1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR PKN
SISWA KELAS V SD
I. A. Kd. Novia Puspita Dewi1, Dsk. Pt. Parmiti2, I Gst. Ngurah Japa3
123Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Pkn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Bangli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah kelompok siswa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Bangli yang terdiri dari 136 siswa. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelompok siswa kelas V SD Negeri 1 Cempaga yang berjumlah 33 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelompok siswa kelas V SD Negeri 2 Cempaga yang berjumlah 37 siswa sebagai kelompok kontrol yang ditentukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data hasil belajar PKn dilakukan dengan metode tes dan instrumen yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji- t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa thit(3,92) > ttab(1,99), sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan. Rerata hasil belajar PKn pada kelompok eksperimen yaitu 14,45 dan kelompok kontrol yaitu 10,46. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Bangli tahun ajaran 2016/2017.
Kata kunci: hasil belajar, PKn, Teams GamesTournament (TGT)
Abstract
The purpose of this research is to know the significant differences of PKn learning result among the students that use cooperative learning type Teams Games Tournament (TGT) in learning process and the students that do not use cooperative learning type Teams Games Tournament (TGT) in the learning process on fifth grade students in cluster III elementary school at Bangli region. This research is pseudo experimental research with nonequivalent- post-test-only-control-group design. The populations of this research are the group of fifth grade students in cluster III elementary school at Bangli region that consists of 136 students.
The samples on this research are the group of fifth grade students of SD Negeri 1 Cempaga that consists of 33 students as experimental group and the group of fifth grade students of SD Negeri 2 Cempaga that consists of 37 students as controlling group that are chosen using random sampling technique. The data collection of PKn learning result is done using test method and instrument in form of objective test. The data that have been collected are
2
analyzed using descriptive statistical analysis and inferential analysis (t-test). Based on the result of the analysis, obtained that thit(3,92) > ttab(1,99), so H0 is rejected which means there is a significant influence. The average learning result of PKn in the experimental group is 14,45 and in the controlling group is 10,46. So, we can conclude that the implementation of cooperative learning type Teams Games Tournament (TGT) has positive influence on the PKn study result of the fifth grade students in cluster III elementary school at Bangli region school year 2016/2017.
Key words: learning result, PKn, Teams Games Tournament (TGT)
PENDAHULUAN
Mata pelajaran PKn memiliki peran penting dalam mempersiapkan dan membina warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter, serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Pada jenjang SD mata pelajaran PKn merupakan pembelajaran yang harus dibelajarkan. Pada proses pembelajarannya membutuhkan perubahan pembelajaran yang inovatif, salah satunya penggunaan model pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran dapat berdampak pada proses pembelajaran yang aktif dan mendapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Rusman (2012) pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan siswa. Proses pembelajaran yang optimal dapat terlihat dari keterlibatan siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran. Demi tercapainya pembelajaran yang optimal maka dibutuhkan model pembelajaran inovatif yang digunakan dalam mendukung proses pembelajaran.
Model pembelajaran inovatif merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menarik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Trianto, 2009). Pembelajaran seperti ini akan membangun interaksi timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, namun pembelajaran harus tetap berfokus pada siswa sedangkan peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan motivator aktivitas
siswa. Melalui pembelajaran inovatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn.
Pemilihan model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran yang baik diterapkan adalah Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, menggabungkan kegiatan belajar kelompok dengan kompetisi kelompok. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar dengan lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran dikelas juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan kerjasama siswa.
Namun pada kenyataan yang ada di SD Gugus III Kecamatan Bangli tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 dan 7 Januari 2017 yang telah dilakukan pada beberapa guru mata pelajaran PKn kelas V di enam SD gugus III Kecamatan Bangli diperoleh keterangan bahwa, (1) hasil belajar PKn siswa masih tergolong rendah, (2) guru mengalami kesulitan dalam penyampaian
3 materi pelajaran, (3) kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru masih kurang, (4) dalam diskusi atau kerja kelompok lebih didominasi oleh siswa yang pintar, (5) kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang baik meliputi mengajarkan peserta didik bagaimana belajar, mengingat, berpikir, bekerja sama, bertukar pikiran dengan temannya, dan memotivasi diri mereka sendiri untuk belajar.
Banyak model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut seperti model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Cooperative learning merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penggunaan model TGT dalam pembelajaran di kelas dapat mengaktifkan dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran melibatkan seluruh siswa tanpa adanya perbedaan antar siswa.
Shoimin (2014) menyatakan pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Pembelajaran dengan model pembelajaran TGT menempatkan siswa untuk belajar bersama kelompok belajar yang telah ditetapkan dengan saling bekerja sama dalam kelompok untuk memahami materi pelajaran sehingga dalam turnamen akademik siswa mampu menjawab
pertanyaan dan menyumbangkan skor untuk kelompoknya. Menurut Rusman (2016:224) model pembelajaran TGT adalah “salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda”. Dalam model TGT siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen, baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis.
Wijayanti (2013:3) menyatakan bahwa
“aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Gugus III kecamatan Bangli tahun ajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus III Kecamatan Bangli. Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April s/d 20 Mei 2017 pada siswa kelas V semester genap. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu. Rancangan Penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent post test only contro group design Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok siswa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Bangli yang terdiri dari enam SD yaitu SD Negeri 1 Cempaga, SD Negeri 2 Cempaga, SD Negeri 4 Cempaga, SD Negeri 1 Kawan, SD Negeri 4 Kawan dan SD Negeri 6 Kawan. Namun, dalam penelitian ini SD Negeri 4 kawan dan SD Negeri 4 Cempaga sudah menerapkan kurikulum 2013 dalam
4 pembelajarannya, sehingga penelitian ini dilakukan dengan populasi empat sekolah.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling dengan cara undian. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas V masing-masing SD dari Gugus III Kecamatan Bangli setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan ANAVA satu jalur.
Berdasarkan Uji Anava satu jalur diketahui bahwa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Bangli merupakan kelas yang setara. Dengan hasil Fhitung = 0,49 dan Ftabel = 2,44 ini berarti Fhitung < Ftabel. Pada tahap kedua, berdasarkan uji kesetaraan, maka sekolah yang setara tersebut akan diundi secara acak dari sampel yang sudah lolos uji kesetaraan, untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
Dari hasil undian diperoleh dua sekolah yaitu SD Negeri 1 Cempaga dan SD Negeri 2 Cempaga. Selanjutnya tahap ketiga, sekolah yang telah terpilih kembali diundi secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian menyatakan SD Negeri 1 Cempaga sebagai kelas eksperimen, sedangkan SD Negeri 2 Cempaga sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar PKn.
Hasil belajar PKn yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hasil belajar PKn diukur dengan metode tes dengan instrumen berupa lembar soal pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Penskorannya menggunakan rubrik penilaian. Setiap soal memiliki skor 0-1. Jika soal dijawab benar maka skor yang didapat adalah 1 sedangkan soal yang dijawab salah maka skor yang didapat adalah 0.
Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan uji
validitas butir tes, uji reliabilitas tes, indeks daya beda, dan indeks kesukaran butir tes.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2016.
Data yang pertama didapat yaitu uji validitas. Terdapat 40 soal yang akan terlebih dahulu di uji judges dan hasil dianalisis dengan perhitungan menggunakan Gregory.
Berdasarkan perhitungan menurut Gregory, tes tersebut berada pada kriteria validitas isi tes hasil belajar sangat tinggi dengan nilai 0,92 pada rentangan 0,80-1,00 yang artinya dari 40 butir soal hanya 3 butir soal yang kurang relevan dan 37 butir soal yang sangat relevan. Dari 37 butir soal yang sangat relevan selanjutnya di uji coba instrumen kepada 70 orang siswa kelas VI di SD Negeri 1 Kawan dan SD Negeri 6 Kawan. Kemudian hasilnya dianalisis dengan melakukan uji validitas butir tes dengan rumus korelasi point biserial. Hasil rxyhitung dengan taraf signifikasi 5%. Berdasarkan hasil anaslisis, diperoleh 32 butir tes yang valid dari 37 butir tes.
Analisis kedua yaitu 32 butir soal yang sudah dinyatakan valid diuji reliabilitas dengan menggunakan formula Kuder Richadson 20 (KR-20). Berdasarkan hasil perhitungan, dari 32 butir soal diperoleh reliabilitas tes hasil belajar PKn = 0,93 dengan derajat reliabitas tes tergolong sangat tinggi.
Analisis ketiga adalah indeks daya beda. Berdasarkan perhitungan indeks daya beda diperoleh 12 butir soal yang kurang baik, maka 12 butir soal tersebut tidak dipakai dan sisanya 20 butir soal akan dipakai untuk Post-test hasil belajar PKn.
Analisis terakhir adalah indeks kesukaran butir tes. Dari hasil perhitungan dengan rumus indesk kesukaran butir tes menunjukkan bahwa 10 butir soal dengan kategori sedang dan 22 butir soal dengan kategori mudah.
Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.
Statistik deskriptif yang dicai adalah mean,
5 median, modus, dan Standar deviasi. Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians n1≠n2 dan varians homogen dengan db = n1+n2 – 2).
Uji prasyarat yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat hipotesis adalah uji normalitas sebaran data dengan chi-kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji F.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar PKn, data dianalisis dengan statistik deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), median (Md), Modus (Mo), dan Standar deviasi. Rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil belajar PKn
Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean (M) 14,45 10,46
Median (Md) 14,79 10,08
Modus (Mo) 16,92 9,36
Varians 16,30 18,60
Standar Deviasi 4,037 4,31
Skor Minimum 5 2
Skor Maximum 20 19
Rentangan 16 18
Berdasarkan tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar daripada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar PKn dapat disajikan ke dalam bentuk kurva polygon seperti pada gambar 1.
0 2 4 6 8 10
6 9 12 15 18 21
Frekuensi
Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar PKn siswa kelompok Eksperimen
Mean (M), Median (Md), dan Modus (Mo) yang digambarkan pada kurva polygon diatas merupakan kurva juling negatif Mo>
Md >M ( 16,92> 14,79> 14,45). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikoversikan ke dalam Penilaian Skala lima berada pada kategori tinggi.
Distribusi Frekuensi data hasil belajar PKn kelompok kontrol yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) disajikan pada gambar 2.
M = 14,45
Md = 14,79
Mo = 16,92
6 0
2 4 6 8 10 12
3 6 9 12 15 18
Frekuensi
Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar PKn Kelompok Kontrol
Mean (M), Median (Md), dan Modus (Mo) yang digambarkan pada kurva poligon diatas merupakan kurva juling positif Mo<Md<M (9,36<10,08<1046). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah.
Jika nilai rata-rata dikonversi kedalam penilaian skala lima berada pada kategori sedang.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data penelitian benar-benar berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan
2hit
hasil post test kelompok eksperimen sebesar 0,85 dan 2tab dengan derajat kebebasan (db) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti 2hit hasil
post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari 2tab (0,85 < 7,81). Sehingga data hasil post test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan 2hit hasil post-test kelompok kontrol adalah 1,98 dan 2tab hasil post-test kelompok kontrol dengan derajat kebebasan (db) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti 2hit Hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari
2tab
( 1,98 < 7,81). Sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas varian dilakukan terhadap varians pasangan kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan Fhitung sebesar 1,14 sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 32 dan dbpenyebut = 36, pada taraf signifikansi 5% adalah 1,76. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,14 < 1,76) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama-sama normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H0
ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Hasil perhitungan uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji-t
Data Kelompok N X s2 thitung ttabel Hasil belajar
PKn
Eksperimen 33 14,45 16,30
3,92 1,99 Kontrol 37 10,46 18,60
Mo = 9,36
Md = 10,08
M = 10,46
7 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan thitung sebesar 3,92.
Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5%
adalah 1,99. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (3,91>1,99) sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Bangli tahun ajaran 2016/2017.
Pembahasan
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran yang bukan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan terhadap hasil belajar PKn siswa. Secara deskriptif, rata-rata hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. Pertama, dalam proses pembelajaran guru memposisikan diri sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Siswa diarahkan bekerja sama untuk saling membantu dalam memahami materi pelajaran ataupun tugas yang diberikan guru
dalam kegiatan diskusi kelompok. Hal ini membuat diskusi kelompok tidak didominasi oleh siswa yang pintar melainkan semua anggota kelompok memiliki kewajiban untuk berusaha menguasai materi yang sedang dipelajari. Kusumaningrum (2014) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa dalam kelompok belajar, interaksi dan kerjasama akan terlihat ketika siswa mengerjakan dan membahas tugas yang diberikan oleh guru.
Kedua, dalam pelaksanaan kegiatan tournament, siswa secara individu mempunyai tanggung jawab mewakili kelompoknya agar dapat menyumbangkan skor dan menjadikan kelompoknya yang terbaik. Dengan adanya kegiatan tournament siswa dilatih untuk memahami konsep- konsep yang ditemukan dalam pembelajaran, bersaing sebagai individu dalam sebuah tournament demi keberhasilan kelompok, bertanggung jawab atas kemenangan kelompoknya dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Wijayanti (2013:8) menyatakan “Dengan adanya aktivitas belajar dalam bentuk turnamen antar kelompok akan menumbuhkan jiwa kompetitif siswa sehingga dapat menjadi salah satu cara alernatif untuk memotivasi siswa belajar”. Pembelajaran dengan menerapkan model Teams Games Tournament (TGT) memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk bekerja sama, saling tolong menolong, dan meningkatkan kemampuan sosialisasinya antara anggota kelompok maupun anggota kelompok yang lain. Wintari (2014:8) menyatakan
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT membiasakan siswa untuk bertindak aktif, cekatan, dan belajar menjadi makhluk sosial yang baik”.
Selain temuan-temuan di atas, terdapat temuan lain yang merupakan akibat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Selama kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
8 pembelajaran di kelas. Siswa tidak lagi menganggap mata pelajaran PKn sebagai pembelajaran yang membosankan, sebaliknya siswa selalu berusaha berfikir mandiri dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan siswa ingin menjadi pemenang dalam setiap kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan mampu menambah skor untuk kelompok, sehingga secara tidak langsung siswa berusaha berlatih dengan cepat untuk menguasai materi pelajaran. Menurut Saptayanti (2016) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajarannya melatih siswa untuk berani berbicara dan mengemukakan pendapatnya yang bertujuan membiasakan siswa serta memudahkannya untuk mengingat pembelajaran yang telah dipelajari. Pembelajaran dengan model Teams Games Tournament (TGT) mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menjadikan suasana pembelajaran tidak membosankan, dan memberikan tantangan tersendiri bagi siswa untuk mendalami materi pelajaran PKn dengan sungguh-sungguh bukan hanya bersifat hafalan, sehingga dalam pembelajaran siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh serta menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan tidak hanya bersifat sementara.
Selanjutnya, dengan adanya rekognisi teams (penghargaan kelompok) sangat berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. Pemberian penghargaan terhadap kelompok pemenang dapat membangkitkan semangat belajar dan memberikan motivasi kepada setiap anggota kelompok untuk mempertahankan keberhasilan kelompoknya. Selain itu, penghargaan kelompok dapat membuat siswa merasa dihargai atas semua usaha yang telah dilakukan serta dapat membuat siswa terus-menerus ingin menjadi yang terbaik. Saptayanti (2016) menyatakan
melalui pemberian reward dapat merespon aktif kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga dapat memberikan motivasi kepada kelompok lain agar tetap bersemangat dalam pembelajaran berikutnya dan lebih meningkatkan kerjasama kelompoknya agar mendapatkan hasil yang maksimal. Adanya penghargaan tersebut yang diberikan kepada kelompok pemenang menumbuhkan rasa kebanggaan pada setiap anggota kelompok.
Proses pembelajaran yang terjadi pada kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran yang bukan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbeda dengan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Pada proses pembelajarannya siswa kurang antusias, siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, dan siswa tidak dapat membangun pemahaman tentang suatu konsep atau materi yang dipelajari dengan caranya sendiri. Perbedaan situasi belajar tersebut tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Pembelajaran dengan menerapkan bukan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), dalam pembelajarannya guru menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi secara terus menerus selama kegiatan penelitian berlangsung. Selain itu, meskipun siswa dibelajarkan secara berkelompok akan tetapi dalam diskusi kelompok didominasi oleh beberapa siswa yang pintar sedangkan siswa yang berkemampuan kurang cenderung pasif sehingga hanya siswa yang pintar yang mengerti dengan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Wintari (2014) apabila dalam kegiatan diskusi hanya beberapa siswa yang aktif mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru, maka hal tersebut dapat berdampak buruk terhadap pola pikir siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada
9 penyampaian hasil diskusi kelompok juga disampaikan oleh anggota kelompok yang memiliki kemampuan tinggi sesuai dengan permintaan guru. Hal tersebut membuat siswa yang memiliki kemampuan kurang tidak mempunyai kesempatan mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, dan siswa tidak memiliki kemauan untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak dapat memahami materi pelajaran dengan baik dan pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran cenderung bersifat sementara. Pembelajaran seperti ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V semester II di SD Gugus III Kecamatan Bangli tahun ajaran 2016/2017.
Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V semester II di SD Gugus III Kecamatan Bangli tahun ajaran 2016/2017 Hal tersebut diperoleh dari hasil perhitungan uji-t, thitung
sebesar 3,92, sedangkan ttabel (dengan db =
68 dan taraf signifikansi 5%) adalah 1,99. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel , sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dari rata-rata (X ) hasil belajar PKn, diketahui (X ) kelompok eksperimen sebesar 14,45 dan (X ) kelompok kontrol sebesar 10,46. Hal ini berarti (X ) eksperimen > (X ) kontrol.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V.
Saran yang diharapkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai model pembelajaran yang inovatif untuk menunjang proses pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa saran yang diberikan kepada pihak yang terkait yaitu sebagai berikut. 1) Disarankan kepada siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar PKn siswa serta kualitas belajar. 2) Disarankan agar guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran di kelas guna pencapaian hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran ini hendaknya diimbangi dengan keaktifan guru memantau proses belajar siswa dan senantiasa memberikan arahan dan bimbingan agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirancang.
3) Disarankan kepada kepala sekolah agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan cara mensosialisasikan penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, sehingga hasil belajar siswa meningkat. 4) Disarankan kepada peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk meneliti dalam lingkup
10 yang lebih luas, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrum, Putu Citra Arni. 2014.
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014”. Jurnal Ilmiah Penelitian. Vol 2 No.1.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Saptayanti, Gusti Ayu Kade Emi. 2016.
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil belajar Matematika”. Jurnal Ilmiah Penelitian.
Vol 4 No. 1.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wijayanti, Ni Luh Gede Suryani. 2013.
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa kelas IV SD Negeri 1 Kerobokan”. Jurnal Ilmiah Penelitian.
Wintari, Wayan Yogi. 2014. “Pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap hasil belajar IPS”. Jurnal Ilmiah Penelitian. Vol 2 No. 1.