• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Katolik Wijayakusuma Blora kelas X IPA dengan metode two stay two stray pada materi virus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Katolik Wijayakusuma Blora kelas X IPA dengan metode two stay two stray pada materi virus."

Copied!
329
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Novita Lily Vindasari, 2015. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

SMA Katolik Wijayakusuma Blora Kelas X IPA dengan Metode Two Stay Two

Stray pada Materi Virus

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan masalah pada siswa kelas X IPA SMA Katolik Wijayakusuma Blora yaitu nilai rata-rata kelas yang mencapai 48,21 sehingga belum mencapai standar KKM 75. Selain itu hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi tergolong rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi virus dengan metode Two Stay Two Stray.

Penelitian dilaksanakan di SMA Katolik Wijayakusuma Blora tahun ajaran 2014/2015 dengan subyek penelitian 25 siswa kelas X IPA. Pengumpulan data dilakukan dengan penilaian post-test, lembar observasi, dan wawancara. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat dari rata-rata 80,80 pada siklus I menjadi 89,40 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 80% menjadi 92%. Data afektif adalah 80% siswa kategori tinggi, 20% siswa kategori sedang pada siklus I menjadi 100% kategori tinggi di siklus II. Untuk aktivitas siswa pada siklus I maupun siklus II adalah 100% berkategori tinggi. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, dapat disimpulkan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(2)

ABSTRACT

Novita Lily Vindasari, 2015. Increase Activity and Students Learning

Outcomes of Wijayakusuma Blora Catholic Senior High School of Class X IPA

with Two Stay Two Stray Method Matter Virus.

Based on the interviews results of problems have been found in class X science of Catholic Senior High School Wijayakusuma Blora that the average value of the class that reached 48.21 so it has not reached the standard KKM 75. Furthermore, learning outcomes and learning activities of students in participating biology learning is low. This classroom action research aims to improve learning outcomes and student activity on virus material with methods of Two Stay Two Stray.

The research was conducted at the Catholic Senior High School Wijayakusuma Blora academic year of 2014/2015 with study subjects 25 students in class X science. Data was collected by assessment of post-test, observation sheets, and interviews. This study was divided into two cycles, first cycle with two meetings and the second cycle with two meetings.

The results showed that cognitive learning outcomes of students increased from an average of 80.80 in the first cycle to 89.40 in the second cycle, while the percentage of students who reach the KKM increased from 80% to 92%. Data affective student is 80% high category, 20% students of medium category of the first cycle become 100% high category in the second cycle. For activity of students in the first cycle and the second cycle was 100 % high category . Based on the results that have been done, it can be concluded that Two Stay Two Stray method can improve activity and student learning outcomes.

(3)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

KATOLIK WIJAYAKUSUMA BLORA KELAS X IPA DENGAN

METODE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI VIRUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Novita Lily Vindasari NIM : 10 1434 021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus

Orangtua tersayang

Keluarga dan saudara tersayang

Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Biologi

Teman-teman Pendidikan Biologi

Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(7)

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

God has a reason for allowing things to happen. We may never

understand his wisdom, but we simply have to trust his will

"Never give up no matter what you encounter"

Jangan pernah menyerah apapun yang anda temui

―A miracle is another name of

Hard Work

Keajaiban kata lain dari kerja keras

(8)

(9)
(10)

ABSTRAK

Novita Lily Vindasari, 2015. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA

Katolik Wijayakusuma Blora Kelas X IPA dengan Metode Two Stay Two Stray pada

Materi Virus

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan masalah pada siswa kelas X IPA SMA Katolik Wijayakusuma Blora yaitu nilai rata-rata kelas yang mencapai 48,21 sehingga belum mencapai standar KKM 75. Selain itu hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran biologi tergolong rendah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi virus dengan metode Two Stay Two Stray.

Penelitian dilaksanakan di SMA Katolik Wijayakusuma Blora tahun ajaran 2014/2015 dengan subyek penelitian 25 siswa kelas X IPA. Pengumpulan data dilakukan dengan penilaian post-test, lembar observasi, dan wawancara. Penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat dari rata-rata 80,80 pada siklus I menjadi 89,40 pada siklus II sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 80% menjadi 92%. Data afektif adalah 80% siswa kategori tinggi, 20% siswa kategori sedang pada siklus I menjadi 100% kategori tinggi di siklus II. Untuk aktivitas siswa pada siklus I maupun siklus II adalah 100% berkategori tinggi. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, dapat disimpulkan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar, Two Stay Two Stray, dan Virus

(11)

ABSTRACT

Novita Lily Vindasari, 2015. Increase Activity and Students Learning Outcomes of

Wijayakusuma Blora Catholic Senior High School of Class X IPA with Two Stay Two

Stray Method Matter Virus.

Based on the interviews results of problems have been found in class X science of Catholic Senior High School Wijayakusuma Blora that the average value of the class that reached 48.21 so it has not reached the standard KKM 75. Furthermore, learning outcomes and learning activities of students in participating biology learning is low. This classroom action research aims to improve learning outcomes and student activity on virus material with methods of Two Stay Two Stray.

The research was conducted at the Catholic Senior High School Wijayakusuma Blora academic year of 2014/2015 with study subjects 25 students in class X science. Data was collected by assessment of post-test, observation sheets, and interviews. This study was divided into two cycles, first cycle with two meetings and the second cycle with two meetings.

The results showed that cognitive learning outcomes of students increased from an average of 80.80 in the first cycle to 89.40 in the second cycle, while the percentage of students who reach the KKM increased from 80% to 92%. Data affective student is 80% high category, 20% students of medium category of the first cycle become 100% high category in the second cycle. For activity of students in the first cycle and the second cycle was 100 % high category . Based on the results that have been done, it can be concluded that Two Stay Two Stray method can improve activity and student learning outcomes.

Keywords : Activities, learning outcomes, Two Stay Two Stray and Virus

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih yang telah diberikan olehNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Katolik Wijayakusuma Blora Kelas X IPA Dengan Metode Two Stay Two Stray Pada Materi Virus‖ dengan baik.

Skripsi ini dapat disusun tidak lepas oleh bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengasihi dan memberkatiku sepanjang waktu, serta selalu mendengarkan doa-doaku. Terimakasih Tuhan

2. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang penuh ikhlas memberikan cinta, kasih sayang, doa, material, dorongan, dan motivasinya selama ini.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy`ari, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Y. Indarjo selaku kepala seolah SMA Katolik Wijayakusuma Blora yang memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

5. Ibu Esthiningtyas Dwi P. U, S.Si selaku guru biologi SMA Katolik Wijayakusuma Blora yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan untuk bimbingannya. 6. Bapak ibu dosen Pendidikan Biologi Pak Tri, Bu Luisa, Romo Wir, Bu Nana, Pak

Kris, Romo Sunu, Bu Ika, Bu Wiwid, Pak Suthardi dan segenap staff sekretariat JPMIPA Sanata Dharma yang telah mendukung penulisan skripsi ini secara tidak langsung.

7. Kakakku Rina dan Himawan, adikku Vera, keponakanku Gede, serta keluarga besarku terima kasih bantuannya dan doanya.

8. Siswa-siswa kelas X IPA SMA Katolik Wijayakusuma yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Hipotesa ... 7

(15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Prinsip Belajar ... 9

3. Tujuan Belajar ... 10

B.Pembelajaran ... 10

C.Hasil Belajar ... 15

1. Pengertian Hasil Belajar ... 15

2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

D.Aktivitas Belajar ... 23

E. Metode Two Stay Two Stray ... 26

F. Materi Pembelajaran ... 32

G.Penelitian Yang Relevan ... 32

H.Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A.Jenis Penelitian ... 36

B.Setting Penelitian ... 37

C.Rancangan Penelitian ... 37

D.Instrumen Penelitian ... 47

E. Cara Analisa Data ... 50

F. Indikator Ketercapaian ... 54

G.Tim Peneliti ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A.Pelaksanaan Penelitian ... 57

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Siklus I ... 57

2. Siklus II ... 66

C.Hasil Analisis ... 73

(16)

2. Aspek Afektif ... 75

3. Aktivitas Siswa ... 75

4. Hasil Wawancara ... 76

D.Pembahasan... 77

1. Aspek Kognitif ... 77

2. Aspek Afektif ... 80

3. Aktivitas Siswa ... 83

4. Faktor Pendukung Metode Two Stay Two Stray ... 84

5. Faktor Penghambat Metode Two Stay Two Stray ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A.Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN... 92

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 51

Tabel 3.2 Kategori Presentase Hasil Observasi Afektif ... 53

Tabel 3.3 Kategori Presentase Hasil Observasi Aktivitas ... 54

Tabel 3.4 Indikator Ketercapaian Target ... 55

Tabel 4.1 Jadwal Pertemuan Siklus I ... 58

Tabel 4.2 Hasil Pre-Test Siswa ... 59

Tabel 4.3 Data Afektif Siswa Siklus I ... 63

Tabel 4.4 Data Aktivitas Siswa Siklus I ... 63

Tabel 4.5 Hasil Post-Test Siklus I... 64

Tabel 4.6 Jadwal Pertemuan Siklus II... 67

Tabel 4.7 Data Afektif Siswa Siklus II ... 71

Tabel 4.8 Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 71

Tabel 4.9 Hasil Post-Test Siklus II ... 71

Tabel 4.10 Perbandingan Post-Test Siklus I Dan Siklus II ... 74

Tabel 4.11 Perbandingan Data Afektif Siklus I Dan Siklus II ... 75

Tabel 4.12 Perbandingan Data Aktivitas Siklus I Dan Siklus II... 76

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Two Stay To Stray ... 28

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 35

Gambar 3.1 Desaian siklus PTK Khemmis Dan Mc Tagart ... 38

Gambar 4.1 Siswa Berdiskusi siklus I ... 60

Gambar 4.2 Siswa Berdiskusi siklus I ... 61

Gambar 4.3 Kelompok Presentasi siklus I ... 62

Gambar 4.4 Siswa Berdiskusi siklus II ... 68

Gambar 4.5 Siswa Berdiskusi siklus II ... 69

Gambar 4.6 Kelompok Presentasi siklus II... 70

Gambar 4.7 Perbandingan Post-Test Siklus I Dan Siklus II ... 78

Gambar 4.8 Perbandingan Data Afektif Siklus I Dan Siklus II ... 81

Gambar 4.9 Perbandingan Aktivitas Siklus I Dan Siklus II ... 83

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus ... 93

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 100

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 121

4. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 140

5. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 142

6. Artikel Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 143

7. Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 154

8. Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 162

9. Kartu Two Stay Two Stray ... 167

10.Peta Two Stay Two Stray ... 170

11.Materi Pembelajaran ... 171

12.Kisi-Kisi Soal Dan Jawaban Pre-Test ... 195

13.Kisi-Kisi Soal Dan Jawaban Post-Test Siklus I ... 197

14.Kisi-Kisi Soal Dan Jawaban Post-Test Siklus II ... 199

15.Soal Pre-Test ... 201

16.Soal Post-Test Siklus I ... 207

17.Soal Post-Test Siklus II ... 213

18.Rubrik Observasi Afektif ... 218

19.Rubrik Observasi Aktivitas ... 221

20.Lembar Observasi Afektif Siswa ... 222

21.Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 224

22.Kisi-Kisi Dan Pedoman Wawancara ... 226

(20)

24.Data Nilai Pre-Test, Post-Test I Dan Post Test II ... 240

25.Data Perhitungan Lembar Observasi Afektif ... 243

26.Data Perhitungan Lembar Observasi Aktivitas ... 250

27.Hasil Afektif dan Aktivitas Siswa ... 257

28.Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 265

29.Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 268

30.Hasil Pre-Test Siswa Rendah ... 269

31.Hasil Pre-Test Siswa Tinggi ... 275

32.Hasil Post-Test Siswa Rendah Siklus I ... 281

33.Hasil Post-Test Siswa Sedang Siklus I ... 286

34.Hasil Post-Test Siswa Tinggi Siklus I ... 291

35.Hasil Post-Test Siswa Rendah Siklus II ... 296

36.Hasil Post-Test Siswa Sedang Siklus II ... 300

37.Hasil Post-Test Siswa Tinggi Siklus II ... 304

38.Surat Ijin Penelitian Dari Universitas ... 308

39.Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian ... 309

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara para siswa serta interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi.

Kita sebagai pendidik dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik kita untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan dari guru. Peserta didik harus mampu mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga harus terbiasa dengan pemahaman untuk belajar berlangsung seumur hidup mereka.

Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk menjadi tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Belajar menurut Gagne dikutip dalam Dahar (2011) sebagai suatu proses dimana suatu kelompok siswa berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman, istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat di anggap mewakili belajar.

(22)

Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas yaitu mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Pengalaman ini mempengaruhi pengendalian sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Proses pembelajaran yang baik akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Hasil belajar menurut Sudjana (2010) merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang ada pada diri siswa sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pendukung yang berasal dari luar diri siswa, misalnya prasarana, arahan dari guru, dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung.

(23)

ceramah dalam memberikan materi. Guru kurang melakukan variasi metode pembelajaran sehingga berdampak pada tingkat fokus dan respon siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Fokus dan respon siswa yang rendah, karena kurangnya ruang bagi siswa dalam menyalurkan pendapat, kegaduhan saat pembelajaran dimulai, dan kurangnya pendekatan pembelajaran.

Kondisi demikian memiliki pengaruh yang besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa kelas X IPA tahun ajaran 2013/2014, terbukti pada hasil Ulangan Harian (UH) semester ganjil materi virus menunjukan hanya ada 29% atau 7 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkkan 71% siswa yang belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan belum tercapainya hasil belajar dan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Indikator keberhasilan pembelajaran didapatkan dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan nilai KKM adalah 72, padahal Tahun Pelajaran 2014/2015 nilai KKM berubah menjadi lebih tinggi yaitu 75.

Dalam permasalahan di atas, dapat dikatakan bahwa faktor utamanya adalah penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang tepat. Hal itu berdampak pada hasil belajar yang menurun dan aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan guru berkurang. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang efektif, salah satunya adalah metode Two Stay Two Stray.

(24)

masalah yang diterima oleh siswa menurut Lie (2002). Dengan penyajian materi yang melibatkan siswa aktif belajar dan bermain bersama kelompoknya ini akan membantu siswa dalam belajar secara mandiri maupun berkelompok. Dengan menggabungkan metode dalam proses pembelajaran siswa tidak akan merasa terbebani dengan materi yang begitu padat. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator bagi siswa sehingga siswa dapat berpikir secara mandiri dalam menemukan pengetahuan baru.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik dengan melakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul ―MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMA KATOLIK WIJAYAKUSUMA BLORA KELAS X IPA DENGAN

METODE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI VIRUS‖.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah sangat penting untuk menjadi titik fokus penelitian. Supaya masalah yang diteliti tidak meluas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Batasan masalahnya sebagai berikut :

1. Hasil Belajar

(25)

2. Aktivitas

Aktivitas adalah kegiatan untuk melakukan sesuatu yang telah direncanakan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya, dalam hal ini aktivitas siswa dibatasi oleh peneliti : siswa memperhatikan yang dijelaskan oleh guru, bertanya, menyampaikan pendapat, dan bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok yang diketahui dari hasil observasi.

3. Materi

Materi pelajaran kelas X yaitu Virus pada; Kompetensi dasar :

K. D 3.3 : Menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat.

K. D 4.3 : Menyajikan data tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan dalam bentuk model/charta.

C. Rumusan Masalah

(26)

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiman peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Katolik Wijayakusuma Blora pada materi virus dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :

1. Manfaat teoritis :

Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan dengan penggunaan metode Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran, serta meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa SMA Katolik Wijayakusuma Blora.

2. Manfaat praktis :

a. Bagi siswa

1) Dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam proses pembelajaran siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan mudah sehingga dapat mempengaruhi hasil dan aktivitas belajar siswa.

(27)

b. Bagi Guru

Dapat menambah pengetahuan guru dengan metode Two Stay Two Stray sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

c. Bagi sekolah

Dengan penggunaan metode Two Stay Two Stray sekolah dapat memiliki laporan tentang penggunaan metode Two Stay Two Stray dalam pembelajaran Biologi, sehingga Kepala Sekolah dapat memberikan arahan kepada guru yang lain untuk menggunakan metode Two Stay Two Stray dalam proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah serta sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

F. Hipotesis

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Cronbach dalam Djamarah, 2011). Menurut Siregar dan Nara (2011) perubahan tingkah laku menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Menurut W. H. Burton dalam Siregar dan Nara (2011) belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat interaksi yang ada, interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu, sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak akan berhasil.

Menurut Winkel (2007) belajar pada manusia adalah sesuatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

(29)

yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan – pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hail dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Prinsip Belajar

Menurut Suprijono (2009) setelah memahami pengertian belajar, ada juga prinsip-prinsip belajar, berikut ini adalah prinsip-prinsip belajar.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :

a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

d. Positif atau berakumulasi

e. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f. Permanen atau tetap.

g. Bertujuan dan terarah

(30)

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dai interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

3. Tujuan Belajar

Siswa belajar pasti memiliki tujuan dari belajar itu sendiri, Suprijono (2009) menyatakan tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk mencapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effect. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik ―menghidupi‖ (live in)

suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

B. Pembelajaran

(31)

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Gagne dalam Siregar dan Nara (2011) pembelajaran adalah instruction as a set of external event to support the several processes of learning, which are internal. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Gagne mengemukakan lebih lanjut dan lebih lengkap instruction is intended to promote learning, external situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran yang dimaksudkan adalah untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut : a. Merupakan upaya sadar dan disengaja

b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

(32)

Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan motorik. Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran. Lindgren dalam Surya (2004) menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas : (1) Kecakapan, (2) Informasi, (3) pengertian, dan (4) sikap. Menurut Benyamin Bloom dalam Surya (2004) menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran, yaitu (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor.

Yang harus diingat bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan tingkah perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Pembelajaran belum dikatakan lengkap apabila hanya menghasilkan satu atau dua aspek saja, melakukan penilaian hasil pembelajaran, hendaknya mencakup seluruh perubahan perilaku.

Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh individu bermacam-macam jenis dan kebutuhannya, ada dari segi aspek, dari segi sifatnya dan dari segi caranya. Dari segi aspek pembelajaran, kita dapat membedakan (1) Pembelajaran ketrampilan, (2) Pembelajaran sikap, dan (3) Pembelajaran pengetahuan. Menurut Gagne dari segi aspek pembelajaran ketrampilan, sikap, dan pengetahuan, dijabarkan menjadi 8 jenis pembelajaran dari hal sederhana hingga kompleks, yaitu :

(33)

b. Stimulus response learning atau pembelajaran rangsangan tindak balas c. Chaining learning atau pembelajaran melalui perantaian

d. Verbal association learning atau pembelajaran melalui keterkaitan verbal

e. Discrimination learning atau pembelajaran dengan membeda-bedakan f. Concept learning atau pembelajaran konsep

g. Rule learning atau pembelajaran menurut hukum (aturan)

h. Problem solving learning atau pembelajaran melalui penyelesaian masalah.

Kedelapan jenis pembelajaran tersebut, penelitian ini hanya terrfokus menggunakan dua jenis pembelajaran yaitu concept learning dan problem solving learning. Pada concept learning pembelajaran yang digunakan oleh peneliti sudah terkonsep dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan agar siswa memahami materi, sedangkan problem solving learning pada penelitian ini, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan suatu masalah, agar siswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuannya yang mereka tau.

(34)

untuk pembelajaran. Pembelajaran informal yang dimaksudkan ini adalah proses pembelajaran yang terjadi dengan sendirinya, misalnya melalui siaran televisi atau radio, dengan teman sebaya, dll.

Dari segi cara pembelajaran, dibedakan menjadi 4 macam dalam memperoleh rangsangan, yaitu visual, auditif, kinestatik, dan taktik.

(1) Visual yaitu individu yang lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indra penglihatan

(2) Auditif, individu lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indra pendengaran

(3) Kinestetik, individu lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indra pergerakan

(4) Taktik, individu lebih efektif pembelajarannya apabila menerima rangsangan melalui alat indra penciuman dan perabaan.

(35)

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi menurut Benyamin Bloom dalam Sinegar dan Nara (2011) mengklasifikasikan menjadi tiga domain hasil belajar, yaitu Cognitive Domain, Affective Domain, dan Psychomotor Domain.

a. Cognitive Domain

Perilaku merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa contoh termasuk Cognitive Domain : menyebutkan definisi Biologi, membedakan fungsi otak dan saraf, menjabarkan perilaku-perilaku umum menjadi perilaku khusus, dll.

Dalam Revised Taxonomy, (Anderson dan Karthwohl, dalam Sinegar dan Nara, 2011) melakukan revisi pada kawasan kognitif. Menurutnya terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang tujuan belajar, yaitu :

(36)

2) Mengerti : mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis

3) Memakai : menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah

4) Menganalisis :memecahkan bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur 5) Menilai : membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

tertentu

6) Mencipta : membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.

Keenam tingkatan tersebut bersifat hierarkis. Ini berarti bahwa tingkatan dibawahnya merupakan prasyarat bagi penguasaan kemampuan diatasnya. Level yang digunakan pada penelitian ini menggunakan ingatan (C1). Pemahaman (C2), Penerapan (C3). Analisis (C4), dan evaluasi (C5) untuk digunakan dalam soal post-test. Pada ciptaan (C6) digunakan untuk membuat karya seni siswa.

b. Affective Domain

(37)

Kawasan afektif (Krathwohl, Bloom dan Masia dalam Sinegar dan Nara. 2011) meliputi tujuan belajar yang berkenan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut : 1) Penerimaan (receiving) : meliputi kesadaran akan adanya suatu

sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan

2) Pemberian respons (responding) : meliputi sikap ingin merespons penerimaan terhadap system, puas dalam memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya

3) Pemberian nilai atau penghargaan (valuing) : penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, dia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur dan dia juga berperilaku jujur

4) Pengorganisasian (Organization) : meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisplinan, kemandirian, keterbukaan, dll.

(38)

diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga dia kenal sebagai pribadi yang jujur; keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana.

Dari lima jenjang di atas merupakan fokus dalam penelitian ini. Maka dari itu semua jenjang harus dilaksanakan secara berurutan dalam penelitian ini agar siswa dapat mengatur dirinya bersikap, ranah afektif akan memberi peran tersendiri bagi siswa.

c. Psychomotor Domain

Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang, dll. (Dave dalam Sinegar dan Nara, 2011) mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons

2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain

(39)

4) Merangkai : koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat

5) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal.

Dari kelima tingkatan tersebut merupakan syarat bagi penguasaan kemampuan siswa, maka dari itu semua tingakatan harus dilaksanakan secara berurutan, dalam penelitian ini agar siswa dapat mengatur dirinya dalam melakukan tindakan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk ‖perubahan‖ harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu dan di luar individu. Oleh karena itu, proses belajar yang telah terjadi dalam diri individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Menurut Slameto (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar :

a. Faktor-faktor intern

(40)

1) Faktor jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Proses belajar individu akan terganggu jika kesehatan tidak stabil.

b)Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajarnya. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu.

2) Faktor psikologis

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu: kecapakan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan afektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep abstrak secara afektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar.

b)Perhatian

(41)

kebosanan, sehingga siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, bahan belajar selalu menarik perhatian dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan bakatnya.

c) Motif

Seorang siswa harus mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencakan dan melaksanankan kegiatan yang mendukung proses belajar. Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

3) Faktor kekelahan

(42)

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern menurut Slameto (2010) yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Siswa yang akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah juga mempengaruhi belajar seorang siswa, antara lain: Metode mengajar yang digunakan oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung sekolah, Metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

(43)

yang ditetapkan oleh sekolah dan pada saat proses pembelajaran, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru menarik. Sehingga hasil belajar siswa dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan.

D. Aktivitas Belajar

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2012).

Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya. Seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada sesorang.

(44)

hanya bertugas menerima dan menelan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.

Namun ada beberapa penemuan baru, psikologi perkembangan dan psikologi belajar tentang aktivitas belajar, berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan dalam Hamalik (2013), bahwa : Dalam kemajuan metodologi, asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang telah memadai.

Menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik (2013) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu :

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

(45)

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dll. Kegiata-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

(46)

siswa disuruh membuat rangkuman, selain itu kegiatan mental siswa diharapkan mengingat materi yang sudah dijelaskan, dapat membuat keputusan.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2012), aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut :

a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati. b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri yang

dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik.

e. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat disekitarnya.

E. Metode Two Stay Two Stray

(47)

teknik kepala bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia didik. Metode Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan memberikan informasi kepada kelompok yang lain.

Ciri – ciri metode Two Stay Two Stray adalah siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajarannya, kelompok dibentuk secara heterogen dimana satu kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Suprijono (2009) mengemukakan bahwa metode Two Stay Two Stray diawali dengan pembagian kelompok yang masing – masing beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok mendapatkan tugas berupa permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah kegiatan diskusi selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapatkan tugas sebagai duta mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain. Tugas penerima tamu adalah menyajikan hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang berkunjung. Setelah kembali kekelompok asal, baik peserta didik yang bertamu maupun yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka laksanakan.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray, menurut Lie (2002) adalah sebagai berikut.

(48)

b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka f. Kesimpulan

[image:48.595.100.514.193.635.2]

Untuk memperjelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan dengan sebuah bagan tentang proses pembelajaran Metode Two Stay Two Stray sebagai berikut :

Gambar 2.1 Metode Two Stay Two Stray

(49)

a. Persiapan

Pada tahap persiapan guru membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat evaluasi pembelajaran, dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa. Pembagian kelompok tersebut harus heterogen berdasarkan prestasi akademik, jenis kelamin, dll.

b. Presentasi

Pada tahap ini guru menyampaikan gambaran materi secara umum sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

c. Kegiatan Kelompok

(50)

d. Formalisasi

Pada tahap ini salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan dengan kelompok yang lainnya. Kemudian guru mengarahkan siswa ke bentuk formal, dalam hal ini guru berperan sebagai moderator dalam kegiatan diskusi tersebut dan siswa yang lain berperan sebagai peserta yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kelompok yang presentasi.

e. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi guru mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan memberikan beberapa pertanyaan. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor rata-rata tinggi, penghargaan tersebut berupa pujian.

Dalam penerapannya metode Two Stay Two Stray siswa secara tidak langsung diajak untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah, selain itu penggunaan metode ini juga akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam diskusi, tanya jawab, mencari jawaban, dan menjelaskan dan menyampaikan materi yang dijelaskan oleh temannya.

Adapun kelebihan dari metode Two Stay Two Stray : a. Dapat diterapkan pada semua kelas

(51)

c. Lebih berorientasi pada keaktifan

d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa

f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari metode Two Stay Two Stray : a. Membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga)

d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas

(52)

F. Materi Pembelajaran

Virus merupakan parasit aseluler (tidak dalam bentuk sel) berukuran mikroskopik yang hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup.

Virus merupakan salah satu materi belajar siswa SMA kelas X dengan Kompetensi Dasar :

K. D 3.3 : Menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat.

K. D 4.3 : Menyajikan data tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan dalam bentuk model/charta.

Dalam penelitian ini materi yang akan dibahas secara garis besar : 1. Sejarah Penemuan Virus

2. Ciri-Ciri Virus 3. Struktur Tubuh Virus 4. Klasifikasi

5. Cara Hidup Virus 6. Peranan Virus

7. Cara Penularan Dan Upaya Pencegahan Serangan Virus

G. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray Sebagai Upaya Peningkatan

(53)

4 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil skor rata-rata kelas keterampilan berdiskusi siswa pada siklus I sebesar 33,00 dan pada siklus II meningkat mencapai 44,84. Kenaikan siklus I ke siklus II sebesar 11,84. Pada siklus II ini telah mencapai target yang telah ditentukan, keberhasilannya mencapai lebih dari 75% yaitu mencapai 82 %. Peningkatan ini juga ditunjukan dengan peningkatan skor angket keterampilan berdiskusi siswa pada siklus I sebesar 67% dan mengalami peningkatan sebesar77%.

Penelitian yang lain dalam penelitian yang relevan oleh Wardhani (2012) tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Disertai Media Audio-Visual Untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMA Negeri 7 Surakarta

(54)

Penelitian yang lain dalam penelitian yang relevan oleh Susilomurti (2014) tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Sistem Reproduksi XI IPA 2 SMA NEGERI 4 Yogyakarta.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil penelitian yang diperoleh pada aspek aktivitas belajar siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 95,65%; kategori sedang sebesar 4,35% dan kategori rendah sebesar 0%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil dengan kategori tinggi 100%. Kuisioner dan wawancara di akhir siklus menunjukkan kategori siswa yang sangat aktif hingga 100%. Ketercapaian KKM pada siklus I yakni 13,04%; sedangkan pada siklus 2 sebesar 60,86%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22 pada siklus I menjadi 78,2

H. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar mengajar biologi SMA kelas X SMA katolik Wijayakusuma Blora, siswa lebih banyak menjadi pendengar dan aktivitas siswa lebih banyak diam, maka dari itu peneliti tertarik dengan metode Two Stay Two Stray dikarenakan agar siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mendorong aktivitas yang tinggi sehingga mempengaruhi hasil belajar.

(55)
[image:55.595.89.553.119.582.2]

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Hasil Observasi :

1. Proses pembelajaran menggunakan Metode ceramah 2. Siswa hanya mendengarkan guru ceramah tanpa

beraktivitas

3. Hasil belajar siswa yang rendah

4. Target ketuntasan siswa belum dapat tercapai yaitu 71%, dan 9% siswa yang tercapai KKM

Observasi Awal

Siswa kelas X IPA

Penerapan pembelajaran biologi dengan metode Two Stay Two Stray Hasil Belajar Aktivitas Siswa

Penelitian Relevan Susilomurti, Khatarina Aprillia :

―Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk

Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Reproduksi XI IPA 2 SMA NEGERI 4 Yogyakarta

Hasil penelitian aspek aktivitas belajar siswa pada siklus I memiliki kategori tinggi sebesar 95,65%; kategori sedang sebesar 4,35% dan kategori rendah sebesar 0%. Sedangkan pada siklus II diperoleh hasil dengan kategori tinggi 100%. Kuisioner dan wawancara di akhir siklus menunjukkan kategori siswa yang sangat aktif hingga 100%. Ketercapaian KKM pada siklus I yakni 13,04%; sedangkan pada siklus 2 sebesar 60,86%. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 65,22 pada siklus I menjadi 78,26.

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan penelitian dan variabel penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti (Subyantoro, 2009). Penelitian Tindakan Kelas bersifat reflektif, artinya dalam proses penelitian itu ―Anda sebagai guru sekaligus peneliti― selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan yang terjadi di kelas. Dari pemikiran itu dapat dipecahkan melakukan tindakan –tindakan pembelajaran tertentu.

Beberapa aspek yang terdapat didalamnya meliputi Metode dan desain penelitian, instrument penelitian, sampel penelitian dan teknik pengolahan data serta analisis data.

Dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Two Stay Two Stray. Metode Two Stay Two Stray merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok

(57)

membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Variabel terikat penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Setting penelitian

1. Objek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi virus.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa – siswi kelas X IPA semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 25 siswa.

3. Tempat Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMA KATOLIK WIJAYAKUSUMA BLORA, yang beralamat JL. JEND. A. Yani no. 19 A Blora, Kab. Blora, Jawa Tengah.

4. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014

C. Rancangan penelitian

(58)

2009) dimana kegiatan setiap siklusnya meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, obeservasi, evaluasi, dan refleksi.

[image:58.595.98.496.181.592.2]

Gambar 3.1 Desain siklus PTK (Tampubolo, 2009)

(59)

dalam proses pembelajaran dan hasil refleksi guru untuk dijadikan bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

1. Persiapan penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam persiapan penelitian :

a. Izin melakukan observasi penelitian tindakan kelas kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMA Katolik Wijayakusuma Blora.

b. Izin kepada guru pengampu biologi untuk melakukan penelitian di kelas X IPA di SMA Katolik Wijayakusuma Blora.

c. Melakukan observasi awal untuk mengetahui masalah yang terjadi pada saat proses pembelajaran melalui pengamatan langsung di kelas X IPA SMA Katolik Wijayakusuma Blora, wawancara dengan guru pamong mengenai metode yang dilakukan selama pembelajaran dan hasil belajar siswa.

d. Menentukan metode yang tepat dengan kendala yang terjadi pada kelas tersebut.

e. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga memperoleh perseujuan untuk melaksanakan penelitian dari dosen.

2. Siklus I

(60)

Wijayakusuma Blora memiliki waktu 45 menit. Beberapa tahapan kegiatan yang dilaksanakan :

a. Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan siklus I sebagai berikut :

1) Bertemu dan diskusi dengan guru mata pelajaran biologi disekolah 2) Menyiapkan dan menyusun instrument yang meliputi

a) Silabus

b) RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) c) LKS (Lembar kerja Siswa)

d) Kartu Metode Two Stay Two Stray 3) Menyiapkan instrument pengambilan data

a) Soal pre test b) Soal post test I c) Soal post test II

d) Lembar observasi afektif e) Lembar observasi psikomotor f) Lembar wawancara

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

(61)

1) Presentasi guru

Pada tahap ini guru menyampaikan gambaran materi yang akan disampaikan secara umum sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Setelah menjelaskan materi, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan pilihan sendiri.

2) Kegiatan kelompok

(62)

3) Formalisasi

Tahap ini guru akan menunjuk beberapa kelompok sebagai perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang dikunjunginya. Dalam hal ini guru hanya sebagai moderator dalam kegiatan berdikusi dan siswa yang lain berperan sebagai peserta yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kelompok yang presentasi.

4) Evaluasi kelompok

Guru akan mengevaluasi hasil diskusi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan memberikan beberapa pertanyaan. Selanjutnya guru akan memberikan penghargaan kepadaa kelompok yang berdiskusi dengan serius

c. Observasi (Observation)

(63)

menerima kritik darri teman, kerja sama dengan kelompoknya, dan percaya diri.

d. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berhubungan dengan penilaian. Penilaian merupakan penerapan berbagai cara dan penggunaan alat penilaian untuk memperoleh informasi. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa pada akhir siklus, dan lembar observasi yang dinilai oleh observer dua rekan mahasiswa untuk mengetahui aktivitas dan sikap siswa.

e. Refleksi (reflection)

Refleksi siklus I dilakukan peneliti bersama dengan guru pembimbing setelah proses pembelajaran yang telah berlangsung pada siklus I tentang kelebihan dan kekurangan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan apsa saja yang belum tercapai pada siklus I. hasil refleksi kemudian digunakan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dengan memperbaruhi pembelajaran yang ada di siklus II.

3. Siklus II

(64)

a. Perencanaan (planning)

Dari hasil refleksi siklus I dengan guru pembimbing hal- hal yang perlu diperbaiki dari hasil siklus I, pada siklus II ini intinya sama dengan siklus I namun ada perbedaan yaitu materi yang disampaikan, soal post II, tanpa adanya pre test, dan siswa yang bermain dalam kelompok diubah bertujuan untuk mencampur anak yang memiliki kemampuan yang rendah, sedang, dan yang tinggi.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Adapun langkah Two Stay Two Stray dalam pembelajaran : 1) Presentasi guru

Pada tahap ini guru indikator, menyampaikan gambaran materi yang akan disampaikan sesuai dengan RPP setelah menjelaskan materi, guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan pilihan guru yang sudah disesuaikan dengan kemampuan rendah, sedang, dan tinggi dalam satu kelompok.

2) Kegiatan kelompok

(65)

dari 5 anggota setiap kelompoknya meninggalkan kelompok dan datng bertamu ke kelompok yang lain untuk mendengarkan dan mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjungi. Sementara 3 anggota yang tinggal di kelompok bertugas untuk menyampaikan hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah kegiatan berkunjung maka 2 anggota dari masing-masing kelompok yang bertugas untuk bertamu kembali ke kelompok asalnya untuk mensharingkan hasil diskusi yang diperoleh dari kelompok lain.

3) Formalisasi

Tahap ini guru akan menunjuk beberapa kelompok sebagai perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok yang dikunjunginya. Dalam hal ini guru hanya sebagai moderator dalam kegiatan berdikusi dan siswa yang lain berperan sebagai peserta yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kelompok yang presentasi.

4) Evaluasi Kelompok

(66)

c. Observasi (Observation)

Kegiatan observasi pada siklus ke II sama dengan kegiatan observasi pada siklus I yaitu melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan seperti, penerapan metode Two Stay Two Stray, aktivitas siswa dalam kelompok adanya peningkatan pada setiap siklus II. Tahap ini di observasi oleh peneliti, guru pengamat, dan dua rekan mahasiswa.

d. Evaluasi (Evaluation)

Alat evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa pada akhir siklus, dan lembar observasi yang dinilai oleh observer dua rekan mahasiswa untuk mengetahui aktivitas dan sikap siswa.

e. Refleksi (Reflection)

(67)

D. Instrument Penelitian

Instrument adalah merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, LKS (Lembar Kerja Siswa), dan Kartu soal metode Two Stay Two Stray.

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrument pengambilan data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa test dan non test.

a. Test

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa secara kognitif. Alat yang digunakan ini berupa tes, pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 tahap tes : pre-test ( test awal) dan post-test (test akhir). Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Dengan soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bervariasi dari aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi dalam Arifin (2012).

(68)

alat ukur untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran setiap siklus. Tes ini bertujuan sebagai acuan peningkatan hasil belajar pada siswa. Pada saat pre test dan post test siklus I, maupun siklus II, test yang akan digunakan adalah tes pilihan ganda dengan jumlah 20 butir soal.

b. Non test

Instrument pengumpulan data non test meliputi :

1) Lembar Observasi

(69)

2) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.

Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara langsung, karena wawancara ini dilakukan kepada siswa diluar jam pelajaran dan dilaksanakan pada akhir penelitian. Wawancara ini bertujuan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa, pengalaman siswa dan kesulitan siswa yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang dipilih dalam wawancara berdasarkan siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, masing-masing sebanyak 2 orang yang mewakili siswa pada saat tinggal di kelompok dan siswa yang bertamu ke kelompok lain. Dengan demikian, jumlah keseluruhan siswa yang diwawancarai sebanyak 6 siswa.

(70)

dengan lembar pertanyaan wawancara. Tujuan peneliti bertanya kepada guru untuk mengetahui sejauh mana perubahan siswa dalam menerima materi virus dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray.

E. Cara Analisis Data

Data yang digunakan meliputi data kuantitatif dan deskriptif kualitatif, data kuantitatif yaitu berupa angka hasil belajar maupun aktivitas siswa, kemudian hasil kuantitatif di analisis menggunakan deskriptif kualitatif dalam bentuk kalimat.

Dalam rancangan penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Metode Two Stay Two Stray. Penelitian ini dalam hasil belajar mencakup dua ranah, yaitu ranah kognitif, dan ranah afektif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan ranah kognitif yang berpedoman dengan hasil tes akhir (post test I dan II) dalam bentuk tes pilihan ganda, sedangkan untuk mengukur ranah afektif yang berpedoman dengan lembar observasi. Cara analisa data terdiri dari :

1. Ranah kognitif

(71)

a. Penilaian pre-test dan post-test

Cara menghitung pre-test dan post-test siswa sebagai berikut :

[image:71.595.98.515.142.583.2]

Pre-test hanya digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam materi yang akan disampaikan. Hasil post-post setiap siswa dihitung untuk mengetahui ketercapaian nilai KKM siswa terhadap materi virus. KKM SMA Katolik Wijayakusuma Blora pada kelas X IPA mata pelajaran biologi adalah 75. Kriteria skor ketuntasan siswa secara individu dapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1 Kriteria Skor Ketuntasan Individu

Skor Post-test Keterangan

≤ 74 Tidak Tuntas

≥ 75 Tuntas

b. Rata-rata kelas

Dalam menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus, sebagai berikut :

Skor

=

X 100

(72)

c. Menentukan presentase ketuntasan KKM

Ketuntasan klasikal adalah untuk mengetahui presentase hasil belajar siswa yang telah dicapai dengan melampaui KKM 75. Digunakan rumus sebagai berikut ;

2. Ranah afektif

Dalam ranah afektif peneliti menggunakan lembar observasi, dimana afektif dapat dilihat dari minat, sikap, emosi siswa dalam pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray. Data-data yang diperoleh setiap siklusnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan mencari skor masing-masing siswa. Skor yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis melalui dua kategori, yaitu untuk menentukan presentase skor setiap siswa, dan presentase siswa yang tergolong dalam kategori tinggi.

a. Presentase skor setiap siswa

Untuk mengetahui skor siswa dalam ranah afektif digunakan rumus :

Prosentase KKM = x100%

(73)
[image:73.595.98.526.158.591.2]

Skor pada kegiatan observasi kemudian dikategorikan pada tabel ini:

Tabel 3.2Kategori Prosentase Hasil Observasi Aspek Afektif

Prosentase yang diperoleh

Keterangan

66,68 ≤ q ≤ 100 Tinggi

33,34 ≤ q ≤ 66,67 Sedang

0 ≤ q 33,33 Rendah

b. Presentase siswa yang tergolong dalam afektif tinggi

Setiap siswa yang memilki prose

Gambar

Gambar 2.1 Metode Two Stay Two Stray
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Desain siklus PTK (Tampubolo, 2009)
Tabel 3.1 Kriteria Skor Ketuntasan Individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akademi/Politeknik Negeri dan swasta seluruh Indonesia dan Koordinator Kopertis wilayah 1 s/d XII.Pada intinya untuk menumbuh kembangkan kesadaran terhadap nilai

untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. 190 Kelompok dampingan dalam memulai kegiatan wirausahanya telah mampu berkomitmen dengan menyatukan visi, cita-cita, dan

bahwa rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah sudah tidak sesuai lagi, sehingga perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 20 Tahun

Stimulan yang umum digunakan untuk meningkatkan produksi lateks adalah etefon atau 2- chlorophosponicacid (Derouet et al ., 2004). Stimulan berbahan aktif etefon

Hasil analisa uji paired t test didapatkan nilai p=0.000 berarti ada perbedaan yang signifikan dan terdapat penurunan skala nyeri dan kecemasan pada

Kemampuan antibakteri ekstrak etanol buah mentimun dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif, juga telah dibuktikan oleh penelitian

Kedua pakar Kurikulum SD 2013 tersebut memberikan saran perbaikan untuk perangkat pembelajaran pada beberapa aspek yaitu 1 identitas RPPTH, 2 perumusan indikator, 3 perumusan

Dalam kaitan anak dengan fasilitas mall adalah bagaimana interior mall lebih mampu menarik minat belajar anak di banding interior sekolah atau lembaga