• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Ali et al, (2018) dengan judul Persepsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Ali et al, (2018) dengan judul Persepsi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ali et al, (2018) dengan judul Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui persepsi petani tehadap kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan serta mengetahui hubungan persepsi petani dengan kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dengan rumus persentase dan analisis Korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani berdasarkan aspek pengetahuan, sikap dan kemampuan terhadap indikator kinerja penyuluh pertanian berada pada kategori cukup dengan nilai persentase sebesar 74,7%. Sedangkan tingkat kinerja penyuluh pertanian dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan kemampuan penyuluh terhadap standar indikator kinerja penyuluh berdasarkan persepsi petani berada pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 91%. Hasil penelitian mengenai hubungan persepsi petani dengan kinerja penyuluh pertanian menunjukkan adanya hubungan antara persepsi petani (x) dengan kinerja penyuluh pertanian (y) dengan nilai hubungan sebesar 0,509 pada taraf kesalahan 0,05 dan termasuk dalam kategori hubungan/korelasi yang kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati et al, (2013) dengan judul Persepsi Petani terhadap Kinerjaan Penyuluh Pertanian di Desa Sidomulyo Dan Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani

(2)

terhadap kinerjaan penyuluh pertanian (teknisi, fasilitator dan advisor). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah survei dan menggunakan paradigma kuantitatif. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan membuat Tabel frekuensi dan persentase dan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 0,05% untuk melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas. Hasil analisis yang pertama menunjukkan bahwa sebagian besar anggota kelompok tani di Desa Sidomulyo dan Muari Distrik Oransbari masih berada pada usia produktif masa bekerja yaitu 35-47 tahun, dengan tingkat pendidikan tamat SLTP, sering mengikuti kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan usaha tani, memiliki pengalaman berusaha tani 10-20 tahun, aktif mengikuti petemuan rutin kelompok tani. Kedua persepsi petani terhadap kinerjaan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor dikategorikan baik. Ketiga ada hubungan antara faktor internal karakteristik petani dan faktor eksternal (sistem sosial) terhadap persepsi petani terhadap kinerjaan penyuluh pertanian sebagai teknisi, fasilitator dan advisor.

Penelitian yang dilakukan oleh Tanauma et al, (2019) dengan judul Persepsi Petani Padi Sawah terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Desa Tatengesan Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi petani pada sawah terhadap kinerja penyuluh pertanian di Desa Tatengesan Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan keterangan secara faktual dari sampel atau sebagian dari populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Metode pengambilan sampel dilakukan

(3)

dengan cara random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menggabungkan semua subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan diambil secara acak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer melalui wawancara dan mengisi kuesioner dengan 9 pertanyaan langsung kepada 20 responden petani padi sawah. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Kantor Hukum Tua dan Kantor Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara, Internet melalui google searching dan google book, untuk mendapatkan buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu persepsi petani padi sawah terhadap kinerja penyuluh pertanian. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian adalah analisis deskripstif dengan menggunakan Skala Likert. Hasil penelitian dengan menggunakan Skala Likert menunjukkan bahwa angka indeks persepsi petani padi sawah terhadap kinerja penyuluh pertanian berada pada titik 57,96% yang masuk pada kategori puas.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar et al, (2018) dengan judul Persepsi Petani terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini bertujuan mengukur persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan sampel secara proportional random sampling sebanyak 85 responden. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah: (1) Karakteristik petani, yaitu: umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman berusahatani, luas lahan dan status kepemilikan lahan, (2) Persepsi petani terhadap

(4)

kompetensi penyuluh pertanian, yaitu: penyusunan program dan programa, penyiapan materi, pemilihan media, dan penerapan metode. Persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan dinilai berdasarkan alasan yang dikemukakan petani. Instumen penelitian berupa kuisioner berisikan pertanyaan dan pernyataan. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Secara deskriptif data akan dianalisis berdasarkan hasil temuan dilapangan dan disimpulkan berdasarkan persepsi petani. Secara inferensial data dianalisis menggunakan uji statistic non parametrik, yakni korelasi “Rank Spearman”. Data dikumpulkan secara deskriptif dan kualitatif melalui pengamatan langsung dan wawancara mendalam. Pengukuran persepsi menggunakan Skala Likert yang dibedakan atas empat skala sebagai berikut: Skala 1 sangat tidak tepat (STT), Skala 2 tidak tepat (TT), Skala 3 tepat (T), dan Skala 4 sangat tepat (ST), Hasil analisis secara deskriptif dan inferensial menemukan bahwa karakteristik petani yang berhubungan dengan kompetensi penyuluh pertanian tanaman pangan adalah status kepemilikan lahan terhadap penerapan metode penyuluhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardita et al, (2017) dengan judul Kinerja Penyuluh Pertanian Menurut Persepsi Petani: Studi Kasus di Kabupaten Landak. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Landak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian campuran (mix method) dengan strategi konkuren/satu waktu (concurrent strategy). Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran angket dan data hasil wawancara. Sumber data sekunder diperoleh dari BPS dan studi literatur. Responden dalam penelitian ini diambil dari

(5)

petani komoditas padi di Kabupaten Landak dengan wilayah sampel penelitian Kecamatan Ngabang, Kecamatan Sengah Temila, dan Kecamatan Menyuke. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive berjumlah 90 orang dalam pengisian koesioner, 4 orang informan primer dan 3 orang informan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan deskriptif persentase. yakni untuk menggambarkan variabel-variabel yang berkaitan dengan kinerja penyuluh pertanian dengan menggunakan perhitungan angka indeks. Hasil analisis kuantitatif menunjukan bahwa berdasarkan penilaian responden kinerja penyuluh pertanian rata-rata berada pada kategori tinggi dengan persentase masing-masing: factor pembangunan sumber daya manusia (PSM) sebesar 71,33%, faktor pemindahan teknologi (PT) pertanian sebesar 70,09% dan faktor pengetahuan dan keterampilan metode penyuluhan sebesar 71,50%. Indikator yang menempati posisi paling tinggi diantaranya pengukuhan kegiatan social ekonomi, menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, dan metode penyuluhan kelompok/meeting. Teknik pengukuran kinerja penyuluh pertanian dilakukan menggunakan instrumen berbentuk skala likert 4 tingkatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari et al, (2015) dengan judul Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluhan dalam Pengembangan Padi Organik di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam pengembangan padi organik, faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam pengembangan padi organik dan perbedaan persepsi antara petani padi organik dan petani padi non organik terhadap kinerja

(6)

penyuluh dalam pengembangan padi organik. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini data ordinal, yang tidak dapat diolah secara aritmatika. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif, tabulasi yang digunakan untuk menganalisis analisis persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam pengembangan padi organik. Statistik non parametrik korelasi Rank Spearman yang digunakan untuk pembuktian hipotesis satu untuk melihat keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Serta Mann Whitney-U yang digunakan untuk pembuktian hipotesis kedua untuk melihat perbedaan persepsi petani padi organik dan Anorganik. Hasil dari analisis ini adalah hanya beberapa faktor saja yang mempengaruhi persepsi petani terhadap kinerja penyuluh seperti lama pendidikan, pengetahuan petani dan interaski sosial petani. Interaksi sosial sangat berpengaruh terhadap persepsi sebab dengan adanya interaksi antara penyuluh dan petani maka akan mampu menilai kinerja penyuluh. Penyuluh diharapkan mampu meningkatkan komunikasinya dengan petani, seperti sering datang kelapangan. Selanjutnya, untuk mengoptimalkan kinerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya mengembangkan padi organik di Kecamatan Pagelaran, utamanya yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan tingkat kualitas hasil yang dicapai sesuai dengan harapan diperlukan langkah yang dipandang relevan dalam pembinaan penyuluh adalah dengan cara memberikan kesempatan bagi penyuluh meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan dan penyuluhan atau training dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Padillah et al, (2018) dengan judul Persepsi Petani tentang Kinerjaan Penyuluh dalam Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan

(7)

Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat persepsi petani tentang kinerjaan penyuluh dalam peningkatan produksi padi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi petani tentang kinerjaan penyuluh dalam peningkatan produksi padi. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial (Path Analysis) yang dilengkapi dengan data kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi sampe Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat persepsi petani tentang kinerjaan penyuluh dalam peningkatan produksi padi sudah cukup baik, berarti penyuluh sudah cukup berkinerja dan sudah menjalankan kinerjaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya di dalam program Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai; dan (2) faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap tingkat persepsi petani tentang kinerjaan penyuluh dalam peningkatan produksi padi adalah luas penguasaan lahan, dan intensitas interaksi petani dengan penyuluh. 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian merupakan proses menyebarkan informasi yang berguna dan yang diperlukan bagi petani. Informasi tersebut dapat berupa inovasi dari pengalaman lapang atau hasil dari penelitian. Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah untuk membantu para petani/nelayan beserta keluarganya agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan usahataninya. Kedepannya diharapkan dengan adanya penyuluhan dapat membantu terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan serta sikap pada diri

(8)

petani. Menurut penelitian dari Marliati et al, (2008) tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk meningkatkan kapasitas (keberdayaan) dan kemandirian petani, maka kinerja penyuluhan adalah kinerja yang mengacu kepada konsep-konsep pemberdayaan yaitu yang mampu meningkatkan kapasitas (keberdayaan) dan kemandirian petani. Penjelasan tersebut juga diperkuat oleh Vintarno et al, (2019) bahwa tujuan dari penyuluhan pertanian adalah sebagai pemberdayaan petani hingga petani tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan memberikan perlindungan hukum dan keadilan, hal ini menjadi point penting yang juga diperhatikan pemerintah.

Penyuluhan pertanian menurut undang-undang no 16 tahun 2006 (UUSP3K) tentang sisitem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan serta sumber lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. Menurut UU SP3K No 16 tahun 2006 indikator penyuluhan dibagi kedalam sembilan aspek, yaitu sebagai berikut :

1. Tersusunnya data potensi wilayah

2. Tersusunnya program penyuluhan pertanian

3. Tersusunnya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian

4. Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian kepada pelaku utama 5. Tumbuh kembangnya kelembagaan petani

(9)

7. Meningkatnya akses pelaku utama terhadap informasi pasang, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan.

8. Meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama 9. Meningkatnya pendapatan pelaku utama.

2.2.2 Sumber Penyuluhan Pertanian

Sumber penyuluhan pertanian merupakan sumber materi penyuluhan yang paling awal saat akan dilakukannya penyuluhan pertanian. Sumber penyuluhan pertanian ini dapat berupa tenaga penyuluh pertanian, lembaga penyuluhan pemerintah, lembaga penyuluhan swasta, atau lembaga penyuluhan swadaya yang telah melakukan penelitian yang berguna untuk menghasilkan teknologi penelitian. Menurut penelitian dari Fatchiya et al, (2016) inovasi teknologi pertanian berkinerja penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian, mengingat bahwa peningkatan produksi melalui perluasan lahan (ekstensifikasi) sulit diterapkan di Indonesia, di tengah-tengah konversi lahan pertanian produktif ke non pertanian semakin meluas. Inovasi teknologi pertanian ini tidak aka nada manfaatnya jika petani tidak menggunakannya. Mengingat bahwa petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian yang dimana petani juga memiliki kinerja untuk meningkatkan produktivitas dari hasil pertanian.

2.2.3 Penyuluhan Sebagai Suatu Proses

Salah satu pendidikan nonformal yang diberikan kepada keluarga petani di pedesaan adalah penyuluhan pertanian. Proses dari pendidikan tersebut memiliki tujuan jarak pendek dan jarak panjang. Tujuan jarak pendek dari proses tersebut adalah petani diharapkan mampu mengubah perilaku seperti sikap, tindakan, dan pengetahuannya dan tujuan jarak panjangnya adalah petani dapat meningkatkan

(10)

kualitas kehidupannya. Penjelasan diatas diperkuat dengan penelitian dari Putra BM et al, (2016) bahwa penyuluh pertanian berkinerja sebagai pendidik bagi petani merupakan sarana proses pembelajaran guna meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien dan ekonomis.

2.2.4 Persepsi

Pengertian persepsi secara umum adalah mengenali, menyusun, dan menafsirkan sebuah informasi untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau lingkungan. Ali et al, (2018) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan dengan inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap apa yang dilihat, dirasakan dan didengar. Penjelasan dari Ali et al, (2018) diperkuat penelitian dari Sarlito W. Sarwono (dalam Listyana & Hartono, 2015) bahwa persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada saat seseorang meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat pengindraan.

2.2.5 Komponen Pembentuk Persepsi

Pembentukan persepsi seseorang tidak bisa terjadi begitu saja, melainkan pembentukan persepsi tersebut perlu melewati beberapa tahapan yang penting.

(11)

Awalnya seseorang itu menerima sebuah rangsangan yang bisa berupa penglihatan atau pendengaran, kemudian terjadi respon dan terbentuklah persepsi itu. Menurut Walgito (dalam Arifin et al, 2017) ada 4 tahapan pembentukan persepsi, yaitu : 1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman

atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis , merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

4. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani

Terbentuknya suatu persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang. Faktor tersebut yang dapat menentukan cara pandang setiap individu ke individu lainnya. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Restiyanti Prasetijo (dalam Arifin et al, 2017) bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi, dapat dikelompokan dalam dua faktor utama yaitu:

1. Faktor internal, meliputi : a. Pengalaman

(12)

c. Penilaian

d. Ekspektasi / pengharapan, dan 2. Faktor eksternal, meliputi :

a. Tampakan luar b. Sifat – sifat stimulus c. Situasi lingkungan

Menurut penelitian Toha (dalam Arifin et al, 2017) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal

Perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal

Latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

2.4 Karakteristik Petani

Karakteristik petani adalah sifat yang melekat pada diri petani yang terbentuk dari faktor internal dan faktor eksternal. Karakteristik petani juga ditentukan dari terbentuknya rangsangan yang diterima oleh panca indera. Manyamsari & Mujiburrahmad, (2014) mengungkapkan petani sebagai manusia yang hidup bermasyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari berbagai hal baru, dan mengikuti setiap perkembangan yang ada. Hal ini, akan membentuk karakteristik petani yang

(13)

berhubungan dengan dengan tingkat kompetensi mereka dalam berusaha tani. Karakteristik ini akan mencerminkan perilaku yang menggambarkan motivasi, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul dalam berusaha tani.

1. Faktor Internal

Waldi et al, (2019) menjelaskan faktor internal merupakan faktor utama yang terdapat dalam diri seseorang yang mampu mengarahkan kekuatan berdasarkan tuntutan pribadi sesorang sehingga dapat mempengaruhi sebuah keputusan atau keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.

a. Umur

Ukkas, (2017) mengemukakan bahwa tingkat usia produktif yaitu 15-50 tahun dapat beradaptasi dengan cepat dengan tugas yang baru serta mudah memahami dan menggunakan teknologi. Namun lain halnya dengan pekerja usia non produktif, di mana kemampuan fisik yang tentunya semakin berkurang dan sulit beradaptasi dengan teknologi, sehingga produktivitas kerjanya pun akan menurun.

b. Pendidikan Formal

Pendidikan formal yaitu pendidikan yang berada pada sekolah. Menurut Yani Diarsi Eka, (2010) pendidikan formal juga akan mempengaruhi perilaku, pola pikir, kreatifitas, dan ketrampilan dalam melakukan usahataninya dan kehidupan bermasyarakat.

c. Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman berusaha tani yang dilakukan oleh petani akan mempengaruhi keputusan atau persepsi yang akan diambil oleh petani.

(14)

d. Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan beban kelurga yang menjadi tanggungan petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Faktor Eksternal

Waldi et al, (2019) menyatakan Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan tempat seseorang bekerja yang dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan.

a. Luas Wilayah Kerja

Luas wilayah kerja merupakan luas lahan yang digarap oleh petani yang berhubungan dengan pendapatan dari hasil panen pada lahan tersebut. Semakin luas lahan yang digarap semakin tinggi pula pendapatan yang didapat.

b. Partisipasi

Partisipasi merupakan intensitas kedatangan patani pada kegiatan penuluhan yang berhubungan dengan langsung dengan persepsi petani.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang persepsi petani terhadap kinerja penyuluhan pertanian di Dusun Klerek Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap apa yang dilihat, dirasakan dan didengar. Tolak ukur untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian maka ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini meliputi X1 Inisiator, X2 Motivator, X3 Edukator, X4 Komunikator, X5 Fasilitator. Variabel Y adalah persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di Desa Torongrejo dengan kategori pengukurannya sebagai beriku: (1) Sangat Kurang Baik; (2)

(15)

Kurang Baik; (3) Cukup Baik; (4) Baik dan (5) Sangat Baik. Berdasarkan pada teori yang dijelaskan oleh Sirnawati, (2020) yang menyatakan bahwa ada empat kinerja penyuluh modern yang penting, yakni sebagai kinerja pemberdayaan (empowerment role), kinerja mengorganisasikan komunitas (community-organizing role), kinerja dalam pengembangan sumber daya manusia, dan kinerja dalam pemecahan masalah dan pendidikan (problem-solving and education role). Pentingnya kinerja tersebut menuntut penyuluh pertanian untuk selalu dapat meningkatkan kapasitasnya terutama dalam memperkaya materi penyuluhan. (Sabir et al., 2018). Hal ini juga diperjelas oleh dalam Iskandar et al., (2020) menyatakan bahwa penyuluh merupakan aktor kunci dalam sistem pendampingan desa sebagai agen pelaksana yang bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan masyarakat.

(16)

Bagan 1. Alur Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga petani yang tergabung dalam kelompok wanita tani memiliki persepsi terhadap kinerja penyuluh pertanian (inisiator, motivator, edukator, komunikator dan fasilitator) berada pada kategori sangat baik.

2. Diduga kinerja penyuluh pertanian (inisiator, motivator, edukator, komunikator dan fasilitator) berpengaruh yang signifikan terhadap persepsi petani yang tergabung dalam kelompok wanita tani..

Kinerja Penyuluh (X) : X1 : Inisiator X2 : Motivator X3 : Edukator X4 : Komunikator X5 : Fasilitator Persepsi Petani (Y) Penyuluh Pertanian Petani SKB : Sangat Kurang Baik KB : Kurang Baik CB : Cukup Baik B : Baik SB : Sangat Baik

Referensi

Dokumen terkait

Harus dibentuk suatu Komite Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat (yang selanjutnya disebut sebagai

Dalam penelitiannya mengunakan analisi data fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi transedental.hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil regresi menunjukan

Hasil yang diperoleh dari penilaian postur dengan metode RULA aktivitas MMH pengangkatan dan membawa galon air mineral secara manual pada gedung bertingkat adalah

Derajat Desentralisasi tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 8,57%, kemudian pada tahun 2014 dan 2016 terjadi peningkatan yaitu 8,11% dan 8,23% , dengan demikian dapat

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis kecacatan beras organik yang tidak sesuai dengan standar mutu APOB (Asosiasi Petani Organik Boyolali),

Setelah dilakukan implementasi sistem informasi Student Performance Indicator Systems dapat membantu proses pengawasan ( monitoring ) yang dilakukan oleh pihak School of

Berdasarkan penelitian yang telah diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan dari model latihan dengan permainan target terhadap