• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

32

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Index Card Match di Kelas X

7

SMAN 5 Bukittinggi

Elisastri SMAN 5 Bukittinggi Email : eli.sastri0211@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran kooperatif model Index Card Macth. Kajian Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini diaggap relevan dalam rangka meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik di Kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi. Penelitian ini mengunakan metode observasi yang berisikan 4 item keaktifan peserta didik yang digunakan selama observasi dalam proses pembelajaran dan mengunakan instrumen tes untuk tes hasil belajar setiap akhir siklus.Hasil observasi keaktifan dan nilai hasil tes belajar dianalis dan dijadikan bahan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya, guna untuk mengambil kesimpulan. Temuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setelah data dianalisa menunjuk hasil observasi keaktifan 36 orang peserta didik di Kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi sebelum penelitian, rata-rata keaktifan peserta didik 39,93 % kategori kurang, siklus I rata-rata keaktifan peserta didik 60,41% kategori cukup, siklusII rata-rata keaktifan peserta didik 75,21% kategori baik.

Untuk analisis tes hasil belajar sebelum penelitian, ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 58,33

% nilai rata-rata 66,55 siklus I ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 72,22 % nilai rata-rata 72,67 siklus II ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 86,11% nilai rata-rata 76,94. Implikasi hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui pembelajaran kooperatif model Index Card Macth menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi mengalami peningkatan.

Kata Kunci : Kooperatif model Index Card Macth, Keaktifan, Hasil Belajar.

1.

PENDAHULUAN

Sebagai yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, peserta didik dituntut keaktifannya.

Pembelajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedang peserta didik hanya pasif, pada hakekatnya disebut mengajar. Demikian pun bila pembelajaran, dimana peserta didik saja yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka ia hanya disebut belajar. Jadi, pembelajaran itu merupakan perpaduan antara aktivitas mengajar dan belajar (Ahmad Rohani, 2004: 4-5). Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru matematika di SMAN 5 Bukittinggi bahwa kecenderungan di kalangan peserta didik beranggapan bahwa pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menjemukan dan kurang menarik minat belajar kenyataanya keaktifan belajar peserta didik pasif, seperti malas bertanya, menanggapi pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi dengan kelompok, tidak bersemangat dalam belajar, dan tidak fokus pada saat proses belajar-mengajar. Permasalahan yang ditemukan di kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 keaktifan dan hasil belajar matematika peserta didik masih rendah, hasil observasi keaktifan 36 orang peserta didik sebelum penelitian, rata-rata keaktifan peserta didik 39,93 % kategori kurang, hasil perolehan nilai tes sebelum penelitian ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 58,82 % nilai rata-rata 66,55 keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran matematika bergantung pada kemampuan guru dalam memahami dan memilih suatu motode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan hal tersebut, guru perlu untuk melakukan penelitian penggunaan model pembelajaran dalam pembelajaran matematika yang memungkinkan peserta

(2)

33 didik terlibat secara aktif dalam belajar. Salah satu alternatif adalah penerapan pembelajaran kooperatif model Index Card Match.

2.

LANDASAN TEORI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia [1] keaktifan diartikan giat, bekerja, berusaha. Dalam belajar aktif peserta didik dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar matematika menurut [1] adalah menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaian.

Semantara itu menurut [2][4] hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki sisiwa setelah ia memperoleh pengalaman belajar.Yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah kemampuan dari seorang peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika dalam aspek kognitif (pengetahuan) setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika.

Menurut [5] model pembelajaran kooperarif adalah metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa yang bekerja sama untuk mencapai tujuan- tujuan dan tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan kolaboratif dan sosial. Senada dengan [6] Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu, dimana siswa membentuk kelompok dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen sehingga dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompoknya dalam menyelesaikan suatu konsep atau permasalahan.(Silberman, 2006)[3].

Pembelajaran Index Card Match merupakan suatu strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Model pembelajaran kooperatif Index Card Match (mencari pasangan jawaban). Yaitu suatu strategi pembelajaran yang digunakan guru dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan.Bila pasangan yang cocok telah duduk bersama, guru memanggil peserta didik secara acak untuk membacakan soal tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada peserta didik lain dengan membacakan pertanyaan mereka dan menantang peserta didik lain untuk memberikan jawabannya.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah PTK (penelitian tindakan kelas/classroom action research). Penelitian ini direncanakan dan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi dengan melihat keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dan data hasil belajar diambil dari tes hasil belajar untuk setiap siklus. Data dianalisis dan disimpulkan dan membandingkannya antara siklus I dan siklus II.

4. HASIL PENELITIAN 1. Data awal

a. Keaktifan peserta didik diambil dari kelas yang akan diberi tindakan yaitu kelas x7

SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016. untuk 2 kali pertemuan.

Berikut adalah tabel distribusi frekuensi keaktifan dalam belajar matematika kelas X7

SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 sebelum penelitian:

No Keaktifan yang Diamati Siklus I Pertemuan Ke

1 2

1. Peserta didik bertanya dalam proses pembelajaran.

38,89% 38,89%

2. Peserta didik menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat,

30,56% 33,33%

(3)

34 3. Peserta didik menyelesaikan tugas latihan 25,00% 22,22%

4. Peserta didik membuat kesimpulan pembelajaran yang telah dipelari.

61,11% 69,44%

Rata-rata Keterangan

38,89%

Kurang

40,97%

Kurang Rata-rata siklus

Keterangan

39,93%

Kurang Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel diatas didapat keaktifan dalam proses pembelajaran matematika peserta didik 39,93 dikategorikan Kurang (kategori Kurang<56%)

b. Nilai hasil belajar peserta didik kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 sebelum penelitian: diambil dari nilai ulangan harian peserta didik pada pembelajaran bab sebelumnya sebagai berikut:

No Uraian Hasil

1. Jumlah peserta didik yang bernilai amat baik dan baik

21 Orang

2. Ketuntasan klasikal 58,33 %

3. Nilai rata-rata tes 66,55

Sumber: data yang diolah

Berdasarkan tabel nilai hasil belajar diatas dapat dilihat: nilai rata-rata peserta didik 66,55 ketuntasan klasikal 58,33 % belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Ketuntasan klasikal >85% yakni jumlah peserta didik memperoleh nilai Amat baik (86-100) atau Baik(71- 85)

Penyebabnya proses interaksi peserta didik dalam pembelajaran matematika belum maksimal, belum merespon proses pembelajaran dengan baik, dalam kegiatan belajar peserta didik kurang aktif mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, peserta didik tidak aktif memahami materi pembelajaran dan mengaplikasikannya kedalam pengerjaan soal-soal matematika yang berkaitan dengan materi tersebut, peserta didik tidak menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari, tidak mau mengulangi pembelajaran yang telah dipelajari, guru mengajar secara klasikal kurang menyentuh langsung kepada masing masing individu peserta didik, proses diskusi kelas dalam kelompok besar.

2. Siklus I

Penelitian pada siklus I ini masing-masing dilaksanakan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Berdasarkan masalah yang telah diamati. Untuk mengatasi masalah tersebut, perencanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Index Card Match dalam pembelajaran Matematika. Perencanaan dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.

Bila perubahan yang diharapkan belum tercapai pada siklus I, maka diperlukan langkah selanjutnya pada siklus II. Kegiatan pada siklus II merupakan kesatuan dari tahap pada siklus I, namun tindakan disesuai untuk melangkah pada perbaikan yang lebih tepat.

Apabila perbaikan yang diharapkan telah tercapai yakni telah memenuhi kriteria indikator keberhasilan tindakan maka penelitian ditetapkan sampai siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Guru melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat. Setelah selesai mempelajari materi sebelumnya yaitu materi bab logika matematika guru mengingatkan peserta didik minggu depan kita akan mempelajari pokok bahasan berikutnya: Materi bab Trigonometri, menginformasikan kepada peserta didik akan mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif model Index Card Match (belajar berpasangan) dan menjelaskan tata cara proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran antara lain: mencari pertanyaan, mencari jawaban mencocokkan dengan pasangan, peserta didik

(4)

35 yang benar pasangan kartunya mendapat nilai, menjelaskan jawaban yang ditemukan, memberikan pertanyaaan kepada teman lain.

Pada saat proses pembelajaran siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 berlangsung peneliti melakukan observasi, mengamati keaktifan peserta didik sehubungan dengan kegiatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif model index card match dan mencatatnya pada lembar observasi.

c. Pengamatan Tindakan Siklus I

1) Pengamatan atau observasi keaktifan peserta didik dalam belajar matematika kelas X7

SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Keaktifan yang Diamati Siklus I Pertemuan Ke

1 2

1. Keaktifan peserta didik mendiskusikan kartu soal atau kartu jawaban yang mereka peroleh.

63,88% 75,00%

2. Ketepatan peserta didik dalam mencari pasangan dan memberikan penjelasan tentang tugas yang didapatkan.

47,22% 55,56%

3. Peserta didik yang mengajukan pertanyaan yang menjawab pertanyaan dan

memberikan pendapat.

38,88% 47,22%

4. Peserta didik yang membuat kesimpulan dari penyelesaian soal-soal yang telah diskusikan di buku latihan.

77,78% 77,78%

Rata-rata per-pertemuan 56,94% 63,89%

Rata-rata siklus Keterangan

60,41%

Cukup Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus I didapat 60,41% kategori Cukup yakni (56-70%) dikategorikan Cukup, belum mencapai indikator proses.(Indikator proses hasil observasi keaktifan peserta didik Sangat baik (86-100) atau Baik (71-85)

2) Nilai tes hasil belajar siklus I dapat dilihat dari tabel berikut ini:

No Uraian Hasil

1. Jumlah peserta didik yang bernilai amat baik dan baik

27 Orang

2. Ketuntasan klasikal 72,22 %

3. Nilai rata-rata tes 72,67

Sumber: data yang diolah

Dari tabel dapat dilihat nilai tes hasil belajar siklus I dari 36 orang peserta didik yang mengikuti tes hasil didapat nilai rata-rata peserta didik sebesar 72,67 ketuntasan klasikal 72,22 % Hal ini menunjukkan bahwa nilai tes hasil belajar siklus I masih belum mencapai indikator hasil. Indikator hasil jika nilai hasil tes peserta didik pada akhir siklus telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal >85%, yakni jumlah peserta didik Amat baik (86-100) atau Baik (71-85).

d. Refleksi Siklus I 1) Refleksi keaktifan

Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan peserta didik pada siklus I 60,41%

dapat disimpulkan keaktifan peserta didik masih dalam kategori Cukup. Pembelajaran pada siklus I belum berjalan dengan baik, pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak peserta didik pasif, sebahagian besar peserta didik belum dapat

(5)

36 berinteraksi dengan baik terhadap teman kelompoknya dan mempresentasikan jawaban mereka, kurang berani mengemukakan pendapat dan mempertahankannya, belum dapat memperbaiki jawaban dari kelompok lainnya yang salah, mereka cenderung mengandalkan temannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kurang kerja sama dan berbagi dengan teman kelompoknya.

2) Refleksi nilai hasil belajar

Berdasarkan tes hasil belajar peserta didik siklus I dimana perolehan ketuntasan peserta didik di kelas tersebut 72,22% dengan nilai rata-rata peserta didik sebesar 72,67 hal ini belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dikarenakan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran belum maksimal, peserta didik yang sudah memperoleh nilai nilai Amat baik (86-100) dan Baik (71-85) sudah dapat melakukan indikator keaktifan yang diamati dalam proses pembelajaran, namun bagi peserta didik yang memperoleh nilai Cukup (56-70) dan nilai Kurang (<56) masih ada indikator keaktifan yang belum dilaksanakan, belum mampu bertukar pikiran dalam berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide, belum dapat memberi tanggapan atau mengeluarkan pendapat, peserta didik yang tidak mengajukan pertanyaan. Selain permasalahan diatas, ada permasalahan yang dianggap cukup penting yang menyebabkan keaktifan peserta didik belum maksimal adalah peserta didik tidak terbiasa belajar dalam kelompok, hal ini terlihat peserta didik banyak bertanya kepada guru dengan langkah kerja yang disampaikan guru.

Hasil refleksi diatas menjadi pedoman untuk dilakukan perbaikan pada siklus II, kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II agar keaktifan belajar peserta didik dapat meningkat dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka dilakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki proses pembelajaran agar lebih maksimal.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan.

Berdasarkan masalah yang telah direfleksikan maka proses pembelajaran pada siklus II adalah melanjutkan proses pembelajaran siklus I kelemahan pada siklus I diperbaiki.

b. Pelaksanaan Tindakan.

Peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat sesuai dengan model yang digunakan pada siklus I untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik memperbaiki pelaksanaan pada siklus II.Adapun tindakan yang dilakukan:

Pada siklus II peneliti menekankan kembali kepada peserta didik pembelajaran kooperatif model Index Card Match adalah belajar berpasangan proses belajar: berdiskusi, berinteraksi, memahami konsep bersama teman kelompok. Agar dapat berinteraksi dengan baik dengan teman kelompoknya seperti bertukar pikiran dalam berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide.

Juga peneliti terus memotivasi peserta didik untuk dapat mempresentasikan atau mempertahankan jawaban mereka, dapat memperbaiki jawaban temannya yang salah dan agar peserta didik yang belum memahami jawaban soal yang sedang dibahas di depan kelas agar mengajukan pertanyaan, juga memotivasi peserta didik yang lainnya memberikan tanggapan atau pendapat mereka.

Bimbingan yang diberikan oleh guru lebih ditujukan kepada peserta didik yang perolehan nilai hasil belajar cukup dan kurang pada tes hasil belajar siklus I.

c. Pengamatan Tindakan Siklus II

1) Pengamatan atau observasi keaktifan peserta didik dalam belajar matematika kelas X7

SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 pada pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Keaktifan yang Diamati Siklus II Pertemuan Ke

1 2

1. Keaktifan peserta didik mendiskusikan kartu soal atau kartu jawaban yang mereka peroleh.

80,56% 83,33%

(6)

37 2. Ketepatan peserta didik dalam mencari

pasangan dan memberikan penjelasan tentang tugas yang didapatkan.

63,88% 71,22%

3. Peserta didik yang mengajukan pertanyaan yang menjawab pertanyaan dan

memberikan pendapat.

61,11% 63,89%

4. Peserta didik yang membuat kesimpulan dari penyelesaian soal-soal yang telah diskusikan di buku latihan.

86,11% 91,66%

Rata-rata per-pertemuan 72,91 % 77,52%

Rata-rata siklus Keterangan

75,21%

Baik Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel diatas hasil observasi keaktifan peserta didik pada siklus II 75,21% dikategori Baik. Hasil ini sudah sesuai dengan indikator proses.

2) Nilai tes hasil belajar siklus II dapat dilihat dari tabel berikut ini:

No Uraian Hasil

1. Jumlah peserta didik yang bernilai amat baik dan baik

31 Orang

2. Ketuntasan klasikal 86,11 %

3. Nilai rata-rata tes 76,28

Sumber: data yang diolah

Dari tabel dapat dilihat nilai tes hasil belajar siklus II dari 36 orang peserta didik yang mengikuti tes hasil didapat nilai rata-rata peserta didik sebesar 76,94 ketuntasan klasikal 86,11 % Hal ini menunjukkan bahwa nilai tes hasil belajar siklus II sudah mencapai indikator hasil yakni telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal >85%.

d. Refleksi Siklus II

1) Refleksi keaktifan peserta didik siklus II

Berdasarkan hasil observasi keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus II 75,21%, dikategori Baik dapat disimpulkan hasil observasi keaktifan peserta didik sudah sesuai dengan indikator proses. Indikator proses hasil observasi keaktifan peserta didik Sangat baik (86-100) atau Baik (71-85)

Pada proses pembelajaran pada siklus II peserta didik sudah lebih aktif, sehingga terjadi peningkatan yang cukup signifikan peserta didik sudah dapat berinteraksi dengan baik dengan teman kelompoknya dan sudah berani mempresentasikan jawaban mereka, mengemukakan pendapat dan mempertahankannya, dapat memperbaiki jawaban dari kelompok lainnya yang salah. Dapat didiskripsikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kategori baik.

2) Refleksi nilai hasil belajar peserta didik siklus II

Berdasarkan tes hasil belajar peserta didik siklus II perolehan ketuntasan peserta didik di kelas 86,11 %, nilai rata-rata peserta didik 76,94. Perolehan nilai tes hasil belajar peserta didik siklus II sudah mencapai ketuntasan secara klasikal telah mencapai indikator hasil. Peneliti mengakhiri penelitian ini sampai siklus II karena hasil belajar peserta didik telah memenuhi perolehanan melebihi indikator hasil yakni secara klasikal ≤ 85% telah mencapai nilai Amat baik dan Baik. Disamping itu karena keterbatasan waktu peneliti, dalam melakukan penelitian. Namun PTK ini akan dapat berlanjut untuk perbaikan proses pembelajaran yang lebih baik.

5. PEMBAHASAN

1) Keaktifan Peserta Didik

Berdasarkan data hasil observasi pada pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus II dengan penggunaan pembelajaran kooperatif model index card math yang telah dilaksanakan pada pembelajaran matematika di kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi dengan

(7)

38 pokok bahasan Trigonometri, menunjukkan keaktifan belajar peserta didik mengalami peningkatan karena peserta didik dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik diminta mencari pasangan kartunya, peserta didik dengan terpaksa mencari kartu yang dipengangnya sehingga peserta didik berusaha mencari penyelesaian soal- soal yang ditugaskan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain.Kegiatan tersebut dapat membuat peserta didik mau berbicara dan menanggapi pertanyaan dari temannya, namun pada awal siklus I hal tersebut belum berjalan dengan baik, peserta didik belum terbiasa menghadapi proses pembelajaran seperti ini. Setelah kembali peneliti memberi arahan, bimbingan peneliti lebih ditujukan kepada peserta didik yang masih belum melakukan keaktifan secara Baik atau nilai perolehan hasil belajar kategori Cukup dan Kurang sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada diagram garis dibawah ini:

0 50 100 150 200 250 300 350

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

Keaktifan 4 Keaktifan 3 Keaktifan 2 Keaktifan 1

Sumber : data yang diolah 2) Hasil Belajar Peserta Didik.

Berdasarkan data nilai hasil belajar dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif index card math pada pembelajaran matematika di kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi dengan pokok bahasan Trigonometri, hasil belajar yang diperoleh peserta didik mengalami peningkatan. Meningkatnya hasil belajar peserta didik berkaitan langsung dengan keaktifan belajar peserta didik, saat peserta didik diminta mencari pasangan kartunya, peserta didik berfikir sejenak apa yang cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu mereka dan mencari jawaban yang ada pada kartu lainnya, ini mendorong peserta didik untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru serta membuat peserta didik lebih aktif berdiskusi dan memperhatikan proses pembelajaran. pada awal siklus I hal tersebut belum berjalan dengan baik, peserta didik belum terbiasa menghadapi proses pembelajaran seperti ini. Setelah kembali peneliti memberi arahan dan bimbingan yang lebih ditujukan kepada peserta didik yang masih belum melakukan keaktifan secara Baik dan ditujukan kepada peserta didik yang nilai perolehan hasil belajar kategori Cukup dan Kurang sehingga peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat pada diagram garis dibawah ini:

(8)

39 0

50 100 150 200 250

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

Rata-rata

Persentase Ketuntasan Jumlah Siswa yang Tuntas

Sumber: data yang diolah

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dalam penerapan pembelajaran kooperatif model index card match dengan pokok bahasan Trigonometri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi tahun ajaran 2015/2016.

6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keaktifan peserta didik kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Index Card Macth digolongkan pada kategori Baik.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif Index Card Macth pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X7 SMAN 5 Bukittinggi tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar peserta didik sebelum diberi tindakan siklus I dan siklus II. Ketuntasan klasiskal sebelum penelitian 58,33% nilai rata-rata 66,55 siklus I 72,22% nilai rata- rata 72,67 siklus II 86,11% nilai rata-rata 76,94.

Saran

Saran yang apat peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah :

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif Index Card Macth sebagai alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.

2. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif Index Card Macth peserta didik yang bersifat pasif perlu kesabaran dan ketelatenan yang lebih oleh guru untuk memimbing peserta didik dalam memersentasikan hasil pemikirannya.

(9)

40 DAFTAR PUSTAKA

[1]Kartikasari, Seny. 2011. Efektivitas Penerapan Strategi Index Card Macth (ICM) sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Pemahaman Materi dalam Pembelajaran Matematika. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)

[2]Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta

[3]Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. PT Elexmedia.

[4]Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

[5]Depdiknas. 2008. Perangkat Penilaian. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMA.

Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

[6]Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

[7]IGAK Wardhani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

[8]Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Padang: FMIPA

[9]Nana Sujana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosda Karya:

Bandung.

[10]Sardiman, A.M. 2002. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiarsarana Indonesia

[11]Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:

Nusamedia

[12]Sulistiyo, Sri Kurnianingsih & Kuntarti (2007). Matematika SMA dan MA untuk Kelas X Semester II, Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Alat penarik kayu sistem kabel layang ini merupakan prototipe hasil perekayasaan yang didesain dengan ukuran tidak terlalu besar dan berat, serta beroda agar mudah dibawa dan

1) Mampu melihat jauh kedepan yaitu selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan masa depan yang lebih baik. Seorang wirausaha cenderung

Penelitian ini bertunjuan untuk melakukan pengujian apakah kualitas sistem yang dilihat dari reability, ease of use, flexibility dan functionality berpengaruh kepuasan

‫خامساً‪ ،‬البحث الذه كتبن سيت املنورة‪ ،‬الطالبة يف قسم اللغة العربية و أدهبا‪،‬كلية‬ ‫اآلداب والعلوم الثقافية جبامعة سوانن كاليجاكا

Penelitian tentang pengembangan lanskap agrowisata dilakukan di kawasan Gunung Muria dimana di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan

a) Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta menumbuhkan karakter mulia dalam memahami bagaimana manusia berinteraksi dengan komputer melalui berpikir

Justifikasi : a) Seluruh bahan baku kayu yang diterima sejak izin usaha diterbitkan s.d pelaksanaan audit lapangan (08 Desember 2020 s.d 27 April 2021) dari setiap pemasok telah