• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : HASMIATI ALI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : HASMIATI ALI NIM"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : HASMIATI ALI NIM 105401127419

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2021

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama Hasmiati Ali, NIM 10540 11274 19 diterima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 349 Tahun 1443 H/2021 M, tanggal 14 Muharram 1443 H/23 Agustus 2021 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Selasa 24 Agustus 2021.

15 Muharram 1443 H Makassar,

24 Agustus 2021 M

Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. (... ) 2. Ketua : Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D (...) 3. Sekretaris : Dr. Baharullah, M.Pd (...) 4. Penguji : 1. Ernawati, S.Pd., M.Pd. (...) 2. Andi Ardhila Wahyudi, S.Pd., M.Si (...) 3. Kristiawati, S.Pd., M.Pd. (...) 4. Hamdana Hadaming, S.Pd., M.Si. (...)

Disahkan oleh:

Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D.

NBM : 860 934

(3)

iii

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : HASMIATI ALI

NIM : 10540 11274 19

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Penelitian : Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar

Setelah diperiksa dan diteliti ulang , skripsi ini telah dujikan dihadapan tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 2021 Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Kristiawati, S.Pd., M.Pd Andi Ardhila Wahyudi, S.Pd., M.Si NIDN : 0906108602 NIDN : 0922098601

Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan

UNISMUH Makassar Guru Sekolah Dasar

Erwin Akib, S.Pd., M,Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

NBM : 860 934 NBM : 1148913

(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HASMIATI ALI

NIM : 105401127419

Jurusan : PKG Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Judul

Skripsi

: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar.

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan TIM adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 2021

Yang Membuat Pernyataan

HASMIATI ALI

(5)

v

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : HASMIATI ALI

Nim : 105401127419

Jurusan : PKG Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 2021 Yang Membuat Perjanjian,

HASMIATI ALI

(6)

vi

Moto :

Hari Kemarin

Tak pantas untuk ditangisi Tapi jadikan pandangan Untuk melangkah Kehari esok

Persembahan :

Kupersembahkan karya sederhana ini

sebagai ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak

atas segala pengorbanan dan kasih sayang ibunda dan ayahandaku

Saudara-saudariku, serta keluargaku yang senantiasa mendoakanku .

(7)

vii

HASMIATI ALI. 2021. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Kristiawati dan Andi Ardillah Wahyudi.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji kabupaten Takalar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang mencakup empat kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali proses belajar mengajar dan satu kali tes siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN No.

35 Maccinibaji Kabupaten Takalar pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa yang terdiri atas 20 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar, lembar observasi dan lembar respon siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil yang dicapai setelah dianalisis yaitu (1) pada siklus I, diperoleh skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 71,72 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dan berada pada kategori sedang. (2) Pada siklus II, diperoleh skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 79,65 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dan berada pada kategori sedang. Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar matematika berdasarkan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II (3) Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 21 orang (72%) dan pada siklus II meningkat menjadi 27 orang (93%) dan (4) sikap siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan meningkat dilihat dari respon siswa dari situasi yang diberikan pada siklus I ke siklus II.

Dari hasil penelitian ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Kata kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).

(8)

viii

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. sehingga skripsi yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar.” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang bertindak sebagai rahmatan lil’alamin. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkahmu.

Segala daya dan upaya telah Penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi PKG Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama penulisan skripsi ini, segala hambatan dan kekurangan Penulis telah mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.

Segala hormat Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku yang telah berjuang, mendoa’akan, mengasuh, mendidik, dorongan, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

Selanjutnya Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, penghormatan dan penghargaan kepada Kristiawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan Andi Ardillah Wahyudi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang sabar, ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang berharga kepada Penulis selama penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini juga

(9)

ix

Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan staf pegawai program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah Syahiruddin, S.Pd. Guru kelas V Hasniah, S.Pd. serta staf guru-guru SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar yang telah memberikan izin dan bantuan selama pelaksanaan penelitian ini.

Teristimewa Penulis haturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua dan teman-teman PKG angkatan 2019.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin, yarrobal ’alamin.

Billahi fisabilil haq fastabiqul khaerat.

Makassar, Mei 2021

Penulis

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Cara Memecahkan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Hakikat Belajar... 8

2. Hasil Belajar ... 9

3. Hakikat Matematika ... 10

4. Model Pembelajaran... 12

5. Pembelajaran Kooperatif ... 12

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 16

7. Tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 18

B. Materi Ajar ... 21

C. Penelitian Yang Relevan ... 27

(11)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek Penelitian ... 31

C. Prosedur Penelitian ... 31

D. Data Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik analisis Data ... 37

H. Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 55

C. Penerimaan Hipotesis ... 60

D. Indikator ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

PERSURATAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

Nomor Judul Halaman

2.1 Langkah –langkah Pembelajaran Kooperatif ... 16

3.1 Kategorisasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………. 36

3.2 Lembar Observasi Siswa ... 36

3.3 Kategori Standar Hasil Belajar ... 39

4.1 Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji pada Siklus I……….. 42

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ………...……….. 42

4.3 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji…………..……… 43

4.4 Kategorisasi Hasil Observasi terhadap Aktivitas Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siklus I……….. 44

4.5 Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji pada Siklus II………...……… 50

4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)……….. 50

4.7 Distribusi Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji………. 51

4.8 Kategorisasi Hasil Observasi terhadap Aktivitas Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siklus II………... 52

4.9 Hasil Perbandingan Statistik Siklus I dan Siklus II………. 56

(13)

xiii

4.12 Perbandingan Aktivitas belajar kedua Siklus ……… 59

(14)

xiv Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran B

1. Lembar Kerja Murid Siklus I 2. Lembar Kerja Murid Siklus II 3. Tes Siklus I

4. Tes Siklus II Lampiran C

1. Hasil Evaluasi Siklus I 2. Hasil Evaluasi Siklus II

3. Kategori Skor Hasil Belajar Murid Lampiran D

1. Lembar Observasi Guru 2. Lembar Observasi Murid 3. Daftar Hadir Murid Lampiran E

1. Dokumentasi Penelitian

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Untuk itu peningkatan mutu pendidikan nasional merupakan kebutuhan yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam program pembangunan bangsa. Fenomena rendahnya mutu pendidikan secara sistematis dapat ditelaah dari aspek input, proses, dan output. Perbaikan, pengembangan, dan inovasi pendidikan ketiga aspek tersebut membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pendidikan dasar dan wajib belajar 9 tahun merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia indonesia. Dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional Bab V pasal 13 ayat 1 ditetapkan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Dari pernyataan di atas terdapat dua sasaran pada pendidikan dasar yaitu sebagai berikut:

1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup di masyarakat.

(16)

2. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. (Nurbaya, 2011:1)

Dalam proses pendidikan tersebut tentunya sangat terkait erat dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalamnya. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses pembelajaran antara guru dan siswa. Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa lainnya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor yang dapat mempercepat terjadinya proses perubahan dalam masyarakat dan mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, matematika yang merupakan salah satu bidang ilmu memegang peranan penting serta mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu-ilmu yang lain.

Mengingat pentingnya peranan matematika tersebut, maka hasil belajar matematika disekolah perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait. Keberhasilan dalam proses belajar-mengajar matematika tidak terlepas dari kesiapan peserta didik dan kesiapan pengajar, peserta didik dituntut mempunyai minat terhadap pelajaran matematika demikian juga pengajar dituntut menguasai materi yang akan diajarkan serta mampu memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga akan tercipta interaksi edukatif yang baik menuju kearah

(17)

peningkatan hasil belajar matematika, karena hingga saat ini hasil belajar matematika dianggap masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan guru kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar pada tanggal 8 Januari 2021, bahwa tingkat kemampuan siswa untuk memahami dan mengerti pelajaran matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata matematika kelas V semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 hanya 61,72 sedangkan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Hal ini disebabkan oleh karena guru masih melaksanakan proses pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dimana siswa bertindak sebagai pelaku pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya mendengarkan saja hal- hal yang disampaikan oleh guru dan kurang mendapatkan kesempatan untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran tersebut hanya menekankan pada tuntutan pencapaian kurikulum dari pada mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Sebagian besar guru di SDN No. 35 Maccinibaji tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Dampak dari hal tersebut dapat dilihat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di mana beberapa siswa tidak memperhatikan guru yang tengah mengajar dan beberapa siswa merasa kesulitan memahami apa yang telah disampaikan oleh guru.

Melihat kenyataan tersebut di atas maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar aktif dan menemukan serta memahami konsep- konsep pelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru karena adakalanya siswa lebih mudah belajar.

(18)

Pembelajaran kooperatif merupakan model yang sangat tepat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pembelajaran kooperatif sangat cocok digunakan dalam kelas yang memiliki kemampuan siswa yang bervariasi karena dengan mencampurkan para siswa dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih. Demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok-kelompok dimana siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan pelajaran dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri, serta menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing sehingga tumbuh kesadaran bahwa para siswa belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya tanpa ada rasa malu-malu dan takut salah.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah suatu model pembelajaran berbasis sosial di mana siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi dikelompokkan menjadi satu kelompok kemudian para siswa berlomba dalam game akademik sebagai wakil kelompoknya dengan wakil kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Game akademik adalah suatu permainan yang dirancang untuk menciptakan perlombaan atau kompetisi antar siswa terkait pemahaman siswa atas materi yang telah dipelajari.

(19)

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang berisi game akademik mampu mendorong semua anggota kelompok untuk terlibat dalam pengerjaan tugas kelompoknya. “Dalam TGT setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi” (Miftahul Huda, 2012: 116). Melalui model pembelajaran tersebut siswa yang berkemampuan rendah dapat berperan aktif dalam pembelajaran melalui kelompoknya.

Taniredja (2014: 72-73) menyatakan salah satu kelebihan TGT adalah menambah motivasi belajar siswa dan materi pelajaran dapat dipahami secara mendalam. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran matematika memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang kondusif, siswa dapat berpartisipasi aktif dan dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah peneliti kemukakan di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

(20)

1. Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru 2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru

3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

4. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran matematika masih kurang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar ?

D. Cara Memecahkan Masalah

Sebagai langkah untuk memberikan solusi dari permasalahan di atas, penerapan metode pengajaran adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar. Hal ini dapat dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar.

(21)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi siswa:

Agar siswa dapat lebih mudah dalam pemahaman materi dengan adanya variasi metode pembelajaran dan dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Melatih siswa untuk bertanggung jawab, mandiri, peduli sesama teman, serta sikap positif terhadap pelajaran matematika.

b. Bagi penulis

Sebagai bahan masukan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa disamping sebagai media menuangkan ide-ide dan penuturan dalam bentuk karya ilmiah .

c. Bagi guru

1. Mendapatkan gambaran tentang hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

2. Mengetahui strategi pembelajaran dan memperbaiki sistem pembelajaran berikutnya.

d. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan berharga dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika khususnya di SDN No 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada individu. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dilihat dari berbagai bentuk seperti perubahan pada segi pengetahuan, pemahaman, sikap atau tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan dan aspek-aspek lainnya yang ada pada individu yang belajar.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar adalah; 1) Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2) Perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Dimyati (2015:156) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses melibatkan manusia secara orang per orangan sebagai satu kesatuan organism sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Slameto (2010:2) berpendapat bahwa : Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi lingkungannya.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu dari lingkungan sekitar kita.

(23)

Walaupun terdapat beberapa pengertian belajar, namun masalah yang lebih esensial adalah bagaimana agar belajar itu mencapai tujuan yang diinginkan, karena dalam latar belakang atau dasar yang berbeda, maka timbul konsep belajar dan pengertian belajar yang berbeda. Namun penekanan dalam hal belajar adalah terjadinya perubahan yang merupakan hasil usaha dan kerja keras dari individu itu sendiri selama proses belajar berlangsung dan selama perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik.

2. Hasil Belajar

Setiap kegiatan yang berlangsung pada akhirnya ingin mengetahui hasilnya demikian juga dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru/pendidik di sekolah. Proses belajar yang telah berlangsung akan diketahui ketercapaian tujuan pembelajaran melalui hasil belajar yang diperoleh setiap siswa.

Menurut Susanto (2016:5), hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2016:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Soedijarto (Purwanto,2011: 46) menyatakan “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan”.

(24)

Hasil pada dasarnya adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku. Jika perubahan tingkah laku adalah tujuan yang ingin dicapai dari aktivitas, maka perubahan tingkah laku itulah yang menjadi salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui tujuan individu/siswa yang telah diperoleh di sekolah.

Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah ukuran keberhasilan seorang siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar di sekolah yang dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang disebut tes hasil belajar.

Hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan siswa yang berkaitan dengan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional dapat dicapai oleh siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar. Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Secara operasional tes merupakan alat atau prosedur yang telah ditentukan dan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan.

3. Hakikat Matematika

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing berbeda-beda. Ada yang mengatakan matematika itu bahasa simbol, matematika metode berpikir logis, matematika sarana

(25)

berpikir, matematika ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya, matematika ilmu tentang bilangan dan ruang, dan masih banyak lagi pengertian yang lainnya.

Nurbaya (2011:9) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, Analisis, dan Geometri.

Adapun Fathani (2016:19) mengartikan “matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logic dan masalah yang berhubungan dengan bilangan”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disusun oleh Hasan, dkk (2012:723), “matematika didefenisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Selanjutnya Meilinda (2010:13) mengatakan bahwa: “matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan”.

Matematika adalah ilmu logika yang mempelajari pola, bentuk, susunan dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.

(26)

4. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2010:3)

Menurut Nurbaya (2011:10) Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran menurut Nurbaya (2011:10) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain- lain.

5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan

(27)

siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan membantu para siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami para siswa. Pembelajaran kooperatif juga telah terbukti sangat bermanfaat bagi siswa yang heterogen. Siswa yang heterogen adalah siswa yang tingkat intelegensinya rendah, sedang, dan tinggi bergabung dalam satu kelompok.

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Keberhasilan dari model ini sangat bergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi secara terbuka.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6 orang, dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong

(28)

dalam perilaku sosial. Siswa dimotivasi berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan saling tukar pendapat.(Rusman, 2014:202)

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pelajarannya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin berbeda, agama yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok.

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (Isjoni, 2010:27) ,yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Manfaat pembelajaran kooperatif menurut Alma (2008:93) sebagai berikut:

a. Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik b. Mereka belajar saling terbuka, saling percaya dan rileks

c. Mereka belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban

(29)

d. Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba membahas bersama serta memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru

e. Mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial, meningkatkan kegairahan belajar

f. Muncul sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa g. Meningkatkan prestasi siswa

h. Memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam kelompok i. Terbentuk keterampilan berpikir kritis dan kerja sama

j. Muncul persatuan, hubungan antar pribadi yang positif, menghargai bimbingan teman.

(30)

Tabel 2.1 Langkah –langkah Pembelajaran Kooperatif

Sumber: Nurbaya, (2011:11)

6. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Model Pembelajaran Kooperatif dibagi menjadi beberapa jenis antara lain Student Team Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Jigsaw, Team Accelerated Instruction (TAI),Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang

Fase

Tingkah laku guru Fase -1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase -2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase -3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Gukelompok – Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(31)

digunakan adalah jenis TGT (Teams Games Tournaments). Robert E. Slavin (2005:

13) menyatakan bahwa “Teams Games Tournament pada mulanya diciptakan oleh John Hopkins yang kemudian dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards”.

“Model TGT adalah suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu, siswa pindah ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan- pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain” (Nur Asma,2006: 54).

Slavin (2008: 163) menyatakan

“Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal : TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka”.

Sejalan dengan pendapat tersebut Miftahul Huda (2012: 116) menyatakan

“TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format intruksional dan lembar kerjanya. Bedanya jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level kemampuan saja. Selain itu jika dalam STAD, yang digunakan adalah kuis, maka dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi game akademik”

STAD atau Student Team Achievement Divisions adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang langkah-langkah pelaksanaannya menurut Agus Suprijono (2012: 3) antara lain :

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

(32)

anggota kelompok.

d. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.

e. Memberi evaluasi.

f. Kesimpulan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang pembagian kelompoknya lebih menekankan pada level kemampuan akademik siswa, selain itu terdapat game akademik di mana para siswa berlomba sebagai wakil kelompok mereka terhadap wakil kelompok lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

7. Tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Robert E. Slavin (2008: 169) menyatakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT melalui beberapa tahap :

Tahap 1 : Persiapan : a. Materi

b. Menempatkan para siswa ke dalam tim

c. Menempatkan para siswa ke dalam meja turnamen Tahap 2 : Pengajaran : Menyampaikan pelajaran

Tahap 3 : Belajar Tim : Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk untuk menguasai materi

(33)

Tahap 4 : Turnamen : Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta.

Tahap 5 : Rekognisi Tim : Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tahap 6 : Bergeser tempat

Tukiran Taniredja dkk (2011: 70) menyatakan “langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mengikuti urutan sebagai berikut: pengaturan klasikal; belajar kelompok; turnamen akademik; penghargaan tim dan pemindahan atau bumping”. Menurut Nur Asma (2006: 54) kegiatan pembelajaran dengan model TGT diawali dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu, siswa pindah ke kelompok masing- masing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan- pertanyaan atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Sebagai ganti dari tes tertulis, setiap siswa akan bertemu seminggu sekali pada meja turnamen dengan dua rekan dari kelompok lain untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain. Masing-masing siswa membawa pemerolehan poin dari meja turnamen ke kelompok semula. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan pemerolehan poin kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:

(34)

Tahap 1 : Pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik siswa rendah, sedang dan tinggi.

Tahap 2 : Pembentukan kelompok dengan kemampuan akademik sama yang akan berlomba pada meja turnamen.

Tahap 3 : Guru menyampaikan materi pembelajaran.

Tahap 4 : Siswa mengerjakan lembar kegiatan secara kelompok.

Tahap 5 : Tiap anggota dari masing-masing kelompok menempati meja turnamen sesuai kelompok yang dibentuk berdasarkan kemampuan akademik yang sama untuk melaksanakan game akademik.

Tahap 6 : Penghitungan skor tim.

Tahap 7 : Penghargaan terhadap tim yang melampaui kriteria yang telah ditetapkan.

Tahap 8 : Pembentuan kelompok baru untuk meja turnamen selanjutnya.

(35)

B. Materi Ajar

Unsur - Unsur Bangun Ruang dan Jaring – Jaringnya 1. Unsur-unsur Kubus

a) Setiap daerah persegi pada kubus disebut sisi kubus.

b) Bentuk dan ukuran semua sisi kubus sama.

c) Perpotongan dua sisi kubus merupakan sebuah garis yang disebut rusuk kubus.

d) Titik perpotongan dari setiap tiga rusuk yang bertemu disebut titik sudut kubus.

e) Panjang semua rusuk kubus sama.

2. Unsur- unsur Balok

(36)

a) Balok mempunyai 6 sisi.

b) Balok memiliki 3 pasang sisi yang sama bentuk dan ukurannya.

c) Sama seperti kubus, balok memiliki 12 rusuk d) Balok memiliki 8 titik sudut

Jaring-jaring bangun ruang adalah bangun datar yang apabila bangun-bangun datar penyusunnya dihubungkan satu sama lain dengan benar, membentuk suatu bangun ruang.

3. Jaring- jaring Kubus

Seperti yang kita ketahui jaring-jaring kubus adalah beberapa bangun datar persegi yang digabungkan hingga membentuk kubus atau dapat kita pahami juga jaring-jaring kubus adalah kubus yang sebagian rusuk-rusuknya digunting agar menjadi suatu bangun datar yang tidak terpisah satu sama lain. Kubus memiliki 6 sisi yang berbentuk persegi. Cara membuat jaring-jaring kubus yaitu dengan membuka kubus pada rusuk-rusuknya.

(37)

4. Jaring-jaring Balok

Jaring-jaring balok adalah beberapa bangun datar persegi panjang yang digabungkan hingga membentuk balok. Jaring-jaring balok adalah balok yang sebagian rusuk-rusuknya digunting agar menjadi suatu bangun datar yang tidak terpisah satu sama lain.

(38)

Gambar di atas merupakan contoh jaring-jaring balok. Jaring-jaring tersebut jika dihubungkan akan diperoleh bangun ruang balok.

Volume Bangun Ruang

Bangun ruang adalah himpunan semua titik, garis, dan bidang dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup beserta seluruh permukaan yang membatasinya. Semakin besar ukuran bangun ruang, semakin besar pula volumenya.

Volume diukur dalam satuan kubik, seperti sentimeter kubik (cm3) atau meter kubik (m3). Satuan lain untuk volume diantaranya adalah liter (1.000 cc), galon dan barel.

(39)

1. Kubus

Gambar di atas adalah kubus ABCDEFGH Sifat bangun ruang kubus :

1. Bangun ruang kubus memiliki enam bidang sisi yang sama ukurannya.

2. Bangun ruang kubus memiliki 12 rusuk yang sama panjang.

3. Bangun ruang kubus memiliki 8 titik sudut.

Pada hakikatnya kubus adalah sebuah balok yang semua rusuknya sama panjang atau p = l = t. Karena itu, rumus volume kubus dapat diturunkan dari rumus volume balok. Jika s menyatakan panjang rusuk kubus, maka volume kubus dirumuskan sebagai berikut.

Volume Kubus = s x s x s = s3

(40)

2. Balok

Gambar di atas adalah balok ABCDEFGH Sifat bangun ruang balok yaitu:

1. Bangun ruang balok memiliki enam bidang sisi yang berbeda ukurannya. Tapi, setiap sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

2. Bangun ruang kubus memiliki 12 rusuk, tapi tidak sama panjang. Ada tiga

kelompok rusuk yang masing-masing terdiri dari empat rusuk yang sama panjang.

3. Bangun ruang balok memiliki 8 titik sudut.

Jika panjang balok sama dengan p satuan panjang, lebar balok sama dengan l satuan panjang, dan tinggi balok sama dengan t satuan panjang, dan volume balok disimbolkan V satuan volume maka :

Rumus volume balok = p x l x t

(41)

Mengingat bahwa alas balok berbentuk persegi panjang dengan luas A = p x l, maka volume balok dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas alas dengan tinggi balok.

Volume Balok = A x t

C. Penelitian Yang Relevan

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini terbukti dengan beberapa penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Harjoko (2014 : 71). Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada saat pratindakan 6,8 meningkat menjadi 7,5 pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 8,05.

Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena di dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dian Safitri (2019). Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari hasil tes siswa, dapat disimpulkan bahwa (1) Rata- rata skor hasil belajar siswa kelas IVA Sekolah Dasar Negeri 11 Pontianak Kota (kelas eksperimen) pada materi Kelipatan dan Faktor dengan menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah 83,42 dari skor total sebesar 2336 dengan standar deviasi sebesar 14,57, (2) Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVB Sekolah Dasar Negeri 11 Pontianak Kota (kelas kontrol) pada materi Kelipatan dan

(42)

Faktor tanpa menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament adalah 66,94 dari skor total sebesar 1807,5 dengan standar deviasi sebesar 19,06, (3) Dari hasil belajar siswa (post-test) di kelas eksperimen dan kelas kontrol, terdapat perbedaan skor rata-rata post-test siswa sebesar 16,48 dan berdasarkan pengujian hipotesis (uji-t) menggunakan t-tes polled varians diperoleh thitung data post-test sebesar 3,63 Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan model kooperatif tipe teams games tournament (kelas eksperimen) dan data yang diajar dengan tidak menerapkan model kooperatif tipe teams games tournament (kelas kontrol), (4) Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe teams games tournament memberikan pengaruh yang besar terhadap tingginya hasil belajar siswa pada materi Kelipatan dan Faktor dengan harga effect size sebesar 0,86 dengan kriteria effect size tergolong tinggi. Penelitian yang dilakukan Muhammad Ainuddin Daahiljabir (2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi himpunan pada siswa kelas VII-A MTs Pancasila Salatiga. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat terlihat dari setiap siklus. Pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 28 siswa yaitu 72,1, untuk persentase siswa yang tuntas yaitu 20 (71,4%) dan persentase siswa yang belum tuntas yaitu 10 (35,7%). Pada siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 28 siswa yaitu 77,5, untuk persentase siswa yang tuntas yaitu 25 (89,3%) dan persentase siswa yang belum tuntas yaitu 3 (1,8%).

(43)

Persamaaan dari ketiga penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam penelitian yang mereka lakukan. Adapun perbedaannya yaitu terletak pada materi pelajaran dan hasil akhir yang diperoleh namun tetap terjadi peningkatan pada setiap siklus.

D. Kerangka Pikir

Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan berpikir siswa, kemampuan individu serta sosial siswa, menumbuhkan sifat saling menghargai pendapat oranglain, menumbuhkan pertemanan yang positif serta menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.

Tipe dari model pembelajaran kooperatif salah satunya Teams Games Tournament (TGT). Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mengemas pembelajaran lebih menarik karena disajikan dalam bentuk permainan dan mudah diterapkan. Teams Games Tournament (TGT) menjadikan siswa lebih percaya diri, berani, bertanggungjawab dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui game akademik.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang dilakukan saat prose pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran karena siswa dapat belajar lebih rileks dan terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Pembelajaran yang seperti ini

(44)

memberikan pengaruh yang signifikan dan positif dalam peningkatan hasil belajar siswa.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada kerangka teoritis di atas, maka rumusan hipotesis tindakannya adalah:

“Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournament (TGT), maka hasil belajar matematika siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar dapat ditingkatkan”.

Kondisi Awal Guru Belum

menerapkan model kooperatif tipe TGT

Keterampilan Guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa rendah

Tindakan Guru Menerapkan

model Kooperatif tipe TGT

Siklus I

Kondisi Akhir Keterampilan Guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat

Siklus II

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang melibatkan refleksi berulang dan terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan/Observasi, dan Refleksi.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar pada semester genap 2020/2021 dengan banyak siswa laki-laki 20 orang dan 9 orang siswa perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus meliputi empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan implementasi tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dari tiap siklus ini diamati kualitas proses pembelajaran yang terdiri dari aktivitas siswa dan guru, serta hasil belajar siswa yang diukur dari hasil tes.

(46)

Siklus I

a. Tahap perencanaan

Kegiatan-kegiatan perencanaan yang dilakukan meliputi:

1. Menyusun perangkat penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan di kelas yang digunakan untuk mengetahui terlaksananya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam proses pembelajaran matematika.

3. Menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN No. 35 Maccinibaji.

4. Mempersiapkan peralatan untuk mendokumentasikan aktivitas guru dan siswa, dalam penelitian ini menggunakan kamera untuk mendokumentasikan dalam bentuk gambar.

b. Tahap tindakan

Pada tahap ini guru menerapkan langkah-langkah yang ada dalam perencanaan dan pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai

(47)

kolaborator yang menerapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran sedangkan peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan sementara siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada kegiatan pembelajaran yaitu :

Tahap 1 : Pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik siswa rendah, sedang dan tinggi.

Tahap 2 : Pembentukan kelompok dengan kemampuan akademik sama yang akan berlomba pada meja turnamen.

Tahap 3 : Guru menyampaikan materi pembelajaran.

Tahap 4 : Siswa mengerjakan lembar kegiatan secara kelompok.

Tahap 5 : Tiap anggota dari masing-masing kelompok menempati meja turnamen sesuai kelompok yang dibentuk berdasarkan kemampuan akademik yang sama untuk m elaksanakan game akademik.

Tahap 6 : Penghitungan skor tim.

(48)

Tahap 7 : Penghargaan terhadap tim yang melampaui kriteria yang telah ditetapkan.

Tahap 8 : Pembentuan kelompok baru untuk meja turnamen selanjutnya c. Tahap observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan.

Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa, baik sebelum, saat, maupun sesudah implementasi tindakan dalam pembelajaran di kelas. Observasi terhadap siswa dilakukan berdasarkan aktivitas siswa secara keseluruhan dalam satu kelas. Observer berpindah-pindah posisi untuk mengamati aktivitas seluruh siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Tahap refleksi

Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap tiap-tiap kelompok dikumpulkan serta dianalisis. Baik berupa hasil evaluasi maupun data hasil observasi yang diperoleh pada saat melaksanakan kegiatan pengajaran, sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan siklus berikutnya.

Siklus II

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah mengulang tahapan-tahapan pada siklus I, akan tetapi dilakukan berbagai perbaikan berdasarkan hasil refleksi.

(49)

D. Data penelitian

Data yang diambil dari penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar siswa yang diukur melalui tes evaluasi setiap akhir siklus 2. Aktivitas yang dilakukan siswa setiap pertemuan yang diambil dari lembar

observasi.

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data.

Dari penjelasan tersebut, maka instrumen penelitian ini adalah:

1. Tes hasil belajar

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan materi.

2. Lembar observasi

Adalah format yang berisi serangkaian komponen yang akan diamati berkaitan dengan aktivitas siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji Kabupaten Takalar selama proses pembelajaran.

(50)

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Nilai Siswa Kategori Penilaian

90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

66-79 Sedang

51-65 Rendah

0-50 Sangat Rendah

SDN No. 35 Maccinibaji (2019) Tabel 3.2 Lembar Observasi Siswa

No. Aspek yang diamati

Pertemuan Rata-

rata % Kategori I II III IV

1. 1

Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung.

T E S

S I K

L U S 2.

Siswa yang

memperhatikan penjelasan dan pengarahan dari guru.

3.

Siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru .

4. Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis.

5. Siswa yang berpartisipasi dalam kelompok.

6.

Siswa yang membimbing teman kelompoknya dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS.

7.

Siswa yang melakukan kegiatan lain (main-main, menggangu teman, dll).

8.

Siswa yang berpartisipasi dalam tahap game dan turnamen.

Jumlah Rata-rata

(51)

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT ). Jenis tes yang digunakan yaitu dalam bentuk uraian yang terdiri dari 5 nomor soal.

2. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal yang akan diamati atau diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi untuk mengamati perilaku siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung

G. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa analisis yakni diolah diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interpretasi data merupakan

(52)

langkah penting dalam PTK. Instrumen berupa tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika peserta didik setelah proses belajar mengajar yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata. Sugiyono (2010: 49) menyatakan “rata-rata didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut”. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Me =

Keterangan :

Me = mean (rata-rata)

∑ fx = jumlah tiap data

x = skor

n = jumlah siswa

Rata-rata kelas yang diperoleh pada tiap siklus dihitung selisihnya untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa.

Data hasil observasi yang menunjukkan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan dianalisis secara dekriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan hasil observasi melalui kata-kata. Data tersebut dibandingkan untuk memperlihatkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada saat pratindakan, siklus I dan siklus II.

(53)

Untuk teknik analisis secara kuantitatif digunakan teknik kategorisasi. Kriteria untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategorisasi Standar Departemen Pendidikan Nasional. Adapun kategori yang disusun itu adalah :

Tabel 3.3 Kategori Standar Hasil Belajar

NO. NILAI KATEGORI

1 0 ≤ x < 55 Sangat Rendah

2 55 ≤ x < 65 Rendah

3 65 ≤ x < 80 Sedang

4 80 ≤ x < 90 Tinggi

5 90 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi

Sumber: SDN No. 35 Maccinibaji (2019)

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa yang ditinjau dari perkembangan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya seorang siswa dikatakan tuntas pada materi tersebut jika nilai perolehannya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65. Kemudian ketuntasan klasikal minimal diperoleh setelah 85% siswa telah mencapai skor 65. Sementara itu, indikator proses pada penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dari siklus I ke siklus II. Keaktifan tersebut merupakan komponen yang diamati pada saat proses belajar mengajar berlangsung melalui lembar observasi.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai hasil-hasil penelitian yang memperlihatkan peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji. Adapun yang dianalisis adalah hasil tes siklus I dan II serta perubahan sikap-sikap yang diperoleh melalui lembar observasi selama penelitian berlangsung.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang peneliti lakukan yaitu : 1) Peneliti dan guru menentukan kapan penelitian akan dilakukan.

2) Peneliti dan guru membahas materi yang akan disampaikan kepada siswa.

3) Peneliti dan guru menyusun perangkat penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

4) Peneliti menyusun dan mempersiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan di kelas yang digunakan untuk mengetahui terlaksananya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

(55)

Games Tournaments) dalam proses pembelajaran matematika.

5) Peneliti menyusun dan mempersiapkan soal tes untuk siswa. Tes akan diberikan pada setiap akhir pertemuan. Soal tes disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN No. 35 Maccinibaji.

6) Peneliti mempersiapkan peralatan untuk mendokumentasikan aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam penelitian ini menggunakan kamera untuk mendokumentasikan dalam bentuk gambar.

b. Tahap Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas pada siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 22 April 2021 dengan materi unsur-unsur Kubus, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 24 April 2021 dengan unsur-unsur Balok, pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 27 April 2021 dengan materi unsur-unsur kubus dan balok, dan pertemuan IV dilaksanakan pada tanggal 29 April 2021 yaitu Tes Siklus I.

a). Analisis Kuantitatif

1) Deskripsi Nilai Statistik Siklus I

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data tentang skor hasil belajar matematika siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji.

Adapun hasil analisis deskripsi skor perolehan siswa setelah penerapan

(56)

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1 Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 29

Skor Ideal 100

Nilai Maksimun 85

Nilai Minimum 60

Nilai Rata-rata 71,72

Nilai Modus 60 dan 80

Nilai Median 75

Standar Deviasi 9,19

Rentang Skor 25

Sumber data : Diolah dari Lampiran C

Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I adalah 71,72 dari skor ideal 100, skor terendah 60, skor tertinggi 85 dengan standar deviasi 9,19.

2) Kategori Hasil Belajar

Adapun data hasil belajar siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

No Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. 0 ≤ x < 55 Sangat Rendah 0 0

2. 55 ≤ x < 65 Rendah 8 28

3. 65 ≤ x < 80 Sedang 10 34

4. 80 ≤ x < 90 Tinggi 11 38

5 90 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi 0 0

Jumlah 29 100

Sumber : Hasil Penelitian (Lampiran C)

(57)

Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dari 29 siswa kelas V SDN No. 35 Maccinibaji, 0 siswa yang nilainya berada pada kategori sangat rendah, 8 siswa atau 28% nilainya berada pada kategori rendah, 10 siswa atau 34% nilainya berada pada kategori sedang, 11 siswa atau 38% nilainya berada pada kategori tinggi dan 0 siswa yang berada pada kategori sangat tinggi.

Dengan melihat tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 71,72 berada pada kategori “sedang”.

3) Penentuan Tingkat Kentuntasan Hasil Belajar

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN No. 35 Maccinibaji

No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1. 0 ≤ x < 65 Tidak tuntas 8 28

2. 65 ≤ x ≤ 100 Tuntas 21 72

Jumlah 29 100

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 72% yaitu 21 siswa dari 29 termasuk kategori tuntas dan 8% yaitu 8 siswa dari 29 termasuk kategori tidak tuntas, artinya kurang lebih 28% dari jumlah siswa memerlukan perbaikan dalam hal ini akan diusahakan pada pembelajaran siklus II.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli sayur diurutkan dari yang paling penting adalah ketersediaan produk, harga dan

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Berbeda dengan peramalan secara teknik pada umumnya pada penelitian ini juga akan diamati perilaku kurs yang terjadi selama 3 tahun, di mana dalam masa 3 tahun

salah; dan d) Tidak bisa dipungkiri masih ada wali kelas kurang kooperatif. 2) Faktor yang mendorong masyarakat (wali murid) puas akan pelayanan rapor online antara lain:

The ignition timing control by the average correction technique was found to reduce the fluctuation ratios of the IMEP and the maximum in- cylinder pressure

 Repo SBSN OPT Syariah adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu

Semakin berkembangnya sebuah koperasi akan semakin banyak jumlah anggota, maka semakin banyak jumlah masyarakat yang dapat dilayani oleh koperasi dan berpengaruh terhadap

Web ini dirancang agar mahasiswa Gunadarma maupun yang berada diluar kampus ini tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.. Melalui Web ini user dapat