• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN KOTA MEDAN."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN

KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN

BERBICARA ANAK USIA DINI

DI KELOMPOK BERMAIN

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

Eli Tohonan Tua Pane

NIM: 809122029

(2)

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN DAN

KONSEP DIRI TERHADAP KEMAMPUAN

BERBICARA ANAK USIA DINI

DI KELOMPOK BERMAIN

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

Eli Tohonan Tua Pane

NIM: 809122029

POGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Eli Tohonan Tua Pane: Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri

Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, 2013.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah Kelompok Bermain. Anak usia dini baru memiliki kemampuan bahasa khususnya kemampuan berbicara yang terbatas dan tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan berkomunikasi, sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung tidak berinteraksi sehingga lebih suka bermain sendiri. Salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya kemampuan berbicara adalah metode bermain peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode bermain peran makro dan bermain peran mikro terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan; (2) pengaruh konsep diri positif dan konsep diri negatif terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan; dan (3) pengaruh interaksi antara metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling, yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 60 orang anak yang ditentukan secara acak dengan sistem undian. Instrumen penelitian menggunakan tes kemampuan berbicara dan tes konsep diri. Rentang skor tes kemampuan berbicara dari 0-25, sedangkan tes konsep diri dari 0-17. Metode penelitian dengan menggunakan kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Temuan dalam penelitian ini adalah : (1) kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran peran mikro dimana harga Fhitung= 18,06, Ftabel = 4,008 pada taraf signifikansi alpha = 0,05; (2) kemampuan

berbicara anak yang memiliki konsep diri positif lebih tinggi daripada kemampuan berbicara yang memiliki konsep diri negatif, harga Fhitung = 6,68,

Ftabel = 4,008 pada taraf signifikansi alpha = 0,05 dan (3) terdapat pengaruh

interaksi antara belajar dengan metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara dengan Fhitung = 112,13, Ftabel = 4,008 pada taraf

(6)

i

ABSTRACT

Eli Tohonan Tua Pane: The effect of Role Play Methods and Self Concept to

Speaking Ability of Early Young Children of Play Group in the City of Medan. Thesis. Medan: School of Potsgraduate Studies, UNIMED, 2013.

Early Childhood Education (ECE) can be done in many ways, the one is Play Group. Early young children are still have a limited language competences and more of them have a little difficulty in making good communication, not easy to say their feelings and not to interact with school mate, so they prefer to play alone

which is called solitary play.One method in improving children’s competence of

language, especially in speaking ability is Role Play Methods. This study aims to determine: (1) the effect of macro play and micro play to speaking ability of play group in the city of Medan; (2) the effect of positive self concept and negative self concept to speaking ability of play group in the city of Medan; and (3) the effect of role play and self concept together with speaking ability of play group in the city of Medan.This was a quasi experiment. The sampling technique using cluster

random sampling that consists of four classes with 60 early young children in the

city of Medan, which is determined randomly by a lottery system. The research instruments were speaking ability test, and self concept test. Speaking ability score between 0-25, self concept score between 0-17.Technique of analyzing data used Anava of two direction at α 0.05. The results showed that: (1) speaking ability of children who followed the macro play methods is higher than children who followed the micro play methods in which Fcount = 18.06, Ftable = 4.008; (2)

speaking ability of children who have positive self concept methods is higher than children who have negative self concept in which Fcount = 6.68, Ftable = 4.008; and

(3) There is an interaction between role play methods and self concept to speaking in which Fcount = 112.13, Ftable = 4.008. It can be conclude that there is an effect of

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis sangat bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Bermain Peran

dan Konsep Diri terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok

Bermain Kota Medan” ini telah selesai disusun yang merupakan salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan segala hormat dan kerendahan

hati mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak terutama kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd sebagai

pembimbing I yang sekaligus sebagai Ketua Prodi Teknologi Pendidikan yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk mulai dari merancang

penelitian ini hingga penyelesaian tesis ini. Demikian juga kepada Bapak

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd sebagai pembimbing II yang dengan sabar

memberikan masukan dan koreksi yang sangat berarti demi penyempurnaan tesis ini.

Kepada Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd sebagai narasumber dan kolega dalam

pengembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang telah memberikan

inspirasi, dukungan dan kesempatan untuk berdiskusi mulai dari awal sampai

selesainya penulisan tesis ini dan juga kepada narasumber yang lain yaitu Bapak Prof.

Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasan Saragih, M.Pd yang telah

memberikan masukan dan saran konstruktif dalam perbaikan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Direktur dan Asisten Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Ketua dan Sekretaris Program Studi

Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

beserta Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan kesempatan dan bantuan

(8)

2. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian lapangan di Kelompok Bermain Kota Medan.

3. Kepala/Ketua Pengelola Kelompok Bermain Kenanga dan Kelompok Bermain

Anisah Kota Medan

4. Rekan-rekan mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan Angkatan XVII yang

telah bersama-sama berbagi suka dan duka selama perkulihan dan rekan-rekan

pokja PAUD BP-PAUDNI yang telah mendukung dan membantu penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

5. Teristimewa keluarga tercinta, isteri Ruspelita Sijabat, S.Pd dan ketiga anak

Thereskia Pinta Nauli Pane, Jeremia Letare Pane, Gracia Aminora Pane yang

senantiasa mendampingi dan memberikan pengertian selama mengikuti

perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Ibunda Ny.Pane J.br. Sinambela

(Op. Daniel boru) dan ito Kurnia Wasni Pane dan kepada seluruh keluarga

besar Pane dan keluarga besar Sijabat. Karena tanpa mereka, penulis tidak

dapat berbuat apa-apa.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya satu

persatu disini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang Bapak/Ibu telah berikan.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu

pengetahuan bagai dunia pendidikan khususnya di Kota Medan dan Propinsi

Sumatera Utara secara umum.

Medan, Januari 2013 Peneliti,

Eli Tohonan Tua Pane

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 44

C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 46

D. Varabel dan Defenisi Operasional Penelitian ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 52

1. Teknik Pengumpulan Data ... 52

2. Instrumen Penelitian... 52

F. Ujicoba Instrumen (Kalibrasi) ... 54

G. Hasil Ujicoba Instrumen ... 58

H. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 62

I. Pengontrolan Perlakuan ... 65

J. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 70

B. Pengujian Prasyaratan Analisis ... 84

C. Pengujian Hipotesis ... 90

(10)

ii

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

F. Keterbatasan Penelitian ... 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(11)

DAFTAR TABEL

6 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Bicara ... 53

7 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri... 54

8 Validitas Butir Tes Kemampuan Berbicara ... 58

9 Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Berbicara... 59

10 Hasil Analisis Daya Beda Butir Tes Kemampuan Berbicara ... 60

11 Validitas Butir Tes Konsep Diri ... 61

12 Tingkat Kesukaran Butir Berdasarkan Indikator ... 61

13 Hasil Analisis Daya Beda Tes Konsep Diri ... 62

14 Tahapan Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran Makro dan Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 64

15. Perhitungan ANAVA ... 70

16 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro (Pretes) ... 71

17 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro (Pretes) ... 73

18 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Positif ……… 74

(12)

iv

20 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Positif

Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain ... 77

21 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 79

22 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro .... 81

23 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Anak Kelompok Bermain Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro .... 83

24 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berbicara ... 86

25 Ringkasan Perhitungan Uji Bartlett ... 89

26 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas ... 89

27 Rangkuman Hasil Analysis of Varians Gabungan ... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Alur Program Pembangunan PAUD di Indonesia tahun

2011-2045 ………. 3

2 Histogram Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 72

3 Histogram Kemampuan Berbicara Sebelum Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 73

4 Histogram Kemampuan Berbicara Setelah Anak Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 75

5 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 76

6 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 78

7 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Makro ... 80

8 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Positif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 82

9 Histogram Kemampuan Berbicara Anak Yang Memiliki Konsep Diri Negatif Mengikuti Pembelajaran Dengan Metode Bermain Peran Mikro ... 84

(14)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Instrumen Pengamatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini ... 109

2. Instrumen Pengamatan Konsep Diri Anak ... 112

3. Pedoman Pendidik PAUD dalam Mengelola Kegiatan Bermain Peran ... 114

4. Rencana Kegiatan Harian ... 117

5. a. Validitas Konsep Diri ... 217

b. Reliabilitas Konsep Diri ... 218

c. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Konsep Diri ... 219

6. a. Validatas Kemampuan Berbicara ... 220

b. Reliabilitas Kemampuan Berbicara ... 221

c. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Kemampuan Berbicara ... 222

7. Tabel Data Kemampuan Berbicara Berdasarkan Pembelajaran dan Konsep Diri ... 223

8. Tabel Skor Tes Konsep Diri Anak Kelompok Bermain Kenanga ... 225

9. Tabel Skor Tes Konsep Diri Anak Kelompok Bermain Anisah ... 228

10. Tabel Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Bermain Kenanga ... 231

11. Tabel Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Bermain Anisah ... 232

12. Distribusi Frekuensi Data Penelitian ... 233

13. Perhitungan Harga Rata-Rata (M), Standar Deviasi (SD) Median (Me), Modus (Mo) dan Rata-rata Ideal... 247

14. Perhitungan Persyaratan Analisis ... 255

15. Perhitungan Anava Dua Jalur ... 264

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

and education is life) merupakan semboyan yang menjelaskan bahwa pendidikan

adalah pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung

sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan dan perkembangan

individu. Pengalaman hidup tersebut disamping akan terus dan selalu

memengaruhi perjalanan hidup seseorang sepanjang hayat juga akan

memengaruhi kesuksesannya kelak. Pengalaman hidup itu dimulai sejak anak

lahir dan dari sinilah dikenal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dijelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. PAUD merupakan pendidikan yang mendasar dan

strategis dalam membentuk insan yang cerdas dan unggul sekaligus berakhlak

mulia yang akan menentukan kemajuan suatu bangsa. Fasli Jalal (2002)

mengemukakan bahwa pemberian perhatian pada masa usia dini menjadi hal

(16)

2

Kesadaran akan pentingnya PAUD untuk mencetak generasi yang unggul

sekaligus berakhlak mulia menjadikan PAUD sebagai salah satu prioritas

pembangunan pendidikan di Indonesia. Wujudnya adalah adanya komitmen

pemerintah dalam rangka penyebarluasan akses dan peningkatan mutu layanan

PAUD. Bukti keseriusan pemerintah direalisasi dengan keikutsertaan Indonesia

dalam The World Education forum pada Deklarasi Dakkar di Senegal tahun 2000

yang menghasilkan program Education for All (EFA) yang dilanjutkan dengan

komitmen World Fit for Children, New York 8 Mei 2002. Kebijakan di dalam

negeri ditunjukkan dengan lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Keseriusan tersebut juga ditegaskan

dengan keberadaan Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan munculnya Direktorat

Pendidikan Anak Usia Dini dalam pemerintahan, bahkan sekarang telah menjadi

satu Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal

(DITJEN PAUDNI). Kebijakan tersebut menempatkan Pendidikan Anak Usia

Dini dalam tatanan pemerintahan dan kehidupan masyarakat dengan kekuatan

hukum yang jelas.

Implementasi kebijakan pemerintah memunculkan berbagai bentuk

kegiatan yang bertujuan memperbaiki penyelenggaraan pelayanan pendidikan

anak usia dini seperti penambahan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini baik

Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), Kelompok Bermain (KB)

(17)

3

serta perbaikan sarana bermain dan belajar terus berlangsung. Adapun program

pembangunan PAUD dapat dilihat dari bagan alur atau Gambar 1 di bawah ini.

PAU D

Gambar 1. Alur Program Pembangunan PAUD di Indonesia tahun 2011-2045

Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan dalam berbagai

bentuk, salah satu di antaranya adalah Kelompok Bermain. Kelompok Bermain

adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang

menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi

anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. Pendidikan yang diberikan pada

program PAUD termasuk di Kelompok Bermain adalah dengan pemberian

stimulasi atau rangsangan yang menyentuh semua aspek perkembangan seperti

(18)

4

penting yang perlu diperhatikan sejak usia dini. Tanpa bahasa seseorang tidak

akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi sebagai kebutuhan

dasar bagi setiap anak karena merupakan mahkluk sosial yang harus hidup

berdampingan dengan sesamanya. Anak selalu menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan

bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak.

Melalui berbahasa, komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik sehingga

anak dapat membangun hubungan. Tidak heran bahasa dianggap sebagai salah

satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara,

kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Bahasa merupakan landasan

seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar

pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan

baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang

pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan

keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.

Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan

pengetahuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang

tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan

perasaannya melalui bahasa yang sederhana dengan ciri sebagai berikut;

kata-katanya mempunyai makna yang unik, kemampuan anak masih terbatas untuk

memahami bahasa dari pandangan orang lain, perkembangan bahasa anak terjadi

(19)

5

Dari hasil pengamatan di lembaga-lembaga PAUD khususnya di

kelompok bermain dan juga berdasarkan diskusi yang dilakukan bersama para

guru PAUD pada kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh

Dinas Pendidikan Kota Medan di tahun dua ribu sebelas disimpulkan bahwa anak

usia dini baru memiliki kemampuan bahasa khususnya kemampuan berbicara

yang terbatas dan tidak sedikit anak yang mengalami kesulitan berkomunikasi,

sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung tidak berinteraksi sehingga

lebih suka bermain sendiri. Permasalahan yang sering terjadi pada kemampuan

berbicara anak usia dini seperti; belum mampu berinisiatif mengucapkan

kata-katanya sendiri secara spontan dan hanya mampu menirukan kata-kata, hanya

mampu mengucap sejumlah kata secara berulang dan belum mampu

mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginannya, belum mampu memahami

perintah sederhana, intonasi yang tidak biasa saat mengeluarkan suara misalnya

bersuara sengau dan kita merasa sulit memahami apa yang diucapkan anak.

Seharusnya kita dapat mengerti apa yang diucapkan anak usia 2 tahun, seharusnya

kita dengan mudah memahami apa yang diucapkan anaknya pada usia 3 tahun dan

saat anak 4 tahun, ucapan anak seharusnya gampang dimengerti orang dewasa

bahkan oleh orang yang baru bertemu sekalipun. Permasalahan tersebut di atas

dapat terjadi karena banyak hal seperti anak dalam keadaan tertekan dan tidak di

dalam lingkungan positif sehingga stimulasi perkembangan bahasanya tidak

(20)

6

Di lembaga Kelompok Bermain faktor pendidik atau guru yang banyak

belum memiliki kompetensi paedagogi dan profesional bisa menjadi hambatan

dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak. Kompetensi paedagogi

adalah kemampuan menerapkan konsep tentang perkembangan anak, konsep

dasar PAUD, konsep bermain, evaluasi perkembangan anak, dan sumber belajar.

Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan mendidik anak usia dini

(AUD) dengan menerapkan berbagai pendekatan seperti menggunakan

metode-metode pembelajaran. Oleh karena itu metode-metode pembelajaran yang tepat dan sesuai

untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak perlu menjadi perhatian serius

para pengelola pendidikan anak usia dini terutama oleh para pendidik. Selanjutnya

adanya perbedaan kemampuan berbicara antara anak yang satu dengan yang

lainnya diduga karena berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor psikologis

seperti konsep diri yang dimiliki anak. Konsep diri tersebut adanya yang positif

dan ada yang negatif, contoh konsep diri positif adalah ketika anak yakin akan

kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan anak lain dan lain

sebagainya. Untuk konsep diri negatif contohnya adalah ketika ada anak yang

cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimis terhadap kompetisi

dan lain-lain. Konsep diri ini akan memengaruhi pemilihan kegiatan main anak

termasuk di dalam kegiatan bermain peran.

Salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa

khususnya kemampuan berbicara adalah metode bermain peran. Main peran,

dikenal juga dengan sebutan main pura-pura, khayalan, fantasi, make-believe, atau

(21)

7

memperagakan seakan akan benda tersebut adalah sebuah pesawat maka dia

sedang bermain peran. Piaget menjelaskan anaknya bermain peran ketika ia

tiduran di lantai dengan selimutnya dan pura-pura tidur. Menurutnya, awal main

peran dapat menjadi bukti perilaku anak yang telah berumur satu tahun. Ia

menyatakan bahwa main peran ditandai oleh penerapan cerita pada obyek dimana

cerita itu sebenarnya tidak dapat diterapkan misalnya anak mengaduk pasir dalam

sebuah mangkuk dengan sekop dan pura-pura mencicipinya.

B. Identifikasi Masalah

Kemampuan berbahasa, dalam hal ini kemampuan berbicara dipengaruhi

oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Namun, dalam

pelaksanaan pembelajaran terdapat sejumlah kendala yang mengakibatkan kurang

efektifnya pembelajaran. Dari sisi pembelajaran perlu diketahui model

pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan diri anak, khususnya

kemampuan berbicara. Dari sisi teori kemampuan berbicara, perlu dikaji

implementasi teori kemampuan berbicara dalam mengenali kemampuan yang

dimiliki anak. Dari sisi karakteristik diri anak perlu diketahui bagaimana

aspek-aspek psikologis seperti konsep diri memengaruhi kemampuan berbicara dalam

pembelajaran.

Secara lebih rinci identifikasi permasalahan untuk mengungkap

(22)

8

kemampuan berbicara anak di Kelompok Bermain? 2) Apakah metode

pembelajaran bermain peran memengaruhi perkembangan bicara anak di

Kelompok Bermain? 3) Kendala-kendala apa sajakah yang terdapat dalam

metode bermain peran yang memengaruhi kemampuan berbicara? 4) Upaya apa

sajakah yang perlu diperhatikan agar metode pembelajaran bermain peran

berpengaruh terhadap kemampuan berbicara? 5) Apakah konsep diri

memengaruhi kemampuan berbicara dalam metode bermain peran? 6) Apakah

faktor kesehatan memengaruhi kemampuan berbicara ?

Sejumlah pertanyaan di atas menunjukkan bahwa perlu adanya penelitian

tentang kemampuan berbicara kaitannya dengan metode bermain peran dan

konsep diri. Sehubungan dengan hakikat belajar yang kompleks serta adanya

paradigma yang memandang pentingnya kemampuan berbicara sebagai salah satu

identitas kecerdasan seseorang dengan metode yang tepat, maka perhatian perlu

diarahkan kepada metode bermain peran yang merupakan salah satu metode

pembelajaran yang dapat memengaruhi kemampuan berbicara.

C. Pembatasan Masalah

Terdapat sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan

berbicara seperti yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah. Namun,

peneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan, seperti keterbatasan kemampuan dan

kesulitan memperoleh sumber bacaan yang berkaitan dengan metode bermain

(23)

9

Di samping itu, pembatasan dilakukan dengan maksud untuk dapat melakukan

penelitian secara mendalam dan akurat.

Berdasarkan pertimbangan yang telah dikemukakan maka penelitian ini

dibatasi pada aspek :

1. Kemampuan berbahasa, dalam hal ini difokuskan pada kemampuan berbicara

2. Metode bermain peran, yaitu bermain peran makro dan mikro

3. Psikologis, yaitu konsep diri yang dimiliki anak yang terdiri dari konsep diri

positif dan konsep diri negatif

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah,

identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan

metode bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti

pembelajaran dengan bermain bermain peran mikro?

2. Apakah kemampuan berbicara anak yang memiliki konsep diri positif lebih

tinggi daripada anak yang memiliki konsep diri negatif?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode bermain peran dengan konsep diri

(24)

10

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

kemampuan berbicara anak usia dini di Kota Medan kaitannya dengan aspek

bermain peran dan konsep diri. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui :

a. Pengaruh metode bermain peran makro dan bermain peran mikro terhadap

kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.

b. Pengaruh konsep diri positif dan konsep diri negatif terhadap kemampuan

berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.

c. Pengaruh interaksi antara metode bermain peran dan konsep diri terhadap

kemampuan berbicara anak usia dini di Kelompok Bermain Kota Medan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari dua sisi. Pertama,

dari sisi teoretis dan kedua dari sisi praktis. Secara teoretis, penelitian ini

berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan, khususnya di bidang

metode bermain peran dan konsep diri untuk meningkatkan kemampuan berbicara

anak usia dini.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh

para ahli dan praktisi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan implementasi

metode bermain peran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan anak usia dini.

Nilai praktis bagi ahli pendidikan adalah untuk digunakan sebagai bahan rujukan

(25)

11

dan metode bermain peran dalam bentuk penelitian lanjut, sehingga memperluas

wawasan dan bidang kajian pendidikan anak usia dini. Nilai praktis bagi praktisi

pendidikan adalah dapat digunakannya hasil penelitian ini dalam

kegiatan-kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini khususnya pembelajaran di Kelompok

Bermain sehingga dengan demikian dapat berkontribusi terhadap peningkatan

(26)

102

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis penelitian yang

telah dikemukakan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama,

kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode bermain

peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran dengan

metode bermain peran mikro. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode

bermain peran makro lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan

berbicara dari pada pembelajaran dengan metode bermain peran mikro.

Kedua, anak yang memiliki konsep diri positif kemampuan berbicara

lebih tinggi dibanding dengan anak yang memiliki konsep diri negatif pada

kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran makro. Dengan demikian

untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak yang memiliki konsep diri positif

sebaiknya dilakukan melalui pembelajaran dengan metode bermain peran makro.

Sebaliknya anak yang memiliki konsep diri negatif, skor kemampuan berbicara

lebih tinggi dibanding dengan anak yang memiliki konsep diri positif pada

kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak yang

memiliki konsep diri negatif sebaiknya dilakukan melalui pembelajaran dengan

metode bermain peran mikro.

Ketiga, terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan konsep

(27)

103

untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat dilakukan melalui

pembelajaran dengan metode bermain peran.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan implikasi terutama pada perencanaan

dan pengembangan pembelajaran di Kelompok Bermain, peran guru dan

manajemen kelas.

1. Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran di Kelompok Bermain

Temuan bahwa pembelajaran dengan metode bermain peran dapat

meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Konsep diri juga memberikan

pengaruh yang besar pada peningkatan kemampuan berbicara. Ternyata anak yang

memiliki konsep diri positif sebaiknya diikutkan dengan kegiatan pembelajaran

dengan metode bermain peran makro dan untuk anak yang memiliki konsep diri

negatif sebaiknya diikutkan dengan kegiatan pembelajaran dengan metode

bermain peran mikro.

Penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran makro maupun

mikro akan berdampak pada perencanaan dan pengembangan pembelajaran di

Kelompok Bermain, meliputi pengelolaan kegiatan belajar, desain materi dan

media serta penilaian. Pertama, pembelajaran dengan metode bermain peran

makro maupun mikro akan mengharuskan pengelolaan kegiatan belajar disusun

dengan tahapan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang

(28)

104

Pelaksanaan pembelajaran akan memberikan kesempatan kepada anak

untuk terlibat aktif dari awal sampai akhir dalam setiap tahapan pembelajaran

dengan berbagai bentuk aktivitas. Anak akan turut menentukan kriteria

keberhasilan kegiatan belajar terutama apabila anak dilibatkan secara aktif.

Aktivitas anak selama dalam pembelajaran akan membentuk

pengalaman dan menghasilkan kemampuan berbicara apabila anak memiliki

kesempatan untuk melakukan recalling. recalling dapat dilakukan oleh guru

bersama anak setelah kegiatan bermain peran. recalling dapat diberikan dalam

bentuk penilaian atau komentar-komentar yang dapat meyakinkan anak atas usaha

dan hasil belajar yang telah dilakukan.

Semua ucapan atau perkataan yang diucapkan anak terlebih dahulu perlu

diapresiasi. Apresiasi dapat dilakukan secara sendiri maupun bersama-sama

dengan temannya.

Kedua, pembelajaran akan mengharuskan desain materi (tema atau sub

tema) dan media dapat mendorong anak untuk melakukan berbagai kegiatan.

Untuk itu, materi disusun sesuai dengan media yang digunakan dalam bentuk

aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak dan guru.

Ketiga, pembelajaran dengan metode bermain peran akan menyebabkan

penilaian mengacu kepada segala sesuatu yang dilakukan dan diucapkan anak

dalam pembelajaran sebagai bentuk hasil belajar. Keberhasilan belajar anak

ditentukan atas dirinya sendiri. Ini berarti anak hanya dibandingkan dengan

(29)

105

2. Implikasi Terhadap Peran Guru

Upaya penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran akan

berdampak terhadap peran guru, khususnya cara pandang dan perlakuan terhadap

anak, serta orientasi pembelajaran. Pertama, pembelajaran akan mengharuskan

guru memiliki cara pandang bahwa anak sebagai individu yang memiliki

kemampuan untuk berkembang. Pembelajaran dengan metode bermain peran

tidak menentukan bentuk aktivitas atau cara mana yang akan dilakukan anak

untuk menyelesaikan tugas. Anak cenderung memiliki kebebasan untuk

melakukan ekspresi dalam kegiatan main . Oleh karena itu, guru perlu

memandang anak sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk melakukan

aktivitas yang ditawarkan dalam pembelajaran serta yakin anak akan melakukan

aktivitas belajar yang disepakati. Anak tidak lagi dipandang sebagai objek pasif

yang bersedia menerima apa yang disajikan atau diperintah guru, melainkan

dipandang sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran dengan metode bermain

peran.

Kedua, pembelajaran akan mengharuskan guru menyesuaikan perlakuan

terhadap anak dalam pembelajaran. Perlakuan guru terhadap anak lebih ditujukan

pada upaya untuk menumbuhkan semangat melakukan aktivitas belajar dan

memiliki prestasi yang maksimal, penerimaan keragaman, dan

keterampilan-keterampilan sosial.

Ketiga, Pembelajaran dengan metode bermain peran tidak hanya

(30)

106

anak agar mencapai tujuan belajar. Anak melakukan kegiatan belajar dengan

harapan memperoleh pengalaman belajar yang dapat membangun kemampuan

sesuai dengan potensinya.

3. Manajemen Kelas

Konsep diri positif dan negatif ternyata memberi pengaruh berlawanan

terhadap kemampuan berbicara dalam pembelajaran dengan metode bermain

peran makro dan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Temuan ini

akan menyebabkan perlunya upaya pemilahan anak dalam pembelajaran

berdasarkan konsep diri.

Pemilahan konsep diri tersebut digunakan sebagai pedoman untuk

memilih pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kelompok anak agar

diperoleh hasil belajar yang lebih optimal atau perkembangan kemampuan

berbicara yang maksimal. Bagi anak yang memiliki konsep diri positif diupayakan

belajar dalam pembelajaran dengan metode bermain peran makro. Catatan yang

semestinya dipegang adalah pembelajaran dengan metode bermain peran makro

diterapkan dengan baik agar tetap mendukung karakteristik anak yang memiliki

konsep diri positif.

Bagi anak yang memiliki konsep diri negatif mesti diupayakan

penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran mikro. Upaya tersebut

perlu didukung oleh usaha menerapkan pembelajaran dengan metode bermain

peran mikro dengan baik agar tetap mendukung karakteristik individu yang

(31)

107

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran kepada

guru, pengelola Kelompok Bermain dan peneliti khususnya peneliti bidang

pendidikan anak usia dini.

1. Guru (Pendidik)

Untuk peningkatan kemampuan berbicara anak Kelompok Bermain,

disarankan agar guru menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran.

Untuk itu, guru hendaknya benar-benar memahami tahapan pembelajaran dengan

metode bermain peran. Selain itu, guru diharapkan dapat bereksplorasi untuk

menemukan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang sesuai dengan karakteristik anak

sehingga dapat mengembangkan kemampuan berbicara. Guru hendaknya

mengenali karakteristik kemampuan anak sehingga dapat memberi perlakuan

yang tepat pada setiap anak, demikian jugu hendaknya meningkatkan

pengetahuan tentang konsep diri anak agar dapat memfasilitasi anak dengan

metode yang tepat.

2. Pengelola Kelompok Bermain

Hendaknya pengelola Kelompok Bermain dapat memberi kesempatan

kepada guru untuk mengembangkan dan menentukan pembelajaran yang

diterapkan guru dalam kegiatan belajarnya. Pengelola diharapkan dapat

memfasilitasi guru dengan menyediakan peralatan dan media yang diperlukan

(32)

108

yang lebih baik lagi kepada anak khususnya dalam rangka pengembangan

kemampuan berbicara. Lingkungan belajar yang kaya dengan pengembangan

bahasa perlu diciptakan.

3. Peneliti

Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang yang

sejenis atau mereplikasi penelitian ini hendaknya memperhatikan

keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini agar hasil yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan, seperti: 1) melakukan kontrol terhadap variabel bebas di

luar variabel yang diteliti secara lebih ketat sehingga ancaman validitas internal

dan eksternal eksperimen dapat semaksimal mungkin dihindari, 2) melaksanakan

eksperimen pada lokasi sekolah dan guru yang sama, agar variabel bebas berupa

lingkungan (fisik, sosial, psikologis) dan subjektivitas dalam bentuk perbedaan

individual pemberi perlakuan dapat dikontrol, 3) memperbanyak jumlah sampel

agar hasil yang dicapai lebih memiliki kekuatan dalam generalisasinya, dan 4)

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Berndt Thomas (1997). Child Development second edition. London: Brown & Benchmark Publisher.

Burns (1993). Konsep Diri. Jakarta : Arcan

Dali,S.Naga (1992). Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma BESBATS

Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta : CV.Madya Duta

Depdiknas (2009). Permendiknas No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini.

Dhieni, Nurbiana (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Dit.PAUD, Sekolah Al-Falah Jakarta Timur dan CCCRT (2004). Lebih Jauh

tentang Sentra dan Saat Lingkaran.

Gay,L.R (1981). Educational Research Competencies for Analysis and Application. New Jersey: Merrill, Imprint of Prentice Hall.

Hamid (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran

Hurlock Elizabeth (1974). Personality Development. New York: McGraw-Hill Company, Inc.

_______(2008). Perkembangan Anak. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Jalal,Fasli (2002). Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Yang Mendasar: Buletin PADU,Edisi Perdana,hlm.4-10.

Sri Hartati (2009). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap

Hasil Belajar Sains Siswa SMP Negeri 2 Porsea. Tesis.Medan : Program

Pasca Sarjana UNIMED

Tambunan (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Bermain Peran dan Disiplin

(34)

110

Tedjasaputra Mayke S. (2005). Bermain, Mainan, dan Permainan.Jakarta: Grasindo

Titis Rahayu (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap

Kemampuan Menulis siswa SMP Negeri 24 Medan. Tesis.Medan :

Program Pasca Sarjana UNIMED

Montolalu (2009). Bermain dan Permainan Anak: Jakarta: Universitas Terbuka

Morgan (1998). Introduction to Psychology. Singapore: McGraw-Hill Company

Santoso, Soegeng (2005). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka

Schickedanz, Judith A. (2001). Understanding Children and Adolescents. Boston: A Pearson Education Company.

Sugiono (2008).Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi: Bandung : Alfabeta

Yamin, Martinis & Sanan Sabri, Jamilah (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta : Gaung Persada Press

Yus Anita, (2009) Pengaruh Pembelajaran dan Konsep Diri terhadap Anak TK di

Kota Medan Desertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta

Wolfgang, Mackender dan Wolfgang (1981). Growing & Learning Through Play. USA : Judy/Instructo

Gambar

Tabel 1       Tingkat Pencapaian Perkembangan kelompok                       usia 3 – < 4 tahun  ...........................................................................
Gambar 1                          2011-2045
Tabel Data Kemampuan Berbicara Berdasarkan Pembelajaran dan Konsep Diri  ................................................................................
Gambar 1. Alur Program Pembangunan PAUD di Indonesia tahun 2011-2045

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian hipotesis diperoleh : (1) Kemampuan berbicara anak usia dini yang diajar dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan

Metode bermain peran makro untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halida (2011) bahwa bermain

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis memilih judul Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Didik Kelompok B Semester I Tk Pertiwi

Profil Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 11 Bandung Pada Kelompok Ekeperimen Dan Kelompok Kontrol Sesudah Penerapan Metode Bermain

Pada kegiatan pembelajaran pengembangan komunikasi anak usia dini melalui metode bermain peran dengan tema pasar, terlihat adanya peningkatan kemampuan komunikasi anak yang

Media Bercerita Wayang Karton Menumbuhkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini.

EFEKTIVITAS METODE BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI.. (Penelitian Kuasi Ekspeeiman di TK Bhayangkari dan TK Braga Bandung Tahun

Penelitian ini berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B TK Aisyah Bustanul Athfal Kluwut