• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI DENGAN MATRIKS TRANSAKSI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS RELASI INPUT-OUTPUT DALAM EKONOMI

DENGAN MATRIKS TRANSAKSI

La Chidir

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo (UHO)

Kampus Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari, Indonesia

ABSTRACT

Input-output analysis is used to determine value of the total output to final demand. This research aimed to analyze the relationship that occur between the input and output in the form of discrete in economics, as well as to determine function of total output to final demand. The analysis method in this research uses basic matrix operations. The results indicate that a transaction matrix and technology matrix is formed by the relationship between input and output in each sector of the economy. Based on the application of applied mathematics discrete science about relations and matrices it is obtained a general formula which interprets the relationship. In the technology matrix there is final demand that mapping total output as a result of the relation between sectors. It’s mapping is the bijective function that formed in a matrix multiplication.

Key words :

Input-Output Analysis, Economic Sector , Basic Operation Matrix, Matrix Of Transaction, Matrix Of Technology, Binary Relation and Bijective Function.

1. PENDAHULUAN

Matematika diskrit merupakan cabang matematika yang membahas segala sesuatu yang bersifat diskrit.

Relasi dan matriks adalah salah satu bagian dari ilmu matematika diskrit yang bisa diterapkan dalam ilmu lain.

Dalam masalah yang berhubungan dengan elemen- elemen diskrit, sering dijumpai adanya hubungan/relasi di antara objek-objek tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari pun, relasi di antara objek-objek sering dibuat (Siang, 2006).

Di dalam matematika diskrit matriks digunakan untuk merepresentasikan struktur diskrit. Struktur diskrit adalah struktur matematika abstrak yang digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut (Munir, 2005).

Analisis masukan-keluaran (input-output analisis) merupakan suatu model matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang saling kait mengait antar sektor dalam kegiatan ekonomi. Wassily W. Leontief dari Harvard University pertama kali memperkenalkan metode analisis seperti ini secara sederhana pada tahun 1936. Model ini lazim diterapkan untuk menganalisis perekonomian secara makro, nasional ataupun regional.

Analisis input-output bertolak dari anggapan bahwa suatu sistem perekonomian terdiri atas sektor-sektor yang saling berkaitan. Masing-masing sektor menggunakan keluaran dari sektor lain sebagai masukan bagi keluaran yang akan dihasilkan, selanjutnya keluaran yang dihasilkan menjadi masukan bagi sektor lain. Selain

menjadi masukan bagi sektor lain, terdapat pula keluaran suatu sektor yang menjadi masukan bagi sektor itu sendiri dan sebagai konsumsi bagi pemakai akhir.

Masukan dan keluaran yang terbentuk dari sektor- sektor produksi dan konsumen terdistribusi secara acak yang membentuk hubungan/relasi yang bisa dianalisis.

Penelitian ini menggunakan metode analisis statis yang berarti masukan-keluaran suatu sektor selalu konstan.

Dari relasi input-output tersebut dapat dibentuk matriks transaksi yang terdiri dari beberapa komponen.

Distribusi konsumsi, distribusi produksi dan nilai tambah merupakan koefiien yang nilainya dianggap konstan.

Sedangkan ada komponen permintaan akhir dan keluaran total merupakan peubah yang saling bergantungan.

Komposisi permintaan akhir dan keluaran total dipenelitian ini akan menentukan bagaimana relasi antar sektor input dan sektor output dalam matriks transaksi.

Selain itu, menarik juga untuk menganalisis fungsi permintaan akhir dan keluaran total ataupun sebaliknya yang terjadi didalam analisis input-output pada sektor- sektor ekonomi.

2. LANDASAN TEORI 2.1. Matriks

Matriks adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom adalah :

[

]

(2)

2

Matriks umumnya dituliskan dalam bentuk persegi

panjang seperti di atas, namun bisa juga menuliskan matriks dengan notasi ringkas [ ].

2.2. Jenis Matriks

Matriks Identitas (I) adalah suatu matriks bujur sangkar yang nilainya 1 untuk setiap entri pada diagonal utama dari kiri atau ke kanan bawah dan nol disetiap tempat yang lain.

I = [ ] adalah matriks identitas berukuran

Suatu matriks yang terdiri atas hanya satu baris adalah suatu vektor baris dimensi-n dan sebaliknya suatu vektor baris dimensi-n adalah matriks berdimensi . Misalkan

[

]

Suatu matriks yang terdiri atas hanya satu kolom adalah suatu vektor kolom dimensi-m dan sebaliknya suatu vektor kolom dimensi-m adalah matriks . Misalkan

[

]

⃗⃗

2.3. Operasi Dasar Matriks

Transpos dari matriks [ ] yang berukuran adalah matriks yang berukuran dengan kolom A sebagai barisnya dan baris A sebagai kolomnya.

Transpos dari matriks A diberi notasi atau atau A’.

Dalam penjumlahan matriks, jika [ ] dan [ ] adalah dua buah matriks berukuran , maka jumlah/selisih kedua matriks tersebut, yaitu adalah matriks [ ] yang berukuran , di mana setiap entri dari C adalah jumlah/selisih entri-entri yang berkorespondensi dari matriks A dan B. Dengan demikian, [ ].

Cara mengalikan dua buah matriks adalah dengan mengalikan elemen baris matriks pertama dengan elemen kolom matriks kedua yang berkorespondensi, lalu menjumlahkannya. Ini berarti bahwa syarat dua buah matriks dapat dikalikan jika banyaknya kolom matriks pertama harus sama dengan banyaknya baris pada matriks kedua.Jadi,

Misalkan k adalah sebuah skalar. Perkalian matriks A dengan skalar k adalah mengalikan setiap elemen matriks dengan k.

Fungsi determinan dinyatakan oleh det(A), dan didefinisikan det(A) sebagai jumlah semua hasil kali

elementer bertanda dari A. Jumlah det(A) dinamakan determinan A. Jika diberikan matriks

[

]

(1) Minor entri dinyatakan oleh dan didefinisikan menjadi determinan submatriks yang tetap setelah baris ke-i dan kolom ke-j dicoret dari A. Bilangan dinyatakan oleh dan dinamakan kofaktor entri . Kofaktor dan minor elemen hanya berbeda dalam tandanya yaitu .

Transpos matriks A dinamakan adjoin A dan dinyatakan dengan adj(A).

2.4. Matriks Tak Singular

Suatu matriks persegi disebut tak singular atau invertible (dapat dibalik) jika ada suatu matriks sedemikian sehingga

suatu matriks B dengan sifat di atas disebut invers dari matriks A. Jika A tidak mempunyai invers, matriks A disebut singular

2.5. Invers Matriks

Matriks invers dari suatu matriks adalah tunggal.

Karena matriks invers adalah tunggal, maka untuk selanjutnya matriks invers dari A dapat ditulis dengan

.

Sebuah matriks A kuadrat dapat dibalik jika dan hanya jika . . Jika A adalah matriks yang dapat dibalik, maka :

(2) 2.6. Relasi Biner

Perkalian kartesian (cartesian products) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan terurut (ordered pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B. Dinotasikan dengan

{ | } (3) Relasi biner R antara A dan B adalah himpunan bagian dari . Dinotasikan dengan

2.7. Fungsi

Misalkan A dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan suatu fungsi jika setiap elemen di dalam A

(3)

3

dihubungkan dengan tepat satu elemen di dalam B. Jika f

adalah fungsi dari A ke B dapat dituliskan :

yang artinya f memetakan A ke B.

Dituliskan jika elemen a di dalam A dihubungkan dengan elemen b di dalam B. Himpunn A disebut daerah asal (domain) dari f dan himpunan B disebut daerah hasil (codomain) dari f.

2.8. Fungsi Bijektif dan Invers Fungsi

Misalkan adalah suatu fungsi. Karena tidak semua relasi dari Y ke X merupakan fungsi. Akan tetapi, jika merupakan fungsi yang bijektif, maka setiap elemen memiliki setiap kawan di X. Itu berarti bahwa relasi dari Y ke X merupakan fungsi juga.

Fungsi dari Y ke X disebut invers fungsi f (simbol ).

Misalkan adalah fungi bijektif dan misalkan pula . Harga invers fungsi f didefinisikan sebagai berikut :

elemen sedemikian hingga Jadi,

Gambar 1. Invers Fungsi 2.9. Representasi Relasi Dengan Matriks

Misalkan R adalah relasi dari { } dan { }. Relasi R dapat disajikan dengan matriks [ ],

[

]

yang dalam hal ini

{

2.10. Matriks Relasi Input-Output a. Matriks Transaksi

Langkah awal dalam analisis masukan-keluaran adalah menyusun suatu tabel yang berisi keterang- keterangan tentang bagaimana keluaran suatu sektor terdistribusi ke sektor-sektor lain sebagai masukan dan ke pemakai akhir sebagai barang konsumsi.

Sebagaimana proses yang terjadi antarsektor ekonomi, ketika suatu sektor menggunakan keluaran yang

berasal dari sektor lain. Keluaran dari sektor ini juga dapat digunakan oleh sektor lain. Sektor tersebut pula memberi keluaran yang digunakan sebagai masukan sektor itu sendiri atau pun dikonsumsi sebagai permintaan akhir yang didistribusikan ke konsumen.

Masukan dan keluaran yang dimaksud ialah pemasukan dan pengeluaran nilai dari/ke masing-masing sektor ekonomi. Pada akhirnya relasi masukan-keluaran tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang disebut matriks transaksi.

Tabel 1. Matriks Transaksi

Tabel transaksi dapat dituliskan dalam bentuk notasi matriks. Misalnya melambangkan keluaran dari sektor i yang dipergunakan sebagai masukan oleh sektor j, melambangkan permintaan akhir terhadap keluaran sektor i, melambangkan nilai tambah sektor j, dan adalah keluaran total sektor j.

Pemakaian total oleh sektor i adalah :

(4)

Keluaran total dari sektor j adalah :

(5)

Dari matriks transaksi di atas dapat diketahui, bahwa bagi sektor j untuk memproduksi keluaran sejumlah diperlukan masukan-masukan dari sektor 1 hingga sektor n dan sejumlah tertentu nilai tambah atau masukan primer. Hal ini berarti bahwa masing-masing kolom menggambarkan hubungan masukan-keluaran antar sektor. Pada saat yang sama matriks transaksi memberikan informasi tentang bagaimana keluaran dari suatu sektor terdistribusi di antara sektor-sektor yang ada, termasuk sektor konsumen akhir.

b. Matriks Teknologi

Jika nilai setiap unsur dalam matriks transaksi tersebut dibagi dengan nilai jumlah baris atau nilai jumlah kolom yang bersesuaian (misal dibagi ), maka diperoleh suatu rasio yang dinamakan koefisien teknologi.

(6)

(4)

4

Koefisien teknologi adalah suatu rasio yang

menjelaskan jumlah atau nilai keluar sektor 1 yang diperlukan sebagai masukan untuk menghasilkan satu unit keluaran di sektor j.

Jika semua koefisien teknologi yang ada dihitung (

dihitung untuk semua i dan j) dan hasil-hasilnya disajikan dalam suatu matriks, diperoleh sebuah matriks teknologi.

Jadi, matriks teknologi adalah suatu matriks analisis masukan-keluaran yang unsur-unsurnya berupa koefisien teknologi.

Matriks Teknologi

Sedangkan nilai yang tidak konstan dibentuk dalam matriks kolom, yaitu permintaan akhir (D) dan keluaran total (V).

[ ] (7) [ ] (8)

Dari persamaan (4) yaitu :

dan koefisien ⁄ , dari koefisien teknologi (6) diperoleh bahwa , sehingga dari (4) dan (6) diperoleh

Atau

(9)

Bila persamaan (9) diuraikan maka diperoleh,

(10)

Dari persamaan (2.24) dapat dibentuk perkalian matriks

[ ] [

] [ ] [

] [ ]

atau

[ ] [

] [ ]

(11)

D dan V masing-masing adalah matriks kolom permintaan akhir dan matriks kolom keluaran total, I adalah matriks satuan, sedangkan A adalah matriks teknologi yang dibentuk berdasarkan matriks transaksi.

Jika matriks tak singular, yakni , maka akan diperoleh fungsi balikan matriks yang juga berlaku pada fungsi matriks (11), yaitu

(12)

Ini berarti jika matriks A dan vektor D diketahui, maka vektor V dapat dicari secara langsung menuruti kaidah matriks. Dengan kata lain, jika masing-masing koefisien masukan antar sektor dan permintaan akhir untuk setiap sektor diketahui datanya, maka dapatlah dihitung keluaran total dari masing-msaing sektor.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Relasi Input-Output

Penelitian ini menggunakan data klasifikasi dari sembilan sektor ekonomi dalam pemerintahan pada tahun 2005. Data ini berbentuk Tabel IO yang merupakan Tabel Input-Output Nasional tahun 2005. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang membagi Tabel Input-Ouput Nasional 2005 dalam 9 (Sembilan) sektor.

Tabel 2. Matriks transaksi berupa tabel I-O (Milyar Rupiah) Nasional 2005

Skt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PA TO

1 32.519 49 210.813 0 9.255 32.471 73 64 10.219 195.418 490.881

2 0 27.370 118.352 12.560 30.856 13 25 0 674 197.401 387.251

3 43.163 11.435 410.803 20.908 171.184 85.027 55.936 9.645 88.914 1.231.130 2.128.145

4 269 277 24.184 13.504 248 10.813 4.010 2.282 5.754 27.553 88.894

5 4.342 4.013 2.447 848 589 9.272 6.378 10.103 11.468 528.981 578.441 6 11.114 2.944 107.949 3.223 49.182 30.822 13.239 4.841 30.244 477.378 730.936 7 5.279 3.663 53.080 1.064 15.738 35.826 28.703 9.316 17.737 228.020 398.426 8 6.586 2.985 44.420 2.440 22.142 59.330 15.957 46.934 18.067 133.327 352.188 9 2.533 3.428 20.801 170 3.379 11.342 35.478 11.964 19.332 424.687 533.114 NT 375.615 317.170 795.681 26.911 206.862 433.186 194.422 239.391 287.654

IM 9.461 13.917 339.615 7.266 69.006 22.834 44.205 17.648 43.051 TI 490.881 387.251 2.128.145 88.894 578.441 730.936 398.426 352.188 533.114

sumber : www.bps.go.id/index.php (Badan Pusat Statistik (BPS))

(5)

5

Keterangan :

1 : Pertanian

2 : Pertambangan & Penggalian 3 : Industri Pengolahan

4 : Listrik, Gas, & Air Bersih 5 : Bangunan

6 : Perdagangan, Hotel & Restoran 7 : Pengangkutan & Komunikasi

8 : Keuangan Real Estate & Jasa Perusahaan 9 : Jasa-Jasa

PA : Permintaan Akhir NT : Nilai Tambah IM : Impor TO : Total Output TI : Total Input

Misalkan suatu saat sektor 1 (Pertanian) mengalami perkembangan yang begitu menguntungkan sehingga timbul potensi untuk mengembangkan perekonomian.

Dengan pemisalan ini dilakukanlah peningkatan permintaan akhir akhir hanya pada beberapa sektor, sedangkan sektor lain mengalami penyesuaian. Dari kesembilan sektor di atas, dengan mengubah target permintaan akhir pada masing-masing sektor menjadi seperti berikut :

1) Sektor 1 dari 195.418 ditingkatkan menjadi 550.000 2) Sektor 2 dari 197.401 diturunkan menjadi 100.000 3) Sektor 3 dari 1.231.130 ditingkatkan jadi 1.500.000 4) Sektor 4 dari 27.553 ditingkatkan menjadi 50.000 5) Sektor 5 dari 528.981 ditingkatkan menjadi 700.000 6) Sektor 6 dari 477.378 ditingkatkan menjadi 650.000 7) Sektor 7 dari 228.020 ditingkatkan menjadi 300.000 8) Sektor 8 dari 133.327 diturunkan menjadi 70.000 9) Sektor 9 dari 424.687 diturunkan menjadi 250.000 3.2. Transformasi Matriks Transaksi ke dalam

Bentuk Matriks Teknologi

Mengacu pada persamaan (6) tentang koefisien teknologi yaitu dengan dan , dimana :

= Besarnya output dari sektor yang dipergunakan sebagai input oleh sektor

= Total Ouput (Keluaran Total) dari sektor Misalkan adalah matriks teknologi, maka berdasarkan tabel 2 di atas dapat dibentuk matriks teknologi sebagai berikut :

[ ] dengan dan Atau dengan memasukkan nilai-nilai pada tabel di atas, maka diperoleh :

3.3. Pengurangan Matriks Identittas dengan Matriks Teknologi

Pengurangan matriks identitas dengan matriks teknologi dimaksudkan untuk mencari nilai matriks , selanjutnya dapat dinotasikan dalam matriks sebagai berikut :

3.4. Menentukan Invers dari Matriks

Penentuan invers dari matriks dimaksudkan untuk mengetahui informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor. Yang invers matriksnya diselesaikan dengan menggunakan aplikasi matlab yang hasilnya sebagai berikut :

(6)

6

3.5. Menentukan Keluaran Total Berdasar pada

Target Baru dari Permintaan Akhir

Berdasarkan Tabel 1. Matriks Transaksi, di mana adalah matriks kolom dari keluaran total dan adalah matriks kolom dari target baru pada permintaan akhir.

Maka dapat diperoleh matriks kolom atau keluaran total dengan mengacu pada persamaan (12) yaitu . Sehingga matriks dapat dinotasikan sebagai berikut :

3.6. Analisis Komposisi Keluaran Total Antar Sektor Dengan telah diperolehnya nilai keluaran total terhadap permintaan akhir pada masing-masing sektor, dapat dilihat bahwa komposisi yang berbeda terjadi pada perubahan pemintaan akhir dan keluaran totalnya.

Meskipun ada beberapa sektor yang tetap mengalami penurunan dan ada juga yang mengalami peningkatan.

Tabel 3. Perbandingan Data Awal dan Data Baru

Bila diamati sektor 2, sektor 8, dan sektor 9 yang target permintaan akhirnya turun sekitar setengahnya berakibat pada penurunan keluaran totalnya. Namun, penurunan keluaran total pada ketiga sektor tersebut bahkan tidak mencapai setengahnya. Seperti pada sektor 2 yang mengalami penurunan hanya 14% dari keluaran total awal, pada sektor 8 mengalami penurunan hanya 7%

dari keluaran total awal, dan pada sektor 9 mengalami penurunan hanya 30% dari keluaran total awal.

Dengan membandingkan komposisi keluaran total pada data awal dan data baru seperti Tabel 3 di atas, maka dapat dikatakan komposisi inilah yang membuktikan bahwa masing-masing sektor mempunyai relasi antarsektor, tepatnya relasi itu terjadi pada input- output masing-masing sektor.

3.7. Analisis Fungsi Keluaran Total Terhadap Permintaan Akhir

Untuk menentukan keluaran total dapat digunakan fungsi pertama ( ) sesuai persamaan (12) yaitu :

(13)

Misalkan himpunan adalah himpunan semua vektor atau permintaan akhir dan himpunan adalah himpunan semua vektor atau keluaran total.

Jika adalah fungsi bijektif dan misalkan , dan didefinisikan dengan :

Berdasarkan persamaan (13) maka diketahui , atau dapat dituliskan

Dengan mengalikan kedua ruas dengan , maka akan diperoleh :

(14)

Ternyata terdapat fungsi kedua yang berupa persamaan (14) dimana merupakan persamaan untuk menentukan permintaan akhir atau matriks .

Dari persamaan (14) dapat disimpulkan bahwa:

Dengan menganggap sebagai faktor pengali pada , maka dapat dibentuk fungsi balikan yaitu

dengan sebagai faktor pengalinya.

Jadi, dengan sedemikian sehingga

Sehingga terlihat bahwa fungsi keluaran total tehadap permintaan akhir memiliki fungsi balikan berupa fungsi permintaan akhir terhadap keluaran total . Fungsi invers ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(7)

7

Gambar 2. Fungsi Balikan dan

Dapat disimpulkan bahwa fungsi di atas merupakan fungsi yang invertible, sehingga pada matriks transaksi terdapat fungsi bijektif (berkorespondensi satu-satu).

Pemetaan itu terjadi pada permintaan akhir yang memetakan keluaran total akibat adanya relasi antar sektor.

4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Pada analisis Input Output terdapat relasi antarsektor, tepatnya relasi ini terjadi pada input dan output masing- masing sektor. Dalam menjalankan perekonomian, relasi antarsektor ini sangat berguna sebagai pendukung dalam sistem yang terkait dengannya. Dan dengan bantuan matriks, maka dapat dituliskan relasi ini dalam bentuk matriks transaksi dan matriks teknologi.

Pada fungsi keluaran total dengan sebagai faktor pengali yang memetakan keluran total dari pemintaan akhir. Dengan menggunakan dasar matriks sebagai matriks yang invertible, maka dapat dibentuk matriks sebagai faktor pengali pada fungsi permintaan akhir . Karena memiliki fungsi balikan berupa maka dapat disimpulkan bahwa pemetaan yang terjadi pada permintaan akhir yang memetakan keluaran total merupakan fungsi bijektif (berkoespondensi satu- satu), karena didapat membentuk fungsi balikannya.

Fungsi ini dibentuk dalam perkalian matriks dengan dan sebagai faktor pengalinya.

4.2. Saran

Sebagaimana diketahui, model input-output atau lebih dikenal dengan model ekonomi leontif terdiri dari dua jenis yaitu model input-output terbuka dan model input- output tertutup. Dalam tulisan ini, peneliti menganalisis relasi input-output antarsektor pada model input-output terbuka. Serta data yang digunakan oleh peneliti pada tulisan ini merupakan data dimana total output sama dengan total input. Bagi peneliti yang tertarik dengan analisis relasi input-output ini dapat mengkaji lebih jauh tentang relasi yang terjadi pada model input-output tertutup. Selain itu bagaimana relasi yang terjadi jika total output lebih besar dari total inputnya atau sebaliknya jika total output lebih kecil dari total outputnya.

Daftar Pustaka

Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer. Edisi Kelima.

Jakarta: Erlangga.

Dowling, E. T., 1980. Matematika untuk Ekonomi.

Terjemahan Bambang Sugiarto. Jakarta:

Erlangga.

Dumairy. 1999. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Johannes, H., & Handoko, B. S. 1989. Pengantar Matematika Untuk Ekonomi. Jakarta: LP3S Matthews, K. R. 1998. Elementary Linear Algebra.

Second Online Version. Departement of Mathematics Queensland University

Purwanto, H., Indriani, G., & Damayanti, E. 2005.

Aljabar Linear. Cirebon: Ercontara Rajawali.

Rahayu, Y., & Nurhadiono, B. 2012. Implementasi Matriks Pada Matematika Bisnis dan Ekonomi.

Program Studi Teknik Informatika FIK Universitas Dian Nuwantoro Semarang.

Munir, R. 2005. Matematika Diskrit. Edisi Ketiga.

Bandung: Penerbit Informatika.

Siang, J. J. 2006. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gambar

Gambar 1. Invers Fungsi  2.9.  Representasi Relasi Dengan Matriks
Tabel 2. Matriks transaksi berupa tabel I-O (Milyar Rupiah) Nasional 2005
Tabel 3. Perbandingan Data Awal dan Data Baru

Referensi

Dokumen terkait

Indikator terakhir adalah tentang lama tidur bayi setelah menyusu di dapatkan hasil p value: 0.012 dimana dapat simpulkan ada perbedaan lama tidur pada hari pertama lahir

Jumlah cacing parasitik pada ikan maskoki dari Pasar Anyar Bogor tengah, Batu Tulis Bogor Selatan dan Baranang Siang Bogor Timur dapat diamati pada Tabel 4... Menurut Ozer dan

Kitosan berhasil di konversi dari kitin yang berasal dari cangkang udang hasil limbah industri ebi dengan menggunakan metode kimiawi.Semakin meningkatnya jumlah

Untuk mensinkronkan pengembangan ekowisata di TNBK dengan tata ruang pembangunan Kabupaten Kapuas Hulu maka Bappeda, Disbudpar, BBTNBKDS, Kompakh dan WWF kerjasama

Suatu studi yang dilakukan oleh Keim (1983) yang mengevaluasi semua saham yang listing di NYSE dan AMEX sepanjang periode 17 tahun dari 1963 sampai 1979 menunjukkan bahwa

Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Kepala SKPD Perizinan kepada penanggungjawab kegiatan dan

Dengan memahami karakteristik peserta didik asuh guru BK/Konselor dapat memilih pendekatan dan teknik yang tepat dalam memperlakukan mereka sebagai individu yang berbeda dan

2 hadir ke hadapan sidang pembaca dengan mengetengahkan 7 (tujuh) artikel sebagai berikut : Penelitian Karakteristik Aerodinamika Trailing Edge Sirip Roket