• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNNGAN IND Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNNGAN IND Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Guru SMA N 1 Wonosari Klaten."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNNGAN IND PADA

U M

UNIVER

DEKS MAS A GURU S

NA Untuk Mem

Mencapai D

ELFE

FAKUL RSITAS M

SSA TUBU SMA N 1 W

ASKAH PUB menuhi Seba

Derajat Sar

Diajukan ERA PURI

J 50009 0

LTAS KED MUHAMMA 2013

UH DENGA WONOSAR

BLIKASI agian Persy rjana Kedo

oleh: NUR ILMA 0051

DOKTERA ADIYAH S 3

AN TEKAN RI KLATEN

yaratan okteran

A

AN

SURAKAR

NAN DARA N

RTA

(2)

ABSTRAK

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Guru SMA N 1 Wonosari Klaten

dr. Sigit Widyatmoko,Sp.PD,M.Kes1 , dr. Sulistyani1, Elfera Puri Nur Ilma2 1

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indeks massa tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Masalah kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler, salah satu yang terpenting adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 52 sampel guru dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Tahapan pengambilan data dimulai dari penyebaran lembar persetujuan dan kuesioner, pengukuran berat badan dan tinggi badan, penghitungan indeks massa tubuh, dan pengukuran tekanan darah. Data dianalisis dengan menggunakan uji komparatif Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel pria yaitu 28 sampel dan kelompok usia terbesar 45-54 tahun. Kategori indeks massa tubuh dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu nomal dan berlebih, dan untuk tekanan darah dibagi menjadi 2 yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik, keduanya dibagi menjadi normal dan hipertensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah, baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik (p = 0,000)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik.

(3)
(4)

PENDAHULUAN

Antropometri merupakan salah satu alat ukur yang digunakan dalam penentuan status gizi pada anak-anak maupun orang dewasa pada masyarakat. Salah satu ukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran berat badan serta tinggi badan. Selain itu juga sering digunakan pengukuran tebal lemak di bawah kulit serta lingkar lengan atas. Pengukuran berat badan pada dewasa ini merupakan sesuatu yang menjadi masalah bagi sebagian orang, terutama pada orang dewasa (Waspadji dkk, 2010). Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup lebih panjang (Supariasa dkk., 2001).

Dewasa ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Masalah berat badan seperti obesitas merupakan masalah yang sangat kompleks. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu berbagai kelainan kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat badan (WHO, 2007).

Berdasarkan laporan WHO, obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang merupakan risiko untuk terjadinya kematian.  Tterdapat 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu terdapat data-data dari WHO yang didapatkan 44% diabetes, 23% penyakit jantung iskemik dan antara 7% dan 41% kanker tertentu disebabkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas. Prevalensi obesitas di seluruh dunia telah

(5)

atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak di dalam tubuh secara berlebihan (WHO, 2007).

Secara global, lebih dari 1 milyar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan dan setidaknya 300 juta diantaranya mengalami obesitas. Prevalensi laki-laki obesitas di negara-negara Afrika bergerak cukup cepat, dari angka 3,4% pada tahun 2002 menjadi 5,3% lima tahun berikutnya, sedangkan prevalensi wanita obesitas bergerak lebih cepat lagi dari angka 10,4% menjadi 15,25% dalam periode yang sama ( WHO, 2007).

Peningkatan angka kejadian obesitas penduduk dewasa Indonesia cukup tinggi. Seperti di provinsi Sumatra Utara dengan pembagian persentasi penduduk pria 17,7% dan untuk penduduk perempuan 23,8%, sama halnya pada penduduk di DKI Jakarta 22,7% untuk laki-laki dan 30,7% untuk penduduk wanita. Prevalensi terbesar kejadian obesitas di Jawa Tengah terdapat di Semarang yaitu dengan presentasi 24,3% untuk penduduk pria ataupun wanita. Penelitian di Jakarta tahun 2002-2004 pada anak 6-12 tahun menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah yang disertai profil lipid yang buruk berupa tingginya kadar kolestrol total dan LDL (low density lipoprotein)(Depkes RI, 2007).

Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama dengan obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolik, yang selain obesitas, meliputi resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas trigliserida dan homeostasis, disfungsi endotel serta hipertensi. Di Indonesia saat ini penyakit kardiovaskular masih merupakan penyebab kematian utama. Menurut survei kesehatan rumah tangga prevalensi penyakit jantung serta penyakit pembuluh darah menduduki urutan ketiga pada 1980 dengan prevalensi sebesar 9,9%, ,meningkat menjadi 9,7% diurutan kedua pada tahun 1986, pada tahun 1990 meningkat menjadi peringkat pertama dengan prevalensi sebesar 16,5% (Sugondo, 2007).

(6)

Sampai saat ini data lengkap dari hipertensi sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,

insidensi hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi ( Yogiantoro, 2007). Kejadian hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa. Data tersebut diperoleh dari hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) pada tahun 2007-2008 (Syamsudin, 2011).

SMA N 1 Wonosari yang berlokasi sangat stretegis yaitu di Jalan Raya Jogja-Solo Pakis Wonosari Klaten. Memliki visi yaitu sebagai sekolah yang mendarma baktikan diri menuju sumber insani yang berkualitas, berprestasi, mantap dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan siap menghadapi era global. Visi tersebut diaplikasikan dengan misi yang salah satunya menyebutkan bahwa menumbuhkan semangat kerja dan kedisiplinan guru-guru. Salah satu cara untuk merealisasikan misi tersebut adalah dengan mejaga kesehatan agar semangat kerja guru-guru SMA N 1 Wonosari Klaten semakin meningkat (Profil SMA N 1 Wonosari Klaten, 2012).

Berdasarkan dengan uraian latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa dengan tekanan darah pada guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

METODE PENELITIAN

(7)

menghitung indeks massa tubuh serta mengukur tekanan darah menggunakan sphygmomanometer. Pengambilan sampel dengan metode non probability

sampling, dengan teknik consecutive sampling. Berdasarkan rumus besar sampel

yang digunakan maka didapatkan sampel minimal sebanyak 52 sampel. Kriteria inklusi dari penelitian yaitu responden tercatat sebagai guru SMA N 1 Wonosari Klaten, responden mampu menyelesaikan rangkaian pengambilan data. Sedangkan untuk kriteria yang tidak dimasukkan dalam sampel (kriteria eksklusi ) yaitu responden wanita yang sedang dalam keadaan hamil, responden seorang olahragawan, responden yang memiliki riwayat DM, penyakit jantung koroner, gangguan hormon seperti hipertiroid, hiperinsulinemia, dan kelainan ginjal, serta responden dalam pengobatan yang mempengaruhi tekanan darah seperti propanolol, captopril, nifedipin, dan furosemid, dan obat lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Variabel bebas dari penelitian ini adalah indeks massa tubuh guru SMA N 1 Wonosari Klaten yang dihitung dengan cara berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Berat badan diukur dengan timbangan pegas, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan mikrotoa. Variabel terikat penelitian ini adalah tekanan darah. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer raksa dan sthetoscope. Tekanan darah dibagi dalam normal dan hipertensi baik untuk tekanan sistolik maupun diastolik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar persetujuan menjadi responden, lembar kuesioner, pengukur berat badan dengan timbangan pegas, pengukuran tinggi badan dengan menggunakan mkrotoa, dan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Penelitian dimulai dari permintaan persetujuan untuk dijadikan

sampel dalam penelitian dan mengisi lembar kuesioner untuk mendapatkan kriteria sampel sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti di kriteria restriksi, kemudian dilanjutkan mengukur tinggi badan, mengukur berat badan, menghitung indeks massa tubuh, mengukur tekanan darah diakhiri dengan pengolahan data.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Penelitian dilakukan pada guru SMA N 1 Wonosari Klaten pada bulan Agustus 2012. Sebanyak 52 sampel digunakan dalam penelitian ini, yang sebelumnya diperoleh sebanyak 60 sampel yang memenuhi kriteria restriksi, kemudian dipilih sesuai dengan pertimbangan yang telah ditetapkan oleh peneliti sendiri.

1. Hasil deskriptif

Tabel 1. Gambaran Umum Sampel

  Jumlah Presentase (%)

Pria 28 53,8%

Wanita 24 46,1%

Usia

25-34 tahun 4 7,6%

35-44 tahun 15 28,8%

45-54 tahun 23 44.2%

55-60 tahun 10 19,2%

Berat badan

46-55 kg 11 21,1%

56-65 kg 18 34,6%

66-75 kg 16 30,7%

76-85 kg 4 7,6%

86-96 kg 3 5,7%

Tinggi badan

< 150 cm 1 1,9%

150-160 cm 21 40,3%

> 160 cm 30 57,6%

Indeks massa tubuh

Normal 18-24,9 kg/m2 22 42%

Berlebih ≥25 kg/m2 30 58%

Tekanan darah sistolik

Normal ≤ 120 mmHg 22 42%

Hipertensi > 120 mmHg 30 58%

Tekanan darah diastolik

Normal ≤ 80 mmHg 26 50%

(9)

Jenis kelamin jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebanyak 28 sampel dengan presentase 53,8%. Pada perempuan sebanyak 24 sampel dengan presentase 46,1%.

Pada tabel distribsi usia responden didominasi usia 45-54 tahun yaitu sebanyak 23 sampel dengan presentase 44,2% kemudian diikuti oleh responden dengan usia 35-44 tahun sebanyak 15 sampel dengan presentase 29%. Sampel dengan usia 55-60 tahun sebanyak 10 sampel dengan presentasi sebanyak 19,2% dan yang terakhir adalah sampel dengan usia 25-34 tahun yaitu 4 sampel saja dengan presentase 4%.

Berat badan yang didapatkan pada tabel distribusi sebanyak 18 sampel dengan berat badan 56-65 kg dengan presentase 34,6%, kemudian sampel dengan berat badan 66-75 kg sebanyak 16 sampel dengan presentase 30,7%. Diikuti sampel dengan berat badan 46-55 kg sebanyak 11 sampel dengan presentase 21,1%, sampel dengan berat badan 76-85 kg sebanyak 4 dengan presentase 7,6%, dan yang terakhir sampel dengan berat badan 86-96 sebanyak 3 responden dengan presentase 3%.

Frekuensi tinggi badan sampel paling banyak berada pada rentang > 160 cm sebanyak 30 sampel dengan presentase 57,6%, diikuti oleh sampel dengan tinggi badan 150-160 cm sebanyak 21 sampel dengan presentase 40,3%. Hanya 1 sampel dengan tinggi badan < 150 cm dengan presentase 1,9%.

Indeks massa tubuh sampel dibagi menjadi dua kategori yaitu untuk indeks massa tubuh normal sebanyak 22 sampel (42%), dan indeks massa tubuh berlebih 30 sampel (58%).

Pada hasil penelitian tekanan darah sistolik yang didapatkan sebanyak 22 (42%) sampel dengan tekanan normal, dan 30 sampel (58%) dengan hipertensi.

Tekanan darah diastolik hasil yang didapatkan pada penelitian ini sampel yang masuk dalam kategori tekanan diastolik normal sebanyak 26 sampel (50%) dan untuk tekanan diastolik hipertensi sebanyak 26 sampel (50%).

(10)

Tabel 2. Karakteristik Hasil Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Sistolik

Normal Hipertensi

Indeks Massa Tubuh

Normal 20 2

Berlebih 2 28

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel dengan indeks massa tubuh normal dengan tekanan darah sistolik tinggi atau hipertensi adalah sebanyak 2 sampel. Terdapat 28 sampel dengan indeks massa tubuh berlebih dan hipertensi. Sisanya adalah sampel dengan indeks massa tubuh normal dan tekanan darah sistolik normal sebanyak 20 sampel, kemudian 2 sampel dengan indeks massa tubuh berlebih dan tekanan darah sistolik normal.

Tabel 3. Karakteristik Hasil Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Diastolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal Hipertensi

Indeks Massa Tubuh

Normal 19 3

Berlebih 7 23

Pada tabel 3 disebutkan bahwa sebanyak 23 sampel dengan indeks massa tubuh berlebih dan tekanan darah diastolik tinggi atau hipertensi. Sampel dengan indeks massa tubuh normal dan tekanan darah diastolik normal sebanyak 19 sampel. Untuk sampel dengan indeks massa tubuh berlebih tekanan darah diastolik normal sebanyak 7 sampel. Sampel dengan indeks massa tubuh normal dan tekanan darah hipertensi hanya berjumlah 3 sampel.

2. Hasil statistik

Data dibawah ini untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Analisis statistik yang akan digunakan adalah uji Chi-Square. Uji Chi-Square merupakan uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan tabel 2x2.

Berikut adalah hasil dari uji analisis Chi-Square antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik :

(11)

Tekanan Darah Sistolik p

Normal Hipertensi

n % n %

Indeks Massa Tubuh

Normal 20 91% 2 7% 0,000

Berlebih 2 9% 28 93%

[image:11.595.115.511.116.221.2]

Total 22 100 30 100

Tabel 4 menunjukkan hasil tabel 2x2 analisis Chi-Square, dengan nilai p atau nilai significancy-nya adalah 0,000, artinya terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik.

[image:11.595.113.514.348.441.2]

Untuk hasil analisis indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Analisis Chi-Square Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Diastolik

Tekanan Darah Diastolik p

Normal Hipertensi

n % n %

Indeks Massa Tubuh

Normal 19 73% 3 11% 0,000

Berlebih 7 27% 23 89%

Total 26 100 26 100

Tabel 5 menunjukkan hasil analisis Chi-Square antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik, nilai significancy-nya adalah 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus di SMA N 1 Wonosari Klaten. Sekolah Menengah Atas yang ada di Jalan Raya Jogja – Solo Pakis Wonosari Klaten mempunyai 78 guru serta jumlah karyawan TU sebanyak 23. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah guru pada sekolah tersebut.

(12)

yang sesuai dengan kriteria restriksi namun kemudian hanya 52 sampel yang dipilih untuk memenuhi estimasi minimal sampel, pemilihan sampel tersebut sesuai dengan kriteria dari sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yatitu diambil sampel dengan nilai indeks massa tubuh yang tinggi dengan tekanan darah yang tinggi juga. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang ada sesuai dengan hipotesis yang sebelumnya sudah ditetapkan oleh peneliti.

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan pegas dengan akurasi 100 gram pelaksanaan menggunakan tehnik sesuai dengan standar, sampel melepas sepatu dan semua barang-barang yang dapat menambah berat badan dilepas. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoa di pasang di dinding yang sebelumnya sudah dicek dengan ketelitian 0,1

cm. Selesai dilakukan pengukuran kedua komponen tersebut dilanjutkan dengan penghitungan indeks massa tubuh dengan menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Hasil tersebut lalu diklasifikasikan menjadi indeks massa tubuh normal yaitu 18-24,9 kg/m2 dan kategori indeks massa tubuh berlebih yaitu ≥ 25 kg/m2.

Selanjutnya dilakukan pengukuran tekanan darah pada sampel, diukur tekanan darah baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik dengan menggunakan spyghmomanometer dan stethoscope. Sebelum dilakukan pengukuran sampel dipersilahkan untuk beristirahat selama 5 menit, kemudian sampel dalam posisi duduk, lengan dalam posisi bebas serta bebaskan dari tekanan oleh pakaian. Pengukuran ini diulang dua kali dengan jangka waktu 2 menit, jika pembacaan terdapat perbedaan lebih dari 5 mmHg lakukan pembacaan lagi. Hasil pengukuran kemudian diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu kategori tekanan darah normal yaitu untuk sistolik ≤ 120 mmHg, dan kategori tekanan darah lebih atau hipertensi yaitu > 129 mmHg. Untuk tekanan darah diastolik juga dibagi menjadi dua kategori yaitu normal ≤ 80 mmHg dan hipertensi > 80 mmHg.

(13)

antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik serta indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik.

Pada tabel 4 diperoleh hasil untuk analisis antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik yaitu dengan nilai p 0,000. Nilai p kurang dari 0,005 maka terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik (Dahlan, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang berjudul Body Mass Index and the Prevalence of Prehypertension and Hypertension in a Chinese

Rural Population yang menyatakan bahwa overweight dan obesitas telah menjadi

sangat lazim dalam populasi orang dewasa Cina dan menjadi masalah kesehatan yang besar. Penelitian ini meunjukkan bahwa terdapat asosiasi yang kuat antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Hubungan bermakna juga ditunjukkan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik (p<0,05) (Pang et al., 2008).

Pada tabel 5 merupakan tabel untuk hasil analisis uji Chi-Square, hasil yang diperoleh untuk hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik yaitu p = 0,000 yang artinya bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik.

(14)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diharapkan oleh peneliti yaitu terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. H1 atau yang dikenal dengan hipotesis kerja adalah yang bertujuan meramalkan sebab, hipotesis ini yang akan diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesis nihil (H0) adalah kebalikan dari hipotesis kerja (Arief, 2008).

Penelitian yang berjudul Relative Importance of Body Mass Index and Waist Circumference for Hypertension in Adults yang menilai pentingnya

pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar pinggang untuk penetuan hipertensi pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional analisis dengan sampel karyawan yang berusia 18-64 tahun dari rumah sakit umum swasta di kota Sao Paolo Brazil, yang mendefinisikan hipertensi sebagai adanya peningkatan tekanan darah arteri pada sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan untuk tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang umur, jenis kelamin, warna kulit, pendidikan, aktivitas umum, dan jam kerja. Sampel diklasifikasikan menurut indeks massa tubuh yaitu < 25 kg/m2, 25-29,9 kg/m2, dan ≥ 30 kg/m2 selanjutnya dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini juga mendapatkan hasil yang mana jumlah sampel pria maupun wanita masuk dalam kategori overweight (25-29,9 kg/m2) yaitu 47,5%. Pada analisis data bivariat untuk kedua jenis kelamin didapatkan hasil yang sama yaitu adanya hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan hipertensi (p<0,001). Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, bahwa peningkatan timbunan dapat menjadi risiko penyakit baik yang ada di perut maupun di bagian tubuh lainnya ( Sarno & Monteiro, 2007).

(15)

Indonesia (Depkes RI) dengan melakukan uji analisis sensitivitas (Se) dan Spesifitas (Sp) dimulai dari cut-off IMT 22 sampai 30 sebagi gold standar untuk hipertensi, diabetus melitus (DM), dan kolesterol, dengan hasil Se 48,4% Sp = 67,2%, yang berarti bahwa terdapat 48,4% dapat dideteksi dengan menggunakan indeks massa tubuh, dan 67,2% dapat digunakan untuk menentukan subjek tidak sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi cut-off IMT semakin tinggi untuk terkena hipertensi, DM dan hiperkolesterol. Peningkatan faktor risiko untuk hiperkolesterol dari cut-off IMT 23 menjadi 25 lebih besar dibandingkan dengan hipertensi, DM atau ≥ 1 risiko (Harahap dkk., 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

SARAN

Sebaiknya untuk dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode yang lebih baik untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah, yaitu dengan menggunakan metode cohort.

Perlu diadakan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat dari petugas kesehatan terkait tentang hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Amer, NM., Marcon, SS., Santana. 2011. Body Mass Index and Hypertension in Adult Subjects in Brazil’s Midwest. Arq Brass Cardiol. 96(1): 47-53

Arief, Muhammad TQ. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. LPP UNS dan UNS Press pp 26-27

Arisman, MB. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC pp 216

Arisman, MB. 2010. Obesitas, Diabetes Mellitus, & Dislipidemia. Jakarta: EGC

Aziza, L., Sja’bani M., Haryana, SM., Soesatyo, MHNE., Sadewa, AH. 2011. Hubungan Endotelin-1 Dengan Hipertensi Pada Penduduk Mlati, Slamen, Yogyakarta, Indonesia. J Indon Med Assoc. 61: 237-242

Bickley, LS. 2008. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta: EGC

Brown, CT. 2005. Penyakit Aterosklerotik Koroner, In: Price, SA., Wilson, LM., editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 6 Jilid II. Jakarta: EGC

Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Davey, P. 2005. Obesitas, In : At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga pp. 54.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI

Dorland. 2005. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC

Elliot, WJ., Bakris, GL., Black, HR. 2004. Hypertension: Epidemiology Pathophisiology, Diagnosis And Treatment, In: Fuster, V., Alexander, RW., O’Rourke, RA., editor. Hurst’s The Heart Eleventh Edition Volume 2. New York: McGraw-Hill pp1531

Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Gibney, MJ., Margaretts, BM., Kearney JM., Arab, L. 2008. Gizi Kesahatan Masyarakat. Jakarta: EGC pp 54

Ghosh, JR., Badyopadyay, AR. 2007. Comparative Evaluation Of Obesity Measures : Relationship With Blood Pressure And Hypertension. Singapore Med J. 48(3): 232-235

(17)

Guyton, AC., Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Harahap, H., Widodo, Y., Mulyati, S. 2005. Penggunaan Berbagai Cut-Off Indeks Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit Degeneratif di Indonesia. Gizi Indonesia. 31: 1-12

Haris, S., Tambunan, T. 2009. Hipertensi Pada Sindrom Metabolik. Sari Pediatri. 11(4): 257-263

Heimburger, DC., Ard, DJ. 2006. Handbook Of Clinical Nutition 4th Edition. St. Louis: Mosby

Julian, DG., Cowan, JC., McLenachan JM. 2005. Cardiology Eight Edition. New York : Elsevier Saunders

Kaplan, MN. 2001.Hypertensive And Atherosclerotic Cardiovascular Disease, In: Heart Disease A Textbook Of Cardiovascular Medicine 6th Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company pp 933

Kosasih A., Lilyasari O., Gunawan RI., Librantoro., Haryono N., Sunu I. 2007. Correlation Between Arterial Stiffness And Plasma Endothelin-1 Concentration In Man With Obesity. 28: 237-245

Kotchen, TA. 2008. Hypertensive Vascular Disease, In : Flier., Braunwald., Kasper., Hauser., Jameson., Loscalzo., editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition Volume II. New York: McGraw-Hill pp 1549

Librantoro., Rahayoe, AU., Andriantoro, H. 2007. Correlation Between Plasma Leptin And Endothelin -1 Plasma Level in Obese Hypertensive Subjects. Jurnal Kardiologi Indonesia. 28: 246-255

Lillyasari, S. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1 ?. Jurnal Kardiologi Indonesia. 28: 460-475

Mawi, M. 2003. Indeks Massa Tubuh Sebagai Determinan Penyakit Jantung Koroner Pada Orang Dewasa Berusia Di Atas 35 Tahun. Jurnal Kedokteran Trisakti. 23: 87-92

Pang, Wenyue., Sun, Zhaoqing., Zheng, Liqiang., Li, Jue., Zhang, Xingang., Liu, Shuangshuang., Xu, Changlu., Li, Jiajin., Hu, Dayi., Sun, Yingxian. 2008. Body Mass Index and the Prevalence of Prehypertension and Hypertension in a Chinese Rural Population. Internal Medicine 47: 893-897

(18)

Sarno, Flavio., Monteiro, Carlos Augusto. 2007. Relative Importance of Body Mass Index and Waist Circumference for Hypertension in Adults. Rev Saúde Pública. 41: 1-7

Schoen, FJ., Cotran, RS. 2007. In : Kumar., Cotran., Robin., editor. Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta: EGC

Silbernagl, S. 2006. In : Silbernagl, S., Lang, F. editor. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Sugondo, S. 2007. Obesitas, In: Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Soewondo, P., Purnamasari, D., Oemardi, M., Waspadji, S., Soegondo, S. 2010. Prevalence Of Metabolic Syndrome Using NCEP/ATP III Criteria in Jakarta, Indonesia: The Jakarta Primary Non-Communicable Disease Risk Factors Surveillance 2006. Acta Med Indones-Indones J Intern Med. 42: 199-203

Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC pp59

Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika pp 22

U.S. Departement of Health and Human Services, 2004. The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Institutes of Health, National High Blood Pressure education Program. http:// www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf diakses pada tanggal 30 April 2012

Wahba, MI., Mak, RH. 2007. Obesity and Obesity Inisiated Metabolic Syndrome: Mechanistic to Chronic Kidney Diseases. New York: Clin J Am Soc Nephrol. 2: 550-562

Waspadji, S., Suyono, S., Sukardji, K., Kresnawan, T.. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp 167

(19)

Directions. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2(2): 4-31

Wilson, PWF., D’Agostino, RB., Sullivan, L., Parise, H., Kannel, WB. 2002. Overweight and Obesity as Determinants of Cardiovascular Risk. Arch Intern Med. 162: 1867-1872

World Health Organisation (WHO) . 2007. Obesity and Overweight. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html diakses pada 24 April 2012

World Health Organization., International Society of Hypertension Writing Group. 2003. 2003 World Health Organization (WHO)/ International Society of Hypertension (ISH) Statement on Management of Hypertension.

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension/en/ diakses pada tanggal 30 April 2012

Yin, X., Song, ZY., Zhao CJ., Jiang, Y. 2010. Body Mass Index, Waist Curcumference, And Cardiometabolic Risk Factors In Young And Middle-Aged Chinese Woman. Journal of Zhejiang University-Science B (Biomedicine & Biotechnology). 11(9): 639-646

Yogiantoro, M.2007. Hipertensi Esensial, In : Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI pp 599

Gambar

Tabel 1. Gambaran Umum Sampel
Tabel 4 menunjukkan hasil tabel 2x2  analisis Chi-Square, dengan nilai p

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana strategi pembelajaran tahfizh Al- Qur’an yang diterapkan di Markaz

Dari gambar score plot deskripsi aroma minyak nilam pada Lampiran 15 dapat dilihat bahwa ketiga sampel minyak nilam, yaitu varietas Sidikalang, varietas Lhoksumawe, dan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI METODE LSQ (LEARNING START WITH A QUESTION) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GENTAN I BENDOSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DILENGKAPI KARTU DESTINASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI MINYAK BUMI SISWA

Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Nana, Sudjana (1989).. Dasar-Dasar Proses Belajar

Pada hari ini Sabtu tanggal Lima Belas bulan Oktober tahun 2016, yang bertanda tangan dibawah ini Pokja ULP Barang/Jasa Pembangunan Pondasi Pagar Keliling Madrasah

Nilai ini merupakan kelengkapan usulan penilaian dan penetapan angka kredit yang bersangkutan dalam rangka kenaikan jabatan

In the context of this research, the benefit of using captioned video will be measured through the students’ translation quality.. those two questions demand the