• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II SESUAI DENGAN TUNTUTAN KTSP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II SESUAI DENGAN TUNTUTAN KTSP."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN

PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II

SESUAI DENGAN TUNTUTAN KTSP

Oleh :

Hartika S. Siagian NIM 408131050

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II SESUAI DENGAN

TUNTUTAN KTSP

Hartika S. Siagian (NIM 408131050) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan standarisasi buku penuntun praktikum kimia. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui materi kimia kelas X semester II yang layak dan tepat dipraktikumkan sesuai dengan tuntutan KTSP. (2) untuk mengembangkan Penuntun Praktikum Kimia kelas X semester II sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (3) menstandarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang telah disusun oleh peneliti. (3) untuk menghasilkan Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X yang dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.

Ada 3 tahap yang dilakukan dalam pengembangan Buku Penuntun Praktikum ini, yaitu: (1) tahap perencanaan, meliputi pengumpulan data terkait penggunaan buku penuntun praktikum di sekolah, mengumpulkan buku-buku sebagai acuan, (2) tahap pelaksanaan, meliputi uji kelayakan kepada guru dan dosen Kimia kemudian melakukan revisi, melakukan uji coba buku penuntun praktikum kepada siswa, (3) tahap menganalisis data berdasarkan teknik analisis kualitatif.

Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang disusun terdiri dari 3 (tiga) pokok bahasan yaitu Larutan Elektrolit-Non Elektrolit, Reaksi Redoks dan Hidrokarbon, yang terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, judul, tujuan, gambar alat yang digunakan, simbol serta bahaya dari zat yang digunakan, keselamatan kerja, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, hasil pengamatan, serta tugas.

(3)

DAFTAR ISI

2.1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 7 2.2. Kegiatan Praktikum di Laboratorium 8 2.3. Praktikum Kimia di SMA 11 2.4.Efektifitas Praktikum dalam Pembelajaran Kimia 12 2.5.Materi Kimia Kelas X Semester II 15

2.6. Hipotesis 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Penelitian 19 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 19 3.3. Populasi dan Sampel 20 3.4. Instrumen Penelitian 20 3.5. Prosedur Penelitian 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyusunan Buku Penuntun Praktikum SMA Kelas X Semester II 26 4.2. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuntun Oleh Guru Kimia 27 4.3. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuintun Oleh Dosen Kimia 29 4.4. Hasil Uji Coba Buku Penuntun Praktikum di SMA 32 4.5. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuntun Oleh Siswa 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 41

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian untuk pengembangan dan standarisasi buku penuntun praktikum kimia SMA

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Silabus SMA Kelas X Semester II 44 Lampiran 2. Angket Uji Kelayakan Penuntun Praktikum

Kimia SMA Kelas X Semester II (Genap) 48 Lampiran 2a. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Guru 48 Lampiran 2b. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Dosen 50 Lampiran 2c. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Siswa 52 Lampiran 3. Desain Buku Penuntun Praktikum Kimia

SMA Kelas X Semester II 61 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 121

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2003). Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran kimia sebagai bagian ilmu sains di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah, seperti jujur dan objektif terhadap data; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, dapat bekerjasama dengan orang lain, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen (Depdiknas, 2003).

Nugraha (2005) menyatakan bahwa ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang secara garis besar mencakup dua bagian, yakni kimia sebagai proses dan kimia sebagai produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia sedangkan kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik sebagai proses dan produk.

(7)

tuntutan KTSP bahwa setiap siswa dituntut memiliki kemampuan berfikir logis tentang masalah abstrak dan mampu menguji masalah tersebut secara sistematis sehingga siswa lebih memahami dalam mempelajari ilmu kimia. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut keterlibatan siswa secara aktif di antaranya dengan menggunakan metode mengajar eksperimen, ekspositori/pameran dan demonstrasi yang merupakan kegiatan laboratorium. Dengan metode ini siswa dapat belajar melalui pengamatan langsung pada peristiwa-peristiwa (gejala-gejala alam) serta mampu menunjukkan kaitan hukum dan teori dengan eksperimen yang mendasarinya.

Senada dengan ini, Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa “kita belajar hanya 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Berdasarkan persentase penyerapan dalam belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memahami pelajaran jika siswa katakan dan lakukan sendiri yaitu sebesar 90%. Hal ini sama sifatnya dengan kegiatan praktikum yang dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap apa yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar kimia tanpa praktikum sudah sangat lazim dilakukan, baik di tingkat SMA maupun tingkat SMP. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya antara teori dan praktek dalam proses pembelajaran kimia. Ketidakseimbangan antara praktek dengan teori inilah yang menyebabkan IPTEK dalam ilmu kimia masih sangat jauh tertinggal.

(8)

Hasil studi lapangan yang dilakukan oleh Jahro dan Susilawati (2009) menunjukkan bahwa sebagian besar pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum. Ada kira-kira 20 judul praktikum kimia yang idealnya dilakukan atau diamati oleh siswa selama mereka belajar kimia di SMA. Sampai saat ini banyak SMA yang tidak melaksanakan praktikum pada proses pembelajaran kimia. Beberapa faktor penyebabnya adalah kurangnya tenaga penyelenggara praktikum, kurangnya alat dan bahan praktikum, serta kurangnya waktu yang tersedia untuk praktikum. Selain itu, dalam pelaksanaan praktikum memerlukan persiapan yang matang seperti menentukan tujuan praktikum, menyiapkan prosedur praktikum, menyiapkan lembar pengamatan, menyiapkan alat dan zat, menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum. Komponen penuntun praktikum yang harus dipersiapkan secara optimal adalah prosedur praktikum. Penggunaan penuntun praktikum yang tidak optimal dapat menyebabkan diperolehnya hasil yang tidak sesuai dengan tujuan praktikum yang hendak dicapai. Senada dengan Lubis (1993), untuk melaksanakan kegiatan laboratorium, diperlukan pengorganisasian dan perencanaan yang sistematis, agar tercapai tujuan pembelajaran di sekolah melalui kegiatan praktikum.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu melaksanakan PPL di SMA Negeri 2 Binjai bahwa praktikum kimia belum dilaksanakan secara optimal, padahal alat dan bahan kimia yang tersedia di laboratorium sudah sangat lengkap. Frekuensi pelaksanaan praktikum dalam 1 (satu) semester hanya dilakukan maksimal 2 (dua) kali. Pelaksanaan praktikum yang kurang optimal ini disebabkan oleh kesulitan guru dalam mengkoordinir siswa pada saat praktikum karena banyak percobaan dalam buku penuntun praktikum yang digunakan terlalu sulit untuk dipraktikumkan. Selain itu, ada anggapan guru kimia bahwa siswa kelas X belum terlalu penting melaksanakan praktikum karena belum terklasifikasi dalam jurusan IPA.

(9)

dalam melaksanakan praktikum merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan praktikum dan juga sebagai alat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar. Penuntun praktikum perlu didesain sedemikian rupa sehingga menarik, sesuai dengan kebutuhan siswa, mudah dilaksanakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan alat dan bahan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman (penuntun) praktikum kimia dengan cara mereview semua dokumen/buku tentang pengelolaan laboratorium kimia yang telah ada selama ini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba mengembangkan penuntun praktikum dalam pembelajaran kimia dan akan melakukan standarisasi penuntun praktikum ini kepada beberapa dosen kimia, guru kimia dan siswa SMA. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan bahwa penuntun praktikum sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan praktikum, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengembangan dan Standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II sesuai Tuntutan KTSP”.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

(10)

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Medan yang melibatkan masalah pengembangan, standarisasi dan analisis kelayakan buku penuntun praktikum kimia.

2. Masalah penelitian dibatasi pada materi kimia SMA kelas X semester II sesuai pertimbangan ilmiah yang mendukung materi kimia yang relevan dan dapat dipraktikumkan.

3. Uji coba buku penuntun praktikum kimia dilakukan secara mikro pada siswa kelas X yang terpilih sesuai tujuan penelitian pada materi kimia SMA kelas X semester II pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit, Reaksi Reduksi dan Oksidasi, serta Hidrokarbon di SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri 2 Binjai dan SMA Negeri 1 Galang.

4. Menyusun buku petunjuk praktikum kimia SMA kelas X semester II yaitu mengembangkan dari buku-buku petunjuk yang telah ada.

1.4. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Materi kimia apa saja yang layak dipraktikumkan di SMA kelas X semester II agar materi pembelajaran mudah dipahami siswa.

2. Apakah Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X Semester II dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

3. Bagaimana standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan KTSP.

(11)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui materi kimia kelas X semester II yang layak dan tepat dipraktikumkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

2. Untuk mengembangkan Penuntun Praktikum Kimia kelas X semester II sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Menstandarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II

yang telah disusun oleh peneliti.

4. Untuk menghasilkan Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X yang dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk mengembangkan dan menyusun Penuntun Praktikum yang sesuai dengan tuntutan KTSP. 2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA tentang pentingnya

Penuntun Praktikum dalam pembelajaran kimia.

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertera pada silabus mata pelajaran kimia, bahwa jumlah kegiatan praktikum kimia yang seharusnya dilaksanakan di kelas X SMA semester II adalah sebanyak 8 percobaan praktikum yaitu: Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit meliputi mengamati daya hantar listrik larutan, menyelidiki faktor-faktor yang

mempengaruhi DHL; Reaksi Reduksi dan Oksidasi meliputi mengamati reaksi

redoks, mengamati proses pengaratan besi; Hidrokarbon meliputi mengenal senyawa karbon, mengidentifikasi keberadaan unsur C dan H, merakit model hidrokarbon alifatik, aplikasi manfaat senyawa hidrokarbon.

2. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan layak oleh 5 orang guru SMA untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 81%.

3. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh 2 orang dosen kimia FMIPA Unimed untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 95%.

4. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh sejumlah siswa SMA dari 3 sekolah untuk dipakai sebagai buku penunjang pembelajaran kimia di SMA dengan skor 88%.

(13)

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukan di atas, maka saran-saran yang dapat diajukan:

1. Guru dapat melaksanakan pembelajaran terpadu antara materi ajar di kelas dengan pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia, sehingga siswa dapat memadukan antara teori dengan hasil praktikum yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar kimia.

2. Bagi peneliti berikutnya agar kelayakan buku penuntun praktikum kimia kelas X semester II dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas buku penuntun praktikum kimia yang akan dikembangkan.

Gambar

Gambar  Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh oleh ibu MH adalah beliau menjadi lebih sabar dan dapat mengontrol emosi negatif yang muncul serta pikiran juga jernih karena terus

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai latar- belakang terjadinya kasus incest sukarela, dan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam suatu kasus incest

Pengetahuan terhadap Teknologi Informasi dapat membantu akuntan dalam mempertimbangkan teknologi komputer yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan dalam pengembangan sistem..

XXIVPerhitungan Market Share Daerah Pemasaran Wonogiri Tahun 2001 60 XXV Perhitungan Proyeksi Permintaan Industri dan Market Share

Maslah lain yang ditemukan penulis adalah, minimya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data yaitu deskriptif kualitatif dimana data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dikembangkan selama proses

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak dan menganalisis pengaruh pengetahuan wajib pajak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) tentang kanker serviks dengan pemanfaatan