• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MARGIN PEMASARAN TELUR BEBEK DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MARGIN PEMASARAN TELUR BEBEK DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MARGIN PEMASARAN TELUR BEBEK DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI 140306020

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(2)

ANALISIS MARGIN PEMASARAN TELUR BEBEK DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI 140306020

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(3)
(4)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI, 2020. “Analisis Margin Pemasaran Telur Bebek di Pasar Tradisional Kabupaten Serdang Bedagai”. Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik peternak, agen dan pedagang pengecer pemasaran telur bebek, dan saluran pemasaran, menganalisis margin pemasaran, farmer share, rasio keuntungan, dan biaya telur bebek, serta menganalisis efisiensi pemasaran telur bebek di Pasar Tradisional Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020 – Februari 2020. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penarikan sample pedagang pengecer dengan menggunakan sampling jenuh (sensus), sedangkan sampel peternak dan lembaga pemasaran lainnya dengan metode penelusuran. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner.

Analisis data meliputi biaya pemasaran, margin pemasaran, share peternak dan rasio keuntungan biaya dari masing-masing saluran pemasaran serta menganalisis efesiensi pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dua saluran pemasaran antara lain saluran pemasaran yang melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer dan saluran pemasaran yang melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu agen atau pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Margin pemasaran pada saluran I menunjukkan margin sebesar Rp. 650,- per butir dan pada saluran II sebesar Rp. 772,- , dari segi farmer’s share yaitu sebesar 64,8% pada saluran I dan rasio keuntungan terhadap biaya Rp. 4,42 per butir pada saluran II. Jika dilihat dari efisiensi pemasarannya bahwa setiap saluran pemasaran sudah efisien dengan nilai < 1.

Saluran pemasaran telur bebek di Pasar Taradisional Kabupaten Serdang Bedagai sudah efesien.

Kata Kunci : telur bebek, saluran pemasaran, margin pemasaran

(5)

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD NUZUL ALMAHDI, 2020. "Analysis of Marketing Margin of Duck Egg in Serdang Bedagai District".Supervised by TRI HESTI WAHYUNI and EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to identify the characteristics of farmers, agents and retailers duck egg marketing, and marketing channels, analyze marketing margins, farmer share, profit ratio, and cost of duck egg, as well as analyze the marketing efficiency of duck egg in Serdang Bedagai District. This research was conducted in January 2020 - February 2020. The method used in data collection is the delivery of retailer's sample by using the Jenuh sampling (sensus), while the sample of breeders and other marketing institutions with search method. Data collection was carried out using interview questionnaire techniques.

Data analysis includes marketing costs, marketing margins, farmer share and cost benefit ratio of each marketing channel as well as analyzing marketing efficiency.The results of this study indicate that there are two marketing channels, including a marketing channel involving one marketing agency, namely retailers and a marketing channel involving two marketing agencies, namely agents or collectors and retailers.

The marketing margin on channel I shows margin Rp. 650,-. the farmer’s in channel I 64,8% and ratio of profit Rp. 4,42 per grain on channel II.

When viewed from the marketing efficiency of each efficient marketing channel with a value of <1.

The marketing channel for duck egg in the Traditional Market of Serdang Bedagai District is efficient.

Keywords: duck egg, marketing channels, marketing margins

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Pura pada tanggal 06 Februari 1996 dari pasangan Bapak Iriadi, S.H, M.H dan Ibu Umi Salamah, S. Pd. Penulis merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara.

Pada tahun 2008 peniulis lulus dari SD Negeri 050727 Tanjung Pura, pada tahun 2011 penulis lulus dari MTs Negeri Tanjung Pura, pada tahun 2014 penulis lulus dari MA Negeri 2 Tanjung Pura dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur undangan atau SNMPTN dan diterima pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) dan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI).

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Peternakan Rakyat Nagori Dolok Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun pada tahun 2016.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Margin Pemasaran Telur Bebek di Pasar Tradisional Kabupaten Serdang Bedagai”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ketua dan anggota komisi pembimbing, yang terhormat Ir. Tri Hesti Wahyuni, M. Sc dan Ir. Edhy Mirwandhono, M. Si., MP yang telah membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

(8)

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Telur Bebek... 6

Permintaan ... 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 7

Penawaran ... 8

Kurva Penawaran ... 8

Hukum Penawaran ... 9

Pasar dan Pemasaran ... 9

Saluran Pemasaran ... 11

Margin Pemasaran... 12

Perilaku Pemasaran ... 12

Efesiensi Pemasaran ... 14

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

Metode Penelitian ... 15

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 15

Metode Pengumpulan Data ... 15

Metode Analisis Data ... 17

Pelaku dan Saluran Tataniaga. ... 17

Margin Tataniaga ... 17

Farmer Share ... 18

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya ... 18

Efesiensi Pemasaran ... 18

Defenisi dan Batasan Operasional ... 20

Defenisi ... 20

Batasan Operasional ... 22

(9)

vi HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai ... 23

Lokasi Penelitian ... 24

Pedagang Pengecer Telur Bebek ... 25

Profil Responden ... 26

Karakteristik Pedagang Pengecer ... 26

Karakteristik Agen ... 29

Karakteristik Peternak. ... 31

Saluran Pemasaran ... 33

Margin Pemasaran... 34

Farmer’s Share ... 38

Rasio Keuntungan dan Biaya ... 39

Efesiensi Pemasaran ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

Tabel 1. Jumlah Pasar, Jenis dan Volume Kegiatan di Kabupaten Serdang

Bedagai ... 16

Tabel 2. Jenis kelamin pedagang pengecer responden ... 26

Tabel 3.Usia pedagang responden ... 27

Tabel 4. Tingkat pendidikan formal pedagang pengecer ... 28

Tabel 5. Pengalaman usaha pedagang pengecer ... 28

Tabel 6. Jenis kelamin agen telur bebek ... 29

Tabel 7. Umur agen telur bebek ... 29

Tabel 8. Tingkat pendidikan formal agen ... 30

Tabel 9. Pengalaman usaha agen telur bebek ... 30

Tabel 10. Jenis Kelamin Peternak ... 31

Tabel 11. Umur peternak... 31

Tabel 12. Tingkat pendidikan peternak... 32

Tabel 13. Pengalaman beternak ... 32

Tabel 14. Biaya pemasaran telur bebek yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I ... 34

Tabel 15. Biaya pemasaran telur bebek yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran II ... 36

Tabel 16.Margin pemasaran ... 37

Tabel 17. Analisis famer’s share pada saluran pemasaran telur bebek di Kabupaten Serdang Bedagai... 38

Tabel 18. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya ... 39

Tabel 19. Efesiensi Pemasaran…………. ... 40

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Kerangka Pemikiran ... 4

2. Kurva Penawaran ... 8

3. Skema Saluran Pemasaran I ... 33

4. Skema Saluran Pemasaran II ... 33

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah telur bebek, telur ayam dan telur puyuh. Di Indonesia jumlah telur yang tersedia sangat banyak yaitu sebesar 1,378 ton.

Sumbangan telur terbesar adalah dari jenis ayam petelur dengan total 69,57%.

Telur ayam buras dan telur bebek menyumbang masing-masing 12,16% dan 18,26% (Nurjannah, 2018).

Rata-rata konsumsi telur dari masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan variasi yang besar. Masyarakat di pulau Sumatera dan Jawa mengkonsumsi telur lebih banyak dibandingkan dengan pulau-pulau lain, terutama terhadap masyarakat di pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Nurmanaf, 2003).

Usaha peternakan bebek semakin banyak diminati masyarakat Indonesia, karena memiliki peluang yang sangat potensial dimana terdapat selisih yang tinggi antara kebutuhan/permintaan pasar dengan ketersediaan telur bebek secara nasional. Selain potensi akan kurangnya pemenuhan daging bebek secara nasional, ternak bebek petelur juga mempunyai potensi keunggulan jika dibandingkan dengan ternak unggas petelur lainnya seperti ayam ras maupun ayam kampung. Telur bebek memiliki kandungan protein, kalori dan lemak lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam (Kriswanto, 2018).

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas 1.900,22

(13)

2

Km2 dimana di sebelah utara nya adalah Selat Malaka , sebelah timur nya adalah Kabupaten Batu Bara dan Simalungun, sebelah selatan nya adalah Kabupaten Simalungun dan sebelah barat nya adalah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 614.618jiwa.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 4 pasar tradisional yang beroperasi setiap hari (Pasar Baru dan Pasar Lama Perbaungan, Pasar Sei Rampah dan Pasar Dolok Masihul ) untuk memasarkan setiap produk sandang dan pangan. Pasar tradisional adalah salah satu tempat berlangsungnya aktivitas pemasaran produk peternakan seperti telur bebek.

Kabupaten Serdang Bedagai menurut BPS Kabupaten Serdang Bedagai (2019) bahwa pada tahun 2017 hingga tahun 2019 Kabupaten Serdang Bedagai mrmiliki populasi bebek/itik yang cukup tinggi, sehingga dapat menghasilkan produksi telur yang cukup tinggi juga. Hal inilah yang mengakibatkan para pedagang di Kabupaten Serdang Bedagai banyak mejual telur bebek untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi telur bagi masyarakat

Pemasaran telur merupakan proses akhir dari suatu kegiatan usaha peternakan telur bebek dimana peternak atau produsen menyampaikan hasil produksinya kepada konsumen dengan bantuan lembaga pemasaran yang terdapat satu atau lebih dari lembaga pemasaran yang terlibat, dimana setiap lembaga pemasaran akan berhubungan dengan lembaga pemasaran lainnya. Peran lembaga pemasaran sangat dibutuhkan oleh produsen agar produk yang dihasilkan oleh produsen cepat sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran akan terjadi pada

(14)

3

saat pedagang melakukan transaksi penjualan dengan berbagai lembaga pemasaran (Pinto, et al, 2016).

Aktifitas pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang paling penting, dimana pada kegiatan ini tujuannya adalah menyalurkan produk berupa telur bebek dari peternak sampai ke tangan konsumen akhir yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran untuk memudahkan produsen dalam menyalurkan telur.

Pemeran penting yang dapat mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu pemasaran adalah pihak penentu harga yang menerima harga yang dapat diartikan bahwa orang tersebut adalah sebagai pelaku penting dalam pasar yang dapat mempengaruhi harga telur bebek, apabila seorang investor hanya bertindak sendiri maka tetap tidak bisa menentukan harga dari suatu sekuritas sehingga margin pemasaran memiliki nilai tinggi.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis margin pemasaran telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Berapa total margin pemasaran telur bebek di Kabupaten Serdang Bedagai?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk saluran pemasaran telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai.

(15)

4

2. Mengidentifikasi saluran tataniaga, margin pemasaran serta rasio keuntungan telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai.

Manfaat Penelitian

1. Informasi bagi pemerintah dan pihak terkait yang membutuhkan.

2. Sumber informasi dan bahan pertimbangan kepada produsen dan distributor telur bebek dalam mengantisipasi kepuasan dan permintaan konsumen.

3. Menjadi literatur untuk penelitian-penelitian yang sejenis.

(16)

5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Perbedaan harga jual di tingkat peternak dan di tingkat konsumen

Peternak Lembaga Pemasaran

- Agen

- Pedagang pengecer

Konsumen

Analisis Margin Pemasaran

1. Margin pemasaran 2. Share harga

(farmer share) 3. Rasio Keuntungan

dan Biaya

4. Efiensi Pemasaran

(17)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Telur Bebek

Telur sebagai salah satu produk peternakan unggas yang bergizi tinggi dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena merupakan sumber protein, asam lemak, vitamin, dan mineral. Telur adalah salah satusumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat. Selain itu, telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Ada bermacam-macam jenis telur unggas yang umum dikonsumsi, diantaranya telur ayam, telur bebek dan telur puyuh (Nuruzzakiah, 2016).

Telur unggas yang paling banyak dikonsumsi salah satunya adalah telur bebek. Telur bebek sebagai bahan pangan yang cukup sempurna mengandung zat gizi tinggi yang mudah dicerna, kaya protein, lemak dan zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh. Menurut Nurjannah (2018) Telur bebek mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh serta dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Dalam telur bebek khususnya protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur yaitu 17 %, sedangkan bagian putihnya 11 %. Protein telur bebek terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian sehari- hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau

(18)

7

dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif (effective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial (absolut/potensial demand) (Ananingsih, 2011).

Menurut Gilarso (2001) hal-hal yang berhubungan dengan permintaan adalah pertama kemauan dan kemampuan untuk membeli suatu barang. Kemauan dan kemampuan saja tidak cukup untuk membeli suatu barang, harus disertai adanya keinginan dan kemampuan untuk membeli barang tersebut dan didukung uang yang cukup untuk membayar harga barang itu. Kedua, jumlah barang yang mau di beli adalah jumlah yang diinginkan. Jumlah barang yang mau dibeli harus dinyatakan dalam jangka waktu tertentu (per tahun, per bulan, per hari). Ketiga, cateris paribus yang berarti banyaknya jumlah barang/ jasa yang mau dibeli oleh

masyarakat selama priode tertentu yang dipengaruhi oleh faktor harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan dan lainnya dianggap konstan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan suatu barang ditentukanoleh banyak faktor. Diantaranya adalah (1) harga barang itu sendiri, (2) harga barang lain yang berkaitan dengan barang tersebut, (3) pendapatan masyarakat, (4) konsumsi, (5) jumlah penduduk, (6) ketersediaan barang (produksi) (Sukirno, 2004).

(19)

8 Penawaran

Penawaran (supply) diartikan sejumlah barang, produk atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk di jual kepada konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang tersedia di pasar dengan harga tertentu pada waktu tertentu serta penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Diantara pakar ekonomi ada pula yang mengartikan penawaran sebagai sejumlah barang ekonomi yang tersedia di pasar dengan maksud untuk dijual dengan harga tertentu. Penawaran dapat juga diartikan bermacam-macam barang atau produk yang ditawarkan untuk dijual dengan bermacam-macam harga di pasar.

Kurva Penawaran

Gambar 2. Kurva Penawaran Keterangan:

P : Harga beli pedagang

Q : Jumlah barang yang diminta S : Penawaran

P2

P1

P

Q1 Q2

Q S

(20)

9

Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai “Suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan”.

- Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga, maka supply bergeser ke kiri atas.

- Kalau berkurang kurva supply bergeser ke kiri atas

- Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar

Hukum Penawaran

Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang bersedia ditawarkan.

Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).

Pasar dan Pemasaran

Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli (Kotler dan Amstrong, 1995). Dalam ilmu ekonomi pengertian pasar lebih luas daripada hanya sekedar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli-barang/jasa. Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak atau interaksi antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa (Indrawati dan Indri, 2014). Menurut Bromley (Masitoh, 2013), mengklasifikasikan pasar menjadi tiga kelompok, yaitu pasar harian, pasar berkala, dan pasar khusus yang masing-masing pasar mempunyai kegiatan jual-beli tersendiri. Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka

(21)

10

di mana terjadi proses transaksi jual beli yang dimungkinkan proses tawar- menawar (Masitoh, 2013).

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen (Shinta, 2011).

Pemasaran merupakan muara akhir dari suatu aktivitas produksi, untuk memperoleh nilai harga barang produksi guna melanjutkan usaha dikemudian hari dan menciptakan kesejahteraan pengguna. Pasar dapat berupa suatu lokasi dimana terjadi transaksi dalam rangka pemindahan hak dari suatu pihak kepada pihak lainnya yang memanfaatkan alat tukar berupa uang yang diperlukan peternak pada berbagai aspek kehidupannya. Kegiatan pemasaran ternak dapat berlangsung pada berbagai lokasi yaitu di lokasi kandang peternak maupun di lokasi pasar hewan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah (Wibowo et al., 2016).

Pemasaran merupakan kegiatan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan untuk memberi kepuasan kepada konsumen. Untuk menganalisis saluran pemasaran dapat dilakukan tiga pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan fungsi (Functional approach) merupakan pendekatan yang mempelajari fungsi-fungsi yang ada dalam lembaga pemasaran yang terlibat dalam tataniaga suatu komoditi. Pendekatan fungsi terdiri dari fungsi pertukaran meliputi pembelian dan penjualan, fungsi fisik meliputi penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan dan fungsi fasilitas yang meliputi

(22)

11

standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar.

2. Pendekatan kelembagaan (Institutional approach), pendekatan kelembagaan ini berguna untuk mempelajari atau mengamati peranan masing-masing lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran yang terdiri dari produsen, bandar, pengecer, konsumen dan lain-lain.

3. Pendekatan perilaku (Behavioral system approach), pendekatan ini merupakan pelengkap dari kedua fungsi di atas, yaitu menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses pemasaran seperti perubahan dan perilaku lembaga pemasaran. Pemasaran produk pertanian merupakan pemasaran produk yang memerlukan penanganan yang intesif hingga sampai ke tangan konsumen. Hal ini disebabkan oleh karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, membutuhkan ruang, di produksi dalam jumlah besar. Oleh karena itu dibutuhkan integrasi berbagai pihak agar produk sampai ke tangan konsumen tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan (Bangun, 2010).

Saluran Pemasaran

Saluran Pemasaran atau tataniaga adalah kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen hingga ke tangan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran atau saluran tataniaga dapat diartikan sebagai kumpulan atau himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari tangan produsen menuju tangan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987).

(23)

12

Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan memperhatikan banyaknya tingkat saluran. Dalam saluran pemasaran terdapat panjang saluran pemasaran yang ditentukan oleh banyaknya tingkat perantara yang dilalui oleh suatu barang atau jasa (Prihantini, 2015).

Margin Pemasaran

Menurut Nainggolan (2017) margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima oleh peternak penghasil dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Margin pemasaran sebagai perbedaan antara harga dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga diterima oleh lembaga pemasaran dan (biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran jasa-jasa pemasaran. Biaya dari jasa-jasa tersebut terdiri atas biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam melakukan fungsi pemasaran keuntungan yang diperoleh sebagai imbalan jasa melakukan fungsi pemasaran tersebut. Jadi komponen margin pemasaran terdiri atas biaya pemasaran dari keuntungan pemasaran, sehingga pemasaran, sehingga margin dapat dituliskan sebagai berikut :

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah suatu tindakan-tindakan nyata individu atau kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mengonsumsi barang atau jasa yang diinginkan. Perilaku konsumen adalah suatu

Margin Pemasaran = Harga konsumen – Harga produsen

(24)

13

studi unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide (Burhanudin, 2011).

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, masyarakat kelompok, atau organisasi yang berhubungan dalam proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan (Mangkunegara, 2002).

Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun.

Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga. Tentu saja, jumlah barang yang bersedia dibeli konsumen dapat bergantung kapada hal-hal lainnya di samping harga. Khususnya pendapatan, adalah sesuatu yang penting. Dengan pendapatan yang semakin tinggi, konsumen dapat membelanjakan uangnya lebih banyak untuk barang apasaja, dan beberapa konsumen akan melakukan hal itu terhadap kebanyakan barang (Samosir, 2008).

Permintaan akan telur sangat erat kaitannya dengan harga, karena masyarakat dapat menjangkau sesuai dengan pendapatan mereka. Pendapatan yang meningkat sangat berpengaruh terhadap permintaan telur. Apabila pendapatan berubah, maka jumlah permintaan akan telur pun akan berubah sehingga dapat mempengaruhi kegiatan produksi dan perdagangan telur (Pusparini, 2013).

(25)

14 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan (Soekartawi, 1989). Dapat dirumuskan dengan :

Efisiensi Pemasaran = Total Biaya Pemasaran x 100 % Total Harga Produk

Dalam perhitungan total biaya transportasi dilakukan dengan menghitung rata-rata transportasi yang dikeluarkan kemudian dibagi dengan rata-rata volume pembelian. Untuk perhitungan total biaya produk dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran kemudian ditambahkan dengan harga jual produsen.

Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen dengan harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut Downey dan Erickson (1992) bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien kalau nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1.

(26)

15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2020.

Metode Penelitian

Penentuan sampel dilakukan secara purpose sampling dimana responden terdiri dari seluruh penjual telur bebek dipasar-pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan wawancara dengan unit responden yang menjual telur bebek. Metode pengambilan sampel di tingkat pedagang pengecer menggunakan metode sampling jenuh (sensus), sedangkan peternak/produsen dan lembaga pemasaran lainnya seperti pedagang besar dan agen ditentukan dengan metode penelurusan dengan cara mengikuti aliran pemasaran berdasarkan informasi yang didapatkan dari pedagang pengecer telur bebek sebelumnya..

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Pasar Baru dan Pasar Lama di Kecamatan Perbaungan, Pasar Tradisional Sei Rampah di Kecamatan Sei Rampah, dan Pasar Tradisional Dolok Masihul di Kecamatan Dolok Masihul. Alasan memilih keempat pasar tradisional tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan keempat

(27)

16

pasar tradisional tersebut menjual komoditi yang akan diteliti dan merupakan pasar besar di Kabupaten Serdang Bedagai yang beroperasi setiap hari.

Tabel. 1 Jumlah Pasar, Jenis dan Volume Kegiatan di Kabupaten Serdang Sedagai No. Nama Pasar/Alamat Jenis Pasar Volume

Kegiatan Hari Kegiatan

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanjung Beringin Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu

2. Sei Rampah Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu

3. Kampung Pon Pasar Rakyat Mingguan Senin dan kamis

4. Sei Buluh Pasar Rakyat Mingguan Senin dan Kamis

5. Sei Berong Pasar Rakyat Mingguan Rabu

6. Juhar Pasar Rakyat Mingguan Rabu

7. Sialang Buah Pasar Rakyat Mingguan Sabtu

8. Matapao Pasar Rakyat Mingguan Minggu

9. Serba Nanti Pasar Rakyat Mingguan Senin

10. Pekan Sipispis Pasar Rakyat Mingguan Kamis

11. Nagur Pane Pasar Rakyat Mingguan Sabtu

12. Marjanji Pasar Rakyat Mingguan Jum’at

13. Timokkah Pasar Rakyat Mingguan Sabtu

14. Dolok Masihul Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu

15. Kota Tengah Pasar Rakyat Mingguan Rabu

16. Kuala Bali Pasar Rakyat Mingguan Sabtu

17. Pantai Cermin Pasar Rakyat Mingguan Rabu

18. Pasar Lama Perbaungan Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu 19. Pasar Baru Perbaungan Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu

20. Sergai Walk Pasar Rakyat Harian Senin-Minggu

21. Pekan Selasa Pasar Rakyat Mingguan Selasa

22. Siahab Pasar Rakyat Mingguan Sabtu

23. Kotarih Pasar Rakyat Mingguan Minggu

24. Silinda Pasar Rakyat Mingguan Jum’at

25. Bengkel Pasar Rakyat Mingguan Selasa dan Jum’at

26. Suka Sari Pasar Rakyat Mingguan Senin

Sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2019 (Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Serdang Bedagai) Metode Pengumpulan Data

Data primer dan sekunder dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung.

Data-data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi langsung dan wawancara dengan responden menggunakan angket atau kuisioner. Data-data sekunder dikumpulkan dari data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Serdang

(28)

17

Bedagai dan dari instansi lain yang terkait dengan penelitian serta dari literatur, buku atau jurnal.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif, dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi angka. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif.

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik lembaga pemasaran, dan saluran pemasaran telur bebek.

1. Pelaku dan Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga serta peran pelaku tataniaga yang terlibat dalam tataniaga telur bebek dapat diketahui melalui wawancara langsung terhadap pedagang telur bebek dan pelaku tataniaga yang terlibat di dalamnya.

2. Margin Tataniaga

Untuk menganasisis suatu kinerja pasar sehingga dapat diketahui apakah ada kesesuaian antara proporsi kerja yang dilakukan dengan pendapatan yang diperoleh dilihat dari analisis margin pemasaran.

Rumus:

Keterangan :

M = Margin tataniaga

Hk = Harga tingkat konsumen

Hp = Harga tingkat produsen (Sudiyono, 2001).

M=Hk−Hp

(29)

18 3. Farmer Share

Untuk mencari efisiensi pemasaran digunakan rumus :

Keterangan:

Fs = Farmer Share/Efisiensi Tataniaga Hp = Harga yang diterima peternak Hk = Harga yang dibayar konsumen

Apabila perbandingan share keuntungan tiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran tidak merata, maka sistem pemasaran dikatakan tidak efisien, apabila perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran merata dan cukup logis, maka pemasaran dikatakan efisien (Shinta, 2011).

Suatu saluran tataniaga dianggap lebih efisien dibanding dengan saluran tataniaga yang lain apabila margin tataniaganya lebih rendah dan pembagian keuntungannya adil sesuai dengan jumlah pengorbanan yang disumbangkan pada saluran tataniaga tersebut (Yogi dan Rantaningtyas, 2016).

4. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio keuntungan

Fs =

(30)

19

terhadap biaya merata pada semua lembaga pemasaran dan bernilai positif.

Berikut rumus rasio keuntungan terhadap biaya . Rasio Keuntungan Terhadap Biaya = π / C Keterangan : π = Total Keuntungan

C = Biaya Pemasaran 5. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi Pemasaran = Total Biaya Pemasaran x 100 % Total Harga Produk

Menurut Downey dan Erickson (1992) bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien kalau nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1.

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah dengan melihat perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dibandingkan dengan biaya pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dengan kriteria sebagai berikut :

1. Margin pemasaran

Pemasaran dikatakan efisien apabila margin pemasaran peternak lebih besar dari margin pemasaran yang dierima oleh lembaga pemasaran secara keseluruhan dan sebaliknya.

2. Berdasarkan farmer’s share

Dikatakan efisien jika farmer’s share > 50 %. Nilai farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi margin pemasaran maka farmer’s share semakin rendah.

(31)

20 3. Rasio keuntungan biaya

Dikatakan efisien jika rasio keuntungan biaya > 1 dan sebaliknya.

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat pada skripsi ini.

1. Telur bebek adalah telur yang diproduksi dari bebek petelur yang diternakkan dalam jumlah besar dengan cara budidaya dan pemberian pakan yang modern dan teratur, serta dengan produktivitas telur yang tinggi.

2. Produsen/Peternak adalah orang yang menghasilkan produk telur bebek dan terlibat dalam saluran pemasaran telur bebek.

3. Pedagang pengumpul atau agen adalah lembaga pemasaran yang membeli telur bebek dari peternak dan menjual nya kembali dengan tingkat keuntungan tertentu.

4. Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang membeli telur bebek dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan menjual nya kembali dengan tingkat keuntungan tertentu.

5. Konsumen akhir adalah seseorang atau kelompok yang membeli telur bebek dari pedagang telur bebek untuk dikonsumsi.

6. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang dari produsen ke konsumen melalui perantara atau lembaga pemasaran.

7. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses pemasaran telur bebek di Kabupaten Serdang Bedagai

(32)

21

8. Saluran pemasaran/saluran tataniaga adalah seluruh proses berupa jalur yang melibatkan pelaku pasar ataupun tidak dalam penyampaian suatu produk dari produsen sampai pada konsumen.

9. Margin pemasaran adalah pertambahan harga telur bebek akibat adanya pelaku pemasar yang ikut serta dalam penjualan produk.

10. Harga jual peternak (Rp/butir) adalah harga rata-rata produk per butir yang diterima peternak.

11. Harga beli ditingkat pedagang (Rp/Butir) adalah harga rata-rata produk per butir yang dibeli dari peternak atau dari pedagang perantara sebelumnya.

12. Pelaku pemasaran adalah orang-orang yang melibatkan diri dalam penyampaian suatu produk dari produsen sampai ke konsumen dan mengambil keuntungan dari pengorbanan yang dilakukannya.

13. Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.

14. Permintaan konsumen adalah banyaknya jumlah suatu produk yang dibeli oleh para konsumen.

15. Farmer share (share harga) adalah suatu ukuran dimana pelaku-pelaku pemasaran akan diketahui efisiensinya melalui perbandingan keuntungan dan biaya produksi yang dikeluarkan dengan total pertambahan harga produk dari peternak dikalikan 100%.

16. Efisiensi pemasaran adalah suatu ukuran dimana pembagian antar biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dengan harga produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

(33)

22 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2020.

3. Penelitian yang akan diteliti adalah faktor penyebab terjadinya kenaikan harga telur bebek dari produsen ke konsumen.

4. Objek penelitian adalah faktor yang dianggap penyebab kenaikan harga proses pemasaran yang meliputi: saluran pemasaran, pelaku pemasaran dan marjin tataniaga.

5. Sampel yang diteliti adalah:

a. Pedagang telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Pelaku pemasaran yang ikut ambil bagian dalam penjualan telur bebek ke pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Peternak bebek yang menjadi titik awal penentuan harga.

(34)

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 03º01'2,5'' – 3º46'33'' Lintang Utara dan 98º44'22'' - 99º19'01'' Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang. Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2018 berjumlah 614.618 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 308.419 jiwa dan perempuan 306.199 jiwa.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan.

Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Bila dilihat dari luas wilayah per Kecamatan berdasarkan jumlah 17 (tujuh belas) kecamatan, maka dapat dilihat kecamatan Dolok Masihul mempunyai proporsi terluas 237.417 Km2 (12,49 % dari luas wilayah Kabupaten

(35)

24

Serdang Bedagai), sedangkan kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Serbajadi dengan luas 50.690 Km2 (2,67 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai).

Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2018 adalah sebesar 323 jiwa/km2. Kepadatan terbesar adalah di kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 936 jiwa/km2, disusul kecamatan Teluk Mengkudu 634 jiwa/km2, Sei Bamban 611 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah adalah kecamatan Bintang Bayu 114 jiwa/km2 disusul kecamatan Kotarih 105 jiwa/km2.

Lokasi Penelitian

a. Pasar Baru Perbaungan

Pasar Baru Perbaungan merupakan salah satu pasar yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Pasar yang dibangun pada tahun 2015 ini terletak di Kecamatan Batang Terap Kecamatan Perbaungan. Pasar ini dapat menampung sekitar 200 pedagang yang ingin berjualan. Pasar ini memiliki bangunan yang terdiri dari beberapa kios/stan. Ada bebrapa pedagang yang berjualan dengan menggunakan tenda disekitar bangunan pasar yang ada.

b. Pasar Lama Perbaungan

Pasar Lama Perbaungan merupakan pasar yang sudah cukup lama berdiri di Kecamatan Perbaungan dan terletak di Jalan Deli Simpang Tiga Pekan Kecamatan Perbaungan. Pasar ini tidak memiliki gedung seperti yang ada di pasar baru. Para pedagang menjual barang dagangannya di kios-kios kecil dan tenda- tenda yang didirikan di badan jalan pasar lama, sehingga menyebabkan sering terjadinya kemacetan arus lalu lintas.

(36)

25 c. Pasar Rakyat Sei Rampah

Pasar Rakyat Sei Rampah terletak di Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai. Pasar ini merupakan pasar baru yang dibangun untuk menggantikan pasar tradisional yang berada disepanjang pertokoan Kota Sei Rampah. Pasar Rakyat Sei Rampah di kelola oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Serdang Bedagai. Pasar ini memiliki bangunan yang terdiri dari beberapa kios/stan dan dapat menampung sekitar 250 pedagang yang ingin berjualan.

d. Pasar Dolok Masihul

Pasar Dolok Masihul merupakan pasar yang menjual banyak kebutuhan sandang dan pangan. Terletak di Jalan Lintas Tengah Sumatera, Pekan Dolok Masihul Kecamatan Dolok Masihul dan beroperasi setiap hari. Pasar Dolok Masihul memiliki bangunan yang terdiri dari beberapa kios/stan. Beberapa pedagang juga ada yang menjual barang dagangan nya di tenda-tenda yang berdiri di sekitar bangunan yang ada.

Pedagang Pengecer Telur Bebek

Pedagang pengecer telur bebek yang terdapat di pasar tradisional memperoleh telur bebek dari dalam dan luar kota untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi telur bebek. Di pasar Baru Perbaungan terdapat 5 pedagang pengecer telur bebek yang setiap harinya melakukan kegiatan pemasaran telur bebek, pedagang pengecer telur bebek di pasar Lama Perbaungan sebanyak 2 orang, pedagang pengecer telur bebek di pasar Dolok Masihul sebanyak 4 orang sementara pedagang pengecer di pasar Sei Rampah sebanyak 2 orang yang menjual telur bebek.

(37)

26 Profil Responden

Karakteristik Pedagang Pengecer

Dalam menyampaikan komoditi telur dari produsen hingga ke tangan konsumen akan melalui beberapa lembaga pemasaran. Dalam penelitan ini terdapat 13 orang responden pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai. Masing-masing pedagang pengecer dari keempat pasar tradisional yang terlibat memiliki sifat yang berpengaruh pada aktivitas pemasaran yang dilakukan. Karakteristik pedagang pengecer yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berdagang.

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer

Tabel 2. Jenis kelamin pedagang pengecer responden

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 7 53,84

Wanita 6 46,16

Total 13 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Responden pedagang pengecer berjumlah 13 orang yang terdiri dari 7 orang pria (53,84%) dan 6 orang wanita (46,16%). Banyaknya jumlah pria daripada wanita yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan dan pengangkutan yang dilakukan pedagang dengan tenaga yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachri (2017) yang menyatakan bahwa banyaknya jumlah pedagang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan, pengangkutan dan pemotongan yang dilakukan pedagang me merlukan waktu dan tenaga yang lebih besar.

(38)

27 b. Usia Pedagang Pengecer

Responden pedagang pengecer yang berjumlah 13 orang terdiri dari laki- laki dan perempuan. Rata-rata umur responden adalah berumur 38 tahun dengan pedagang termuda adalah berumur 24 tahun dan pedagang yang tertua adalah berumur 53 tahun. Ini mengindikasikan bahwa pedagang responden yang dipilih masih berusia produktif (36-50 tahun) dan masih memungkinkan untuk mengembangkan usaha pada waktu yang lama.

Tabel 3.Usia pedagang responden

Kelompok Umur Jumlah Pedagang (orang) %

< 35 4 30,76

35-50 8 61,53

> 50 1 7,69

Total 13 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Pedagang responden pada umur produktif yaitu pada umur 36-50 tahun adalah sebanyak 8 orang (61,53%) dan pedagang dengan umur dibawah 35 tahun adalah sebanyak 4 orang (30,76%), sementara itu pada tingkat umur lebih besar dari 51 tahun adalah sebanyak 1 orang (7,69%). Hal ini mengindikasikan bahwa pedagang sebagian besar termasuk dalam umur yang produktif dan sudah cukup berpengalaman.

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer

Pada tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi sebanyak 1 orang (7,69%) responden tamat SMP, 4 orang (30,76%) responden tamat SMP, sebanyak 6 orang (46,15%) responden tamat SMA/SLTA, 2 orang (15,38%) responden tamat dari S1 perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar dari pedagang pengecer responden memiliki tingkat pendidikan

(39)

28

yang cukup tinggi (di atas SLTA). Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam penyerapan informasi di pasar.

Tabel 4. Tingkat pendidikan formal pedagang pengecer

Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang (orang) %

SD 1 7,69

SMP 4 30,76

SMA/SLTA 6 46,15

S1 2 15,38

Total 13 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020) d. Pengalaman Usaha

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha lebih kecil dari 5 tahun adalah sebesar 5 orang (38,46%), dan pengalaman berusaha 5-20 tahun adalah sebesar 8 orang (61,53%). Jadi hal ini menunjukkan bahwa pedagang relatif sudah berpengalaman di atas 5 tahun.

Tabel 5. Pengalaman usaha pedagang pengecer Pengalaman Usaha

(tahun)

Jumlah Pedagang (orang)

%

<10 5 38,46

10-20 8 61,53

Total 13 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Adanya pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha di atas 5 tahun menunjukkan bahwa pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran telur bebek karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran telur bebek dan juga membutuhkan relasi. Dari pengalaman berusaha ini terlihat bahwa umumnya setiap pelaku pasar membangun hubungan kerja yang didasarkan atas kepercayaan dan lamanya hubungan kerja yang terjalin diantara sesama pedagang. Semakin lama dia berusaha maka akan semakin mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak pelaku pasar yang lain.

(40)

29 Karakteristik Agen

Agen telur bebek dalam penelitian ini adalah pedagang yang berperan sebagai penyalur telur bebek dari peternak hingga sampai ke pedagang pengecer.

Agen yang terlibat dalam pemasaran telur bebek ini adalah sebanyak 2 orang.

a. Jenis Kelamin Agen

Tabel 6. Jenis kelamin agen telur bebek

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 2 100

Wanita - -

Total 2 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 6, agen yang mengangkut telur bebek dari peternak ke pedagang pengecer 100% berjenis kelamin pria. Hal ini disebabkan pengangkutan telur bebek hendaklah menggunakan tenaga yang maksimal dan menggunakan kecekatan dalam hal fisik untuk mengurangi resiko dalam hal kerusakan produk pada masa pengangkutan.

b. Umur Agen

Tabel 7. Umur agen telur bebek

Kelompok Umur Jumlah Agen (orang) %

< 35 - -

35-50 2 100

> 50 - -

Total 2 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas agen telur bebek yang berjumlah 2 orang, termasuk dalam golongan umur yang masih produktif (36-50 tahun) dan masih dalam kondisi yang bugar untuk melakukan proses pengangkutan telur bebek.

(41)

30 c. Tingkat Pendidikan Agen

Tabel 8. Tingkat pendidikan formal agen

Tingkat Pendidikan Jumlah Agen (orang) %

SMP - -

SMA/SLTA 2 100

D3 - -

S1 - -

Total 2 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan persentasi sebanyak 2 orang (100%) agen tamat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa agen telur bebek memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam penyerapan informasi dalam memasarkan telur bebek yang diperoleh dari peternak.

d. Pengalaman Usaha Agen

Tabel 9. Pengalaman usaha agen telur bebek Pengalaman Usaha

(tahun)

Jumlah Agen (orang) %

< 10 - -

10-20 1 50

>20 1 50

Total 2 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas, bahwa masing-masing agen dengan pengalaman usaha antara 10-20 tahun dan > 20 tahun sebesar 50%. Jadi hal ini menunjukkan bahwa agen relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran telur bebek karena membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran telur bebek dan juga membutuhkan relasi. Dari pengalaman berusaha ini terlihat bahwa umumnya setiap pelaku pasar membangun hubungan kerja yang didasarkan atas kepercayaan dan lamanya hubungan kerja yang terjalin diantara sesama pedagang.

(42)

31 Karakteristik Peternak

Peternak responden dalam penelitian ini berasal dari dalam Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah sebanyak 3 orang.

a. Jenis Kelamin Peternak

Tabel 10. Jenis Kelamin Peternak

Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %

Pria 2 66,66

Wanita 1 33,33

Total 3 100

Sumber: Hasil Survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 10, bahwa sebanyak 66,66% peternak (2 orang) berjenis kelamin pria, sedangkan 33,33% peternak (1 orang) berjenis kelamin wanita. Hal ini menunjukkan bahwa peternak berjenis kelamin pria lebih unggul dalam hal tenaga fisik yang berhubungan dengan proses produksi telur bebek dan dalam hal pengangkutan telur untuk dipasarkan.

b. Umur Peternak

Tabel 11. Umur peternak

Kelompok Umur Jumlah Peternak (orang) %

< 35 - -

35-50 1 33,3

> 50 2 66,6

Jumlah 3 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel di atas persentase kelompok umur 41 – 50adalah sebesar 33,3% dan umur 51 - 60 adalah sebesar 66,6%. Hal ini menunjukkan bahwa umur peternak tersebut dikatakan produktif (15-64 tahun) yang artinya tidak ada batasan umur dalam beternak bebek.

(43)

32 c. Tingkat Pendidikan Peternak

Tabel 12. Tingkat pendidikan peternak

Tingkat Pendidikan Jumlah Peternak (orang) %

Tamat SMP - -

Tamat SMA 2 66,6

Tamat S1 1 33,3

Total 3 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan tabel tingkat pendidikan peternak paling banyak adalah tamatan SMA yaitu sebanyak 2 orang (66,6%), dan diikuti dengan pendidikan S1 yaitu 1 orang (33,3%). Hal ini mengindikasikan dengan tingginya pendidikan peternak, tingkat penerimaan mereka terhadap informasi mengenai telur bebek adalah cepat.

d. Pengalaman Beternak Tabel 13. Pengalaman beternak

Pengalaman Jumlah Peternak (orang) %

<15 tahun - -

>15 tahun 3 100

Total 3 100

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Pada tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik peternak responden berdasarkan pengalaman usaha beternak menunjukkan bahwa 100%

peternak responden memiliki pengalaman lebih besar dari 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak bebek sudah memiliki banyak pengalaman beternak bebek, sehingga dapat menjalankan usaha dengan manajemen yang baik untuk hasil yang maksimal.

(44)

33 Saluran Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat lembaga pemasaran yang merupakan lembaga perantara yang menghubungkan produsen ke konsumen dalam menyampaikan hasil produksi:

Saluran Pemasaran I

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran I

Berdasarkan gambar di atas adalah jenis pemasaran yang termasuk saluran pemasaran satu tingkat karena saluran ini hanya menggunakan satu lembaga perantara yaitu pedagang pengecer. Peternak telur bebek pada saluran ini berasal dari Kabupaten Serdang Bedagai dan menjualnya langsung ke pedagang pengecer di pasar dengan menggunakan mobil pick up.

Saluran Pemasaran II

Gambar 4. Skema Saluran Pemasaran II

Berdasarkan gambar di atas saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran dua tingkat karena pemasaran telur dari peternak ke konsumen melalui 2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul atau agen dan pedagang pengecer. Peternak berasal dari Kabupaten Serdang Bedagai dan menjual telur bebek kepada agen yang datang ke peternak. Agen mengangkut telur menggunakan mobil pick up dan langsung dijual ke pedagang pengecer di pasar.

Peternak Pedagang

Pengecer

Konsumen

Peternak Agen Pedagang

Pengecer

Konsumen

(45)

34 Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan selisih harga yang diterima oleh peternak telur bebek dengan harga yang dikeluarkan oleh konsumen yang membeli telur bebek. Margin pemasaran suatu komoditas terdiridari biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran serta keuntungan yang diterima oleh peternak telur bebek dan lembaga-lembaga pemasaran. Untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan yang didapatkan pelaku pemasaran serta biaya- biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran maka perlu dilakukan analisis margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran.

Saluran pertama yaitu melibatkan satu lembaga pemasaran, yaitu agen.

Saluran pemasaran ini meliputi Peternak Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran pemasaran kedua melibatkan dua lembaga pemasaran meliputi Peternak Agen Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran pemasaran I terdiri dari peternak yang berasal dari Kabupaten Serdang Bedagai dan pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional di Kabupaten Serdang Bedagai. Biaya pemasaran yang dikeluarkan peternak terdiri dari biaya tray karton sebesar Rp. 75.000,- per bulan, tali sebesar Rp. 16.000,- per bulan, dan biaya pengangkutan sebesar Rp. 600.000,- per bulan, sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak adalah sebesar Rp. 691.000,-per bulan.

Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran I ini adalah sebesar Rp. 140.000,- per bulan meliputi biaya sewa toko sebesar Rp. 80.000,- per bulan, biaya tali dan plastik sebesar Rp. 32.000,- per bulan dan biaya kebersihan sebesar Rp. 28.000,- per bulan dan jumlah telur yang

(46)

35

diperoleh adalah sebesar 1.080 butir sehingga biaya rata-rata perbutir adalah sebesar Rp. 129,6 per butir.

Tabel 14. Biaya pemasaran telur bebek yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I

Biaya Saluran Pemasaran I

No. Jenis Jumlah Telur

(Butir/bulan)

Biaya Pemasaran (Rp/bulan)

Biaya Rata-Rata (Rp/butir)

1. Peternak (1.400 butir) 5.600

a. Tray Karton 75.000

b. Tali @8.000 16.000

c. Pengangkutan 600.000

Jumlah 691.000 123,3

2. Pedagang Pengecer (270 butir) 1.080

a. Sewa Toko 80.000

b. Kebersihan 28.000

c. Tali dan Plastik 32.000

Jumlah 140.000 129,6

Total Biaya Pemasaran 831.000 253,0

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh peternak karena peternak melakukan pengiriman keluar kota sehingga biaya pengangkutan lebih besar.

Sedangkan biaya pemasaran terkecil terdapat pada pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 140.000,- per bulan.

Biaya saluran pemasaran II yang dikeluarkan oleh peternak antara lain biaya tray karton sebesar Rp. 990.000,- per bulan dan biaya tali plastik sebesar Rp. 22.500,- per bulan. Biaya pemasaran oleh agen terdiri dari biaya bensin sebesar Rp. 600.000,- per bulan, biaya konsumsi sebesar Rp. 280.000,- per bulan, dan biaya tenaga kerja untuk 2 orang agen sebesar Rp. 2.000.000,- per bulan.

Total biaya adalah sebesar Rp. 2.880.000,- per bulan dan dengan jumlah telur yang dipasarkan 32.400 butir maka biaya per butir adalah sebesar Rp. 88,8.

(47)

36

36

Tabel 15. Biaya pemasaran telur bebek yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran II

Biaya Saluran Pemasaran II

No. Jenis Jumlah Telur

(Butir/bulan)

Biaya Pemasaran (Rp/bulan)

Biaya Rata- Rata (Rp/butir)

1. Peternak (18.550 butir) 74.200

a. Tray Karton 990.000

b.Tali @7.500 22.500

Jumlah 1.012.500 13,6

2. Agen (8.100 butir) 32.400

a. Bensin 600.000

b. Konsumsi 280.000

c. Tenaga Kerja (2) 2.000.000

Jumlah 2.880.000 88,8

3.

Pedagang Pengecer (3.860

butir) 15.440

a. Tenaga Kerja 636.000

b. Sewa Toko 100.000

c. Kebersihan 28.000

d. Tali 24.000

e. Plastik 40.000

Jumlah 828.000 53,6

Total Biaya Pemasaran 4.720.500 156,1

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Biaya pemasaran pedagang pengecer sebesar Rp. 828.000,- per bulan dengan jumlah penjualan adalah sebesar Rp. 15.440 butir maka biaya rata-rata per butir adalah Rp. 53,6. Biaya pemasaran pedagang pengecer meliputi biaya tenaga kerja sebesar Rp. 636.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 100.000, per bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 28.000,- per bulan, biaya tali sebesar Rp.

24.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp. 40.000,- per bulan. Total biaya pemasaran untuk saluran pemasaran II adalah sebesar Rp. 4.720.500,- per bulan dan biaya per butir adalah Rp. 156,1.

Margin pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 772 karena jalur II merupakan rantai terpanjang dari pada jalur pemasaran I

(48)

37

hal ini dikarenakan pada jalur II adanya perbedaan harga jual yang lebih tinggi mulai dari agen hingga pedagang pengecer.

Margin pemasaran terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar

Rp. 650 dimana pada jalur ini peternak langsung menjual telur bebek kepada pedagang pengecer. Selain itu pedagang pengecer menjual telur bebek hanya dalam jumlah sedikit dan rata-rata konsumen yang membeli telur bebek adalah untuk dikonsumsi secara langsung. Pada jalur ini terjalin hubungan yang sangat dekat dan saling mempercayai sehingga peternak selalu menjaga kualitas telurnya yang dijual. Pada jalur I dan II besar margin pemasaran ditentukan oleh jarak distribusi dan panjang pendeknya rantai pemasaran.

Tabel 16. Margin pemasaran Uraian

Saluran Pemasaran

1 2 Nilai (Rp/butir) Nilai (Rp/butir) Peternak

Harga Jual 1.200 1.200

Biaya Pemasaran 123,3 13,6

Agen

Harga Beli 1.200

Biaya Pemasaran 88,8

Keuntungan 261,2

Harga Jual 1.550

Margin 350

Pedagang Pengecer

Harga Beli 1.200 1.550

Biaya Pemasaran 129,6 53,6

Keuntungan 520,4 368,4

Harga Jual 1.850 1.972

Margin 650 422

Total Biaya Pemasaran 252,9 156

Total Keuntungan 520,4 629,6

Total Margin 650 772

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

(49)

38

Biaya pemasaran pada jalur pemasaran I yaitu Rp. 252,9,- (Tabel. 16) dan biaya pemasaran pada jalur pemasaran II yaitu Rp. 156,- (Tabel. 16). Pada kedua jalur pemasaran telur bebek biaya pemasaran jalur I lebih besar dibandingkan dengan jalur II hal ini karena rantai pemasaran jalur I yang pendek dan jumlah yang diperjual belikan hanya sedikit dan tidak adanya biaya untuk pengangkutan pada rantai pemasaran jalur II.

Keuntungan pada jalur pemasaran II yaitu sebesar Rp. 629,6- (Tabel. 16) dan pada jalur pemasaran I yaitu sebesar Rp. 520,4,- (Tabel. 16). Keuntungan pada jalur II lebih besar dibandingkan jalur I hal ini dikarenakan jalur pemasaran II merupakan rantai pemasaran terpanjang serta telur bebek yang diperjual belikan dalam jumlah yang lebih banyak.

Farmer’s Share

Tabel 17. Analisis farmer’s share pada saluran pemasaran telur bebek di Kabupaten Serdang Bedagai

Saluran Pemasaran

Harga di Tingkat Peternak (Rp/butir)

Harga di Tingkat Konsumen (Rp/butir)

Farmer's Share(%)

I 1.200 1.850 64,86

II 1.200 1.972 60,85

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh

peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya dinyatakan dalam persentase. Farmer’s share berhubungan terbalik dengan margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka akan semakin lebih rendah farmer’s share. Besarnya bagian yang diterima peternak telur bebek dapat dilihat pada tabel 17.

(50)

39

Farmer’s share tertinggi pada saluran pemasaran ke satu yaitu sebesar

64,86%, artinya peternak menerima harga 64,86%, dari harga yang dibayarkan konsumen. Selain itu saluran pemasaran II memperoleh nilai farmer’s share terendah yaitu sebesar 60,85%.

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan telur bebek dari peternak ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah per butir. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Analisis rasio keuntugan per biaya dapat digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan keuntungan kepada pelaku pemasaran.

Tabel 18. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya Lembaga Pemasaran Keuntungan

(Rp/Butir) Biaya (Rp/Butir) π/C Saluran I

Peternak 1.200

Pedagang Pengecer 520,4 129,6 4,01

Total 520,4 129,6 4,01

Saluran II

Peternak 1.200

Agen 261,2 88,8 2,94

Pedagang Pengecer 368,4 53,6 6,87

Total 629,6 142,4 4,42

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Pada saluran I total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 129,6 per butir sedangkan keuntungan adalah sebesar Rp. 520,4 per butir. Maka rasio keuntungan biaya adalah sebesar Rp. 4,01 per butir.

(51)

40

Pada saluran II total biaya yang dikeluarkan per butir telur adalah sebesar Rp. 142,4. Biaya terbesar ditanggung oleh agen yaitu sebesar Rp. 88,8 per butir, biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 53,6 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 368,4 per butir, sedangkan keuntungan terendah diperoleh agen yaitu sebesar Rp. 261,2 per butir.

Efiensi Pemasaran

Tabel 19. Efisiensi pemasaran telur bebek pada setiap saluran pemasaran dan lembaga pemasaran

Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/Buitr) Nilai Produk (Rp/Butir)

Nilai Efisiensi (Rp/Butir) Saluran I

Pedagang Pengecer 129,6 1850 0,07

Saluran II

Agen 88,6 1550 0,05

Pedagang Pengecer 53,6 1972 0,02

Sumber: Hasil survei data diolah (2020)

Berdasarkan rumus Downey dan Erickson (1992) sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1, dengan melihat hasil analisis yang ada pada tabel 19, bahwa nilai efisiensi dari semua lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai adalah < 1 yang artinya efisien.

(52)

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemasaran telur bebek di pasar tradisional Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 2 saluran pemasaran antara lain saluran pemasaran yang melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer dan saluran pemasaran yang melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu agen atau pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Berdasarkan analisis margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Margin pemasaran pada saluran I menujukkan margin sebesar Rp. 650,- dan saluran II menunjukkan margin sebesar Rp. 772,- per butir, dari segi farmer’s share yaitu sebesar 64,86% pada saluran I dan rasio keuntungan terhadap biaya Rp. 4,42 per butir pada saluran II. Jika dilihat dari efisiensi pemasarannya bahwa setiap saluran pemasaran sudah efisien dengan nilai < 1.

Saluran pemasaran telur bebek di Pasar Taradisional Kabupaten Serdang Bedagai sudah efesien.

Saran

Disarankan bagi peternak untuk memilih saluran pemasaran yang sesuai agar mendapatkan keuntungan yang besar.dan disarankan bagi peternak dan pelaku pasar bebek lainnya agar lebih jeli dalam memahami informasi pasar untuk memahami aspek harga, jumlah, dan kualitas produk.

Gambar

Gambar 2. Kurva Penawaran  Keterangan:
Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran I
Gambar 1. Pasar Dolok Masihul
Gambar 4. Agen Telur Bebek

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (PRPJMD) Provinsi Sulawesi

Aku telah menelaah perkataan kaum salaf terhadap mereka yang tidak mengafirkan orang yang meninggalkan shalat, namun aku tidak menemukan safupun -di antara mereka- yang menganggap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah kompetensi SDM, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, dan peran audit internal berpengaruh

(2) Dalam hal Tahanan memerlukan rawat inap sesuai rekomendasi dokter Polri, Petugas Jaga Tahanan wajib melaporkan kepada Penyidik atau Pejabat yang menitipkan Tahanan untuk

Rencana Aksi Kegiatan BBPK Makassar tahun 2020-2024 merupakan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan untuk jangka waktu lima tahun ke depan, hal

Inflasi gabungan 3 kota di Riau pada bulan November 2018 sebesar 0,49 persen terjadi karena adanya kenaikan indeks harga konsumen pada enam kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan

Apabila Saudara membutuhkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi kami sesuai alamat tersebut diatas sampai dengan batas akhir pemasukan dokumen

Dari keempat buah nilai korelasi yang ada pada tabel 4.29 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi tertinggi terhadap waktu terletak pada sensor T4 yang menempel di