BAB II Tinjauan Pustaka
1. Definisi Spinal Cord Injury
Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang, antara lain : 7 buah tulang cervical, 12 buah tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacrum. Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian saraf-saraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi saraf-saraf tersebut.
Cedera tulang belakang adalah cedera yang mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dan sebagainya yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra sehingga mengakibatkan defisit neurologi. Spinal Cord Injury (SCI) adalah cedera yang terjadi karena trauma medulla spinalis atau tekanan pada medulla spinalis karena kecelakaan yang dapat mengakibatkan kehilangan atau gangguan fungsi baik sementara atau permanen di motorik normal, indera, atau fungsi otonom serta berkurangnya mobilitas atau perasa (sensasi). Spinal cord injury (SCI) terjadi ketika sesuatu
(seperti: tulang, diskus, atau benda asing) masuk atau mengenai spinal dan merusakkan spinal cord atau suplai darah.
2. Anatomi dan Fisiologi Vertebra A. Kolumna vertebra
Kolumna vertebra menyangga berat tubuh dan melindungi medulla spinalis. Kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan diskus fibrokartilago intervertebral. (Sloane, 2004)
1) Ada tujuh tulang vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5 vertebra lumbal, dan 5 tulang vertebra sakrum yang menyatu menjadi sakrum dan tiga sampai lima tulang koksigeal yang menyatu menjadi tulang koksiks.
2) Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina (foramen) intervertebralis di antara vertebra yang letaknya bersebelahan. 31 saraf spinal tersebut antara lain :
a. 8 pasang saraf servikal, b. 12 Pasang saraf Torakal, c. 5 Pasang saraf Lumbal, d. 5 Pasang saraf Sakral , e. 1 pasang saraf koksigeal
Akar saraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda Equina. Setiap pasangan saraf keluar melalui Intervertebral foramina. Saraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal.
Pada orang dewasa, medula spinalis lebih pendek daripada kolumna spinalis. Medula spinalis berakhir kira-kira pada tingkat diskus intervertebralis antara vertebra lumbalis pertama dan kedua. Sebelum usia 3 bulan, segmen medula spinalis, ditunjukkan oleh radiksnya, langsung menghadap ke vertebra
yang bersangkutan. Setelah itu, kolumna tumbuh lebih cepat daripada medula.
Radiks tetap melekat pada foramina intervertebralis asalnya dan bertambah panjang ke arah akhir medula (conus terminalis), akhirnya terletak pada tingkat vertebra lumbalis ke-2. Di bawah tingkat ini, spasium subarakhnoid yang seperti kantong, hanya mengandung radiks posterior dan anterior yang membentuk cauda equina. Kadang-kadang, conus terminalis dapat mencapai sampai tingkat vertebra lumbalis ke-3.
Radiks dari segmen C1 sampai C7, meninggalkan kanalis spinalis melalui foramina intervertebralis yang terletak pada sisi superior atau rostral setiap vertebra. Karena bagian servikalis mempunyai satu segmen lebih daripada vertebra servikalis, radiks segmen ke-8 meninggalkan kanalis melalui foramina yang terletak antara vertebra servikalis ke-7 dan torasikus ke-1. Dari sini ke bawah, radiks saraf meninggalkan kanalis melalui foramina yang lebih bawah.
Antara C4 dan T1, dan juga antara L2 dan S3, diameter medula spinalis membesar. Intumesensia servikalis dan lumbalis ini terjadi karena radiks dari separuh bawah bagian servikalis naik ke pleksus brakhialis, mempersarafi ekstrimitas atas, dan yang dari regio lumbo-sakral membentuk pleksus lumbosakralis, mempersarafi ekstrimitas bawah.
Pembentukan pleksus-pleksus ini menyebabkan serat-serat dari setiap pasang radiks bercabang menjadi saraf-saraf perifer yang berbeda; dengan kata lain, setiap saraf perifer dibuat dari serat beberapa radiks segmental yang
berdekatan. Ke arah perifer dari saraf, serat saraf aferen berasal dari satu radiks dorsalis yang bergabung dan mensuplai daerah segmen tertentu dari kulit, disebut dermatom atau daerah dermatomik.
Dermatom berjumlah sebanyak radiks segmental. Dermatom-dermatom letaknya saling tumpang tindih satu sama lain, sehingga hilangnya satu radiks saja sulit untuk dideteksi. Harus terjadi hilangnya beberapa radiks yang berdekatan supaya dapat timbul hilangnya sensorik dari karakter segmental.
Dermatom berhubungan dengan berbagai segmen radiks medula spinalis, sehingga mempunyai nilai diagnostik yang besar dalam menentukan tingkat ketinggian dari kerusakan medula spinalis.
Fungsi dan Persarafan Otot Periferal dan Segemental
Fungsi Otot Saraf
I. Pleksus servikalis C1-C4
Fleksi, ekstensi, rotasi, dan eksorotasi leher
Mm. koli profundi (M.
sternokleidomastoideus, M.
trapezius)
Saraf servikalis C1-C4
Pengangkatan dada atas, Mm. skaleni C3-C5
inspirasi
Inspirasi Diafragma
Saraf frenikus C3-C5
II. Pleksus brakhialis C5-T1
Aduksi dan endorotasi lengan,
Menurunkan bahu ke dorsoventral
M. pektoralis mayor dan minor
Saraf torakalis anterior C5-T1
Fiksasi skapula selama mengangkat lengan
M. seratus anterior
Saraf torakalis longus C5-C7
Elevasi dan aduksi skapula ke arah kolumna spinalis
M. levator skapula, Mm. rhomboidei
Saraf skapularis dorsal C4-C5
Mengangkat dan eksorotasi lengan, Eksorotasi lengan pada sendi bahu
M. supraspinatus,
M. infraspinatus
Saraf supraskapularis C4-C6
C4-C6
Endorotasi sendi bahu;
aduksi dari ventral ke dorsal;
menurunkan lengan yang terangkat
M. latissimus dorsi, M. teres major,
M. subskapularis
Saraf torakalis dorsal C5-C8
(dari daerah dorsal pleksus)
Abduksi lengan ke garis horizontal,
Eksorotasi lengan
M. deltoideus
M. teres minor
Saraf aksilaris C5-C6
C4-C5
Fleksi lengan atas dan bawah dan supinasi lengan bawah, Elevasi dan aduksi lengan,
Fleksi lengan bawah
M. biseps brakhii,
M. korakobrakhialis,
M. brakhialis
Saraf muskulokutaneus C5-C6
C5-C7
C5-C6
Fleksi dan deviasi radial tangan,
Pronasi lengan bawah, Fleksi tangan,
Fleksi jari II-V pada falangs tengah,
Fleksi falangs distal ibu jari tangan,
Fleksi falangs distal jari II dan III tangan,
M. fleksor karpi radialis
M. pronator teres M. palmaris longus M. fleksor digitorum superfisialis
M. fleksor polisis longus
M. fleksor digitorum profundus (radial)
Saraf medianus C5-C6
C5-C6 C7-T1 C7-T1
C6-C8
C7-T1
Abduksi metakarpal I, Fleksi falangs proksimal ibu jari tangan,
Oposisi metakarpal I
M. abduktor polisis brevis M. fleksor polisis brevis
M. oponens polisis brevis
C7-T1 C7-T1
C6-C7
Fleksi falangs proksimal dan ekstensi sendi lain,
Fleksi falangs proksimal dan ekstensi sendi lain
Mm. lumbrikalis Jari II dan III tangan
Jari IV dan V tangan
Saraf medianus C8-T1
Saraf ulnaris C8-T1
Fleksi dan M. fleksor karpi ulnaris
Saraf ulnaris C7-T1
pembengkokan ke arah ulnar jari tangan,
Fleksi falangs proksimal jari tangan IV dan V, Aduksi metakarpal I, Abduksi jari tangan V, Oposisi jari tangan V,
Fleksi jari V pada sendi metakarpofalangeal, Pembengkokan falangs proksimal, meregangkan jari tangan III, IV, dan V pada sendi tangan dan distal seperti juga gerakan membuka dan menutup jari-jari
M. fleksor digitorum profundus (ulnar) M. aduktor polisis M. abduktus digiti V M. oponens digiti V
M. fleksor digiti brevis V
Mm. interosei palmaris dan dorsalis
Mm. lumbrikalis III dan IV
C7-T1
C8-T1 C8-T1 C7-T1
Saraf ulnaris C7-T1
C8-T1
Ekstensi siku, Fleksi siku, Ekstensi siku dan abduksi radial tangan, Ekstensi falangs proksimal jari II-IV, Ekstensi falangs proksimal jari V,
Ekstensi dan deviasi ke arah ulnar dari tangan,
M. biseps brakhii dan M.
ankoneus
M. brakhioradialis
M. ekstensor karpi radialis M. ekstensor digitorum
M. ekstensor digiti V M. ekstensor karpi ulnaris
M. supinator
Saraf radialis C6-C8 C5-C6 C6-C8
C6-C8
C6-C8 C6-C8
C5-C7
Supinasi lengan bawah, Abduksi metakarpal I:
ekstensi radial dari tangan,
Ekstensi ibu jari tangan pada falangs proksimal, Ekstensi falangs distal ibu jari,
Ekstensi falangs proksimal jari II
M. abduktor polisis longus
M. ekstensor polisis brevis
M. ekstensor polisis longus M. ekstensor indisis proprius
C6-C7
C7-C8
C7-C8 C6-C8
Elevasi iga; ekspirasi;
kompresi abdomen;
anterofleksi dan laterofleksi tubuh.
Mm. toracis dan abdominalis
N. toracis T1-L1
III. Pleksus lumbalis T12-L4
Fleksi dan endorotasi pinggul,
Fleksi dan endorotasi tungkai bawah,
Ekstensi tungkai bawah pada tungkai lutut
M. iliopsoas
M. sartorius
M. quadriseps femoris
Saraf femoralis L1-L3
L2-L3
L2-L4
Aduksi paha
Aduksi dan eksorotasi paha
M. pektineus M. aduktor longus M. aduktor brevis M. aduktor magnus M. grasilis
M. obturator eksternus
Saraf obturatorius L2-L3
L2-L3 L2-L4 L3-L4 L2-L4 L3-L4
IV. Pleksus sakralis L5-S1
Abduksi dan endorotasi paha,
Fleksi tungkai atas pada pinggul; abduksi dan endorotasi,
Eksorotasi paha dan abduksi
M. gluteus medius dan minimus
M. tensor fasia lata
M. piriformis
Saraf glutealis superior L4-S1 L4-L5
L5-S1
Ekstensi paha pada pinggul,
Eksorotasi paha
M. gluteus maksimus M. obturator internus Mm. gemeli
M. quadratus
Saraf glutealis inferior L4-S2
L5-S1
L4-S1
Fleksi tungkai bawah M. biseps femoris M. semitendinosus M. semimembranosus
Saraf skiatikus L4-S2
L4-S1 L4-S1
Dorsifleksi dan supinasi kaki,
Ekstensi kaki dan jari-jari kaki,
Ekstensi jari kaki II-V, Ekstensi ibu jari kaki Ekstensi ibu jari kaki
M. tibialis anterior M. ekstensor digitorum longus
M. ekstensor digitorum brevis
M. ekstensor halusis longus M. ekstensor halusis brevis
Saraf peronealis profunda
L4-L5 L4-S1 L4-S1 L4-S1 L4-S1
Pengangkatan dan pronasi bagian luar kaki
Mm. peronei
Saraf peronealis superfisialis L5-S1 Saraf tibialis
Fleksi plantar dan kaki dalam supinasi,
Supinasi dan fleksi plantar dari kaki
M. gastroknemius M. triseps surae M. soleus
M. tibialis posterior
L5-S2
L4-L5
Fleksi falangs distal jari kaki II-V (plantar fleksi kaki dalam supinasi), Fleksi falangs distal ibu jari kaki,
Fleksi jari kaki II-V pada falangs tengah,
Melebarkan, menutup, dan fleksi falangs proksimal jari-jari kaki
M. fleksor digitorum longus
M. fleksor halusis longus M. fleksor digitorum brevis
Mm. plantaris pedis
L5-S2
L5-S2 S1-S3
S1-S3
Menutup sfingter kandung kemih dan rectum
Otot-otot perinealis dan sfingter
Saraf pudendalis S2-S4
B. Struktur khas vertebra
1) Badan atau sentrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
2) Lengkung saraf (vertebra), yang terbentuk dari dua pedikel dan lamina, membungkus rongga saraf dan menjadi lintasa medulla spinalis.
3) Sebuah prosesus spinosa menonjol dari lamina ke arah posterior dan inferior untuk tempat perlekatan otot.
4) Prosesus transversa menjorok ke arah lateral.
5) Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi superior menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra atas dan vertebra bawah.
C. Variasi regional pada karakteristik vertebra
1) Semua vertebra serviks memiliki foramina transversal untuk lintasan arteri vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi untuk menyangga dan menggerakkan kepala.
a. Atlas adalah vertebra serviks pertama dan tidak memiliki badan.
b. Aksis adalah vertebra serviks kedua. Vertebra ini memiliki prosesus odontoid yang menonjol ke atas dan bersandar pada tulang atlas.
c. Vertebra serviks ke tujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang.
Sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal leher. Oleh karena itu, vertebra ini sering disebut sebagai vertebra prominens.
2) Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa yang panjang, yang mengarah ke bawah dan memiliki faset artikular pada prosesus transversus, yang digunakan untuk artikulasi tulang iga.
3) Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Prosesus spinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hampir searah garis horisontal.
4) Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima.
a. Di arah lateral banyak terdapat foramen pada sakrum untuk lintasan arteri dan saraf
b. Tepi anterior bagian atas sakrum adalah promontorium sakrum, suatu tanda obstetrik yang dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan ukuran pelvis.
5) Koksiks menyatu dan berartikulasi dengan ujung sakrum, yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit pergerakan. Pergerakan ini penting selama melahirkan untuk membentuk jalur keluar kepada janin.
D. Lengkung pada kolumna vertebra
1) Lengkung primer, yaitu konkaf/cembung (berbentuk-C) terbentuk pada area toraks dan pelvis selama pertumbuhan janin.
2) Lengkung sekunder, yaitu konveks/cekung terbentuk pada spina serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat kepalanya, dan pada spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan berjalan.
3) Lengkung abnormal
a. Skoliosis, yang dapat muncul selama masa pertumbuhan yang cepat (masa remaja), yaitu lengkungan lateral spina dengan rotasi pada vertebra.
b. Kifosis, yang merupakan kasus kongenital (bawaan lahir) atau akibat penyakit, merupakan lengkung posterior yang berlebihan pada bida toraks.
c. Lordosis adalah lengkung anterior yang berlebihan pada area lumbal.
.
3. Komplikasi
a.Neurogenik shock.
b. Hipoksia.
c.Gangguan paru-paru d. Instabilitas spinal e.Orthostatic Hipotensi
f. Ileus Paralitik
g. Infeksi saluran kemih h. Kontraktur
i. Dekubitus
j. Inkontinensia blader k.Konstipasi