• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Tentang Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa SMP 'X' Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Tentang Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan pada Siswa SMP 'X' Bandung."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Tentang Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa SMP”X” Bandung. Siswa SMP”X” yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa dengan latar belakang keadaan ekonomi orang tua menengah dan menegah kebawah. Kegiatan siswa di luar jam sekolah adalah bermain, membantu orang tua mencari nafkah, ataupun membantu pekerjaan orang tua di rumah. Siswa jarang sekali menggunakan waktu luang untuk belajar di rumah. Karena keterbatasan pada segi ekonomi, tidak ada satupun siswa yang mengikuti les ataupun bimbingan belajar. Mereka juga tidak memiliki banyak buku cetak, yang ada adalah buku catatan dan beberapa buku cetak yang dipinjam dari sekolah. Oleh orang tua mereka kurang mendapatkan bantuan dan motivasi untuk belajar, serta untuk kelangsungan pendidikannya kelak. Berbeda dengan orang tua, guru di sekolah banyak memberikan masukan dalam memotivasi kemajuan pendidikan siswa yang diarahkan pada tujuan pendidikannya selepas jenjang SMP. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah gambaran Orientasi Masa Depan Pendidikan siswa tersebut.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Orientasi Masa Depan yang dikemukakan oleh Nurmi, J.E, 1989, dan teori mengenai remaja oleh L. Steinberg, 1993.

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka metode yang digunakan adalah metode dekriptif dengan menggunakan teknik survei. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjawab masalah yang ada pada masa sekarang dengan menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Variabel dalam penelitian ini adalah Orientasi Masa Depan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas dua SMP”X” di Bandung. Sampel yang digunakan adalah sebagian populasi yang dipilih secara acak dan diperoleh 32 orang responden. Alat ukur yang dipergunakan adalah kuesioner Orientasi Masa Depan yang dilandasi oleh teori yang dikemukakan oleh Nurmi (1991), dan alat ukur dimodifikasi oleh peneliti untuk disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian. Nilai validitas alat ukur berkisar antara 0,300 – 0,631, dan nilai reliabilitas alat ukur adalah 0,6587. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan tabulasi silang. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan secara induktif.

Berdasarkan data yang ada, diperoleh hasil bahwa Orientasi Masa Depan pendidikan siswa SMP”X” Bandung dengan latar belakang status sosial ekonomi menengah kebawah tergolong cenderung jelas sebesar 59,3%. OMD siswa SMP”X” menjadi cenderung jelas dipengaruhi faktor lingkungan sebesar 62,5%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti memiliki saran kepada segala pihak, baik pemerintah khususnya departemen pendidikan, guru, orang tua, untuk bersedia memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa, baik secara moril maupun materi, agar anak-anak Indonesia dengan status ekonomi menengah dan menengah kebawah dapat tetap sekolah dengan rasa aman dari segi ekonomi, dan dapat meningkatkan semangat serta kemampuan belajarnya secara optimal, bagi masa depan pendidikannya.

Universitas Kristen Maranatha

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... . ix

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH... 1

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH... 10

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN... 10

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN... 10

1.4.1. Kegunaan Teoritis... 10

1.4.1. Kegunaan Praktis... 11

1.5. KERANGKA PEMIKIRAN... 11

1.6. ASUMSI PENELITIAN... 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN TENTANG ORIENTASI MASA DEPAN... 20

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan... 20

2.1.2 Ciri-ciri Orientasi Masa Depan... 21

2.1.3 Proses pembentukan Orientasi masa Depan... 21

2.1.4 Orientasi Masa Depan Sebagai Suatu Sistem... 29

Universitas Kristen Maranatha

(3)

2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi OMD... 31

2.1.6 Kehidupan Sosial dan Orientasi Masa Depan ... 34

2.1.7 Orientasi Masa Depan Jelas ... 35

2.1.8 Orientasi Masa Depan Pada Remaja... 36

2.2 TEORI MENGENAI REMAJA... 39

2.2.1 Tahap Perkembangan Remaja ... 39

2.2.2 Perubahan Pokok dan Ciri-ciri Masa Remaja... 40

2.2.3 Konteks Sosial Remaja... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN... 45

3.2 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPRASIONAL .... 46

3.3 ALAT UKUR... 46

3.3.1 Kuesioner Orientasi Masa depan Bidang pendidikan... 46

3.3.2 Kuesioner Penunjang... 50

3.4 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 51

3.4.1 Validitas Alat Ukur... 51

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 52

3.5 POPULASI SASARAN... 52

3.5.1 Karakteristik Populasi... 52

3.6 TEHNIK ANALISIS DATA... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN... 54

4.2 GAMBARAN HASIL ... 55

Universitas Kristen Maranatha

(4)

4.2.1 OMD Bidang Pendidikan Siswa SMP”X” Bandung... 55

4.2.2 Aspek-aspek OMD Bidang Pendidikan...56

4.2.2.1 Tabulasi Silang OMD dan Aspek Motivasi ... 56

4.2.2.2 Tabulasi Silang OMD dan Aspek Perencanaan...56

4.2.2.3 Tabulasi Silang OMD dan Aspek Evaluasi... 57

4.3 PEMBAHASAN... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN... 64

5.2 SARAN... 65

5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan... 65

5.2.2 Saran guna Laksana... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66

DAFTAR RUJUKAN... 67 LAMPIRAN

Universitas Kristen Maranatha

(5)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 4.1.1 : Distribusi Subjek ... 54

Tabel 4.2.1 : Distribusi Subjek Terhadap OMD ... 55

Tabel 4.2.2.1 : Tabulasi Silang OMD dan Aspek Motivasi ... 56

Tabel 4.2.2.2 : Tabulasi Silang OMD dan Aspek Perencanaan ... 56

Tabel 4.2.2.3 : Tabulasi Silang OMD dan Aspek Evaluasi ...57

Universitas Kristen Maranatha

(6)

DAFTAR BAGAN

HALAMAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran ... 18

Bagan 2.1. Orientasi Dalam Kaitan Dengan Ketiga Proses ... 23

Bagan 2.2. Struktur Kehidupan dan Orientasi Masa depan ... 35

Bagan 3.1. Skema Rancangan Penelitian ... 45

Universitas Kristen Maranatha

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Alat Ukur ... 1

Tabel Skor Responden ... 14

Tabel Data Tambahan ... 16

Validitas ... 22

Universitas Kristen Maranatha

(8)

A. Data Pribadi

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan 3. Tempat & Tgl.Lahir :

4. Anak ke ... dari...bersaudara.

5. Status tempat tinggal (pilih salah satu yang sesuai dengan keadaan diri adik) saat ini :

a. Tinggal dengan ayah dan ibu.

b. Tinggal dengan ayah saja (karena cerai / meninggal). c. Tinggal dengan ibu saja (karena cerai / meninggal). d. Tinggal dengan saudara (dari ibu / ayah).

e. Tinggal dengan kakek dan nenek (dari ibu / ayah). f. Tinggal dengan orang tua angkat.

g. Lainnya :... 6. Cita-cita :

7. Sekolah yang dipilih setelah tamat SLTP : 1... 2...

B. Data Orang Tua :

AYAH IBU

(9)

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini terdiri dari sekelompok pertanyaan yang berhubungan dengan pendapat serta pemikiran adik tentang rencana sekolah setelah tamat SMP. Jawaban yang adik berikan semua adalah benar sepanjang itu menggambarkan keadaan diri adik yang sebenarnya. Karena itu adik diharapkan dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan keyakinan pribadi.

Keterangan yang adik berikan bersifat RAHASIA, karena itu adik tidak perlu ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara terbuka dan jujur.

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang paling sesuai atau dengan mengisi uraian singkat pada bagian titik-titik di lembar jawaban yang telah disediakan.

Bila terjadi kesalahan dalam pengisian adik dapat membubuhkan coretan ganda pada jawaban yang telah diberi tanda silang, seperti contoh ; X, atau membubuhkan satu coretan vertikal untuk jawaban berupa uraian singkat.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan secara berurutan sesuai dengan penyajiannya. Jangan ada pertanyaan yang terlewati atau tidak dijawab.

Terima kasih atas kesediaan adik dalam mengisi kuesioner ini dan selamat bekerja.

Bandung, Juli 2007

(10)

1. Jika adik berpikir tentang kelanjutan sekolah (pendidikan) adik, pernyataan mana di bawah ini yang dapat menggambarkan keadaan adik sampai saat ini ?

1. Saya belum memikirkan hal-hal yang menyangkut pendidikan di masa mendatang.

2. Kadang-kadang saya berpikir pada beberapa kemungkinan mengenai pendidikan di masa mendatang.

3. Saya benar-benar serius mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang serius tentang pendidikan yang akan datang.

4. Saya sedang mempertimbangkan satu kemungkinan yang serius tentang pendidikan yang akan datang.

5. Setelah melihat berbagai kemungkinan tentang pendidikan di masa mendatang, saya memusatkan diri pada suatu kemungkinan secara serius.

2. Seberapa sering adik memikirkan tentang sekolah dan merencanakan sekolah mana yang akan dipilih setelah tamat SMP.

3. Seberapa pentingnya bagi adik untuk bisa diterima pada suatu sekolah SMA pilihan adik.

4. Dalam memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah di masa yang akan datang, manakah pernyataan berikut ini yang paling sesuai dengan adik ?

(11)

2. Ada banyak kemungkinan sekolah yang saya pikirkan dan semua mungkin untuk dipilih.

3. Ada beberapa banyak kemungkinan sekolah yang sudah saya pikirkan dan mungkin diambil.

4. Ada dua kemungkinan sekolah yang sudah saya pikirkan dan saya akan memilih salah satunya.

5. Saya sudah membuat satu keputusan sekolah mana yang akan saya tuju setelah tamat SMP nanti.

5. Sebenarnya apakah adik sudah mencari keterangan tentang berbagai sekolah SMA ? Seberapa seringnya adik berusaha mendapatkan keterangan-

keterangan itu ?

6. Menurut adik, seberapa banyak keterangan yang telah adik miliki tentang berbagai SMA ?

7. Jika adik memikirkan rencana-rencana sekolah yang akan datang, pernyataan mana di bawah ini yang paling sesuai dengan adik ?

1. Sudah jelas bagi saya untuk tidak melanjutkan sekolah setelah tamat SMP. 2. Cukup jelas bahwa saya tidak akan melanjutkan sekolah setelah tamat

SMP.

(12)

8. Jenis sekolah apa yang akan adik pilih setelah tamat SMP ? (pilih salah satu jawaban yang sesuai, jika tidak ada tulislah jawaban adik pada kolom titik- titik).

Melanjutkan ke...: 1. SMA

2. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) : - Tehnik - Industri - Dirgantara - Kelautan - ... 3. SMIP (Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata) 4. ...

9. Apabila adik sudah memilih program studi seperti yang telah adik tulis pada soal sebelumnya, persyaratan apa saja menurut adik yang dibutuhkan untuk menekuni bidang pendidikan tersebut. Pengetahuan atau kemampuan apa saja, serta sifat atau usaha orang yang bagaimana yang dibutuhkan untuk bidang pendidikan itu ?

Persyaratan pendidikan Persyaratan pribadi

10. Sejauh mana adik bertekat untuk mewujudkan rencana untuk dapat sekolah pada sekolah yang adik inginkan setelah tamat SMP nanti ?

(13)

3. Kadang-kadang terlintas untuk memikirkannya, kadang-kadang tidak. 4. Sudah mulai memikirkannya.

5. Saya sudah memikirkannya matang-matang.

11. Menurut perkiraan adik, sejauh mana rencana-rencana sekolah yang adik miliki akan terwujud ?

12. Menurut perkiraan adik, seberapa penting peran pendidikan bagi kehidupan adik di masa mendatang ?

13. Pada saat adik memikirkan tentang kelanjutan sekolah kelak, apakah adik bisa mengatakan bahwa sebenarnya adik telah melakukan sesuatu yang bisa

14. Apa yang telah adik lakukan sehubungan dengan rencana kelanjutan sekolah setelah tamat SMP kelak?

(14)

15. Apalagi yang bisa adik lakukan untuk menunjang tercapainya tujuan-tujuan agar dapat pendidikan pada sekolah pilihan adik?

... ... ...

16a. Seberapa besar pengaruh kemampuan pribadi, seperti kecerdasan dan prestasi sekolah yang adik miliki terhadap tercapainya rencana yang berkaitan dengan kelanjutan sekolah setelah tamat SMP?

16b. Seberapa besar pengaruh usaha pribadi yang adik lakukan seperti belajar, les, ekstrakulikuler, dan lain-lain terhadap perwujudan dari rencana-rencana yang berhubungan dengan kelanjutan sekolah setelah tamat SMP?

16c. Seberapa besar pengaruh orang lain seperti guru, orang tua, adik, atau teman- teman terhadap perencanaan adik sehubungan dengan kelanjutan sekolah setelah tamat SMP?

(15)

1

16e. Seberapa besar pengaruh kondisi ekonomi, rumah dan situasi keluarga terhadap perencanaan adik sehubungan dengan kelanjutan sekolah setelah tamat SMP?

16f. Seberapa besar pengaruh keberuntungan terhadap perencanaan adik sehubungan dengan kelanjutan sekolah setelah tamat SMP?

1

1. Saya percaya bahwa saya akan mampu menghadapi masalah yang terjadi sehingga segala sesuatu akan berjalan dengan baik.

2. Umumnya saya dapat menghadapi masalah dengan baik walaupun ada beberapa kesulitan kecil.

3. Pada saat tertentu segala sesuatu akan berjalan baik pada saat yang lain kurang baik.

4. Adakalanya segala sesuatu tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan walaupun ada juga beberapa keberhasilan.

(16)

18. Perasaan apa yang muncul pada saat adik memikirkan tentang kelanjutan sekolah di masa yang akan datang ? Lihatlah tiap pasangan kata dan berikan tanda X dekat pada kata yang lebih sesuai dengan perasaan adik.

Ketakutan Harapan

Perasaan negatif Perasaan positif

Suasana hati yang tidak menyenangkan

Suasana hati yang

menyenangkan

Putus asa Antusiasme

Ketakutan Keberanian

(17)

1. Pilihlah pernyataan berikut ini dengan cara memberi tanda X (silang) pada simbol kotak yang telah tersedia (boleh memilih lebih dari satu, sesuai dengan keadaan adik yang sebenarnya) atau mengisi bagian titik-titik, jika semua pernyataan tidak menggambarkan keadaan diri adik yang sebenarnya.

a. Rumah yang ditempati sekarang adalah : □ Rumah sendiri.

□ Rumah kontrakan.

□ Rumah keluarga dari ayah/ibu. □ Lainnya...

b. Jika rumah sendiri, isilah pertanyaan berikut : sudah berapa lamakah adik tinggal di rumah tersebut dan bagaimanakah rumah itu diperoleh (dibeli atau warisan)?... ... c. Bagaimanakah keadaan rumah yang ditempati sekarang ?

□ Kecil, dengan 1 sampai 2 kamar. □ Sedang, dengan 2 sampai 4 kamar. □ Besar, dengan lebih dari 4 kamar. □ Bertingkat.

□ Tidak bertingkat.

d. Di rumah, kendaraan yang dimiliki oleh orang tua adik adalah ? □ Mobil

□ Motor □ Tidak ada.

(18)

2. Menurut adik, apakah orang tua adik mampu membiayai sekolah sampai di sekolah yang adik inginkan ataupun sampai cita-cita adik tercapai ? ... ... ... ...

3. Hal apakah yang sering dilakukan orang tua adik yang berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah, misalnya sering atau tidak pernah menyuruh belajar atau mengerjakan PR, atau menanyakan nilai ulangan, ataupun membantu belajar atau mengerjakan PR di rumah? (ceritakan sesuai apa yang dialami adik secara lengkap) !... ... ... ...

4. Hal apa sajakah yang sering dilakukan guru di sekolah agar adik dan teman-teman rajin belajar ? ... ... ...

5. Apakah guru di sekolah sering memberikan tugas-tugas atau PR ? bagaimana perasaan adik senang atau tidak senang diberi PR ? (jelaskan alasannya) ... ... ...

(19)

7. Ceritakan tentang hal apa sajakah yang biasanya dilakukan adik saat di rumah, sejak pulang sekolah sampai dengan malam hari ? ... ... ... ...

8. Apakah adik sering membicarakan dengan teman adik tentang sekolah-sekolah untuk lulusan SMP ? Jika taman memberikan pendapat agar adik melanjutkan pendidikan pada sekolah yang mereka anggap baik, apakah adik menyetujuinya ?... ... ... ...

9. Menurut adik pendapat siapa yang lebih penting untuk didengar jika mereka (orang tua, teman, guru, tetangga, kakak kelas, atau saudara) memberikan pendapat yang bertujuan membantu adik dalam memilih sekolah setelah tamat SMP kelak ?... ... ...

10. Menurut adik, apakah adik tergolong anak yang pandai, ataukah sering meng-alami kesulitan untuk mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru ?... ... ...

(20)

12. Apakah cita-cita adik yang sebenarnya, menurut adik apakah adik bisa mencapai cita-cita itu (jelaskan beserta alasannya) ?... ... ... ...

13. Setelah tamat SMP nanti, apakah adik akan melanjutkan sekolah ? Jika ya, sekolah mana yang menjadi pilihan adik (boleh lebih dari satu, jelaskan beserta alasannya) ?... ... ...

(21)
(22)

64 79 80 95 Tidak Jelas Jelas

Keterangan :

(23)

TABEL DATA TAMBAHAN

Tabel 1. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan OMD

Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin

OMD % % Total

Jelas 10 52,6 9 47,4 100%

Tidak jelas 7 53,8 6 46,2 100%

Tabel 2. Tabulasi Silang Usia dan OMD

11 – 14 Tahun 15 -18 tahun

Usia

OMD % % Total

Jelas 8 42,1 11 57,9 100%

Tidak Jelas 5 38,5 8 61,5 100%

Tabel 3. Tabulasi Silang Jumlah Orang Tua Yang Bekerja dan OMD

Satu Orang Tua

Bekerja

Kedua Orang Tua

Bekerja Jmlh Ortu Bekerja

OMD % %

Total

Jelas 16 84,2 3 15,8 100%

(24)

Tabel 4. Tabulasi Silang Latar Belakang Menentukan Pilihan Sekolah

Tabel 5. Tabulasi Silang Bentuk Bantuan Orang Tua dan OMD

(25)

Tabel 6. Tabulasi Silang Pekerjaan Orang Tua dan OMD

Tabel 7. Tabulasi Silang Jumlah Pilihan Sekolah dan OMD

(26)

Tabel 8. Tabulasi Silang Kondisi Ekonomi Orang Tua dan OMD

A

(Kurang)

B

(Menengah)

C

(Cukup) Kondisi

Ekonomi

Ortu

OMD ∑ % ∑ % ∑ %

Total

Jelas 3 15,8 12 63,2 4 21 100%

Tidak Jelas 7 53,8 4 30,8 2 15,4 100%

Keterangan Tabel 9 :

A (Kurang)... : sering mengalami kesulitan dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari, membayar listrik, PDAM, biaya sekolah, serta sebagian besar belum memiliki tempat tinggal pribadi (mengontrak atau menumpang dengan saudara).

B (menengah).... : sebagian kecil sudah memiliki tempat tinggal pribadi, memiliki kendaraan roda dua namun masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah anak-anaknya.

(27)

Tabel 9. Tabulasi Silang Pengaruh lingkungan Terhadap Pengambilan

Keputusan Sekolah Yang Menjadi Pilihan dan OMD

Pengaruh

Lingkungan

(Ortu, teman,

saudara)

Keputusan pribadi Pengaruh

lingkungan

OMD ∑ % ∑ %

Total

Jelas 12 63,2 7 36,8 100%

Tidak Jelas 8 61,5 5 38,5 100%

Tabel 10. Tabulasi Silang Keinginan Untuk Melanjutkan Sekolah Selepas

Jenjang SMP dan OMD

Melanjutkan Ragu-ragu Tidak

Melanjutkan Keinginan

Melanjutkan

Sekolah

OMD % % %

Total

Jelas 19 100 - - - - 100%

(28)

Tabel 11. Sikap Pesimis, Optimis Terhadap Tujuan Yang Ingin Dicapai

dan OMD

Pesimis Optimis

Sikap

OMD

% %

Total

Jelas - - 19 100 100%

Tidak Jelas 9 69,2 4 30,8 100%

Tabel 12. Tabulasi Silang Penilaian Positif , Negatif Tentang Kemampuan

Ekonomi Orang Tua Untuk Melanjutkan Sekolah dan OMD

Negatif Positif

Penilaian

OMD

% %

Total

Jelas 5 26,3 14 73,7 100%

(29)

VALIDITAS

NO. ITEM VALIDITAS ITEM KETERANGAN

1 0.523 Diterima

2 0.501 Diterima

3 0.622 Diterima

4 0.498 Diterima

5 0.501 Diterima

6 0.561 Diterima

7 0.485 Diterima

8 0.601 Diterima

9 0.476 Diterima

10 0.475 Diterima

11 0.397 Direvisi

12 0.613 Diterima

13 0.591 Diterima

14 0.631 Diterima

15 0.396 Direvisi

16 . a 0.498 Diterima

b 0.467 Diterima

c 0.333 Direvisi

d 0.314 Direvisi

e 0.298 Direvisi

f 0.307 Direvisi

17 0.401 Diterima

18 . a 0.422 Diterima

b 0.377 Direvisi

c 0.416 Diterima

d 0.486 Diterima

(30)

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusianya, untuk itu pula Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan sumber daya manusia berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas tidak terlahir dengan sendirinya, butuh dukungan dan kerjasama banyak pihak diantaranya adalah para ahli, guru, dan orang tua. Adapun salah satu sarana yang dapat mendukung terwujudnya sumber daya manusia berkualitas melalui pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan formal, yaitu sekolah.

Lembaga pendidikan formal pada umumnya bertujuan menyediakan suatu lingkungan yang memungkinkan bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga diharapkan siswa dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat (Radar, 13 Februari 2004, hal.5). Melalui lembaga pendidikan formal inilah beragam pengetahuan diperkenalkan sejak pada tingkat dasar. Melalui bekal pengetahuan tersebut, diharapkan siswa dapat mempelajarinya dengan sungguh-sungguh melalui banyak latihan dan mencari informasi yang lebih banyak lagi dari berbagai media, dapat menjadi bekal bagi siswa untuk mencapai prestasi yang baik, yang penting bagi masa depan.

(31)

Masa depan penting untuk dipikirkan sejak dini. Antisipasi seseorang tentang masa depannya merupakan bentuk penggambaran orientasi masa depan secara sederhana. Kapan seseorang menyelesaikan sekolah, kapan seseorang menikah, dan dimana seseorang akan bekerja, merupakan suatu bentuk orientasi masa depan. Orientasi masa depan seseorang khususnya pada bidang pendidikan berisikan mengenai; sampai tingkat mana seseorang akan menempuh pendidikan, bidang pendidikan apa yang akan ditempuh, dan lembaga pendidikan yang bagaimana yang menjadi pilihan sekolahnya kelak. Dengan kata lain, antisipasi seseorang tentang sekolah apa yang dipilih setelah tamat SMP merupakan suatu bentuk orientasi masa depan bidang pendidikan.

Penelitian ini dilakukan pada salah satu sekolah swasta di kota Bandung. Siswa yang bersekolah pada SMP”X” 95%nya adalah siswa yang bermasalah dalam prestasi belajar. Secara keseluruhan, jumlah kelas pada tiap tingkat terdiri atas tiga kelas dengan rata-rata siswa pada tiap kelasnya berkisar antara 30 sampai 40 orang. Lebih khusus siswa kelas dua SMP”X” yang menjadi sampel penelitian berjumlah 32 orang, yang berasal dari keluarga dengan latar belakang status ekonomi menengah dan menengah kebawah. Pekerjaan orang tua siswa tersebut adalah sebagai berikut; 31,3% anak dengan pekerjaan orang tua yang tidak tetap, pengangguran dan pensiunan, 28,1% buruh pabrik, 15,6% pedagang sayur dan makanan, 15,6% PNS, yaitu guru dan TNI, dan sisanya 6,3% supir, serta 3,1% rohaniawan.

Status sosial ekonomi orang tua menjadi penting untuk dicermati dalam kaitannya dengan Orientasi Masa Depan siswa, karena status sosial ekonomi

(32)

berpengaruh terhadap Orientasi Masa Depan siswa. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh status sosial ekonomi terhadap minat remaja menunjukkan bahwa kehidupan masa depan bidang pekerjaan mendominasi pikiran remaja kelas bawah sedangkan remaja kelas menengah lebih teratarik pada pendidikan karier, dan kegiatan diwaktu senggang ( Nurmi, 1989).

Siswa dengan latar belakang status sosial ekonomi menengah dan menengah kebawah adalah salah satu ciri yang menonjol pada SMP ini. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4,5% dari 32 orang tua siswa kelas dua diperoleh data bahwa hanya 21,9% orang tua yang menyatakan sangat peduli akan prestasi belajar anak-anaknya, dan 79,1% orang tua menyatakan bahwa mereka senang jika anaknya mendapatkan prestasi di sekolah, adapun perihal yang berkaitan tentang bagaimana memperoleh prestasi tersebut sepenuhnya tergantung usaha anak. Data tersebut menggambarkan bahwa 79,1% siswa dari 32 orang siswa kurang mendapat dukungan belajar dari orang tuannya, yang dapat mempengaruhi Orientasi Masa Depan siswa. Hal yang menjadi penting bagi 79,1% orang tua siswa tersebut adalah anaknya dapat sekolah, kemudian bisa bekerja dan memperoleh uang untuk membantu mereka serta demi masa depan anak-anaknya. Kegiatan rutin di luar rumah untuk mencari nafkah adalah hal utama bagi orang tua siswa SMP”X”. Tugas belajar sepenuhnya merupakan tanggungjawab siswa, orang tua bertanggungjawab memberikan biaya sekolah. Orang tua mengharapkan anaknya lulus tepat pada waktunya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 9,8% dari 102 siswa kelas dua SMP”X” Bandung, diperoleh fakta bahwa seluruh siswa kelas dua

(33)

SMP yang diwawancarai sudah mulai memikirkan tentang sekolah yang akan dituju setelah tamat SMP. Menurut Bandura (dalam Nurmi, 1989), orientasi masa depan merupakan cara seseorang memandang masa depan. Orientasi masa depan adalah ciri perilaku yang mempunyai tujuan. Dengan semangat belajar yang tinggi, akan menjadikan lebih terarahnya perilaku belajar siswa yang akan mempengaruhi Orientasi Masa Depannya menjadi lebih terarah. Oleh karena itu orientasi masa depan bidang pendidikan penting untuk dimiliki siswa sedini mungkin.

Pentingnya remaja mempersiapkan diri merencanakan masa depan, sangat berguna untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin muncul di kemudian hari. Sehingga dengan Orientasi Masa Depan jelas, diharapkan remaja dapat mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam mewujudkan tujuan masa depan pendidikannya.

Remaja yang tinggal bersama orang tuanya, pada umumnya sudah mempunyai rencana masa depan, memilih pendidikan yang akan dijalani untuk sampai pada pekerjaan yang diingininya (Henderson & Dweck, 1990 dalam Steinberg, 1993). Hal ini terjadi dimungkinkan karena siswa yang tinggal bersama orang tua memiliki fasilitas memadai seperti biaya, peralatan dan dukungan serta pengarahan, sehingga dirinya termotivasi, terbantu untuk merencanakan, serta mampu mengevaluasi rencana-rencana masa depan yang terbaik.

Ternyata pada kenyataannya, tidak semua siswa yang tinggal bersama orang tuanya memiliki fasilitas memadai. Masih banyak diantara mereka yang

(34)

harus sekolah dengan fasilitas seadanya. Hal ini menjadikan mereka hanya bisa membayar uang sekolah saja. Kebutuhan akan buku cetak, kesempatan untuk mengikuti les atau bimbingan belajar tidak dapat diperoleh karena kondisi ekonomi orang tua yang tidak memadai. Bahkan kosentrasi dalam menerima pelajaran menjadi terganggu yang diakibatkan terpecahnya pemikiran antara belajar dan membantu pekerjaan orang tua, serta keletihan setibanya di sekolah. Kondisi inilah yang kerap dialami oleh sebagian besar siswa remaja SMP”X”, yang kemudian dipercaya menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 66,7% dari 9 orang guru wali kelas SMP”X” , dikatakan bahwa pihak guru merasa kesulitan untuk mengajak para orang tua bekerjasama menyelesaikan permasalahan belajar siswa didiknya. Diantaranya yaitu ketidak hadiran orang tua dalam memenuhi undangan guru di sekolah, sikap orang tua cenderung acuh terhadap prestasi belajar siswa, kurangnya dukungan untuk memotivasi siswa agar dapat belajar dengan giat, dan memberikan gambaran serta harapan yang berkaitan dengan masa depan pendidikannya. Kondisi yang kurang menguntungkan yang terjadi pada siswa SMP”X” kenyataannya harus tetap dihadapi, sejalan dengan keinginan orang tua agar siswa lulus sekolah sesuai waktunya.

Menurut hasil wawancara lanjutan terhadap guru wali kelas tersebut, diperoleh informasi bahwa saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung sebagian besar siswa sulit untuk dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh para guru, sehingga kepada mereka harus diterangkan beberapa kali. Selain

(35)

daripada itu guru juga mengalami kesulitan dalam memberikan materi pelajaran karena masih banyaknya siswa yang ‘melamun’, tidak dapat kosentrasi ketika menerima pelajaran. Jika diberikan pekerjaan rumah (PR) masih banyak siswa yang tidak mengerjakannya dengan berbagai macam alasan. Perilaku seperti ‘melamun’ saat guru menerangkan pelajaran, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, merupakan kecenderungan dari kurangnya minat siswa untuk mencapai tujuan pendidikan mereka, sedangkan kondisi ideal mengharapkan mereka memiliki tujuan pendidikan yang jelas, dengan disertai perencanaan yang matang.

Berdasarkan hasil pendekatan guru terhadap siswa didiknya diperoleh fakta bahwa hilangnya keinginan untuk belajar dengan giat karena siswa tidak tahu apakah kelak dapat melanjutkan sekolah atau tidak, serta berbagai pertanyaan seperti apakah sekolah dapat membantu atau merubah nasib mereka.

Secara umum seorang individu memiliki kemampuan untuk memikirkan diri mereka sendiri, mempunyai cita-cita yang merupakan salah satu bentuk antisipasi terhadap masa depan. Bentuk antisipasi tersebut dapat sederhana, realistik atau tidak realistik, yang bersumber dari diri mereka sendiri atau adanya kontrol dari lingkungannya (Nurmi, 1989). Dengan demikian pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk membuat orientasi masa depannya menjadi jelas, termasuk orientasi masa depan pendidikannya.

Peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa kelas dua pada SMP tersebut. Dari 10 orang siswa yang diwawancara, diperoleh data bahwa delapan siswa, atau sebanyak 80% siswa menyatakan akan melanjutkan sekolah pada jenjang selanjutnya setelah tamat SMP, dan dua atau sebanyak 20%

(36)

siswa menyatakan tidak akan melanjutkan sekolah setelah tamat SMP. 80% dari 10 orang siswa yang menyatakan akan melanjutkan sekolah pada jenjang SMA, semuanya menyatakan bahwa belum mencari informasi yang pasti tentang sekolah yang dipilih, baik itu dari guru mereka sekarang, dari guru yang mengajar atau yang bekerja pada SMA yang mereka maksud, maupun dari orang tua dan dari orang dewasa lainnya yang keterangannya dapat dipercaya. Selama ini mereka memperoleh informasi hanya dari teman sekelas dan kakak kelas. Mereka hanya mengetahui sedikit tentang sekolah yang mereka pilih.

Diperoleh pula data bahwa 80% dari 10 orang siswa yang menyatakan akan melanjutkan sekolah, seluruh siswa menyatakan tidak mempunyai rencana khusus untuk bisa diterima pada sekolah yang menjadi pilihan mereka. Mereka menyatakan akan belajar seperti biasanya. Namun cara belajar yang mereka lakukan beragam, ada yang menyatakan cukup belajar seorang diri di rumah, ada yang menyatakan selain belajar seorang diri terkadang ia juga belajar dengan temannya jika ada pelajaran yang susah, dan ada yang menyatakan lebih senang belajar di kelas, karena bisa bertanya dengan guru langsung.

Berdasarkan siswa yang menyatakan akan melanjutkan sekolah, juga diperoleh data bahwa seluruhnya menyatakan sekolah yang mereka pilih adalah atas keinginan mereka. Penilaian mereka memilih suatu sekolah tertentu didasarkan atas pertimbangan yang beragam, diantaranya karena sekolah itu dekat dari rumah sehingga bisa hemat ongkos, karena pelajaran di sekolah itu tidak terlalu susah, ataupun karena pertimbangan uang SPP yang dapat dijangkau. Namun ada juga yang menyatakan akan memilih sekolah dengan standar pelajaran

(37)

yang lebih tinggi dari sekolah yang sekarang dimana hal tersebut merupakan tantangan baru baginya. Diperoleh data lanjutan bahwa 80% dari 10 orang siswa yang menyatakan akan melanjutkan sekolah, hanya 20% siswa yang menyatakan memiliki pilihan cadangan sekolah jika tidak diterima di sekolah pilihan pertamanya, sedangkan 60% sisanya menyatakan masih bingung tidak tahu akan sekolah dimana jika tidak diterima di sekolah pilihan mereka.

Diperoleh pula data bahwa 20% dari 10 orang siswa yang menyatakan tidak akan melanjutkan sekolah setelah tamat SMP, menyatakan tidak melanjutkan sekolah karena tidak memiliki biaya, walaupun sebenarnya ingin. Siswa tersebut menyatakan setelah tamat SMP akan membantu orang tuanya berjualan, untuk meringankan beban orang tua.

Belajar giat merupakan motivator bagi tercapainya tujuan pendidikan siswa. Ketika ditanya pendapatnya tentang perasaannya saat diharuskan belajar lebih giat mengingat mereka akan menghadapi ujian kenaikan kelas; 80% dari 10 orang siswa tersebut mengatakan dengan cara yang berbeda yang pada intinya menjelaskan bahwa mereka malas belajar. Berbagai macam pernyataan tentang alasan mereka malas belajar diantaranya karena pelajarannya susah, tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru, karena sedang tidak ’mood’, tidak suka dengan pelajarannya, gurunya tidak disenangi, galak, dan ada juga yang menyatakan ia malas belajar karena ia harus membantu orang tuanya berjualan di pasar, serta ada pula yang menyatakan tidak ada keinginan untuk belajar karena lelah. Sisanya, 20% lagi menyatakan bahwa ia harus tetap belajar dengan giat

(38)

semampunya, dengan memperhatikan dengan sungguh pelajaran yang diterangkan guru, dan bertanya jika tidak mengerti.

Peneliti juga memperoleh fakta bahwa sebagian besar guru SMP”X” sering melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan anak didiknya. Memberikan nasihat untuk senantiasa belajar dengan giat, memberikan masukan kepada siswa untuk berusaha lebih tekun dalam belajar, berusaha memberikan perhatian dan solusi bagi permasalahan pendidikan anak didiknya adalah usaha yang sering mereka lakukan. Namun tidak sedikit pula terdapat guru yang merasa putus asa dengan usaha mereka, yang menjadikan mereka tidak dapat berharap banyak akan kemajuan belajar siswa didiknya.

Dengan kondisi sikap dan perilaku siswa yang cenderung kurang peduli terhadap pelajaran. Keadaan ekonomi yang kurang mendukung bagi kemajuan belajar. Sikap dan perilaku orang tua yang kurang memberikan bantuan dalam belajar, serta kurangnya tuntutan pendidikan yang diharapkan dapat memotivasi kemampuan belajar siswa yang akan mempengaruhi orientasi masa depan pendidikannya, membuat siswa remaja pada SMP”X” tersebut sekolah dengan prestasi yang memprihatinkan.

Dilain pihak, berdasarkan hasil wawancara yang telah dijelaskan di muka diperoleh fakta bahwa ternyata dengan kondisi yang buruk sekalipun siswa-siswi remaja ini masih memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yaitu SMA, dan fakta ini ditemukan pada seluruh siswa yang diwawancarai oleh peneliti.

(39)

Berdasarkan fakta yang diperoleh dan telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP “X” Bandung.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah yang ingin diteliti adalah bagaimanakah Orientasi Masa Depan bidang pendidikan pada siswa SMP “X” Bandung.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bermaksud memperoleh data mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan siswa SMP “X” Bandung.

Tujuannya adalah agar mengetahui gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMP “X” Bandung.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoretis :

ƒ Untuk menambah informasi dalam bidang Psikologi Pendidikan dan

Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan dan perkembangan masa remaja.

(40)

ƒ Untuk memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berminat

melakukan penelitian pada topik yang sama.

1.4.2 Kegunaan Praktis :

ƒ Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan guru tentang

pentingnya pemahaman Orientasi Masa Depan khususnya bidang pendidikan, sehingga dapat lebih efektif dalam menentukan pendidikan pada siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

ƒ Bagi siswa SMP khususnya di SMP “X” Bandung, diharapkan hasil

penelitian ini memberikan informasi mengenai pentingnya orientasi masa depan yang perlu dipersiapkan sejak dini, dan meningkatkan kesadaran untuk merubah perilaku belajar agar lebih tekun dan giat yang dapat mempengaruhi orientasi masa depannya.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. L.Steinberg (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu periode transisi, secara biologis, psikologis yaitu kognitif dan emosi, sosial dan ekonomi berkembang, berubah dari ketidakmatangan dari anak-anak menjadi matang menjadi dewasa. Masa remaja ini berkisar antara usia 11 sampai 21 tahun. (Kagan and Cole; Keniston; Lipsitz, dalam L.Steinberg, 1993).

(41)

Pada masa remaja perlahan-lahan anak mulai meninggalkan kebiasaannya dimasa kanak-kanak untuk berangsur-angsur menjadi seorang yang lebih matang. Kemampuan berpikir pada remaja semakin bertambah, menjadi lebih pintar dibandingkan dengan anak-anak. Steinberg (1993) menjelaskan cara berpikir remaja yang berubah menjadi lebih abstrak dan hipotetis, akan mempengaruhi bagaimana remaja memandang dirinya sendiri, hubungannya dengan teman-teman dan hubungannya dengan lingkungan. Remaja juga semakin mampu berpikir logis mengenai masa depannya, mengenai politik, agama dan filosofi. Remaja mampu memahami apa yang sedang dan apa yang akan terjadi, sehingga membantunya untuk merencanakan dan menetapkan masa depannya (Nurmi, 1989).

Beberapa bidang kehidupan dimasa depan yang seringkali menjadi pusat perhatian remaja, diantaranya adalah masalah yang berkaitan dengan kelanjutan pendidikan yang akan mereka tempuh di masa depan (Nurmi, 1991). Orientasi masa depan pendidikan berkaitan erat dengan kesiapan/antisipasi individu untuk menghadapi masa depan pendidikannya. Untuk menghadapi masa depan itulah, baik secara langsung ataupun tidak langsung remaja dituntut mempersiapkan diri merencanakan masa depan guna mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin muncul di kemudian hari (Nurmi, 1989).

Pada dasarnya setiap remaja mempunyai pandangan yang positif terhadap pendidikan. Hal ini disebabkan karena remaja menyadari bahwa pendidikan merupakan jalan untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan mereka. Dimana pandangan tersebut menjadikan minat, perencanaan, dan aspirasinya adalah

(42)

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dimasa depan (Thrommsdrof,1983).

Status sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap orientasi masa depan remaja. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh status sosial ekonomi terhadap minat, remaja menunjukkan bahwa kehidupan masa depan bidang pekerjaan mendominasi pikiran remaja kelas bawah, sedangkan remaja kelas menengah cenderung lebih tertarik pada pendidikan, karier, dan kegiatan diwaktu senggang. Perencanaan masa depan remaja kelas bawah lebih sempit dibandingkan dengan remaja kelas atas (Nurmi, 1989). Menurut Brock & Ggludice (1963), remaja yang memiliki dukungan ekonomi yang memadai akan memiliki orientasi masa depan yang cukup jauh ke masa depan.

Orientasi masa depan menurut Bandura (dalam Nurmi, 1989), merupakan cara seseorang memandang masa depan. Orientasi masa depan adalah ciri perilaku yang mempunyai tujuan. Orientasi Masa Depan terdiri atas tiga proses yang saling berinteraksi, yakni; motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Motivasi berkaitan dengan minat, perhatian dan tujuan tentang masa depan. Didalam motivasi terkandung konsep ideal self, sebagai suatu tujuan hidup yang memberikan standar nilai atau tingkah laku bagi individu tersebut. Dalam proses tersebut seorang remaja diharapkan memiliki tujuan pendidikan yang akan ditempuhnya kelak, berupaya mencari informasi tentang lembaga pendidikan yang akan dipilih, dan merasa tertarik untuk mengetahui segala sesuatu tentang sekolah tersebut. Proses berikutnya yaitu perencanaan. Pada proses ini, remaja berusaha merealisasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai

(43)

tujuan yang telah ditetapkan, yaitu mulai menyusun strategi dan rencana agar keinginannya untuk meneruskan studi pada lembaga pendidikan yang dipilih dapat tercapai. Rencana disusun secara matang dengan menentukan sub tujuan yang lebih mungkin dapat dilakukan pada saat ini, misalnya seorang siswa kelas dua SMP memilih SMA”X” yang merupakan sekolah unggulan sebagai tujuannya. Saat ini siswa tersebut akan mengikuti ujian kenaikan kelas, maka ia berupaya belajar dengan giat, menambah jam belajarnya di rumah, mengikuti les bimbingan belajar di tempat yang menerapkan metode belajar mengajar yang mudah dimengerti dan mengutamakan peningkatan kemampuan dan hasil belajar yang tinggi, sebagai upaya untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu sekolah pada SMA yang menjadi pilihannya. Selain daripada itu, upaya untuk mengumpulkan informasi tentang sekolah yang diminati, juga merupakan suatu bentuk aspek perencanaan dalam usaha merealisasikan tujuannya..

Dalam mewujudkan tujuan sebaiknya siswa memiliki banyak pilihan rencana untuk kemudian menentukan mana yang paling tepat. Rencana yang disusun dapat dimodifikasi jika dinilai tidak tepat, dalam menopang usahanya mencapai tujuan. Nurmi (1991) mengungkapkan bahwa, penyusunan rencana mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk merealisasikan tujuan didasari oleh knowledge, plans dan realization. Knowledge berkaitan dengan pembentukan sub-sub tujuan. Pembentukan sub-sub tujuan adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhir. Untuk membentuk sub-sub tujuan dibutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

(44)

Seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.

Setelah selesai pada proses perencanaan, siswa kemudian melakukan proses evaluasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan dan rencana yang telah dibuat sebelumnya yang sedikit banyak telah dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan siswa dimaksudkan untuk dapat memberikan kesimpulan tentang apakah ia akan meneruskan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut, ataukah ia harus berhenti untuk kemudian mengubah tujuan yang akan dicapai semula dengan tujuan yang baru dikarenakan tujuan tersebut tidak dapat dicapai dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki. Setelah dinilai atau dievaluasi ternyata mengharuskan untuk munculnya tujuan baru, maka proses tersebut secara tidak langsung berulang sampai tujuan tersebut tercapai.

Dengan motivasi / minat yang tinggi terhadap kelanjutan pendidikannya idealnya seorang siswa berusaha mengumpulkan banyak informasi tentang sekolah-sekolah mana yang akan menjadi tujuannya sesuai dengan minat dan kemampuannya, hal ini akan mempermudah siswa dalam membuat rencana yang lebih terarah pada pencapaian tujuan. Dengan penyusunan rencana yang lebih terarah, siswa juga telah memiliki antisipasi terhadap hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam pencapaian tujuan dan faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dalam pencapaian tujuan. Nurmi (1989), menjelaskan bahwa tahap-tahap tersebut tidak berdiri sendiri melainkan akan saling berinteraksi didalam diri individu.

(45)

Untuk memperoleh peluang yang lebih besar agar dapat diterima pada sekolah yang menjadi pilihannya, siswa remaja ini perlu membuat orientasi masa depannya menjadi jelas. Orientasi masa depan pendidikan siswa remaja dapat menjadi tidak jelas karena berbagai faktor. Nurmi (1991), mengungkapkan bahwa remaja yang mempunyai orientasi masa depan pendidikan yang jelas akan mempunyai motivasi (minat) yang kuat dalam menentukan tujuan pendidikan. Penyusunan perencanaan mereka akan masa depan juga terarah. Mereka menyadari potensi yang mereka miliki, mereka juga memiliki antisipasi terhadap hambatan yang mungkin dihadapi dimasa depan. Akibatnya penilaian mereka untuk terwujudnya tujuan terhadap faktor-faktor apa saja yang sekiranya dapat mendukung atau menghambat terwujudnya tujuan dimasa depan menjadi jelas dan realistis.

Sebelum orientasi masa depan terbentuk, menurut Trommsdroff (1983) terdapat empat hal yang turut berperan dan mempengaruhi orientasi masa depan pendidikan yaitu ; pengaruh dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning, dan proses interaksi. Pertama berkaitan dengan pengaruh dari tuntutan situasional, maksudnya orientasi masa depan individu sangat dipengaruhi oleh situasi sekarang dan situasi dimasa mendatang. Dalam hal ini remaja dituntut untuk menyusun orientasi masa depan pendidikan yang harus disesuaikan dengan situasi saat ini dan dimasa mendatang. Remaja hendaknya dapat menyusun struktur orientasi masa depan dengan yang lebih realistik dan lebih mungkin dapat dicapai jika tujuan masa datang sulit untuk dicapai. Kedua berkaitan dengan pengaruh dari kematangan kognitif, dijelaskan

(46)

oleh Keatin dalam L. Steinberg (1983), bahwa; kemampuan berpikir pada remaja semakin bertambah, menjadi lebih pintar dibandingkan dengan anak-anak. Remaja mampu untuk berpikir secara realistis tentang apa yang mungkin dan mampu dilakukan. Remaja juga mampu berpikir secara abstrak. Selama masa remaja, individu lebih sering memikirkan proses dari berpikir itu sendiri dan dalam memikirkan tentang sesuatu, remaja mampu berpikir secara multi dimensional. Kematangan kognitif dapat digunakan remaja dalam menyusun strategi atau perencanaan orientasi masa depan pendidikannya. Selain itu, dengan kematangan kognitif diharapkan remaja dapat membuat berbagai alternatif tindakan yang telah direncanakan jika menghadapi suatu hambatan dalam pencapaian tujuannya. Ketiga berkaitan dengan pengaruh dari faktor social learning. Dalam hal ini pengalaman belajar yang dialami dalam lingkungan sosial; lingkungan keluarga dan sekolah, akan berpengaruh terhadap aspek-aspek kognitif; motivasi dan afeksi dari orientasi masa depan. Keempat proses interaksi, hal ini berkaitan dengan proses interaksi antara individu dengan lingkungan secara timbal balik dalam hubungannya dengan orientasi masa depan. Siswa remaja membutuhkan motivasi dari lingkungan yang akan menumbuhkan harapan-harapan dalam dirinya, mengingat harapan-harapan dari lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap orientasi masa depan pendidikannya. Sebaliknya bagaimana lingkungan akan memberikan pengetahuan dan motivasi yang dibutuhkan siswa tergantung pada sikap dan perilaku mereka dalam memandang pendidikan

(47)

Orientasi masa depan pendidikan remaja juga dapat menjadi tidak jelas karena lemahnya tuntutan dari lingkungan, dalam hal ini yaitu orang tua dan guru, yang sebenarnya sangat dibutuhkan sebagai motivator bagi remaja untuk lebih meningkatkan kemampuan belajarnya. Ketidak jelasan orientasi masa depan pendidikan siswa remaja juga dapat disebabkan pengaruh dari proses belajar yang buruk dari teman sebaya tentang sikap dan perilakunya terhadap pelajaran, ataupun dapat disebabkan karena proses interaksi dengan lingkungan yang cenderung kurang baik dan tidak lancar dalam menumbuhkan harapan-harapan sebagai motivator untuk lebih maju dalam pendidikan sekolahnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memperjelas kerangka pemikiran dapat dilihat dalam skema berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi OMD : 1. pengaruh dari tuntutan situasi

2. kematangan kognitif

3. pengaruh dari social learning 4. proses interaksi

- status sosial ekonomi

Motivasi

Skema 1.1. Kerangka Pemikiran

(48)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengasumsikan bahwa :

1. Faktor ekonomi, pengaruh teman sebaya, peran serta orang tua serta guru berpengaruh terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan siswa.

2. Siswa SMP”X” yang berada pada tahap masa remaja, mereka secara kognitif telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa depan pendidikannya. 3. Siswa SMP mulai memikirkan orientasi masa depan di bidang pendidikan

melalui pembentukan motivasi, perencanaan, dan evaluasi.

(49)

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :

- Orientasi masa depan bidang pendidikan siswa SMP”X Bandung adalah jelas yaitu sebesar 59,3%, yang ditandai oleh 100% motivasi kuat, 57,9% perencanaan terarah, dan 78,9% evaluasi akurat.

- Siswa SMP”X” dengan OMD tidak jelas adalah 40,6%, yang ditandai oleh 69,2% motivasi lemah, 92,3% perencanaan tidak terarah, dan 69,2% evaluasi tidak akurat.

- Aspek motivasi siswa SMP”X” Bandung menjadi kuat adalah atas pengaruh dari faktor lingkungan, yaitu orang tua, teman dan kerabat. - Siswa SMP”X” kurang memiliki motivasi yang berasal dari dalam diri,

menjadikan jika tidak adanya doronga dari lingkungan OMD bidang pendidikan siswa SMP”X” Bandung menjadi tidak jelas.

(50)

5.2 SARAN

5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan

Bagi peneliti lain yang memiliki minat terhadap tema ini, disarankan untuk meneliti Orientasi Masa Depan bidang pendidikan pada subjek dengan latar belakang bidang kehidupan yang berbeda.

5.2.2 Saran Guna Laksana

Bagi orang tua, khususnya orang tua siswa SMP”X” hendaknya dapat memberikan perhatian dan bimbingan yang berkaitan dengan permasalahan belajar anak-anaknya yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa yang akan berpengaruh terhadap konsep diri yang positif sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan derajat kejelasa orientasi masa depan siswa.

Bagi sekolah, khususnya para guru yang mengajar mereka hendaknya terus dapat memberikan informasi dan dukungan yang sangat berguna bagi peningkatan kemampuan belajar siswa dan akan berpengaruh terhadap orientasi masa depannya.

Bagi siswa SMP”X” hendaknya lebih banyak meningkatkan kemampuan belajar, lebih optimis dalam menjalani masa depan pendidikannya, dan lebih positif dalam menilai kemampuan diri dan lingkungan dalam menghadapi masa depan pendidikannya.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Nurmi, J.E, 1989, Adolescents Orientation to the Future : Development of Interest and Plans, and Related Attributions and Affects, in the Life- Span Context, Helsinki, Commentationes Scientiarum Socialium.

Nurmi, J.E, 1989, Adolescents in Age-Garde Context : The Role of Personal Belief, Goals and Strategies in the Tackilng Development Tasks and Standards, University of Helsinki, Dept. of Psychology.

Nurmi, J.E, 1987, Age, Sex, Social Class, and Quality of Family Interaction As Determinants of Adolescents Future Orientation: A Developmental Task Interpretation.

Steinberg, Laurence, third edition, 1993, Adolescence, International Edition.

Universitas Kristen Maranatha

(52)

DAFTAR RUJUKAN

Troomsdroff, Gisela, 1983, Future Orientation and Socialization, International Journal of Psychology 18.

Nurmi, J.E, 1991, The Development of the Future Orientation in A Life-Span Context, Research Report no.13, Helsinki, University of Helsinki : Dept. of Psychology.

Nurmi, J.E, and Pulliainen, H, 1991, The Changing Parent-Child Relationship, Self-Esteem, and Intelligence as Determinants of Orientation to the Future During Early Adolescence, Journal of Adolescence.

Hartanto, H, 2002, Suatu Penelitian Mengenai Gambaran Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Anak Jalanan Berusia Remaja di Kota Bandung, Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

____, 2004, Radar, edisi 13 Februari

Universitas Kristen Maranatha

Gambar

Tabel Skor Responden
Tabel 1. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan OMD
Tabel 4. Tabulasi Silang Latar Belakang Menentukan Pilihan Sekolah
Tabel 7. Tabulasi Silang Jumlah Pilihan Sekolah dan OMD
+4

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi minyak sebagai medium pengolahan bahan pangan dimana minyak mengalami pemanasan menyebabkan terjadinya perubahan fisika-kimia yang berpengaruh terhadap minyak

Gambaran tentang perbedaan fisik rumah gadang Koto Piliang dan Bodi Caniago tersebut diatas memang selalu terkait dengan aspek politik dan pola kepemimpinan yang berkembang dalam

Sistem informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelola data-data kepegawaian yaitu data Administrasi Kepegawaian seluruh pegawai, pengontrolan kenaikan pangkat pegawai,

Hal tersebut dapat pula menjadi style of humor jenis Self Defeating yang mana anggota GAMSU merasa dengan melakukan humor yang mengejek dirinya sendiri walaupun ia merasa

Private cloud merupakan salah satu model deployment dari cloud computing , dimana pengelolaan dari infrastruktur yang diperlukan dikelola dalam jaringan internal

Bagaimana cara mengedukasi masyarakat urban bahwa urban gardening adalah hal yang mudah dilakukan untuk mendapatkan sayuran organik. Bagaimana cara

brushup.sh dan ditujukan untuk menukar fungsi cluster server dari high avaibility ke load balance ataupun sebaliknya pada saat server yang meng handle public

Skripsi yang berjudul “Albert Camus’ Absurdism and Ambivalent Views on French Orientalist Prejudice as Reflected in The Stranger ” ini adalah sebuah analisis terhadap novel