• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi sangat diperlukan untuk diterapkan dalam sebuah perusahaan, baik itu perusahaan manufaktur, jasa, dagang, maupun perusahaan non profit seperti lembaga zakat untuk menyajikan laporan keuangan yang baik dan benar kepada pihak – pihak yang berkepentingan sebagai acuan dalam penilaian operasi.

2.1.3 Pengertian Sistem

Sistem menurut Gelinas (2005:13) adalah “a set of interdependent elements that together accomplish specific objectives”.

Sedangkan James A. Hall (2001:5) mendefinisikan sistem sebagai kelompok dua atau lebih komponen – komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem – subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).

Selain itu pengertian sistem menurut Mulyadi (2008:3) adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sistem tidak bisa berdiri sendiri, harus berkelompok dengan komponen –komponennya dan harus saling berkaitan serta bersama – sama untuk mencapai satu tujuan yang sama.

 

   

 

 

   

   

(2)

2.1.2 Pengertian Akuntansi

Pengertian akuntansi menurut Suwardjono (2003:5) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Pengantar adalah sebagai berikut:

“Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolongan, peringkasan transaksi, dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut.”

Sedangkan dalam buku Teori Akuntansi disebutkan bahwa:

Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan terutama dalam jumlah kekayaan, utang, dan modal suatu bisnis dan hasil usahanya pada waktu”.(Sofyan, 2004:3)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi ekonomi, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan- keputusan ekonomi dalam membuat suatu pilihan di antara alternatif – alternatif tindakan yang ada dari suatu keadaan.

2.1.4 Pengertian Sistem Akuntansi

Mulyadi (2008:3) dalam bukunya Sistem Akuntansi menjelaskan bahwa sistem akuntansi adalah “organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Sedangkan dalam buku Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode menyatakan bahwa:

Sistem akuntansi adalah formulir-formulir catatan-catatan, prosedur- prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data  

   

 

 

   

   

(3)

mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan yang diperlukan oleh manajemennya untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak- pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga - lembaga pemerintah untuk menilai operasi.(Baridwan, 1998:4)

Dari definisi tersebut, maka unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan.

Adapun penerapan sistem akuntansi ini penting untuk mengendalikan setiap kegiatan yang terjadi di perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

2.2 Sistem Akuntansi Pokok

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa unsur sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pengertian masing – masing unsur sistem akuntansi pokok tersebut.

2.2.3 Formulir

Menurut Baridwan (1998:7) formulir adalah blangko – blangko yang digunakan untuk melakukan pencatatan dari suatu transaksi.

a. Manfaat Formulir

a. Menimbulkan tanggung jawab timbulnya transaksi perusahaan.

b. Merekam data transaksi bisnis perusahaan.

c. Mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan semua kejadian dalam bentuk tulisan.

 

   

 

 

   

   

(4)

d. Menyampaikan informasi pokok dari orang satu ke orang lain di dalam organisasi yang sama atau ke organisasi lain.(Mulyadi,2008:78)

b. Golongan Formulir

1) Golongan Formulir Menurut Sumbernya

a. Formulir yang dibuat dan disimpan oleh perusahaan.

b. Formulir yang dibuat dan dikirim kepada pihak luar perusahaan.

c. Formulir yang diterima dari pihak luar perusahaan.

(Mulyadi,2008:80)

2) Golongan Formulir Menurut Tujuan Penggunaannya

a. Formulir yang dibuat untuk meminta dilakukannya suatu tindakan.

b. Formulir yang digunakan untuk mencatat tindakan yang telah dilaksanakan. (Mulyadi,2008:81)

2.2.4 Jurnal (Catatan Pertama)

Jurnal merupakan catatan transaksi pertama kali (books of original entry) yang dibuat berurutan berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.(Baridwan,1998:6)

a. Jenis Jurnal 1) Jurnal Umum

Jika kegiatan perusahaan masih sedikit, jurnal umum cukup dengan dua kolom, debit dan kredit.

 

   

 

 

   

   

(5)

2) Jurnal Khusus

Jika perusahaan bertambah besar dan jenis transaksi menjadi lebih banyak, jurnal umum tersebut menjadi tidak mampu lagi menampung berbagai transaksi yang timbul, yang frekuensi terjadinya semakin tinggi. (Mulyadi,2008:102)

b. Metode Pencatatan Data ke dalam Jurnal 1) Dengan pena.

Informasi dalam dokumen sumber disalin dalam jurnal menggunakan tulisan tangan.

2) Dengan mesin pembukuan.

Informasi dalam dokumen sumber dicatat dalam mesin pembukuan, bersamaan dengan pembukuan ke dalam rekening buku pembantu.

3) Dengan arsip dokumen sumber yang berfungsi sebagai jurnal.

Jurnal berupa arsip dokumen disusun menurut waktu terjadinya transaksi.

4) Dengan komputer.

Data dalam dokumen sumber dimsukkan kedalam sistem komputer melalui keyboard dan dicatat kedalam arsip transaksi (transaction file) yang berfungsi sebagai jurnal.

(Mulyadi,2008:108-111)  

   

 

 

   

   

(6)

2.2.5 Buku Besar (Catatan Kedua)

Buku besar adalah buku catatan akhir (books of final entry) yang merupakan kumpulan rekening – rekening neraca (riel) dan rugi – laba (nominal).(Baridwan,1998:27)

Sedangkan rekening adalah judul suatu catatan akuntansi yang umumnya berbentuk T, yang dibagi dua bagian, sebelah kiri debit dan kanan disebut kredit, sebagai alat untuk mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasarkan prinsip tata buku berpasangan (double entry bookkeeping).(Mulyadi,2008:121)

a. Formulir Rekening Buku Besar

Ada berbagai variasi bentuk formulir rekening buku besar, yaitu:

1) Rekening dengan debit lebar (wide debit ledger).

Bentuk rekening ini menyediakan kolom “keterangan” pada sebelah kredit. Hal ini dilakukan karena penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pendebitan lebih banyak bila dibandingkan dengan penjelasan yang bersangkutan dengan transaksi pengkreditan, dan jika penentuan saldonya dilakukan secara periodik.

2) Rekening biasa (regular ledger).

Bentuk rekening ini umum digunakan dalam buku besar dengan kolom “keterangan” yang sama lebar untuk sebelah debit maupun kredit.

 

   

 

 

   

   

(7)

3) Rekening berkolom saldo di tengah (center balance together).

Bentuk rekening ini digunakan jika diperlukan informasi saldo rekening setiap saat, baik saldo debit maupun kredit dan diperlukan penjelasan yang relatif sama banyaknya baik untuk transaksi pendebitan maupun transaksi pengkreditan. Kolom saldo dilatakkan di tengah – tengah formulir rekening.

4) Rekening berkolom saldo (balance ledger)

Bentuk rekening ini digunakan juka diperlukan penjelasan yang banyak, baik untuk transaksi pendebitan maupun pengkreditan, dan jika diperluakn informasi saldo berjalan setiap saat. Kolom saldo diletakkan di tengah untuk memudahkan penyusunan neraca sisa.

5) Rekening ganda berkolom saldo (double ledger with balance ledger).

Bentuk rekening ini digunakan jika hanya diperlukan penjelasan singkat untuk setiap transaksi pendebitan dan pengkreditan, jika diperlukan informasi saldo berjalan setiap saat, dan jika rekening sangat aktif dipakai.

6) Rekening dengan saldo lama dan saldo baru (old and new balance ledger).

Rekening ini digunakan jika perusahaan menggunakan mesin pembukuan sebagai alat posting-nya. Operasi posting dengan mesin pembukuan memerlukan kegiatan penjemputan saldo lama (old  

   

 

 

   

   

(8)

balance pick up) untuk memungkinkan mesin pembukuan dengan

otomatis menghitung saldo baru.(Mulyadi,2008:121) b. Kode Rekening

Menurut Mulyadi (2008:127) dalam bukunya Sistem Akuntansi, kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat.

Tujuan dari kode rekening ini adalah:

1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik.

2) Meringkas data.

3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi.

4) Menyampaikan makna tertentu.

Ada beberapa metode dalam pemberian kode rekening, yaitu:

1) Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical – or alphabetic- sequence code).

2) Kode Angka Blok (block numerical code).

3) Kode Angka Kelompok (group numerical code).

4) Kode Angka Desimal (decimal code).

5) Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf (numerical sequence preceded by an alphabetic refrence).(2008:127)

2.2.6 Laporan Keuangan

Menurut Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting menyebutkan bahwa “laporan keuangan merupakan ringksan dari suatu  

   

 

 

   

   

(9)

proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi – transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”.(2008:17)

Laporan keuangan ini digunakan sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan dan juga pihak dalam sebagai salah satu alat dalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan ini dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat persediaannya.

PSAK No. 1 (Revisi 1998) tentang penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut:

a. Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Susunan aktiva dan pasiva di dalam neraca saldo adalah sebagai berikut:

Harta – harta /Aktiva Aktiva lancar

Investasi jangka panjang Aktiva tetap berwujud Aktiva tidak berwujud Aktiva / harta lainnya  

   

 

 

   

   

(10)

Utang – utang dan Modal Sendiri Utang – utang

Utang – utang lancar

Pendapatan yang diterima di muka Utang – utang jangka panjang Utang – utang lain

Modal sendiri

Modal saham yang disetor Agio / Disagio saham Cadangan – cadangan Laba tidak dibagi

b. Laporan laba rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya – biaya selama satu periode akuntansi.

Laporan ini minimal mencakup pos- pos berikut:

a. pendapatan b. laba rugi usaha c. beban pinjaman

d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diberlakukan menggunakan metode ekuitas

e. beban pajak

f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. pos luar biasa

h. hak minoritas  

   

 

 

   

   

(11)

i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan

c. Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan sebab – sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode.

d. Laporan arus kas (cashflow statement), menunjukkan arus kas masuk dan keluarnya dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan.

e. Catatan atas laporan keuangan.

2.2.7 Sistem Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi

Seperti yang telah dijelaskan oleh James A. Hall (2004:29) dalam bukunya yang berjudul Accounting Information System bahwa sistem akuntansi manual adalah sistem akuntansi bentuk tertua dan paling tradisional. sistem manual merupakan peristiwa fisik, sumber daya, dan personel yang mencirikan proses bisnis.

Sedangkan sistem akuntansi yang terkomputerisasi mirip dengan sistem akuntansi manual hanya saja pencatatan serta posting transaksi dilakukan secara simultan dengan tingkat akurasi yang tinggi, dan kecepatan dalam menyajikan pelaporan.

Berikut ini adalah tabel perbandingan kedua sistem tersebut:

Sistem Akuntansi Manual Sistem Akuntansi Terkomputerisasi Jurnal

Mencatat data penjualan dalam jurnal penjualan

Input

Catat data penjualan (data input) dalam data acara penjualan (input untuk penyimpanan)

 

   

 

 

   

   

(12)

Posting

Posting setiap entri dari jurnal penjualan ke anak perusahaan pelanggan

Proses

Setiap record dijual di piutang (AR) master data (update penyimpanan)

Posting

Total jurnal penjualan dan posting ke buku besar (GL)

Proses

Jumlah data acara penjualan dan catatan dalam GL master data (update penyimpanan)

Ringkasan

Susunlah neraca saldo

Output

Mengambil (sebuah proses) buku besar data master (dari penyimpanan) dan mencetak neraca saldo

Tabel 2.1: Perbedaan Sistem Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi

2.3 Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqoh 2.3.1 Pengertian Zakat

Pengertian zakat menurut istilah adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin:2001).

Sedangkan pengertian zakat secara bahasa menurut Mursyidi (2010:75) berasal dari kata zaka yang berarti suci, tumbuh, berkah dan terpuji.

Dari kedua definisi di atas dapat disebutkan bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan sebagai zakat akan menjadi suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.

 

   

 

 

   

   

(13)

MenurutMursyidi (2010:77) zakat dibedakan menjadi dua kelompok, yaiu:

a. Zakat Fitrah b. Zakat Maal

2.3.2 Pengertian Infaq dan Shodaqoh

Selain zakat, dikenal pula infaq dan shodaqoh. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.(UU No 23 Tahun 2011)

Infaq tidak mengenal nisab, dan dikeluarkan oleh orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah dan pada saat baik maupun susah.(Ali Imran:124)

Sedangkan shodaqoh adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Dari definisi tersebut, perbedaan diantara infaq dan shodaqoh ada pada jenis harta yang dikeluarkannya. Dalam shodaqoh kita bisa memberikan non harta, sedangkan dalam infaq kita hanya bisa memberikan harta.

2.4 Pengertian Muzakki, Mustahiq, dan Asnaf 2.4.1 Pengertian Muzakki, Mustahiq, dan Asnaf

a. Muzakki

Muzakki adalah sebutan bagi orang yang membayar zakat, yaitu

orang yang secara hukum diwajibkan untuk mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya.(UU No 23 Tahun 2011)

 

   

 

 

   

   

(14)

b. Mustahiq

Sedangkan mustahiq adalah sebutan bagi orang yang menerima zakat itu sendiri,(UU No 23 Tahun 2011)

c. Asnaf

Asnaf merupakan delapan golongan mustahiq seperti yang

disebutkan oleh Mursyidi dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Zakat Kontemporer (2010:172-180) yaitu:

1. Orang Fakir 2. Orang Miskin 3. Amil Zakat 4. Golongan Muallaf 5. Riqab

6. Al – Gharim 7. Fi sabilillah 8. Ibnu Sabil

2.5 Akuntansi pada Lembaga Zakat 2.5.1 Gambaran Umum PSAK No. 109

PSAK adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan.

PSAK No. 109 ini hanya berlaku bagi lembaga organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infaq atau shodaqoh dan dibuat dengan tujuan untuk  

   

 

 

   

   

(15)

mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infaq atau shodaqoh.

a. Pengakuan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Penerimaan zakat, infaq, dan shodaqoh diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Zakat yang diterima dari muzakki akan diakui sebagai penambah dana zakat jika:

1) dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima;

2) dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut.

b. Pengukuran Setelah Pengakuan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

Penurunan nilai aset zakat atau aset lancar pada infaq atau shodaqoh diakui sebagai:

1) pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil;

2) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

c. Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Zakat, infaq dan shodaqoh yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar:

1) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;

2) jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset non kas.

 

   

 

 

   

   

(16)

d. Penyajian Dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Amil menyajikan dana zakat, dana infaq atau shodaqoh, dana amil, dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

e. Pengungkapan Transaksi Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada:

1) kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;

2) kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;

3) metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas;

4) rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq;

5) keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;

6) kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infaq atau shodaqoh; dan

7) hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:

a) sifat hubungan istimewa;

 

   

 

 

   

   

(17)

b) jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan

c) presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

Sedangkan dalam menyajikan transaksi infaq atau shodaqoh, amil harus mengungkapkan hal-hal berikut tetapi tidak terbatas pada:

1) metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infaq atau shodaqoh berupa aset non kas;

2) kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan infaq atau shodaqoh, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;

3) kebijakan penyaluran infaq/shodaqoh, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;

4) keberadaan dana infaq/shodaqoh yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infaq atau shodaqoh selama periode pelaporan serta alasannya;

5) hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d) diungkapkan secara terpisah;

6) penggunaan dana infaq/shodaqoh menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infaq/shodaqoh serta alasannya;

7) rincian jumlah penyaluran dana infaq/shodaqoh yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima infaq/shodaqoh;

 

   

 

 

   

   

(18)

8) rincian dana infaq/shodaqoh berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat;

9) keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;

10) kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infaq/shodaqoh; dan

11) hubungan istimewa antara amil dengan penerima infaq/shodaqoh yang meliputi:

i. sifat hubungan istimewa;

ii. jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan

iii. presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.

f. Laporan Keuangan Amil

Adapun komponen laporan yang lengkap dari amil terdiri lagi:

a. Neraca (laporan posisi keuangan)

Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi keuangan) dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

Aset

(a) kas dan setara kas (b) instrumen keuangan (c) piutang

(d) aset tetap dan akumulasi penyusutan  

   

 

 

   

   

(19)

Kewajiban

(e) biaya yang masih harus dibayar (f) kewajiban imbalan kerja

Saldo dana

(h) dana infaq/shodaqoh (i) dana amil

(j) dana nonhalal (g) dana zakat

Berikut ini contoh format untuk neraca:

Neraca (Laporan Posisi Keuangan) BAZ “XXX”

Per 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp Keterangan Rp

Aset

Aset lancar Kas dan setara kas Instrumen keuangan Piutang

Aset tidak lancar

Aset tetap

Akumulasi penyusutan

xxx xxx xxx

xxx (xxx)

Kewajiban

Kewajiban jangka pendek Biaya yang masih harus dibayar

Kewajiban jangka panjang Imbalan kerja jangka panjang Jumlah kewajiban

Saldo Dana Dana zakat

Dana infaq/shodaqoh Dana amil Dana nonhalal Jumlah dana

xxx

xxx

xxx

xxx xxx xxx xxx xxx

Jumlah aset xxx Jumlah Kewajiban dan Saldo Dana

xxx

Tabel 2.2: Contoh Format Neraca (Laporan Posisi Keuangan)  

   

 

 

   

   

(20)

b. Laporan Perubahan Dana

Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infaq/shodaqoh, dana amil, dan dana nonhalal. Penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:

Dana zakat

(a) Penerimaan dana zakat (i) Bagian dana zakat (ii) Bagian amil (b) Penyaluran dana zakat

(i) Entitas amil lain (ii) Mustahiq lainnya (c) Saldo awal dana zakat (d) Saldo akhir dana zakat Dana infaq/shodaqoh

(e) Penerimaan dana infaq/shodaqoh

(i) Infaq/shodaqoh terikat (muqayyadah) (ii) Infaq/shodaqoh tidak terikat (mutlaqah) (f) Penyaluran dana infaq/shodaqoh

(i) Infaq/shodaqoh terikat (muqayyadah) (ii) Infaq/shodaqoh tidak terikat (mutlaqah) (g) Saldo awal dana infaq/shodaqoh

(h) Saldo akhir dana infaq/shodaqoh  

   

 

 

   

   

(21)

Dana amil

(i) Penerimaan dana amil (i) Bagian amil dari dana zakat

(ii) Bagian amil dari dana infaq/shodaqoh (iii) Penerimaan lainnya

(j) Penggunaan dana amil

(i) Beban umum dan administrasi (k) Saldo awal dana amil

(l) Saldo akhir dana amil Dana non halal

(m) Penerimaan dana non halal (i) Bunga bank

(ii) Jasa giro

(iii) Penerimaan non halal lainnya (n) Penyaluran dana non halal

(o) Saldo awal dana non halal (p) Saldo akhir dana non halal

Berikut ini adalah contoh format untuk laporan perubahan dana:

 

   

 

 

   

   

(22)

Laporan Perubahan Dana BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp

DANAZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari muzakki muzakki entitas muzakki individual Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

Penyaluran Fakir-Miskin Riqab Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil

Jumlah penyaluran dana zakat Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx xxx xxx xxx

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx DANAINFAK/SEDEKAH

Penerimaan

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infak/sedekah

Penyaluran

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan aset kelolaan

(misalnya beban penyusutan dan penyisihan) Jumlah penyaluran dana infak/sedekah Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx (xxx)

xxx xxx

(xxx) (xxx) (xxx)

(xxx) xxx xxx xxx (bersambung ke halaman berikutnya)  

   

 

 

   

   

(23)

(sambungan dari halaman sebelumnya)

DANA AMIL Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil

Penggunaan Beban pegawai Beban penyusutan

Beban umum dan administrasi lainnya Jumlah penggunaan dana amil Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx

xxx

(xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx

DANA NON HALAL Penerimaan

Bunga bank Jasa giro

Penerimaan non halal lainnya Jumlah penerimaan dana non halal

Penggunaan

Jumlah penggunaan dana non halal Surplus (defisit)

Saldo awal Saldo akhir

xxx xxx xxx xxx

(xxx) xxx xxx xxx Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah,

dana amil dan dana nonhalal xxx

Tabel 2.3: Contoh Format Laporan Perubahan Dana

c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan;

Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup tetapi tidak terbatas pada:

1) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar

2) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan

3) Penambahan dan pengurangan 4) Saldo awal

5) Saldo akhir  

   

 

 

   

   

(24)

Berikut ini adalah contoh format laporan perubahan kelolaan:

Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Saldo awal

Penam- bahan

Pengu- rangan

Penyi- sihan

Akumulasi penyusutan

Saldo akhir

Dana infaq/

shodaqoh – aset kelolaan lancar (misal piutang bergulir)

x x x xxx (xxx) (xxx) - xxx

Dana infaq/

shodaqoh – aset kelolaan tidak lancar (misal rumah sakit atau sekolah)

xxx xxx (xxx) - (xxx) xxx

Tabel 2.4: Contoh Format Laporan Aset Kelolaan

d. Laporan Arus Kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan Arus Kas dan PSAK yang relevan.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.

2.6 Resiko Umum Dalam Sistem Akuntansi Pokok

Rama dan Jones dalam bukunya yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi (2008;142) menyebutkan bahwa resiko sistem informasi atau resiko

kesalahan pada sistem informasi perusahaan dapat terjadi melalui pencatatan, pembaruan, atau pelaporan data yang tidak tepat. Resiko pencatatan menyatakan resiko yang tidak menangkap informasi kejadian secara akurat  

   

 

 

   

   

(25)

dalam sistem informasi organisasi. Dalam hal sistem akuntansi pokok, resiko ini menyangkut kesalahan pada saat memberikan kode rekening akun, pencatatan ke dalam jurnal dan buku besar, serta kesalahan dalam pelaporan keuangan.

2.7 Pengendalian Internal

2.7.1 Pengertian Pengendalian Internal

Definisi COSO tentang pengendalian intern sebagai berikut:

Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:

• Effectiveness and efficiency of operations

• Realibillty of Financial Reporting

• Compliance with Applicable laws and regulations. (COSO:1992)

Atau terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut : sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini:

Efektivitas dan efisiensi operasi

Keandalan pelaporan keuangan

Kepetuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Azhar Susanto (2004:96) pengendalian meliputi semua metode kebijakan dan prosedur yang menjamin kemanan harta kekayaan perusahaan, akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar operasi manajemen lainnya.

 

   

 

 

   

   

(26)

2.7.2 Komponen - komponen Pengendalian Internal

Komponen pengendalian intern menurut COSO adalah :

a. Lingkungan pengendalian (control environment).

Faktor-faktor lingkungan pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board

b. Penaksiran risiko (risk assessment).

Mekanisme yang ditetapkan untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.

c. Aktivitas pengendalian (control activities).

Pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.

d. Informasi dan komunikasi (informasi and communication).

Sistem yang memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.

e. Pemantauan (monitoring).

Sistem pengendalian internal perlu dipantau, proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan  

   

 

 

   

   

(27)

melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.

2.7.3 Pengendalian Internal Dalam Sistem Akuntansi Pokok

Pengendalian internal dalam sistem akuntansi pokok dirancang berdasarkan tujuan dari sistem itu sendiri. Dari rincian tujuan pengendalian akuntansi yang disebutkan oleh Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi (2008;178) yang merupakan tujuan pengendalian internal

pada sistem akuntansi pokok adalah mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dapat dilihat dari pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah diterapkan dan pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.

 

   

 

 

   

   

Gambar

Tabel 2.1: Perbedaan Sistem Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi
Tabel 2.4: Contoh Format Laporan Aset Kelolaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil optimal dari pengajaran menulis dengan metode atau teknik pemberian stimulans titik pandang objek berupa kalimat pada paragraf pembuka cerita

Kantor Urusan Agama Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan salah satu instansi pemerintah yang diberi kewenangan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga dengan segala

Penyi di kan dapat di mul ai dar i daer ah yang t el ah di ket ahui sebagai daer ah endemi k f asci ol osi s pada hewan r umi nansi a dan yang masyar akat nya gemar mengkonsumsi

pembelajaran, peserta didik terbiasa berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita

Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian produk Air Mancur Herbal di Jakarta Selatan untuk

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian kali ini adalah bagaimana membangun sistem

Pengaduan terhadap Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi sebagai Teradu yang dianggap melanggar Kode Etik harus disampaikan secara tertulis disertai dengan