• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan kematian anak, termasuk di dalamnya adalah kematian anak bawah lima tahun (balita). Secara global, sekitar 6,6 juta balita meninggal pada tahun 2012, sebagian besar disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah (Wright dkk, 2014). Tahun 2013, 73% kematian neonatal di seluruh dunia terjadi dalam tujuh hari kehidupan dengan jumlah sekitar dua juta orang, 16% kematian balita serta lebih dari sepertiga kematian neonatal terjadi pada hari pertama kehidupan dengan jumlah sekitar satu juta orang. Antara tahun 1990-2013, sekitar 86 juta bayi lahir di dunia dengan kematian paling banyak terjadi dalam 28 hari kehidupan (UNICEF, 2013).

Menurut laporan Save The Childrens yang berjudul Ending Newborn Death menyebutkan bahwa kematian neonatal bervariasi di berbagai negara, sekitar 5,9 per 1000 kelahiran hidup (KH) terjadi di Eropa dan empat sampai lima kali lipat terjadi di Asia dan Afrika (Wright dkk, 2014). Berdasarkan data Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dalam periode lima tahun (2007-2012) sebesar 32 per 1000 KH dan kematian balita sebesar 40 per 1000 KH. AKB tahun 2012 sebesar 34 per 1000 KH meningkat dibandingkan dengan data tahun 2010 sebesar 26 per 1000 KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per 1000 KH. Enam puluh persen kematian bayi di Indonesia terjadi selama periode neonatal dan 80% kematian anak terjadi

1

(2)

selama bayi (BPS, 2013). AKB di Propinsi Bali tahun 2012 sebesar 29 per 100 KH, angka ini masih di bawah angka nasional, namun terjadi peningkatan dari tahun 2010 dengan AKB sebesar 20 per 1000 KH (BPS, 2012).

Salah satu faktor risiko yang berkontribusi besar terhadap kematian bayi terutama pada masa perinatal yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan laporan Save The Childrens, salah satu penyebab utama tingginya angka kematian bayi pada hari pertama di Sub-Sahara Afrika dan Asia yaitu tingginya jumlah kelahiran BBLR (Wrigh dkkt, 2014). Demikian juga halnya di Indonesia, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR yaitu sebesar 30,3% dan penyebab utama kematian pada bayi adalah gangguan perinatal (Kemenkes, 2010). BBLR mempunyai kemungkinan empat kali lebih besar untuk meninggal selama 28 hari pertama masa hidupnya dibandingkan dengan bayi yang mempunyai berat 3000–3499 gram (Podja dkk, 2000 dalam Pramono, 2011).

BBLR berisiko mati pada periode neonatal dini 6 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berisiko untuk mati pada periode neonatal dini 59 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal (Efriza, 2011).

Prevalensi BBLR secara global pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 15%, sedangkan di negara berkembang sekitar 16%, terkonsentrasi di Asia dan Afrika.

BBLR di negara sedang berkembang, sekitar 72% terjadi di Asia dan 22% di Afrika (UNICEF and WHO, 2004). Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia mengalami penurunan dari 11,1% di tahun 2010 menjadi 10,2% di tahun 2013. Walaupun secara nasional

(3)

terjadi penurunan, namun di beberapa daerah prevalensi BBLR masih sangat tinggi seperti di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 16,9% (Kemenkes, 2013).

Dalam Bulletin Sistem Kesehatan tahun 2011 disebutkan bahwa perkiraan setiap tahunnya terdapat sekitar 400.000 BBLR di Indonesia. Sedangkan prevalensi BBLR di Propinsi Bali bila dilihat dari data lima tahunan (tahun 2006–2010) sebesar 8,9%. Angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional yaitu sebesar 5,7%

(Pramono, 2011).

Menurut data ringkasan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karangasem tahun 2010-2015, AKB di Kabupaten Karangasem tahun 2011 sebesar sembilan per 1000 KH mengalami kenaikan di tahun 2012 sebesar 11 per 1000 KH. Pencapaian tersebut sudah dibawah target Propinsi Bali yaitu 30 per 1000 KH, namun masih lebih tinggi dari target RPJMD yaitu 10,77 per 1000 KH. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, kematian neonatal di Kabupaten Karangasem dari tahun 2004 sampai Juli 2014 paling banyak terjadi karena BBLR. Jumlah kematian neonatal sebanyak 481 orang dan sebanyak 281 orang (58,42%) diantaranya adalah BBLR. Angka tersebut menunjukkan bahwa setengah lebih kematian neonatal di Kabupaten Karangasem adalah BBLR dan jauh diatas angka nasional (12,2%) yang didapatkan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Rachmawati dkk (2011).

Berdasarkan data awal yang didapatkan dari register BBLR di RSUD Karangasem, selama hampir tiga tahun terakhir (tahun 2012 sampai Oktober 2014) jumlah kelahiran BBLR sebanyak 814 dengan 104 kematian (12,77%)

(4)

selama rawat inap di rumah sakit. Bila dilihat data per tahun yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014 (sampai Agustus), jumlah kelahiran BBLR masing-masing sebanyak 289, 283 dan 242 orang, dengan kematian selama rawat inap di rumah sakit berturut-turut sebanyak 32 orang (11,07%), 37 orang (13,07%) dan 35 orang (14,46%). Cenderung terjadi peningkatan kematian BBLR dari tahun 2012 sampai tahun 2014.

RSUD Karangasem merupakan rumah sakit yang telah menjalankan program Rumah Sakit Sayang ibu dan Bayi (RSSIB) dan salah satu dari sepuluh langkah menuju RSSIB yang telah dikembangkan yaitu penyelenggaraan PONEK (Pelayanan Obstertri Neonatal Emergensi Komprehensif) dengan pendirian gedung baru PONEK. Pendirian gedung baru PONEK di RSUD Karangasem diresmikan penggunaannya berdasarkan SK Bupati sejak 2 Januari 2013. Sejak diresmikannya gedung PONEK yang disertai dengan peningkatan dalam pengelolaan manajemen PONEK antara lain dengan penambahan sumber daya seperti penambahan satu orang tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, penambahan tenaga bidan dan tenaga lainnya. Standar Operasional Prosedur (SOP) juga semakin lengkap. Dengan adanya pengembangan PONEK tersebut semestinya mampu menurunkan angka kematian bayi di rumah sakit.

Namun, dilihat dari data kematian BBLR dari tahun 2012 sampai 2014 justru terjadi kecenderungan meningkat.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian BBLR di rumah sakit telah diteliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan di luar negeri antara lain penelitian tentang survival rate BBLR dan BBLSR di masyarakat Iranian,

(5)

penelitian di Jaifur India tentang morbiditas dan mortalitas neonatal berat lahir rendah, penelitian tentang prediktor kematian neonatal berat lahir rendah di India, penelitian tentang penyebab bayi lahir mati dan kematian neonatal di enam negara sedang berkembang, penelitian tentang faktor resiko kematian neonatal BBLSR dan penelitian tentang keluaran BBLSR di Iranian Center. Beberapa faktor yang diteliti antara lain faktor sosiodemografi yaitu usia ibu, jenis kelamin bayi, paritas, tempat tinggal (urban dan rural) dan faktor klinis yaitu umur kehamilan, riwayat penyakit kronis ibu, apgar score, perdarahan antepartum, komplikasi (preterme rupture of membranes, apnoea, hypothermia dan shock) serta riwayat terapi

oksigen(Ngoc, 2006; Basu dkk, 2008; Ballot dkk, 2010; Redding dkk, 2012;

Afjeh dkk, 2013; Nayeri dkk, 2013). Beberapa penelitian tersebut menemukan hasil yang tidak konsisten.

Menurut kajian penulis, perbedaan hasil tersebut lebih banyak disebabkan oleh karena perbedaan metode yang digunakan seperti setting penelitian/karakteristik sampel, yang dilakukan pada daerah dan tipe fasilitas kesehatan yang berbeda. Adanya perbedaan kriteria inklusi dan ekslusi terutama pada berat lahir dan umur kehamilan. Disamping itu juga karena adanya perbedaan jenis dan jumlah variabel, dimana beberapa penelitian lebih menekankan dan lebih banyak meneliti faktor klinis, sementara penelitian lainnya lebih menekankan dan lebih banyak meneliti faktor sosial.

Penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian BBLR di Indonesia masih terbatas. Dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia lebih banyak meneliti tentang faktor

(6)

sosiodemografi dan klinis. Sangat jarang yang meneliti terkait dengan faktor pelayanan kesehatan seperti program PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dan sistem rujukan yang mempunyai peranan penting dalam menurunkan kematian bayi, termasuk BBLR. PONEK merupakan bentuk penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu (JNPK, 2008b).

Sebuah penelitian di Bali tahun 2009 tentang karakteristik dan keluaran BBLSR yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar menemukan bahwa presentase penyebab kematian terbanyak yaitu Penyakit Membran Hialin (PMH) dan sepsis (Yoga dkk, 2012). Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada rumah sakit tersier sebagai pusat rujukan dari seluruh kabupaten di Bali. Penelitian deskriptif tersebut yang hanya menggambarkan presentase kematian BBLSR berdasarkan karakteristik sampel, tanpa menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi, nampaknya kurang adekuat untuk dijadikan dasar pengembangan program dalam rangka menurunkan angka kematian bayi khususnya BBLR.

Berdasarkan keterbatasan penelitian diatas, maka diperlukan penelitian dengan rancangan analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian BBLR sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan program dalam rangka menurunkan kematian BBLR baik di fasilitas pelayanan dasar maupun lanjutan. Secara umum penelitian ini akan memberikan informasi baru terkait kematian BBLR karena karakteristik sampel yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan di rumah sakit Sanglah. Sampel pada penelitian ini banyak berasal dari daerah pedesaan dengan kondisi geografis termasuk daerah sulit dalam hal akses

(7)

terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini juga meneliti variabel yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya antara lain variabel periode waktu masuk rumah sakit terkait pengembangan program PONEK, masalah minum (feeding problem) dan pemberian antibiotika.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor demografi antara lain tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014?

2. Apakah faktor pelayanan kesehatan antara lain pengembangan program PONEK dan rujukan sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014?

3. Apakah faktor klinis antara lain klinis ibu yaitu cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban dan klinis bayi yaitu maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, masalah minum, pemberian antibiotika dan hasil laboratorium sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014?

4. Apakah faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan kematian pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir 1000-<2000 gram?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui

1. Karakteristik BBLR berdasarkan tahun dirawat, kelompok BBLR, lama rawat, periode waktu kematian serta faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis.

2. Faktor demografi (tempat tinggal, umur ibu dan jenis kelamin bayi) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

3. Faktor pelayanan kesehatan (pengembangan program PONEK dan rujukan) sebagai determinan kematian BBLR selama dirawat di RSUD Karangasem tahun 2012–2014.

5. Faktor klinis antara lain klinis ibu (cara persalinan, gravida, paritas, riwayat USG, riwayat perdarahan, riwayat keluar air ketuban, warna air ketuban) dan klinis bayi (maturitas bayi, berat lahir, asfiksia, RDS, sepsis, hipoglikemi, masalah pemberian minum, pemberian antibiotika) serta beberapa variabel hasil laboratorium sebagai determinan kematian BBLR selama rawat inap di RSUD Karangasem tahun 2012-2014.

6. Faktor demografi, pelayanan kesehatan dan klinis sebagai determinan kematian pada pada kelompok BBLSR dan kelompok BBLR preterm berat lahir 1000-

<2000 gram.

(9)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang kebijakan dalam merumuskan program untuk menurunkan angka kematian bayi melalui penanganan dan pencegahan kematian BBLR baik di tingkat pelayanan dasar maupun lanjutan.

2. Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian dalam pengembangan Standard Operational Procedure (SOP) penatalaksanaan BBLR, evaluasi

program PONEK, sistem rujukan BBLR dan pemberian antibiotika.

3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam perencanaan persalinan dan perawatan BBLR.

4. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kematian BBLR.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan penggerek batang padi.. Tempat hidupnya di

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa status pekerjaan yang paling banyak mengalami gangguan siklus menstruasi dan gangguan proses pematangan folikel ovarium adalah

Merujuk pada kinerja yang dilakukan oleh negara pesaing, hal yang cukup penting dilakukan oleh para calon pemasok di Indonesia adalah perhatian atas penguasaan

DAFTAR NAMA PESERTA KKN-PPM ANGKATAN KE-VII TAHUN AKADEMIK 2017/2018.. Kelompok : I

Nama alat : Alat semprot tangan (hand sprayer) Produsen : PT.. Data

pelayanan kesehatan, pendidikan serta kebutuhan dasar lainnya Memantapkan transformasi birokrasi yang bersih, dinamis dan tangkas berbasis digital untuk meningkatkan

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan. Pertama, letak konsentra- si spasial industri manufaktur di Jawa Tengah tertinggi berada di Kabupaten Kudus, Kota

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan memberikan kuesioner kepada siswa , analisis literatur terdiri dari analisis KI dan KD, analisis terhadap buku