• Tidak ada hasil yang ditemukan

S JKR 1102752 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S JKR 1102752 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan

di sekolah. Pendidikan jasmani menekankan pada suatu proses seseorang sebagai

individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik

melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan

keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Pada

hakikatnya kita ketahui bersama pendidikan jasmani adalah proses pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan progresif

dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Tujuan

pendidikan jasmani di sekolah selalu mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan

aspek psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juliantine

(2012, hlm 7) mengatakan bahwa:

Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan atau discover. Serta pendidikan sebagai proses menolong, membimbing, mengarahkan dan mendorong individu

Berdasarkan pemaparan teori di atas, kita dapat memandang bahwa

pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara

keseluruhan, tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan yang ingin dicapai

dalam dunia pendidikan di Indonesia hal ini sejalan dengan UU nomor 2 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menegaskan bahwa pendidikan

nasional sebagai system suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari semua

kesatuan dan kegiatan pendidikan. Terdapat tiga ranah yang menjadi tujuan

pendidikan jasmani yaitu kognitif, apektif, dan psikomotor.

Perilaku apektif merupakan salah satu tujuan pendidikan jasmani yang

harus dimiliki oleh siswa, salah satu yang menjadi ukuran dari perilaku apektif

siswa adalah tingkat motivasi dalam pembelajaran. Sehubungan dengan motivasi

(2)

peneliti di lapangan terkait mengenai motivasi hingga permasalahan yang ada

khususnya dalam pembelajaran permainan sepak bola saat itu.

Selain pembahasan permasalahan pembelajaran di atas, perlu ditekankan

kembali bahwa materi pelajaran sepak bola atau permainan bola besar masuk

dalam kurikulum 2013. Berikut peneliti tampilkan isi kurikulum mengenai

aktivitas renang:

Tabel 1.1 Materi pembelajaran sepak bola atau permainan bola besar masuk

dalam kurikulum 2013 tingkat sekolah atas. (sumber: Kementerian Pendidikan

Dan Kebudayaan 2013)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh

perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai

1.2 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh

harus dipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Berperilaku sportif dalam bermain

2.2 Bertanggung jawab terhadap

keselamatan dan kemajuan diri sendiri dan orang lain, lingkungan sekitar, serta dalam penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran

2.3 Menghargai perbedaan karakteristik

individual dalam melakukan

(3)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami, menerapkan, dan

menjelaskan pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1Mengkategorikan dan menyusun

pola gerak keterampilan beserta peraturannya salah satu permainan bola besar

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4.1 Mengukur keterampilan empat

permainan bola besar, menyusun rencana perbaikan keterampilan,

dan mempraktikkannya dalam

permainan yang sesungguhnya

Dari pembahasan di atas, tentu kita dapat memahami bahwa sikap afektif

dalam kurikulum sebagai target penilaian sangat penting dalam setiap

pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi permainan sepak bola yang

peneliti observasi saat ini. Berikut peneliti paparkan hasil motivasi di lapangan

dalam pembelajaran sepak bola pada siswa SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung

Barat.

Tabel. 1.1 Hasil Observasi Lapangan

no Kondisi Kegiatan penjas oleh guru Kegiatan siswa

1 Shadow Melakukan shadow training gerakan

umpan bola.

Siswa secara individu

melakukan gerakan bayangan

dengan kurang maksimal.

Secara langsung ada gerakan

yang salah namun tidak

(4)

Membuat siswa malas

melakukan.

2 Passing Melakukan gerakan passing dengan

berbaris lalu mundur ke belakang. Bola

satu agar diketahui oleh guru dan aman.

Siswa secara individu hanya

mendapatkan kesempatan

menendang sebanyak 4-5 kali

tendangan sementara waktu

lainya hanya diam dan tidak

ada dorongan untuk

melakukan lebih banyak atau

lebih baik.

3 Game Melakukan game sementara yang

lainnya diam melihat.

Siswa secara individu hanya

melihat banyak diam, ketika

mainpun tidak ada semangat,

karena yang mereka dapatkan

hanyalah kalah atau menang

dan tidak ada untung ruginya

bagi diri sendiri.

Proses pembelajaran di atas, dapat memberikan gambaran bahwasanya

penerapan pembelajaran oleh guru tidak dapat membuat motivasi siswa dalam

melakukan pembelajaran timbul. Oleh sebab model pembelajaranya kurang tepat

sasaran. Siswa bahkan banyak malas melakukan permainan karena kelelahan

yang dirasakan dari tugas guru yang banyak sebelumnya. Siswa memilih diam

diri dengan tanpa melakukan gerakan bersama temanya.

Pada dasarnya mengapa motivasi dalam setiap pembelajaran itu penting

(5)

maka timbulah gerakan yang baik dan tanpa kelelahan yang dirasakan pada siswa

tersebut. Menurut Sardiman dalam Iqbal (2015, hlm 24) menyatakan bahwa:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Dari pengertian tersebut motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energy kegiatan fisik manusia.

Dari pembahasan di atas, tentu kita dapat memahami bahwa motivasi

sebagai target penilaian afektif sangat penting dalam setiap pembelajaran

pendidikan jasmani khususnya materi permainan sepak bola yang peneliti

observasi saat ini. Karena setiap unsur permainan jika tanpa motivasi melakukan

akan berdampak pada diri individu siswa yang hanya melakukan gerakan namun

tidak ada efeknya bagi dirinya.

Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa

sebagai anak didik. Guru juga diharapkan harus dapat menciptakan

kondisi-kondisi dimana memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif, dan dapat

mengembangkan daya eksplorasinya.

Melihat dari latar permasalahan di atas, bahwasanya keberhasilan proses

pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan dan

mensiasati model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa

pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa

dapat termotivasi dan meraih prestasi belajar yang optimal. Kita ketahui bersama

bahwa model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani begitu banyak. menurut Metzler dalam Gunawan (2012, hlm.

(6)

There are seven instruction models that have shown to be effective in

teaching physical education: Direct Intruction model, personalized for

instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching mode and the tactical games model

Dari pembahasan di atas menurut Metzler terdapat tujuh model

pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu: (1) model pembelajaran langsung

(2) model pembelajaran personal (3) model pembelajaran kerjasama (4) model

pembelajaran pendidikan olahraga (5) model pembelajaran kelompok (6) model

pembelajaran inkuiri (7) model pembelajaran taktis. Dari tujuh model

pembelajaran yang disebutkan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif

sebagai pembanding dari model pembelajaran langsung oleh guru sebelumnya.

Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara

individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota

kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam

pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan

belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Gunawan (2012, hlm. 28)

mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatifadalah suatu model pembelajaran di

mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen.” Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan

belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota

kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok. Pada dasarnya,

menurut Metzler (2000, hlm. 45) dijelaskan bahwa:

Cooperative learning is a set of related instructional strategies that share the common attributes given by the primary developer Robert Slavin (1983): team rewards, individual accountability, and equal opportunity for success for all students

Model pembelajaran model pembelajaran kooperatif akan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya hasil motivasi pembelajaran sepak

(7)

memberikan pengaruh yang signifikan peningkatan motivasi. Maka berdasarkan

latar belakang dan pemikiran di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian

penerapan model pembelajaran kooperatif. Dengan tujuan apakah model ini dapat

memberikan pengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran

sepak bola. Dari uraian di atas maka penulis merancang penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Pembelajaran Permainan Sepak Bola (Studi Eksperimen pada siswa SMAN 1

Parongpong Kab Bandung Barat).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas,

maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang sesuai dengan peneliti dapatkan

berdasarkan hasil observasi pembelajaran di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung

Barat)

1. Guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajarannya menggunakan

metode demonstrasi dan siswa hanya menerima dan melakukan tugas saja

dari guru.

2. Tidak semua siswa melakukan gerakan dengan semangat namun ada juga

yang menjadi pembelajaran ini sebagai beban.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatan motivasi

pembelajaran permainan sepak bola?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hasil yang ingin dicapai atau

(8)

menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.”

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:

Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap

peningkatan motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran permainan sepak

bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat

dari penelitian ini diantaranya;

Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu manfaat

bagi siswa, manfaat bagi guru, dan manfaat bagi sekolah.

1. Manfaat bagi siswa

a. Memberikan pemahaman mengenai pembelajaran sepak bola

b. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Menyalurkan kelebihan atau bakat pada anak.

d. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.

e. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk

memenuhi rasa ingin tahu anak.

f. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

g. Menanamkan rasa percaya diri, kerjasama, rasa sosial, dan saling

tolong-menolong dan motivasi yang tinggi.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberi alternatif model pembelajaran kooperatif.

b. Menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatnya prestasi kemampuan

belajar siswa.

b. Sebagai masukan yang positif dalam upaya proses belajar dan

(9)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan

maka penulis perlu membatasi beberapa istilah dan sesuai dengan judul penelitian

yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui

dampak penerapan model pembelajaran model pembelajaran

kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam melakukan

pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab.

Bandung Barat.

2. Kriteria penilaian pada penerapan model pembelajaran model

pembelajaran kooperatif.

3. Motivasi menurut Sudirman (2015, hlm 24) menyatakan bahwa

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

4. Peserta didik adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam

mungkin dan memiliki tujuan untuk masa depan.

5. Pembelajaran adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

G. Struktur Organisasi Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Adapun uraian mengenai isi

dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam BAB I pendahuluan berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan

awal dari penyusunan skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Selanjutnya BAB II mengenai Kajian pustaka, Kerangka pemikiran, dan

(10)

motivasi dan permainan sepak bola. Bab ini berfungsi untuk landasan teoritis

dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

3. Kemudian BAB III Metode penelitian, berupa tentang penjabaran secara rinci

mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti, lokasi dan

subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian,

definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta

teknik yang digunakan untuk menganisis yang didapat.

4. Selanjutnya BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang dua hal

utama, yaitu pengolahan dan analisis data (untuk menghasilkan temuan

berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan

penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. Untuk menghasilkan temuan

berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan tujuan

penelitian) serta pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil

temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas dalam BAB

II).

5. Terakhir BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penerapan model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam

melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab.

Gambar

Tabel 1.1 Materi pembelajaran sepak bola atau permainan bola besar masuk
Tabel. 1.1 Hasil Observasi Lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Analisis isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu.. Komunikasi dan Ilmu-Ilmu

Salah satu sumber katalis heterogen yang dapat digunakan dalam reaksi metanolisis adalah kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang diperoleh dari limbah kulit telur ayam yang dikalsinasi

Biaya fatwa tata guna tanah yang ditetapkan pada Peraturan ini harus dibayarkan oleh pemohon kepada Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten/Kotamadya atau Kantor Direktorat

HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL PUKULAN JARAK JAUH (LONG STROKE) PADA CABANG OLAHRAGA WOODBALL.. Universitas Pendidikan Indonesia | resossitory.upi.edu

(1) Tanah-tanah bekas Hak Guna Usaha yang digarap/diduduki pihak lain sebagai yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 51/Prp/1960 dan yang menurut pertimbangan- pertimbangan teknis

HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL PUKULAN JARAK JAUH (LONG STROKE) PADA CABANG OLAHRAGA WOODBALL.. Universitas Pendidikan Indonesia | resossitory.upi.edu

4.4.5 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Kesehatan.... 4.4.6 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan

dan pengeluaran rumah tangga yang cukup besar, kesehatan yang kurang,. pendidikan yang tergolong cukup, serta kondisi rumah dan fasilitas