• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LKS TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NURUL ULUM SEMARANG PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LKS TERHADAP PENCAPAIAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NURUL ULUM SEMARANG PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2009/2010."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING

BERBANTUAN LKS TERHADAP PENCAPAIAN

HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR

SISWA KELAS VIII SMP NURUL ULUM

SEMARANG PADA MATERI POKOK KUBUS

DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Matematika

Oleh Dian Nor Ekowati

4101405594

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantuan LKS terhadap Pencapaian Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Ulum Semarang pada Materi Pokok Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2009/2010

disusun oleh

Nama : Dian Nor Ekowati NIM : 4101405594

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 19 Agustus 2010.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd

195111151979031001 195604191987031001 Ketua Penguji

Drs. Amin Suyitno, M.Pd.

195206041976121001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Darmo Drs. Edy Soedjoko, M.Pd

(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Sesungguhnya Allah tidak merubah nikmat (keadaan) yang ada pada suatu kaum (kecuali) bila mereka sendiri merubah keadaannya” (QS Ar-Ra’du:11).

“Di mana ada kemauan di situ ada jalan”.

“Hidup adalah perjuangan, perjuangan adalah pengorbanan, pengorbanan adalah keikhlasan, keikhlasan adalah ruh dari kehidupan, ruh dari kehidupan adalah indahnya menggarap PR Surga” (Abah Yai Masrokhan).

Persembahan

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu serta adik-adikku tercinta yang selalu menyayangi dan mendoakan dalam setiap langkahku.

2. Abah Yai Masrokhan dan keluarga yang selalu membimbingku di PPDAW.

3. Rekan-rekanita di IPNU-IPPNU Ranting Genuksari dan di PAC Genuk, yang bersama-sama dalam Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa.

4. Keluarga besar PPDAW wabil khusus shohibku yang selalu menemani dan memotivasiku untuk tidak menyerah mbak wilis, lusi, sidu.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantuan LKS Terhadap Pencapaian Hasil Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Ulum Semarang Pada Materi Pokok Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2009/2010”. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan itu semata-mata karena keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak maka penulis tidak akan berhasil dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Kasmadi Imam S, MS, Dekan Fakultas Matemátika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd., Ketua Jurusan Matematika.

4. Drs. Darmo, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.

(6)

7. Sriyati, S.Pd., guru matematika yang telah membantu terlaksananya penelitian. 8. Guru, karyawan, dan peserta didik kelas VIII SMP SMP Nurul Ulum

Semarang atas kerjasama dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian ini. 9. Seluruh dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat dan membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

10.Kedua orang tua, teman-teman yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat yang tidak ternilai harganya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberi rahmat serta hidayah-Nya pada kita semua baik di dunia maupun di akhirat. Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah Yang Maha Kuasa, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi Almamater pada khususnya serta pembaca pada umumnya.

Semarang,

Penulis

Dian Nor Ekowati

(7)

ABSTRAK

Nor Ekowati, Dian. 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berbantuan LKS terhadap Pencapaian Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Ulum Semarang pada Materi Pokok Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I: Drs. Darmo., Pembimbing II: Drs. Edy Soedjoko, M.Pd.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Snowball Throwing, Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

Matematika sebagai ilmu dasar banyak digunakan dalam bidang ilmu kehidupan. Matematika yang bersifat abstrak menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan soal matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Agar tujuan pembelajaran tercapai, guru mata pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang tepat, yang mengedepankan kerjasama karena kerjasama merupakan nilai dasar yang harus ditanamkan pada anak sejak awal. Salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS. Model pembelajaran ini diharapkan lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori dalam pencapaian hasil belajar dan peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok kubus dan balok. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS efektif terhadap pencapaian Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa SMP Nurul Ulum Semarang pada materi kubus dan balok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS terhadap pencapaian hasil belajar dan aktivitas siswa kelas VIII SMP Nurul Ulum Semarang pada materi kubus dan balok.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Nurul Ulul Semarang. Dipilih dua kelas secara random sampling, yaitu kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang dikenai metode pembelajaran ekspositori dengan bantuan LKS dan VIII A sebagai kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS. Pada akhir pembelajaran, kedua kelas sampel diberi tes akhir dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan tes.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes akhir dari kedua kelas tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh ttabel = 1,667, sedangkan nilai thitung = 10,486. Oleh karena thitung > ttabel

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, rata-rata hasil tes belajar siswa

(8)
(9)

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Penegasan Istilah ... 6

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... .9

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1Pengertian Belajar ... 11

2.2Pengertian Pembelajaran ... 12

2.3Hasil Belajar ... 12

2.4Prinsip Belajar Efektif ...13

2.5Aktifitas Belajar Siswa ... 17

2.6Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.7Model Pembelajaran Snowball Throwing ... 19

2.8Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) ... 22

2.9Model Pembelajaran Konvensional (Metode Ekspositori) ... 23

2.10 Media dan alat Pembelajaran ...20

2.11 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ...22

2.12 Materi Kubus dan Balok ...23

2.13 Kerangka Berfikir...30

2.14 Hipotesis...31

(10)

3.1.1 Populasi ... 32

3.1.2 Sampel ... 32

3.1.3 Variabel Penelitian......33

3.2 Prosedur Pengumpulan Data... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data. ... 34

3.3.1 Metode Dokumentasi ... .34

3.3.2 Metode Observasi ... .34

3.3.3 Metode Tes ... .35

3.4 Instrumen Penelitian... .35

3.4.1 Lembar Observasi ... 35

3.4.2 Tes . ... .35

3.5 Analisis Instrumen ... .36

3.5.1 Analisis Lembar Observasi. ... 36

3.5.2 Analisis Instrumen Tes ... .37

3.5.2.1 Validitas ... 37

3.5.2.2 Reliabilitas ... 39

3.5.2.3 Tingkat Kesukaran ...40

3.5.2.4 Daya Beda ... 40

3.6 Metode Analisis Data ... 41

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal...41

3.6.1.1 Uji Normalitas ...41

3.6.1.2 Uji Homogenitas ...42

3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir ...43

3.6.2.1 Uji Normalitas ...43

3.6.2.2 Uji Homogenitas ...44

3.6.3 Uji Hipotesis...44

3.6.3.1 Uji Perbedaaan Rata-rata. ... ...44

3.6.3.2 Uji Ketuntasan Belajar ...46

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

(11)

4.1.1.1 Uji Normalitas ... .47

4.1.1.2 Uji Homogenitas ... 48

4.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata ... .49

4.1.2 Analisis Data Akhir. ... 50

4.1.2.1 Uji Normalitas ... .50

4.1.2.2 Uji Homogenitas ... .52

4.1.2.3 Uji Hipotesis 1. ... 52

4.1.2.4 Uji Hipotesis 2 ...53

4.1.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa. ... 54

44.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... .55

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ...59

5.2 Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA ...61 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba ... 63

Lampiran 2. Daftar Nama Pesera Didik Kelas kontrol dan Eksperimen ... 64

Lampiran 3. Daftar Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 65

Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 66

Lampiran 5. Soal Uji Coba ... 67

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 68

Lampiran 7. Analisis Soal Uji Coba ... 72

Lampiran 8. Hasil perhitungan Validitas ... 77

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Daya Beda ... 79

Lampiran 10. Hasil perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ... 81

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Reliabilitas Butir Soal ... 82

Lampiran 12. Data Nilai Awal Kelas Eksperimen, kontrol dan Uji Coba ... 83

Lampiran 13. Uji Normalitas Data Awal kelas Kontrol ... 84

Lampiran 14. Uji Normalitas Data awal Kelas Eksperimen ... 86

Lampiran 15. Uji Normalitas Data Awal Kelas Uji Coba ... 88

Lampiran 16. Uji Homogenitas Data Awal Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 90

Lampiran 17. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 91

Lampiran 18. RPP Pertemuan I Kelas Kontrol dan Eksperimen... 92

Lampiran 19. RPP Pertemuan II Kelas Kontrol dan Eksperimen ...109

Lampiran 20. RPP Pertemuan III Kelas Kontrol dan Eksperimen ...124

Lampiran 21. Lembar Pengamatan Aktivitas Terhadap Siswa ...126

Lampiran 22. Lembar Pengamatan Aktivitas Terhadap Guru ...131

Lampiran 23. Lembar Kerja Siswa ...139

Lampiran 24. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar ...142

Lampiran 25. Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksperimen ...143

Lampiran 26. Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Kontrol ...145

Lampiran 27. Uji Homogenitas Hasil Belajar ...147

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

Tabel 3.1 Daftar Kritik z dari 0 ke z ...156

Tabel 3.2 Tabel Chi Kuadrat ...157

Tabel 3.3 Tabel Uji t ... .158

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan semua pihak dapat memeperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kamampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan kerjasama yang tinggi. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa mampu berpikir rasional (Depdiknas, 2007).

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang di Pendidikan Dasar (SD dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SLTA dan SMK) (Suherman Erman dkk, 2003:55).

(16)

keefektifan belajar, hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai, aktivitas belajar siswa meningkat dan membuat siswa tidak jenuh dan bosan terhadap pelajaran matematika. Oleh karena itu guru-guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode keterampilan dan strategi dalam pengajaran matematika. Tujuannya antara lain agar guru dapat menyusun program pengajaran yang efektif, tepat sasaran dan dapat memotivasi kepada siswa agar mereka belajar dengan antusias. Lebih dari itu agar siswa merasa dan benar-benar ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian penghayatan terhadap pelajaran matematika akan lebih baik.

Pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.

Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting namun sulit untuk mempelajarinya sehingga pembelajaran matematika pada SMP sebagai landasan untuk memahami materi selanjutnya pada jenjang pendidikan berikutnya membutuhkan perhatian yang besar khususnya guru dalam penentuan metode pengajaran yang tepat kepada siswa.

(17)

3

masih kurang variasi dalam pembelajaran dan kurang bisa memenuhi standar proses, proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta melatih kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikololgi siswa.

Materi Pokok kubus dan balok merupakan materi yang dipelajari di SMP yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa menganggap bahwa materi kubus dan baloksulit untuk dipahami karena memerlukan ketelitian dan pemahaman konsep yang ada pada materi tersebut.

(18)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LKS TERHADAP

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

KELAS VIII SMP NURUL ULUM SEMARANG PADA MATERI POKOK

KUBUS DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2009/2010”

1.2

Permasalahan

Dari uraian  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  di atas,  maka  permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah Apakah dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS efektif terhadap pencapaian hasil belajar dan aktivitas siswa SMP Nurul Ulum Semarang pada materi kubus dan balok?

1.3

Tujuan Penelitian

(19)

5

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada siswa, guru, dan sekolah yaitu:

(a) Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi kubus dan balok.

2) Meningkatkan keterampilan siswa kelas VIII dalam kerja kelompok. 3) Meningkatkan rasa percayadiri yang tinggi.

4) Meningkatkan motivasi siswa dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika.

5) Menumbuhkan sikap kritis, kreatif, serta dapat berpikir secara logis. (b) Bagi guru

1) Sebagai upaya guru untuk meningkatkan kemampuan belajar hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika.

2) Dapat digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa.

3) Sebagai upaya bagi guru agar lebih terampil dalam menggunakan metode yang bervariasi.

(c) Bagi sekolah

(20)

(d) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran Snowball Throwing.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi salah penafsiran ataupun menimbulkan beberapa penafsiran dalam mengartikan judul, maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1) Keefektifan

Menurut Nieveen, kurikulum yang dikembangkan dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria, yaitu:(1) Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang telah dikembangkan efektif; (2) Secara operasional kurikulum tersebut memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria berikut: (1) Hasil belajar siswa kelas Eksperimen > daripada kriteria ketuntasan Minimal belajar matematika siswa; (2) Hasil belajar siswa kelas Eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional dalam pembelajarannya.

(21)

7

LKS dapat dilihat pula melalui aktivitas belajar siwa yang mengalami peningkatan selama proses belajar mengajar.

2) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Suherman, 2003:260).

3) Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran yang mengacu pada model pengajaran kooperatif di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu belajar, setiap siswa membuat soal yang ditulis di kertas, kemudian dimasukkan ke dalam bola untuk diberikan dan dikerjakan kelompok lain (Kiranawati, 2007).

4) LKS

(22)

artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga cabai dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya sebuah KD dikuasai oleh siswa.

5) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(23)

9

6) Aktivitas Belajar siswa

Aktivitas belajar pada diri seseorang ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengolahan (processing) informasi yang berlangsung di dalam kognisi yang dapat merubah perilaku seseorang (Anni,2006:56).

7) Kubus dan Balok

Kubus dan Balok merupakan salah satu materi geometri yang diajarkan di kelas VIII SMP pada semester genap. Sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, mencari luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok.

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal skripsi, bagian inti skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab 1 : Pendahuluan, berisi: Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan, Manfaat, Penegasan Istilah dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab 2 : Landasan Teori dan Hipotesis, berisi: Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis.

(24)

Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab 5 : Penutup, berisi: Simpulan dan Saran.

(25)

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1

Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Herman, 2001:92). Adapun Darsono (2000:30) menyatakan bahwa tidak semua perubahan tingkah laku disebut belajar, ada pun beberapa ciri belajar yaitu :

a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus bagi tolak ukur keberhasilan belajar. b. Belajar merupakan pengalamn sendiri, tidak dapat diwakili oleh orang lain.

Jadi belajar besifat individual.

c. Belajar merupakan proses interaktif antara individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu. Kegiatan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar. Misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, dan motivasi.

(26)

2.2

Pengertian pembelajaran

Secara umum, pengertian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Menurut Suyitno (2004: 2) pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.

2.3

Hasil

Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar (Sudjana, 1989: 50). Hasil belajar mencakup kemampuan pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah.

Adapun ranah penilaian matematika di SMP menurut Suyitno (2007: 26) terdiri dari tiga aspek, sebagai berikut.

(1) Pemahaman Konsep

(27)

13

(2) Penalaran dan Komunikasi

Menilai ranah penalaran dan komunikasi berarti menilai kompetensi dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikatornya: dapat menyajikan dalam lisan, tulisan, atau diagram; mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan, bukti, atas kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan; menemukan pola atau sifat dari suatu gejala matematis; memeriksa kebenaran argumen.

(3) Pemecahan Masalah

Menilai ranah pemecahan masalah berarti menilai kompetensi dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan, serta menyelesaikan masalah. Indikatornya: dapat memahami masalah; mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan; menyajikan masalah secara matematis; memilih pendekatan pemecahan masalah; mengembangkan strategi pemecahan masalah; menafsirkan model matematika dari suatu masalah; menyelesaikan masalahnya.

2.4

Prinsip Belajar

Efektif

Thomas dan Rohwer (dalam Anni, 2006:64). Menyajikan beberapa prinsip belajar efektif sebagai berikut:

(28)

2. Pembuatan (Generativity). Strategi pembelajaran yang efektif yaitu yang memungkinkan seseorang mengerjakan kembali materi yang telah dipelajari dan membuat sesuatu yang baru.

3. Pemantauan yang efektif (Effective monitoring), yaitu siswa mengetahui kapan dan bagaimana cara menerangkan strategi belajarnya dan bagaimana cara menyatakan bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.

4. Kemujaraban personal (Personal Efficacy). Siswa harus memiliki kejelasan bahwa belajar akan berhasil apabila yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkan pada prinsip-prinsip belajar tersebut, slavin (dalam Anni, 2006:65) menyatakan tiga strategi belajar yang dapat digunakan untuk belajar efektif, yaitu

(a) Membuat catatan, strategi ini banyak digukan pada waktu belajar dari bacaan maupun belajar mendengarkan ceramah.

(b) Belajar kelompok, strategi ini memungkinkan siswa membahas materi yang telah dibaca atau didengar di kelas. Banyak penelitian menemukan bahwa siswa yang belajar kelompok akan belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari secara baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

(29)

15

hal-hal penting, ajukan pertanyaan dan jawab sendiri), Review (Mengulang secara aktif materi yang pernah dipelajari).

2.5

Aktivitas Belajar Siswa

Siswa adalah sumberdaya manusia yang memiliki potensi yang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan membuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku dan perbuatan itu menuju tingkat perkembangan yang diharapkan.

Pembelajaran efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau aktivitas sendiri (Hamalik, 2005:171)

Pembelajaran yang aktif merupakan proses pembelajaran dimana guru harus dapat menciptakan suasana yang demikian rupa sehingga siswa dapat aktif bertanya, mempertanyakan dan mengumumkan gagasan. Aktif berhubungan dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa datang merasa nyaman dalam menerima materi yang disampaikan guru. Keadaan aktif dan menyenangkan tidak akan cukup jika proses belajar tidak efektif karena pembelajaran memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai.

2.6

Model Pembelajaran Kooperatif

(30)

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi (Suherman, 2003:260):

(1) para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai;

(2) para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu;

(3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya;

(4)keanggotaannya sebaiknya heterogen, baik dari kemampuannya maupun karakteristik lainnya.

Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

2.7

Model

Pembelajaran

Snowball Throwing

(31)

masing-17

masing kelompok membuat pertanyaan yang dimasukkan ke dalam bola. Bola pertanyaan tersebut kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk dikerjakan. Pembuatan pertanyaan itu bertujuan untuk melatih siswa kreatif dalam belajar dan benar-benar memahami materi yang disampaikan.

Belajar melalui permainan mempunyai tujuan sebagai berikut:

(1) Menanamkan konsep matematika atau meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (aspek kognitif).

(2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam ketrampilan matematika (aspek psikomotorik).

(3) Agar siswa senang dan bersemangat, tidak bosan dan takut belajar matematika, sehingga siswa berpikir positif tentang matematika (aspek afektif).

Belajar melalui permainan jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat: (1) Menyingkirkan “keseriusan” yang menghambat.

(2) Menghilangkan stress dalam lingkungan belajar. (3) Mengajak siswa terlibat penuh.

(4) Meningkatkan proses belajar. (5) Membangun kreatifitas diri.

(6) Mencapai tujuan dengan ketidaksadaran. (7) Meraih makna belajar melalui pengalaman. (8) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.

(32)

(2) Guru membentuk kelompok kecil dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk mendapatkan LKS yang akan didiskusikan dalam kelompoknya.

(3) Ketua memimpin diskusi dan menyiapkan anggotanya untuk mempresentasikan hasil diskusi.

(4) Jika semua kelompok sudah maju presentasi, masing-masing kelompok membuat lima soal yang kemudian dimasukkan ke dalam bola.

(5) Bola yang berisi pertanyaan kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk dikerjakan.

(6) Pertama Masing-masing kelompok mendapat satu bola dan mengambil satu soal.

(7) Satu soal selesai dikerjakan, bola diberikan kepada kelompok lain untuk diambil satu soal dan dikerjakan.

(8) Setelah setiap kelompok mendapat lima soal dan selesai menjawabnya. Lembar hasil pengerjaan diserahkan kepada guru.

(9) Evaluasi. (10)Penutup.

Kelebihan model Pembelajaran Snowball Throwing

(1) Model pembelajaran Snowball Throwing menarik sehingga mendorong siswa untuk dapat aktif ke dalamnya.

(33)

19

(3) Model pembelajaran Snowball Throwing membuat anak senang, bersemangat sehingga pembelajaran tidak membosankan dan lebih menarik.

(4) Dapat melatih kesiapan siswa.

Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu:

(1) Tidak semua topik dapat disajikan dalam model pembelajaran tersebut. (2) Memerlukan banyak waktu.

(3) Menimbulkan kegaduhan yang tinggi, sehingga bisa mengganggu kelas lain. (4) Pengetahuan tidak luas karena hanya mencakup pengetahuan sekitar siswa

(Kiranawati, 2007).

2.8

Model

Pembelajaran

Ekspositori

Model Pembelajaran ekspositori pada dasarnya hampir sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai sumber informasi, akan tetapi pada pembelajaran ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus-menerus bicara. Guru bicara pada awal pelajaran, menerangkan materi kemudian memberi contoh soal hanya jika diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tapi juga membuat soal latihan dan bertanya bila tidak mengerti (Suherman, 2003: 203).

2.9

Media

dan

Alat pembelajaran

(34)

menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun orang lain) kepada penerima (Latuheru, 1988: 14).

Menurut Suherman (2003:238), media pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) media non projected seperti: fotografi, diagram, sajian, (display), alat peraga, dan model-model;

(2) media projected seperti: slide, filmstrip, transparansi, dan komputer proyektor; (3) media dengar seperti: kaset, compact disk;

(4) media gerak seperti: video, dan film; (5) komputer, multimedia;

(6) serta media yang digunakan untuk belajar jarak jauh seperti radio dan televisi, serta internet.

Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa. Alat peraga dapat berupa benda ataupun perilaku Alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya:

(1) memberikan penjelasan konsep; (2) merumuskan atau membentuk konsep;

(3) melatih siswa dalam keterampilan (reinforcement); (4) melatih siswa dalam pemecahan masalah;

(5) mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitik;

(35)

21

(7) melatih siswa untuk belajar menemukan suatu ide - ide baru dan relasinya dengan konsep-konsep yang telah diketahuinya;

(8) melatih siswa dalam melakukan pengukuran (Suherman, 1999: 274).

Alat peraga dalam penelitian ini adalah alat peraga kubus dan balok. Selain itu digunakan lembar kerja. Lembar kerja adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun soal-soal atau pertanyaan yang harus dijawab siswa yang prosedur pengerjaannya sudah ada urutannya.

Lembar kerja merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Secara umum lembar kerja merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/ sarana pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa) (Sugiarto dan Hidayah 2006: 8).

Kegunaan lembar kerja dalam pembelajaran matematika antara lain:

(1) alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran/ pengenalan suatu keinginan tertentu (konsep, prinsip atau skill) sebagai variasi kegiatan belajar mengajar; (2) mempercepat proses pengajaran, menghemat waktu penyajian topik;

(3) mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal; (4) meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan perorangan atau remidi; (5) membangkitkan minat siswa, jika lembar kerja disusun secara menarik,

(36)

p

t l

A B

C E

H G

2.10

Kriteria

Ketuntasan

Minimal

(

KKM

)

Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah tempat penelitian yaitu SMP NURUL ULUM. Siswa dikatakan tuntas dalam pelajaran matematika apabila siswa tersebut memperoleh nilai sekurang-kurangnya 60.

Secara klasikal siswa dikatakan tuntas dalam pelajaran matematika apabila lebih dari 75 % dari siswa yang berada pada kelas tersebut memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60.

2.11

Materi Kubus dan Balok

A. Luas Permukaan Balok dan Kubus

1. Luas Permukaan Balok

Gambar A.1 balok dan jaring-jaring balok

Pada balok terdapat 3 pasang bidang berbentuk persegi panjang yang sejajar dan kongruen, dengan demikian luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh bidang yang membatasi balok.

Misalkan balok ABCD.EFGH dengan panjang = p, lebar = l dan tinggi = t, maka:

[image:36.595.116.508.282.590.2]
(37)

23

Luas permukaan balok

= L.ABCD+L.EFGH+L.ABFE+L.DCGH+L.ADHE+L.BCGF = (pxl)+(pxl)+(pxt)+(pxt)+(lxt)+(lxt)

= 2(pxl)+2(pxt)+2(lxt) = 2((pxl)+(pxt)+(lxt))

Jadi luas permukaan balok dengan panjang = p, lebar = l dan tinggi = t adalah:

L = 2((pxl)+(pxt)+(lxt))

Contoh:

a. Diketahui sebuah balok dengan panjang p = 8 cm, lebar l = 6 cm, dan tinggi t = 5 cm. Hitumglah luas permukaan balok itu!

Penyelesaian:

Luas permukaan balok = 2((pxl)+(pxt)+(lxt)) = 2((8x5)+(6x5)+(8x6) = 236 cm2.

b. Perbandingan rusuk-rusuk yang bertemu pada pojok suatu balok adalah 7 : 3 : 2. Jika panjang seluruh balok 144 cm. Hitunglah luas permukaan balok itu!

Penyelesaian:

Misalkan panjang seluruh balok adalah K, maka: K = 144, maka

(38)

a

H G

F E

D C

A B

36 ) (p+l+t =

p : l : t = 7 : 3 : 2 maka p = x36 21cm

12 7

=

l = x36 9cm

12 3

=

t = x36 6cm

12 2

=

Luas permukaan balok = 2((pxl)+(pxt)+(lxt)) = 2((21x9)+(21x6)+(9x6)) = 738 cm2.

2. Luas Permukaan Kubus

Gambar A.2 kubus dan jaring- jaring kubus

Pada suatu kubus terdapat 6 bidang berbentuk persegi yang kongruen, misalkan panjang rusuk kubus adalah a cm, maka Luas permukaan kubus: = L.ABCD+L.EFGH+L.BCGF+L.CDHG+L.ADHE+L.ABFE

[image:38.595.120.515.97.629.2]
(39)

25

= 2 2 2 2 2 2

a a a a a

a + + + + +

= 6 2

a

Jadi Luas permukaan kubus dengan panjang rusuk a cm adalah

6 2

a cm2.

Contoh:

a. Panjang seluruh rusuk suatu kubus adalah 144 cm. Hitunglah panjang rusuk dan luas permukaan kubus!

Penyelesaian

Misalkan panjang seluruh kubus dinyatakan oleh K dan panjang rusuk oleh a, maka

K = 12a 144 = 12a

a = 12. Jadi, panjang rusuk kubus itu adalah 12 cm. Luas permukaan kubus = 6a2

= 6 x 122 = 864 cm2

b. Luas permukaan sebuah kubus adalah 384 cm2. Hitunglah panjang rusuk kubus itu!

Penyelesaian

Luas permukaan kubus = 384 cm2, maka 6a2 = 384 cm2

(40)

Jadi panjang rusuk kubus itu adalah 8 cm.

B. Volum Balok dan Kubus

1. Volum Balok

Menentukan volum balok

Gambar B.1 Balok Satuan

Gambar B.1 menunjukkan pembentukan berbagai balok dari balok satuan. Gambar B.1(a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok seperti pada Gambar B.1(b), diperlukan 2 × 1 × 2 = 4 balok satuan, sedangkan untuk membuat balok seperti pada Gambar B.1(c) diperlukan 2 × 2 × 3 = 12 balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut.

Jika sebuah balok dengan panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t maka

volum balok (V) = p x l x t.

Contoh:

a. Sebuah balok berukuran panjang = 1m, lebar = 25 cm, dan tingginya = 20 cm. Berapa liter volume balok tersebut!

Penyelesaian: Diketahui:

p = 1m = 10 dm

[image:40.595.119.513.226.633.2]
(41)

27

l = 25 cm = 2,5 dm t = 20 cm = 2 dm V = p x l x x t

= 10 x 2,5 x 2 = 50 liter

Jadi volum balok itu adalah 50 liter.

b. Diketahiu sebuah balok dengan panjang 2 kali lebarnya dan tinggi 3 1

dari panjangnya. Jika volume balok 972 liter. Hitunglah luas permukaan balok tersebut!

Penyelesaian: p = 2l

t = 3 1 p = 3 2 l

V = p x l x t

972 = 2l x l x 3 2

l

l3 = 729 4

3 972

=

x

l = 3 729 =9dm

p = 2l = 2 x 9 = 18 dm

t = 3 2 l = 3 2

x 9 dm = 6 dm

(42)

2. Volum Kubus

Apabila diamati, kubus merupakan balok yang ukuran panjang, lebar dan tingginya sama.

Rumus volum kubus dapat diperoleh dari rumus volum balok, dengan cara sebagai berikut:

Misalkan panjang, lebar, dan tinggi kubus adalah a cm V = p x l x x t

= a x a x a V = a3

Simpulan:

Apabila panjang rusuknya adalah a cm maka, Volum kubus = a3

Contoh:

a. Panjang seluruh rusuk suatu kubus adalah 120 dm. Hitunglah volum kubus itu!

Penyelesaian:

Misalkan panjang seluruh rusuk suatu kubus = K dan panjang rusuk kubus = a

K = 12a⇔120=12aa10dm

V = a3 = 103 = 1000 liter

Jadi volum kubus tersebut adalah 1000 liter.

(43)

29

V = a3 a = 3 64=4

Luas permukaan kubus = 6 2

a

= 6 x 42 = 96 dm2

Jadi luas permukaan kubus tersebut adalah 96 dm2.

2.12

Kerangka Berpikir

Setiap individu membangun pengetahuannya sendiri. Proses belajar mengajar memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Pembelajaran yang cocok membantu siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri, sehingga guru tidak berperan utama dalam pembelajaran. Lebih-lebih dalam pembelajaran matematika yang mempelajari sesuatu yang abstrak sehingga diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan, memotivasi siswa dan membuat siswa aktif.

Salah satu cara untuk membuat pembelajaran matematika itu lebih menyenangkan dan efektif adalah dengan mengajak siswa untuk aktif, dengan adanya kerja kelompok untuk meyelesaikan masalah.

(44)

membosankan pada mata pelajaran matematika pun akan dapat dihilangkan dengan adanya bola sebagai wadah soal yang diberikan kepada siswa.

Dengan demikian, pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang mampu mengurangi tingkat ketakutan siswa dan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pemecahan masalah dalam matematika adalah hal yang sangat penting. Model pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan matematika yang lebih rileks, menyenangkan, menantang, dinamis akan mampu memacu keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

Model pembelajaran Snowball Throwing sebagai model pembelajaran yang kooperatif dan mudah diterapkan, melibatkan aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa dan mengandung unsur permainan dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi berbagai masalah di atas.

Dengan penerapan pembelajaran Snowaball Throwing guru dapat mengkondisikan siswa sedemikian hingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat.

2.13

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang telah disajikan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(45)

31

(46)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penentuan Subyek Penelitian

3.1.1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006:55).

Secara keseluruhan, populasi kelas VIII Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Nurul Ulum Semarang kelas VIII semester II tahun pelajaran 2009/2010 terdiri dari 93 siswa dan terbagi menjadi 3 kelas, yaitu (1) kelas VIII A 31 sebanyak siswa, (2) kelas VIII B sebanyak 31 siswa, (3) kelas VIII C sebanyak 31 siswa.

3.1.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2006:56).

(47)

33

3.1.3.Variabel Penelitian

Variabel Penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang/objek yang menpunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2006:2).

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar, aktivitas siswa, respon siswa pada pembelajaran matematika materi pokok kubus dan balok yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing berbantuan LKS dan pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

3.2

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur Pengumulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Menyusun RPP, LKS, dan tes tertulis yang telah divalidasi oleh dosen pembimbing.

(2) Menentukan subyek Penelitian, yaitu siswa kelas kelas VIII SMP Nurul Ulum dengan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen, dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol.

(3) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berbantuan LKS.

(4) Pengambilan data

(48)

(a)Pada Proses, melalui aktivitas belajar siswa pada waktu pembelajaran dilaksanakan.

(b)Respon Siswa, dapat dilihat setelah pelaksanaan beajar mengajar telah selesai dilaksanakan.

(c)Hasil belajar, dapat diketahui dari tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah materi selesai disampaikan.

(5) Analisis data hasil tes dan pengamatan (6) Menyusun hasil penelitian.

3.3

Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang nama-nama dan banyak siswa yang menjadi objek penelitian serta data nilai ulangan materi pokok sebelumnya yang akan dipakai sebagai data awal.

3.3.2 Metode Observasi

(49)

35

3.3.3 Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mendapatkan skor hasil belajar matematika setelah diadakan perlakuan. Data yang diperoleh melalui tes ini yang merupakan data utama dalam penelitian ini, karena data inilah yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.4

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa : 3.4.1 Lembar Observasi

Lembar observasi dilakukan dengan menggunakan check list atau daftar chek yang terdiri dari daftar item yang berisi faktor-faktor yang diselidiki. Jenis alat ini mensistematiskan dan memudahkan perekaman hasil observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa.

3.4.2 Tes

Instrumen tes yang digunakan berupa soal uraian. Soal tersebut mengungkap aplikasi matematika dalam kehidupan nyata atau soal berbasis masalah. Sebelum digunakan instrumen ini di ujicobakan terlebih dahulu di salah satu kelas yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Hasil ujicoba tersebut satu persatu dihitung validitasnya, daya beda, tingkat kesukaran dan secara keseluruhan dihitung reliabilitasnya. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

(50)

(a) melakukan pembatasan materi yang diujikan; (b) menentukan tipe soal;

(c) menentukan jumlah butir soal;

(d) menentukan waktu mengerjakan soal; (e) menentukan komposisi atau jenjang; (f) membuat kisi-kisi soal;

(g) menulis petunjuk pengerjaan soal, bentuk lembar jawab, kunci jawaban dan penentuan skor;

(h) menulis butir soal;

(i) menguji cobakan instrumen;

(j) menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran;

(k) memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang dilakukan.

3.5

Analisis Instrumen

3.5.1. Analisis Lembar Observasi

Cara perhitungan pada aktivitas siswa yaitu dengan menjumlahkan skor yang ada disetiap aspek yang diamati dan mencari presentasenya.

Penilain aktivitas siswa = x100%

maksimal skor

jumlah

total skor

Kriteria :

(51)

37

ƒ 62,5% < presentase aktivitas siswa ≤ 81,25 % = aktivitas siswa baik; ƒ presentase aktivitas siswa ≥ 81,26% = aktivitas siswa sangat baik.

3.5.2.Instrumen Tes

Instrumen tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika materi pokok kubus dan balok siswa dianalisis terlebih dahulu dengan mengukur validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya.

3.5.1.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevali dan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168).

Macam-macam validitas yang berasal dari dasar pembagian jenis yaitu: 1. Validitas Logis

a) Validitas isi (content validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.

b) Validitas Konstruksi (konstruct validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional khusus. 2. Validitas Empiris

(52)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.

b) Validitas Prediksi (predictivevalidity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.

, (Arikunto,2006: 72) dimana:

XY

r = koefisien korelasi tiap item, N = banyaknya subjek uji coba,

X = jumlah skor item,

Y = jumlah skor total,

2

X = jumlah kuadrat skor item,

2

Y = jumlah kuadrat skor total,

XY = jumlah perkalian skor item dan skor total.

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

(53)

39

( )

n n X X 2 2

− =

( )

n n Y Y 2 2

− =

Hasil rXY yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan α = 5%. Jika rXY > rtabel maka instrumen tes dikatakan valid.

3.5.1.2. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk tes uraian adalah rumus alpha, yaitu:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −

=

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ

, (Arikunto, 2006: 109)

Keterangan:

11

r = reliabilitas tes secara keseluruhan

2

i

σ = jumlah varians skor tiap-tiap item

total

2

σ = varians total

(54)

0,7 ≤ r11≤ 1 reliabel

0,3 < r11< 0,7 reliabel dengan perbaikan butir soal

0,3 ≤r11≤ 0,0 tidak reliabel dan butir soal diganti atau dibuang

3.5.1.3. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal uraian adalah dengan menghitung berapa persen testi yang menjawab benar atau ada diatas batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut:

a. jika jumlah testi yang gagal ≤ 27%, termasuk mudah;

b. jika 27% < jumlah testi yang gagal ≤ 72%, termasuk sedang; c. jika jumlah testi yang gagal ≥ 72%, termasuk sukar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

TK = N TG

x 100%,

dengan

TK = taraf kesukaran

TG = banyaknya testi yang gagal N = banyaknya siswa

3.5.1.4. Daya Pembeda

(55)

41

kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah dari tiap-tiap soal. Untuk menghitung daya pembeda soal bentuk uaraian dapat digunakan rumus :

) 1 ( ML) -(MH t 2 2 2 1 − + =

i i n n x x Keterangan :

t = daya pembeda

MH = rata-rata kelompok atas ML = rata-rata kelompok bawah

2 1

x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

2

2

x = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

i

n = 27% x N

N = banyak peserta tes

1

n = banyak peserta tes kelompok atas

2

n = banyak peserta tes kelompok bawah.

Jika thitung > ttabel dengan dk = (n1 −1)+(n2 −2) dengan taraf signifikan 5% maka daya pembeda soal tersebut signifikan.

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1.Analisis Data Tahap Awal

3.6.1.1. Uji Normalitas

(56)

Ho : data pada sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal,

Ha : data pada sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Untuk menghitung normalitas nilai ujian semester I digunakan rumus Chi kuadrat, yaitu:

(

)

= − = k i I I I E E O x 1 2 2

, (Sudjana 2002: 273). dimana:

k = jumlah kelas interval, O = frekuensi hasil pengamatan, E = frekuensi yang diharapkan.

Kriteria pengujiannya adalah jika dengan derajat kebebasan dk = 3 dan α= 5% maka jika x2hitungx2tabel berarti Ho diterima sehingga populasi berdistribusi

normal, dan apabila x2hitungx2tabel maka Ho ditolak.

3.6.1.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kelas-kelas tersebut mempunyai varians yang sama maka kelas tersebut dikatakan homogen.

Hipotesis statistik yang diuji adalah : Ho :

2 2 2 1 σ

σ = (Varians antar kelas tidak berbeda).

Ha :

2 2 2 1 σ

σ ≠

(57)

43

terkecil varians

terbesar varians

Fhitung =

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika

) . ( 2 1 hitung 2 1 F F v v

≤ . Uji homogenitas juga

digunakan untuk menentukan rumus uji t yang akan dipakai untuk menguji hipotesis (Sudjana, 2002:250).

3.6.2.Analisi Data Tahap Akhir

3.6.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan sebagai langkah awal dalam mengolah data secara statistik. Normalitas dapat diuji dengan menggunakan uji chi kuadrat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut :

(1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. (2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. (3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

(4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

(5) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus:

S X X

Zi i

− =

[image:57.595.113.509.246.605.2]

(6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

(7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva :

(58)

Keterangan :

2

X = chi kuadrat i

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan

(8) Membandingkan harga chi kuadrat data dengan tabel chi kuadrat dengan taraf signifikan 5%.

Menarik kesimpulan, jika X2hitung < X2tabel maka data berdistribusi normal.

3.6.2.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kelas-kelas tersebut mempunyai varians yang sama maka kelas tersebut dikatakan homogen.

Hipotesis statistik yang diuji adalah : Ho :

2 2 2 1 σ

σ = (Varians antar kelas tidak berbeda).

Ha :

2 2 2 1 σ

σ ≠

Untuk menguji kesamaan varians tersebut adalah:

terkecil varians

terbesar varians

Fhitung =

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika

) . ( 2 1 hitung 2 1 F F v v

≤ . Uji homogenitas juga

(59)

45

3.6.3.Uji Hipotesis

3.6.3.1. Uji Perbedaan Rata-rata

Langkah-langkah dan kriteria pengujian adalah sebagai berikut. Ho : μ1 ≤μ2

Ha : μ1 > μ2 keterangan :

μ1 : rata-rata data kelompok eksperimen μ2 : rata-rata data kelompok kontrol

Rumus yang digunakan adalah :

2 1 2 1 1 1 n n S X X t + − = dengan

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − ++ − − = n n S n S n S Keterangan : 1

X : nilai rata-rata prestasi belajar kelas eksperimen

2

X : nilai rata-rata prestasi belajar kelas kontrol

1

n : banyaknya subjek kelas eksperimen

2

n : banyaknya subjek kelas kontrol

Kriteria : Terima H0 jika t <t(1-α) dengan dk =n1+n2−2 dengan taraf

(60)

3.6.3.2. Uji Ketuntasan Belajar

Untuk menguji kriteria ketuntasan digunakan uji hipotesis proporsi. Rumus yang digunakan :

(

)

n n x z

0 0

0

1 π π

π

− − =

(Tarmudji, 2006: 82) Keterangan :

x : banyak siswa yang tuntas kelas eksperimen n : banyaknya seluruh siswa kelas eksperimen

π0 : proporsi

Tolak H0 jika −z(0.5α) <z< z(0.5α) dengan α = 5% dan terima H0 untuk

(61)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Data Awal

Analisis data awal diperlukan untuk mengetahui keadaan awal dari kedua sampel. Data yang digunakan dalam analisis tahap awal adalah nilai ulangan pada materi pokok sebelumnya.

4.1.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas nilai-nilai dalam penelitian digunakan rumus Chi Kuadrat. Data yang digunakan adalah nilai ulangan pada pokok bahasan sebelumnya. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Rumus Chi Kuadrat:

(

)

=

= k

i Ei Ei Oi

1

2 2

χ

Keterangan:

=

2

χ harga Chi Kuadrat =

(62)

(1) Uji normalitas data awal pada kelompok kontrol 58 . 2 2 = hitung χ = tabel χ 9.49

Karena χ2hitung<χ2tabel dengan dk = k – 3 = 3 berarti Ho diterima. Jadi, data awal pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 13.

(2) Uji normalitas data awal pada kelompok eksperimen

(3)  

=

tabel

χ 9.49

Karena χ2hitung<χ2tabel dengan dk = k – 3 = 4 berarti Ho diterima. Jadi, data awal pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 14.

4.1.1.2 Uji Kesamaan 2 Varians (Uji Homogenitas) Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : varians kedua sampel homogen

H1 : varians kedua sampel tidak homogen

Rumus yang digunakan:

terkecil ians terbesar ians Fhitung var var =

varians kelompok eksperimen (s12) = 134,9462

varians kelompok kontrol (s22) = 124,7312

(63)

49

= 1.0819

=

tabel

F 1.75

Karena Fhitung <Ftabel dengan taraf nyata 5% berarti H0 diterima. Jadi,

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai varians yang sama (homogen). Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 16.

4.1.1.3Uji Kesamaan Rata-Rata

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 :

H1 : 1

μ = rata-rata data kelompok eksperimen

2

μ = rata-rata data kelompok kontrol Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Kelompok eksperimen: x1 =72,74194

n = 31 1

(64)

n = 31 2

Dari kedua kelompok diperoleh s gabungan = 11,39. Dengan uji t diperoleh 4 dan ttabel = 1.983 . Karena −ttabel <thitung <ttabel, dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2 berarti H0 diterima. Jadi ada kesamaan rata-rata nilai

ulangan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal ini berarti sampel berawal dari kondisi awal yang sama. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 17.

4.1.2Analisis Data Akhir

4.1.2.1 Uji Normalitas

Sebelum menguji hipotesis yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data akhir yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan masalah pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Luas Permukaan dan Volum Kubus dan Balok).

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan rumus Chi Kuadrat. Hipotesis yang digunakan:

Ho : data berdistribusi normal Hi : data tidak berdistribusi normal Rumus Chi Kuadrat:

(

)

=

= k

i Ei Ei Oi

1

2 2

χ

Keterangan:

=

2

χ harga Chi Kuadrat =

(65)

51

Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval

(1) Uji normalitas data akhir pada kelompok eksperimen

 

=

tabel

χ 9.49

Karena χ2hitung<χ2tabel dengan dk = k – 3 = 4 berarti Ho diterima. Jadi, data akhir pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 27.

(2) Uji normalitas data awal pada kelompok kontrol

 

=

tabel

χ 9.49

Karena χ2hitung<χ2tabel dengan dk = k – 3 = 4 berarti Ho diterima. Jadi, data akhir pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 28.

4.1.2.2 Uji Homogenitas

Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : varians homogen

Hi : varians tidak homogen Rumus yang digunakan:

terkecil ians

terbesar ians

Fhitung var var

=

(66)

varians kelompok kontrol (s22) = 65,93333

terkecil ians

terbesar ians

Fhitung var var

=

= 1.488

=

tabel

F 1.75

Karena Fhitung <Ftabel dengan taraf nyata 5% berarti Ho diterima. Jadi, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai varians yang sama (homogen). Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 29.

4.1.2.3 Uji Hipotesis 1(uji kesamaan rata-rata dengan KKM) Hipotesis yang digunakan adalah:

 

 

Kriteria ketuntasan minimal: = 60 s12= 0 n = 31 1 Kelompok eksperimen: x1 =69,484

s12= 98,125 n = 31 1

Dari kedua kelompok diperoleh s gabungan = 7,004. Dengan uji t diperoleh dan ttabel = 1.983 .Terima Ho jika

) 2 ( ) 1 (

2 1+ −

< n n

hitung t

(67)

53

Karena thitung >ttabel, dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 - 2 berarti Ho

ditolak, H1 diterima. Jadi rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok

eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 30.

4.1.2.4Uji Hipotesis 2 (uji kesamaan rata-rata dengan uji pihak kanan)

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 :

H1 : 1

μ = rata-rata data kelompok eksperimen

2

μ = rata-rata data kelompok kontrol

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

Kelompok eksperimen: x1 =69,484 s12= 98,125 n = 31 1 Kelompok kontrol : x2 =62

(68)

s22= 65,933 n = 31 2

Dari kedua kelompok diperoleh s gabungan = 9,11. Dengan uji t diperoleh dan ttabel = 1.983 .Terima Ho jika

Karena thitung >ttabel, dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 - 2 berarti Ho

ditolak, H1 diterima. Jadi rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok

eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya ada pada lampiran 31.

4.1.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan bantuan LKS diperoleh data sebagai berikut.

(1) Pada pembelajaran I persentase aktivitas siswa sebesar 60 %. Aktivitas siswa pada pembelajaran I masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan dan belum terbiasa untuk bekerja dalam suatu kelompok.

(2) Pada pembelajaran II persentase aktivitas siswa adalah sebesar 77,5%. Hal ini terlihat bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 17,5%.

Dari 1, 2 jelas terlihat bahwa persentase aktivitas siswa dari pembelajaran I ke pembelajaran selanjutnya selalu mengalami peningkatan. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.

) 2 ( ) 1

( − 1+ 2

< n n

hitung t

(69)

55

4.2

Pembahasan

Hasil Penelitian

Pada analisis tahap awal diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal, mempunyai variansi homogen dan mempunyai rata-rata skor awal yang sama. Hal ini berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari kondisi awal yang sama. Sehingga dapat dilakukan penelitian. Kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan bantuan LKS sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran ekspositori dengan bantuan LKS.

Berdasarkan hasil uji kesamaan rata-rata pihak kanan pada analisis data akhir diperoleh bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti rata-rata tes hasil

belajar materi pokok Kubus dan Balok pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan bantuan LKS lebih baik karena mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing. Biasanya siswa lebih mudah menerima bahasa yang disampaikan oleh temannnya sendiri dan lebih bebas mengungkapkan pendapatnya.

(1) Proses Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen

(70)

kelompok eksperimen berjumlah 31 orang yang secara heterogen dibagi menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dari pembelajaran I sampai dengan pembelajaran II menunjukkan bahwa persentase aktivitas siswa terus meningkat pada setiap pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing aktivitas siswa mengalami peningkatan. Tahapan pembelajaran yang diterapkan menuntut siswa untuk selalu melakukan kegiatan, berinteraksi satu sama lain, dan mengembangkan kemampuan komunikasi.

Pada pembelajaran I aktivitas siswa masih rendah, siswa masih banyak yang bingung dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini mengakibatkan kegaduhan. Kegaduhan yang terjadi pada pembelajaran I semakin lama semakin berkurang. Rasa tanggung jawab dan aktivitas siswa dalam bertanya, menjelaskan, bekerjasama dan berdiskusi juga meningkat.

Persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk setiap pertemuan juga mengalami peningkatan. Kekurangan dan hambatan dalam pembelajaran sebelumnya dikoreksi oleh guru sehingga tidak terjadi pada pembelajaran selanjutnya.

(2) Proses Pembelajaran pada Kelompok Kontrol

(71)

57

soal latihan untuk dikerjakan dibuku latihan. Guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa siswa untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. Diakhir pembelajaran, guru membantu peserta didik untuk menyimpulkan dari materi yang telah dipelajari.

Pembelajaran dengan metode ekspositori pada awalnya memang membuat peserta didik lebih tenang. Peserta didik duduk dan memperhatikan guru yang menerangkan materi pelajaran. Hal ini mengakibatkan guru sulit memahami tingkat kepahaman peserta didik karena sulit membedakan antara yang sudah paham dengan yang belum paham.

Permasalahan yang dihadapi siswa adalah kemampuan dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena pembelajaran tidak menggunakan sistem kelompok maka masalah yang diberikan harus diselesaikan sendiri. siswa mengerjakan LKS sendiri. Oleh karena itu kemampuan siswa dalam memahami arti atau maksud soal yang diberikan oleh guru maupun soal dari LKS mengalami kesulitan dan kecepatan berhitung agak lambat. Sehingga setiap kali pertemuan tidak dapat memberikan evaluasi.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan bantuan LKS pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Setiap siswa menjadi kreatif dan aktif dalam diskusi untuk membuat pertanyaan yang ditujukan pada kelompok lain.

(72)

c. Siswa terlatih dalam menyampaikan pendapat, berkomunikasi terutama pada saat penularan materi.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif ti

Gambar

Tabel 3.5 Tabel r product moment ..................................................................159
Gambar A.1 balok dan jaring-jaring balok
Gambar A.2  kubus dan jaring- jaring kubus
Gambar B.1 Balok Satuan
+2

Referensi

Dokumen terkait

This prevalence is derived using as denominator the sum of children aged above the upper limit of the earliest milestone &#34; Sits without support &#34; (9.4 months)and younger

Tujuan kegiatan yaitu meningkatkan penerapan teknologi budidaya kakao dan pascapanen, pengolahan limbah kakao (kulit buah, plasenta) dan pemanfaatannya yang ramah

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik sediaan larutan pewarna rambut alami kulit buah naga super red mempunyai nilai kejernihan yang baik, pH tidak masuk dalam

Sehubungan dengan hasil Evaluasi Penawaran Saudara perihal Penawaran Pekerjaan Pengadaan Bahan Pokok Makanan Di Rumah Jabatan Bupati Nunukan Tahun Anggaran 2012, dimana

The basic idea of the method is to use decomposed waveform information and robust estimation theory to help the selection of seed points; and the surface

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan desain penelitian Pre Test and Post Test Group yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar minat dan hasil