelajaran lain yang inovatif oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dominasi sumber daya pembelajaran yang digunakan adalah buku teks dan penggunaan ceramah sebagai satu satunya metode dalam pembelajaran. Gunawan (2013) mengemukakan pula problematika pembelajaran IPS diantaranya sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar seperti cooperative learning, inquiry, problem solving dan lain sebagainya. Kurangnya

(24)

anak didik agar kelak menjadi warga negara yang baik, mampu mengambil keputusan rasional dan melahirkan tindakan-tindakan dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat”.

Interaksi guru dan siswa merupakan inti proses pembelajaran, hal ini dapat terjadi apabila guru mempunyai dua kompetensi, yakni kompetensi substansi materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran. Kompetensi tersebut akan mempengaruhi efektifitas proses pembelajaran. Dalam rangkaian proses pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara khusus maupun mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum. Guru berperan penting dalam bertugas menciptakan pembelajaran IPS yang efektif, mengembangkan potensi siswa tidak hanya dalam aspek kognitif saja melainkan aspek lainnya seperti sikap, dan keterampilan. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Somantri (2001, hlm.85) bahwa “Tugas Pendidikan IPS adalah mengembangkan secara seimbang aspek-aspek kecerdasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial agar sumber daya manusia Indonesia dapat digolongkan pada sumberdaya manusia yang bisa diperbaharui (renewable human resources)”. Dimensi pembelajaran IPS yang meliputi pengetahuan, sikap dan nilai, keterampilan serta tindakan aksi sosial akan terwujud apabila guru pada saat menjalankan pembelajaran di kelas sebagai bentuk tugas profesionalnya menggunakan model-model pembelajaran dan metode yang tepat dan inovatif sehingga pembelajaran IPS akan menjadi bermakna, dan menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas.

(25)

berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

Menurut kurikulum 2013, model-model pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan saintifik mutlak harus dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran dan berpusat kepada siswa (student centered) diantaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran penemuan (discovery learning).

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang berbasis pada siswa (student centre) dapat digunakan dan dipilih oleh guru sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang akan memberikan “warna” baru dalam pembelajaran dari yang umumnya cenderung konvensional. Menurut George Lucas Educational Foundation (2005) bahwa Project-based learning is a dynamic approach to teaching in which student explore real world problems and challenges. With this type of active and engaged

learning, students are inspired to obtain a deeper knowledge of the subjects they’re studying. Melalui pembelajaran berbasis proyek yang merupakan salah satu pendekatan dinamis dalam pembelajaran, siswa mengeksplorasi permasalahan dan tantangan di dunia nyata sehingga siswa lebih lama memiliki daya ingat dan pemahaman terhadap yang mereka pelajari. Dengan pembelajaran berbasis proyek yang termasuk jenis pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka siswa akan terinspirasi untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam mata pelajaran yang mereka pelajari.

Menurut Boss & Krauss (2007) pembelajaran berbasis proyek adalah strategi tertentu untuk mengubah atau membalikkan wajah kelas tradisional. Maksudnya adalah melalui pembelajaran ini, maka pembelajaran di kelas yang umumnya menggunakan pembelajaran konvensional menjadi lebih inovatif. Lebih lanjut dikemukakan oleh Boss & Krauss (2007, hlm 12) “In project-based learning. Students investigate open-ended questions and apply their knowledge to

(26)

menerapkan pengetahuan untuk menghasilkan produk. Selain itu dalam pembelajaran ini “disetting” siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan bekerja sama dalam satu kelompok. Fokus pembelajaran berbasis proyek bertujuan agar siswa dalam pembelajaran dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui proses penyelidikan yang terstruktur dan menghasilkan produk berbeda dengan pembelajaran tradisional yang sekedar mendapat teori-teori yang dihapal saja.

Peserta didik belajar dengan terlibat dalam proyek-proyek dunia nyata dan setiap aspek perubahan pengalaman mereka. Pembelajaran model ini juga menyebabkan pergeseran peran guru tidak lagi sebagai ahli menyampaikan konten, atau hanya membagikan informasi dalam potongan yang kecil. Penerapan model pembelajaran ini dapat menjadikan suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih peka terhadap lingkungan dikarenakan siswa lebih aktif dalam belajar, menghadapi kondisi riil dalam kehidupan dan menghasilkan produk/karya tidak sebatas pada menghapal teori atau menerima informasi saja.

(27)

dalam kehidupan nyata dan guru memfasilitasi siswa untuk belajar dengan cara-cara yang relevan dan terhubung dengan masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah dalam IPS menekankan pembelajaran bermakna (meaningful learning) yang dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan memiliki makna dengan menjadikan peserta didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran (student centered), sehingga diharapkan siswa aktif melakukan aktifitas belajar melalui belajar mengidentifikasi permasalahan, merumuskannya dan belajar mencari alternatif pemecahannya baik secara individu maupun kelompok dan belajar mengkomunikasikan hasil pemecahan masalah yang berhasil ditemukannya.

Penggunaan model, strategi, pendekatan, metode dan media pembelajaran sangat menentukan keberhasilan meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran termasuk dalam pendidikan tentang lingkungan. Menurut para ahli pendidikan lingkungan, kebanyakan orang tidak menggunakan kesadaran lingkungan mereka untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, para ahli percaya bahwa ada kesenjangan antara "pola kognitif dan perilaku manusia” (Kilinc, 2010, hlm. 495). Diperlukan suatu program berorientasi aksi untuk untuk mengembangkan perilaku peduli lingkungan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Kilinc (2010) bahwa lingkungan belajar berbasis proyek menyebabkan adanya perubahan positif dari guru dan siswa tentang kepedulian terhadap lingkungan. Perilaku mereka meningkat dalam aksi dan aktivitas kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Neni Suharjani (2014) mengemukakan bahwa peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta didik dapat menghasilkan perubahan dalam sikap dan perilaku terhadap lingkungan melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pula oleh Muhaimin (2014), dikemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang dikembangkan berbasiskan lingkungan hidup lokal efektif untuk

(28)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah efektif dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kedua model pembelajaran ini tergolong dalam pandangan pembelajaran konstruktivistik yang menghendaki siswa membangun dan menemukan makna dari proses pembelajaran yang dilakukan dan siswa lebih aktif dalam melakukan pembelajaran. Peran guru bukan hanya sebagai penyampai materi didepan kelas, namun sebagai fasilitator melalui pelaksanaan serangkaian proses pembelajaran yang dikreasi sedemikian rupa untuk membantu dan mendorong siswa belajar sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kemang Kabupaten Bogor merupakan sekolah yang terletak di daerah Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah tangkapan hujan dan resapan air (reservoir) bagi sekitarnya karena memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan masih banyak ruang terbuka hijau. Letak sekolah yang jauh dari jalan raya utama (+/- 3 km) memiliki lingkungan yang masih relatif “hijau” dan asri. Sekolah ini memiliki karakteristik siswa yang beragam latar belakang sosial ekonominya. Siswa sekolah ini banyak yang berasal dari daerah kecamatan lain yang bertetangga dengan Kecamatan Kemang dan merupakan penduduk pendatang dari Jakarta dan sekitarnya. Hal ini cukup berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa di lingkungan sekolah.

(29)

Meskipun di sekolah sudah disediakan tempat sampah organik dan anorganik di luar kelas, namun siswa nampak belum memanfaatkan sesuai peruntukannya. Masih banyak jenis sampah yang dibuang tidak sesuai dengan tempat peruntukannya. Kebijakan sekolah tentang gerakan kebersihan di sekolah tidak berjalan efektif dan tidak dilaksanakan kembali.

Kenyataan yang dijumpai seperti tersebut di atas, tentu sangat tidak sesuai dengan harapan pencapaian tujuan pendidikan IPS khususnya maupun bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional, mengingat tujuan pendidikan IPS sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta didik sebagai warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam pembelajaran IPS di SMPN 1 Kemang Kabupaten Bogor diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap kepedulian terhadap lingkungannya khususnya dalam memahami materi tema dinamika interaksi manusia dengan lingkungannya.

Berdasarkan kompleksnya permasalahan seperti tersebut di atas, mendorong penulis untuk membatasi masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam suatu penelitian dan membuat suatu penelitian yang mengangkat judul sebagai berikut.

“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan“

(Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.

(30)

manusia secara fisik, karena kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup secara sosial semakin sulit.

2. Dari beragam permasalahan dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Peran manusia sangat penting dalam berinteraksi dengan lingkungan, karena apabila timbul permasalahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan, maka manusia yang akan mengalami dan menanggung penderitaan. Dalam menanggulangi masalah lingkungan berhubungan erat dengan penanganan sikap dan perilaku manusia. Peningkatan pengetahuan dan pembinaan sikap serta perilaku peduli terhadap lingkungan harus ditumbuhkan sejak dini dan salah satunya melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Salah satu upaya menanamkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan adalah melalui pembelajaran IPS yang bermakna dengan meningkatkan pengetahuan dan pengembangan sikap kepedulian terhadap lingkungan. 3. Pendidikan IPS berada dalam kerangka tujuan pendidikan nasional. Hal yang

penting dari tujuan pendidikan IPS dalam kerangka pendidikan nasional adalah untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tidak hanya dari segi kecerdasan pengetahuan saja tetapi dari segi peningkatan keimanan dan ketakwaan. Karena itu bahan pendidikan IPS bukan hanya terdiri dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora saja, tetapi berkaitan pula dengan sifat hakikat keperluan lahir batin manusia dengan pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila dan lingkungan hidup masyarakat.

4. Hubungan antara manusia dan lingkungannya merupakan aspek yang ditelaah dalam pendidikan mengenai lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran salah satunya adalah IPS. Salah satu tema pokok IPS adalah manusia dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat membantu peserta didik memahami manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok yang tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya.

(31)

sebaliknya ketidakberhasilan pencapaian tujuan dalam pendidikan akan tampak melalui kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan, sering muncul berbagai kelemahan antara lain suasana belajar yang kaku dan terpusat pada satu arah sehingga kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar, budaya belajar lebih ditandai oleh hapalan daripada budaya berpikir. Adanya kelemahan-kelemahan tersebut dikarenakan guru menguasai proses pembelajarannya dengan menggunakan metode yang monoton dan kurang inovatif.

6. Dimensi pembelajaran IPS meliputi pengetahuan, sikap dan nilai, keterampilan serta tindakan aksi sosial dapat terwujud apabila guru pada saat menjalankan pembelajaran di kelas menggunakan model-model pembelajaran dan metode yang tepat dan inovatif sehingga pembelajaran IPS akan menjadi bermakna, dan menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas.

7. Melalui pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang inovatif diharapkan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tidak menempatkan konsep IPS untuk sekedar dihapal semata yang bertumpu pada aspek pengetahuan saja, melainkan menempatkan IPS sesuai dengan pengertian dan tujuan IPS yaitu sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta didik sebagai warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Pengembangan Sikap Peduli Siswa SMP Terhadap Lingkungan?

(32)

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan pada pengukuran akhir (post-test) antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah ?

4. Bagaimanakah respon guru dan siswa serta kendala dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan ?

D. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek. 2. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS

di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS

antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 4. Respon guru dan siswa serta kendala dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran IPS untuk pengembangan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

(33)

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan IPS terutama dalam mengembangkan konsep dan prinsip-prinsip yang relevan tentang implementasi model pembelajaran yang inovatif pada mata pelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pengetahuan, keterampilan dalam penyusunan rencana program pembelajaran.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga bisa menerima pelajaran secara maksimal. Selain itu, untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas terutama dalam proses pembelajaran IPS.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment). Pendekatan kuantitatif digunakan karena masalah dalam penelitian untuk melihat perbedaan efektifitas model dengan mengujikan satu model pembelajaran proyek dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen dan penggunaan model lain di kelas kontrol. Penelitian ini ingin menguji hipotesis yang diajukan untuk melihat efektifitas penerapan model tertentu, maka pendekatan kuantitatif menjadi pilihan terbaik dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Creswell (2010) masalah-masalah sosial terkadang turut menentukan pendekatan penelitian yang digunakan misalnya mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau (c) pemahaman prediksi hasil. Pendekatan kuantitatif ini juga diterapkan untuk menguji suatu teori atau pernyataan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari “perlakuan” yang dikenakan pada subjek penyelidikan. Menurut John W. Creswell (2008, hlm. 313) “Quasi-experimental designs do not include the use of random assignment. Researchers who employ these design rely instead on other techniques to control

(or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these

(35)

semu (Quasi Experiment). Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design.

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor yang memiliki 27 Rombongan belajar dengan jumlah siswa sekitar 1134 orang. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada observasi awal penelitian di sekolah ini, ditemukan beragam permasalahan berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa terhadap lingkungan, seperti kedisiplinan siswa yang rendah dalam membuang sampah. Banyak dijumpai siswa yang membuang sampah tidak pada tempat yang disediakan. Hal tersebut mengakibatkan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah nampak bersih hanya pada pagi hari, namun setelah istirahat sekolah hingga waktu pulang sekolah nampak kotor yang terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan. Sikap dan perilaku siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan juga nampak dari munculnya “vandalisme” dengan banyaknya ditemui coretan-coretan spidol pada beberapa tempat bagian dinding kelas yang. Coretan tip-ex, pulpen juga banyak ditemui di meja dan bangku kelas. Selain hal tersebut, meskipun di sekolah sudah disediakan tempat sampah organik dan anorganik di luar kelas, namun siswa belum nampak memanfaatkan sesuai peruntukannya. Masih banyak jenis sampah yang dibuang tidak sesuai dengan tempat peruntukannya. Kebijakan sekolah tentang gerakan kebersihan di sekolah tidak berjalan efektif dan tidak dilaksanakan kembali.

(36)

atas nilai hasil Ujian Akhir Semester (UAS) semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Dengan pengambilan sampel berdasarkan nilai yang relatif homogen dan memiliki jumlas siswa yang relatif sama, maka diharapkan dapat diperoleh sampel yang representatif. Hal ini sesuai rekomendasi dari Creswell (2010, hlm 220) bahwa “dengan pengacakan (randomization), sampel yang paling representatif akan memungkinkan peneliti melakukan generalisasi terhadap populasi”.

C. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. Menurut Creswell (2010, hlm 242)

rancangan kelompok kontrol (pra tes dan pos tes) nonekuivalen kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada kedua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-tes dan pos-tes. Hanya kelompok A saja yang diberi perlakuan (treatment) sesuai sesuatu yang akan diteliti.

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Non Equivalent Pre Test-Post Test Control

Group Design.

Kelompok Tes Awal (Pre-test) Perlakuan Tes Akhir (post-test)

Eksperimen X

M – 1

X

Kontrol X

M - 2 X

Keterangan :

X = Pre tes dan pos tes

(37)

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini Variabel yang diteliti adalah: (1) Model Pembelajaran Berbasis Proyek. (2) Sikap kepedulian terhadap lingkungan. Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut.

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri diantaranya adanya urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem sosial; dan sistem pendukung yang merupakan pedoman praktis bagi guru dalam melaksanakan suatu model pembelajaran. Model Pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang berbasis pada siswa (student centre) merupakan salah satu pendekatan dinamis dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode proyek/kegiatan sehingga siswa dapat mengeksplorasi permasalahan dan tantangan di dunia nyata dengan melakukan penyelidikan melalui pertanyaan terbuka, menerapkan pengetahuan untuk menghasilkan produk sehingga siswa lebih lama memiliki daya ingat dan pemahaman terhadap yang mereka pelajari. Dengan pembelajaran berbasis proyek yang termasuk jenis pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka siswa akan terinspirasi untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Model pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan didesain dengan konstruksi permasalahan lingkungan sekolah terutama dalam konteks kebersihan, keindahan dan kerapihan lingkungan sekolah sebagai basis pembelajaran dengan menganalisis, mengeksplorasi isu, melakukan penyelidikan, menemukan solusi permasalahan, dan menghasilkan produk.

b. Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan

(38)

lingkungan dapat dikatakan pula sebagai kecenderungan peserta didik untuk bertindak dengan perilaku belajar peserta didik, yang ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru peserta didik untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan tata nilai, dan peristiwa yang berkaitan dengan objek tertentu yaitu kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan. Dengan kata lain bahwa sikap peduli lingkungan dimaksudkan sebagai kecenderungan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar yang ditunjukkan melalui pemahaman, perasaan, dan perilaku peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dipelajarinya melalui bentuk reaksi untuk merespon obyek tertentu secara konsisten kepada arah yang mendukung atau tidak mendukung (favorabel), setuju atau tidak setuju terhadap objek tertentu. Objek tertentu yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan sekolah terutama pada aspek kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka digunakan beberapa instrumen. Instrumen penelitian ini terdiri dari satu instrumen utama yaitu data sikap peduli terhadap lingkungan menggunakan angket menggunakan skala likert dari skor terendah sampai skor tertinggi dari skor 1 sampai skor 5, dan instrumen penunjang digunakan angket respon guru dan siswa tentang pembelajaran menggunakan proyek, observasi pembelajaran di lingkungan kelas dan sekolah, dan wawancara terhadap guru dan siswa.

(39)

Adapun operasional variabel dalam angket sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini dijabarkan dalam indikator-indikator variabel penelitian yang dijelaskan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2.

Indikator Variabel Kepedulian Lingkungan

Variabel Indikator Jumlah

Item

a. Menghindarkan dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan. b. Menghindari tindakan-tindakan yang dapat

menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan dan lingkungan

c. Memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang dapat diperbaharui) dengan sebaik-baiknya.

d. Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup di sekolah

e. Respon dan Pemikiran terhadap isu-isu lingkungan hidup di sekolah Sumber : Palmer & Neil, 1994; Supardi, 1985.

Sebelum membuat angket untuk mengukur sikap kepedulian lingkungan, terlebih

dahulu dibuat kisi-kisi berdasarkan indikator dan sub-sub indikator pada aspek kebersihan,

keindahan dan kerapihan lingkungan sekolah yang menjadi objek dari pengukuran sikap.

Kisi-kisi tersebut dan distribusi item pada angket dijabarkan pada tabel 3.3. dan 3.4 sebagai

berikut.

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepedulian Terhadap Lingkungan

Indikator

Aspek Lingkungan

Kebersihan Keindahan Kerapihan

(40)

pencemaran,

Distribusi Item Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan.

Variabel/indikator No Item Aspek Sikap Total Item Alat

Ukur Kognitif Afektif Konatif

(41)

kesehatan dan

F. Prosedur dan Alur Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menetapkan prosedur sebagai berikut : a. Melakukan studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Dari hasil observasi didapatkan beberapa permasalahan yang diangkat menjadi fokus penelitian ini. Dalam studi pendahuluan juga dilakukan pertemuan dan diskusi dengan kedua calon guru model yang mengajar di kelas yang akan digunakan dalam penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

b. Merumuskan permasalahan

(42)

c. Melakukan studi literatur

Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis proyek, metode pembelajaran, dan sikap peduli lingkungan. Selain itu, dikumpulkan pula beberapa jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian.

d. Penyusunan Instrumen penelitian dan RPP

Instrumen penelitian disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan dari definisi operasional dalam penelitian ini. Instrumen dalam penelitian ini meliputi angket sikap, angket respon guru dan siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara. Selain itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model berbasis proyek disusun untuk diterapkan dalam kelas eksperimen dan model pembelajaran berbasis masalah untuk diterapkan di kelas kontrol.

e. Melakukan uji validitas dan Reliabilitas instrumen penelitian

Sebelum digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen penelitian dengan mengujicobakan instrumen pada kelas lain. Uji validitas menggunakan korelasi product Moment. Hasil uji validitas instrumen angket sikap kepedulian terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 3.4. Dalam uji reliabilitas penelitian ini digunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini disajikan terdapat pada hlm. 72.

f. Melakukan pretes

Instrumen tes sikap yang telah melakukan uji validitas dan telah direvisi maka layak digunakan untuk pretes. Pre tes dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre tes diberikan di kelas eksperimen sebelum perlakuan (treatment), dan pre tes juga diberikan di kelas kontrol sebelum pelaksanaan pembelajaran.

g. Melakukan Observasi Penerapan model pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(43)

tentang persiapan rencana penelitian dan skenario pembelajaran tertuang dalam naskah akademik yang terdapat dalam lampiran penelitian ini.

h. Melakukan Postes

Postes dilakukan setelah semua treatmen selesai diberikan di kelas eksperimen. Pos tes juga diberikan di akhir pertemuan di kelas kontrol. Hasil pre tes dan pos tes sebelum dianalisis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data melalui uji Kolmogorov-Smirnov. Setelah diketahui bahwa distribusi data normal, maka dilakukan uji homogenitas dengan uji levene. Hasil uji normalitas dan homogenitas sebagai persyaratan analisis disajikan secara lengkap pada bab III. i. Pengolahan dan analisis data

Hasil pre tes dan pos tes dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol diolah menggunakan perhitungan statistik dan data dari hasil observasi disajikan secara deskriptif. Analisis data dengan menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan rata-rata hasil pretes dan postes. Hasil analisis data statistik digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

j. Mengambil Kesimpulan

(44)

2. Alur Penelitian

Alur penelitian sesuai prosedur yang diterapkan dalam kegiatan penelitian ini dapat dilihat dari bagan di bawah ini :

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi literatur tentang model Pembelajaran Berbasis Proyek, metode dan sikap peduli lingkungan

Penyusunan Instrumen Penelitian :

1. Angket/kuesioner sikap 2. Pedoman Observasi 3. Pedoman Wawancara

Penyusunan RPP Penerapan model Pembelajaran berbasis

proyek dengan metode inkuiri, metode diskusi-presentasi, work based

Validasi, Uji Coba dan Revisi

Pre-Test Kelompok Eksperimen

Penerapan Model Pembelajaran berbasis

proyek

Post-Test

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Observasi keterlaksanaan metode

pembelajaran

Kelompok Kontrol Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

(45)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan cara mengedarkan kusioner berupa angket guna menjaring data sikap kepedulian lingkungan peserta didik dalam pembelajaran IPS menggunakan model berbasis proyek sebagai pembelajarannya.

Kuesioner dalam penelitian ini berupa angket sikap kepedulian terhadap lingkungan peserta didik yang dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan pertanyaan yang berhubungan erat dengan sikap individu peserta didik berupa respon kognitif, afektif, dan respon konatif (perilaku) terhadap objek yang bersangkutan yaitu kepedulian terhadap lingkungan yang meliputi aspek kebersihan, kerapihan, dan keindahan lingkungan. Angket ini diberikan dalam bentuk pretest maupun pos tes pada siswa kelas eksperimen maupun kontrol. Selain angket sikap kepedulian terhadap lingkungan selaku instrumen utama, terdapat angket pendukung seperti angket respon siswa dan guru setelah mengikuti pembelajaran.

Instrumen penelitian dikembangkan untuk mengetahui dan menganalisis sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan. Dalam pengembangan lebih lanjut, dilakukan analisis uji instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, agar didapatkan instrumen yang valid dan dapat dipercaya untuk digunakan dalam penelitian di lapangan.

a. Uji Validitas

(46)

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut itu valid atau sahih, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Untuk item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan. Hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara masing-masing item pertanyaan terhadap nilai total, dinyatakan valid pada taraf signifikan sebesar 1%. Uji coba instrumen angket untuk mengetahui validitas instrumen dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut.

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑X = Jumlah variabel pertama

∑Y = Jumlah variabel kedua

∑XY = Jumlah Product Moment dari hasil kali kedua variabel X2 = Jumlah variabel pertama yang dikuadratkan

Y2 = Jumlah variabel kedua yang dikuadratkan N = Jumlah responden (populasi yang diteliti)

Hasil uji validitas instrumen angket sikap kepedulian terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 3.5. sebagai berikut.

Tabel 3. 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan

No No. Butir Instrumen r hitung r Tabel Keterangan

1 1 0.464** 0.312 Valid

2 2 0.449** 0.312 Valid

3 3 0.626** 0.312 Valid

4 4 0.473** 0.312 Valid

5 5 0.497** 0.312 Valid

6 6 0.522** 0.312 Valid

7 7 0.263 0.312 Tidak Valid

8 8 0.238 0.312 Tidak Valid

9 9 0.448** 0.312 Valid

(47)

11 11 0.527** 0.312 Valid

12 12 0.414** 0.312 Valid

13 13 0.327* 0.312 Valid

14 14 0.592** 0.312 Valid

15 15 0.339* 0.312 Valid

16 16 0.082 0.312 Tidak Valid

17 17 0.036 0.312 Tidak Valid

18 18 -0,027 0.312 Tidak Valid

19 19 0.639** 0.312 Valid

20 20 0.714** 0.312 Valid

21 21 0.590** 0.312 Valid

22 22 0.350* 0.312 Valid

23 23 0.567** 0.312 Valid

24 24 0.265 0.312 Tidak Valid

25 25 0.695** 0.312 Valid

26 26 0.444** 0.312 Valid

27 27 0.435** 0.312 Valid

28 28 0.495** 0.312 Valid

29 29 0.289 0.312 Tidak Valid

30 30 0.532** 0.312 Valid

31 31 0.482** 0.312 Valid

32 32 0.489** 0.312 Valid

33 33 0.603** 0.312 Valid

34 34 0.477** 0.312 Valid

35 35 0.390* 0.312 Valid

36 36 0.177 0.312 Tidak Valid

37 37 0.435** 0.312 Valid

38 38 0.417** 0.312 Valid

39 39 0.393* 0.312 Valid

40 40 0.420** 0.312 Valid

* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

(48)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen sebagai alat ukur dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Ketepatan alat ukur dapat dianalisa statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Suatu instrumen yang dianggap reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam uji reliabilitas penelitian ini digunakan rumus Cronbach’s Alpha. Adapun rumus Cronbach’s Alpha (Riduwan, 2013, hlm. 125) adalah

k = banyaknya butir pertanyaan

2

Menurut Riduwan (2013) kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas Tes

INTERVAL KOEFISIEN KETERANGAN RELIABILITAS

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,40 – 0,599 Cukup Tinggi

0,20 – 0,399 Rendah

(49)

Berikut ini disajikan hasil uji reliabilitas angket sikap kepedulian terhadap lingkungan dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 2.00 seperti tersaji dalam tabel 3.7. sebagai berikut.

Tabel 3.7.

Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Penelitian

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

,897 32

Berdasarkan Tabel di atas didapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,897 sehingga dapat disimpulkan bahwa angket yang diujikan dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil pengolahan data dan mengacu pada kriteria indeks reliabilitas, mempunyai nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted yang dalam kriteria sangat tinggi karena > 0,799. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Sehingga instrumen yang digunakan untuk pengambilan data tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama.

2. Observasi Langsung

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan menghimpun data atau informasi yang dilakukan dengan memperhatikan (melihat) dan/atau mendengarkan orang atau peristiwa, dan hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat. Observasi dilakukan langsung di lingkungan kelas selama proses pembelajaran IPS berlangsung untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan lembar pedoman observasi. Selain itu, observasi langsung yang dilakukan dalam penelitian ini didokumentasikan dalam bentuk dokumen foto.

3. Wawancara

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian Non Equivalent Pre Test-Post Test Control
Tabel 3.2. Indikator Variabel Kepedulian Lingkungan
Tabel 3.4. Distribusi Item Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan.
Tabel 3. 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan masih belum maksimal, terutama dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik

1) PPL di MAN YOGYAKARTA III memberikan sarana dan wahana kepada mahasiswa PPL Universitas Negeri Yogyakarta sebagai calon pendidik yang profesional. 2) Kegiatan PPL

Sekolah dapat mengadakan berbagai penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan, sikap, dan perilaku siswi,

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI JALAN SELAMAT.. KELURAHAN SITIREJO

Instrumen tes tulis uraian yang dikembangkan haruslah disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pelaksanaan penilaian melalui penugasan setidaknya

Salak pondoh yang terdapat dikabupaten sleman ternyata mempunyai beragam jenis, diantaranya pondoh super, pondoh gading, pondoh manggala dan pondoh madu // Untuk nama yang terakhir

pada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensile , serta hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari

Dari uraian di atas maka penulis merancang penelitian ini dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Pembelajaran Permainan Sepak Bola