• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam kehidupan baik oleh individu, kelompok maupun negara. Dalam usaha memenuhi kebutuhan kehidupan dari masing-masing individu maupun kelompok tersebut tanah berfungsi sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha, baik sebagai lahan pertanian atau perkebunan, ataupun usaha-usaha lainnya yang memerlukan bidang tanah sebagai lahan.

(2)

Disamping sebagai tempat tinggal dan usaha, tanah juga sangat bermafaat untuk mendapatkan pinjaman uang di bank, di mana tanda bukti haknya dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Dalam masyarakat di perdesaan, tanah juga dapat digunakan untuk mendapatkan uang dalam waktu yang cepat, yaitu dengan menggadaikan tanah tersebut kepada orang lain. Dalam hal menggadaikan tanah, tanah tersebut bukanlah dijadikan jaminan utang, melainkan tanah tersebut diserahkan oleh pemilik kepada pihak lain (pemberi uang) dengan hak gadai.

Penggunaan tanah pertanian sebagai jaminan gadai juga banyak terjadi dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali bagi masyarakat adat dengan ketentuan-ketentuan adat yang melingkupinya. Justru mungkin pada praktiknya, lebih banyak masyarakat yang masih menggunakan atau menaati hukum adat dari pada hukum positif yang berlaku nasional di Indonesia dengan berbagai alasan.

Boedi Harsono memberikan definisi tentang gadai sebagai hubungan hukum antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain, yang telah menerima uang gadai daripadanya. Selama uang gadai belum dikembalikan, tanah tersebut dikuasai oleh pemegang gadai. Selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai, pengembalian uang gadai lazim disebut penebusan tergantung dari kemauan dan kemampauan pemilik tanah yang menggadaikan1.

Gadai tanah pertanian pada dasarnya adalah suatu transaksi tentang tanah yang dijadikan sebagai obyek dalam jaminan hutang piutang antara pemilik tanah atau yang menggadaikan dengan penerima gadai, dengan tujuan mendapatkan

1

(3)

modal dengan tidak menjual tanah yang dijadikan obyek dalam gadai tanah pertanian tersebut, jadi gadai tanah pertanian itu memiliki hak tebus untuk mendapatkan tanah pertanian yang telah digadaikan kepada sipenerima gadai tanah peertanian tersebut. Dalam penjelasan Undang Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 pada poin 9 huruf (a) dinyatakan bahwa gadai tanah pertanian adalah hubungan antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang uang padanya. Selama utang tersebut belum terbayar lunas, tanah itu tetap berada dalam penguasaan yang meminjamkan uang. Fenomena yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah masih terjadinya pelaksanaan sistem gadai tanah pertanian secara hukum adat, dalam artian bahwa pelaksanaan tersebut tetap

mengacu pada kepentingan orang yang memiliki modal kuat2.

Dikaitkan dengan Pancasila sebagai dasar filosofi bangsa Indonesia, maka akan ditemui hakekat mengenai gadai tanah pertanian yang didasarkan pada sila ke 5 Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sila ini tersirat makna bahwa, seluruh rakyat indonesia berhak utuk mendapatkan keadilan sosial termasuk di dalamnya pelaksanaan gadai tanah pertanian yang dilakukan oleh masyarakat indonesia, selayaknya mengedepankan keadilan sosial, yang bertujuan untuk menjaga kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat, seluruh kekayaan alam dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing, melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan bidangnya. Pelaksanaan gadai tanah pertanian juga selayaknya mengedepankan rasa keadilan

2

(4)

di dalamnya, untuk melindungi pihak dalam transaksi gadai agar menjauhkan praktek pemerasan dalam pelaksanaan transaksi gadai tanah pertanian, yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yang mengedepankan keadilan dalam setiap perilaku bermasyarakatnya yang tentunya sesuai dengan Pancasila sebagai filosofi bangsa Indonesia.

Secara yuridis gadai tanah pertanian dimuat dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia khususnya pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat, yang

(5)

pula yang dilanjutkan oleh para ahli waris si pemegang gadai, karena penggadai tidak mampu menebus tanahnya kembali

Secara sosiologis gadai tanah pertanian merupakan bagaimana pelaksanaan gadai tanah pertanian itu berlangsung atau terjadi didalam masyarakat, di Indonesia pelaksanaan gadai tanah pertanian dijalankan menggunakan hukum adat masing masing daerah, yang pada dasarnya pelaksanaan tersebut adalah suatu perjanjian yang mana mengunakan jaminan tanah pertanian dalam transaksi hutang piutang dilaksanakan berdasar pada hukum adat daerah masing masing. Intinya dalam pelaksanaan transaksi gadai tanah pertanian, pemilik tanah atau penggadai wajib untuk melakukan pelunasan terhadap hutangnya kepada pemegang gadai jika ingin tanah pertanianya kembali kepadanya.

(6)

Sejak tahun 1960 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelaksaaan gadai tanah pertanian khususnya tertuang dalam Pasal 7 UU 56 Prp 1960 yang isinya antara lain:

Barangsiapa menguasai tanah-pertanian dengan hak gadai yang pada waktu mulai berlakunya UU 56 Prp 1960 sudah berlangsung 7 tahun atau lebih wajib mengembalikan tanah itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran uang tebusan. Mengenai hak gadai yang pada mulai berlakunya UU 56 Prp 1960 belum berlangsung 7 tahun, maka pemilik tanahnya berhak untuk memintanya kembali setiap waktu setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan membayar uang tebusan yang besarnya dihitung menurut rumus:

(7 + ½) – Waktu berlangsung hak gadai X uang gadai 7

dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak-gadai itu telah berlangsung 7 tahun maka pemegang-gadai wajib mengembalikan tanah tersebut tanpa pembayaran uangtebusan, dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen.

Tujuan dikeluarkannya peraturan tersebut adalah sebagai social engenering (rekayasa sosial) untuk mengubah perilaku masyarakat dalam gadai yang mengandung unsur pemerasan

(7)

sesuai dengan the living law, apakah faktor pelaksana hukum yang tidak konsisten dengan hukum, atau justru terletak pada budaya hukum masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan gadai dari pemerintah

Jika dikaitkan dengan Perpu Nomor 56 tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian, penulis tertarik untuk meneliti “Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung

Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun 1960

terhadap gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali?

3. Bagaimana cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat pelaksanaan

(8)

C. Tujuan Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang apa yang hendak dicapai oleh peneliti sehubungan dengan rumusan masalah di atas. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh data tentang pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa

Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun

1960 terhadap gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat

pelaksanaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Untuk Desa Adat Lumbung

Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan Hukum Adat, maka Desa Adat akan memperoleh gambaran tentang Hukum Adat khususnya pelaksanaan jaminan gadai secara Hukum Adat.

2. Untuk Masyarakat Hukum Adat

(9)

yang diatur oleh hukum positif yang jangka waktu pelaksanaan jaminan gadai tersebut dimuat dalam Pasal 7 Undang Undang 56 Prp tahun 1960.

3. Untuk penulis

Agar penulis mendapatkan data yang akurat dalam penelitian mengenai Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali. Serta sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Magister.

E. Keaslian penelitian

Penelitan terhadap Gadai Tanah Pertanian Di Desa Pakraman Lumbung Gede Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan Provinsi Bali sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, dibawah ini akan disebutkan beberapa hasil penelitian, mengenai penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan tanah adat Bali.

1. Ida Ayu Sri Martini Asthama (2005), Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro, meneliti tentang Pelaksanaan Pemberian Tanah Kepada

(10)

warisan kepada anak perempuannya yang telah diatur dalam ketentuan adatnya yang disebut awig-awig sebagai pedoman bertindak di masyarakat. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian yaitu tentang pewarisan tanah secara hukum adat bali. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas tentang hukum tanah adat bali.

2. I Nyoman Yuliarta Bayu Pramana, (2005) Fakultas Hukum Universitas

(11)

pemberlakuan Pasal 7 Undang Undang Prp 56 tahun 1960 pada gadai tanah pada masyarakat adat desa adat lumbung provinsi Bali, sedangkan penelitian yang dilakukan ini berobyek pada pelaksanaan jual beli tanah kavling di Denpasar.

3. I Dewa Gede Putra Joni Dharmawan K (2007) Magister Kenotariatan

(12)

jalan musyawarah dan pemilihan ganti rugi berupa uang disebabkan

karena lebih memudahkan dalam pembiayaan upacara dan

perbaikan/renovasi Pura. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah pada substansi penelitian yaitu penelitian mengenai Pelaksanaan Pengadaan Tanah Asal Hak Milik Adat Untuk Kepentingan Umum Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas obyek yang sama yaitu membahas masalah tanah adat.

4. Nyoman Ayu Karina Susanti (2011), Magister Kenotariatan Fakultas

(13)
(14)

F. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum yang berjudul Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman

Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali ini, terdiri

dari lima bab yaitu : BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II: Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Gadai

B. Hak pembeli Gadai C. Sifat Hubungan Gadai

D. Pengertian Masyarakat Hukum Adat

E. Pengertian Gadai Dalam Hukum Adat

F. Pengertian Tanah Pertanian G. Pengertian Gadai Tanah Pertanian

BAB III : Metode Penelitian

(15)

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

C. Bahan Materi Penelitian

D. Populasi dan Sampel

E. Cara Pengumpulan Data

F. Jalanya Penelitian

G. Analisis Data

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan

Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

C. Dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun 1960 terhadap

gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

D. Cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat pelaksanaan gadai

tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali

BAB V : Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Problem based learning ini siswa akan memiliki kemandirian dalam menemukan konsep pembelajaran secara mandiri dan juga dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan

Raspberry Pi yang disambungkan pada sensor GPS berfungsi untuk menggantikan OBU (On Board Unit) sehingga dapat menerima sinyal GPS dan mengubahnya ke dalam bentuk

pengertian SIUP (Surat izin usaha perdagangan)  menjelaskan. langkah-lankah pembuatan SITU (surat izin tempat

1) Objek wisata yang dijadikan sebagai jalur interpretasi adalah Jalur Air Terjun Tarung-Tarung dan Jalur Air Terjun Poko’ Pijeng. Yang menarik di jalur ini yaitu

[r]

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang mana telah memberikan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Data dalam penelitian ini terdiri dari data realisasi PAD, realisasi Total Pendapatan Daerah, realisasi Total Belanja Daerah, target PAD, realisasi

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Keterampilan Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar. Variabel Penelitian ini mengunakan variabel bebas,