• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL CONNECTED TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS I KARANGASEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL CONNECTED TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS I KARANGASEM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL CONNECTED TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS I KARANGASEM

Lh Eka Yanti1,, Gd. Sedanayasa2, Syahruddin3

1,3 Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email : ekayanti135@yahoo.co.id1, gede_sedanayasa@yahoo.co.id2, syahruddin@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional kelas V SD Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 194 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 5 Karangasem yang berjumlah 23 orang dan siswa kelas V SDN 3 Karangasem yang berjumlah 26 orang. Data prestasi belajar matematika dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk obyektif. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (thitung > ttabel) siswa kelas V SD Negeri Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu tipe connected adalah 15,89 lebih besar dari rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional adalah 12,19. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu tipe connected berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci: model pembelajaran connected, prestasi belajar

Abstract

The aim of this study is to find out the difference of mathematic learning achievement between students treated with connected guided learning method and students treated with conventional teaching technique in grade V elementary school in Gugus I Karangasem District, Karangasem Regency in the academic year 2013/2014. This study is a quasi experiment. The population is 194 students in grade V of elementary school in Gugus I Karangasem District, Karangasem Regency in the academic year 2013/2014.

The samples are grade V of SDN 5 Karangasem, which is consist of 23 students, and grade V of SDN 3 Karangasem which is consist 26 students. The data of mathematic learning achievement is collected by using objective test. The data collected then analyzed using descriptive and inferential statistic (t-test). The result of this study find out that there is a significant difference of mathematic learning achievement between a group of students treated with connected guided learning method and a group of students treated with conventional teaching technique (thitung>ttabel) in grade V elementary school in Gugus I Karangasem District, Karangasem Regency in the academic year 2013/2014.

The average of mathematic learning achievement of students treated with connected learning method is 15.89, which is bigger than the average of mathematic learning achievement of students treated with conventional teaching technique, which is only

(2)

12.19. It means that the application of connected guided learning method affects the mathematic learning achievement of grade V elementary school students in Gugus I Karangasem District, Karangasem Regency in the academic year 2013/2014.

Keywords: connected guided learning, learning achievement

PENDAHULUAN

Indonesia kini memasuki era globalisasi. Pada era globalisasi ditandai dengan kompetisi di segala bidang kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang tinggi, menuntut modal insani yang cerdas dengan jati diri yang dilandasi kepribadian bangsa yang kuat.

Salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi adalah matematika. Maka dari itu, matematika menjadi salah satu ilmu dasar yang wajib diajarkan di sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga jenjang yang lebih tinggi.

Cokroft (dalam Uno dan Kuadrat, 2009) mengemukakan tentang mengapa matematika diajarkan. Hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi sains, perdagangan dan perindustrian dan karena matematika itu menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigus serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi

Alasan tersebut diperkuat dengan tujuan umum diajarkannya matematika di berbagai jenjang sekolah seperti yang tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran. Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (dalam Soedjadi, 2010:43) tertulis sebagai berikut.

Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah:

1). Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2). Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan

sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pendidikan.

Berdasarkan adanya tujuan pengajaran matematika tersebut maka telah mengisyaratkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang tidak hanya berfungsi sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan lain tetapi juga sebagai ilmu yang berperan dalam membentuk seseorang menjadi suatu individu yang mampu menghadapi perubahan dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang. Ini merupakan pondasi kuat yang menjadi alasan matematika diajarkan dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang-jenjang selanjutnya.

Sejalan dengan tujuan pengajaran tersebut, tujuan matematika yang lebih spesifik tertuang dalam GBPP Matematika yang khusus untuk Pendidikan Dasar (dalam Soedjadi, 2010:44) dikemukakan sebagai berikut.

Tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah: 1). Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari- hari; 2). Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika; 3).

Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di jenjang pendidikan selanjutnya; 4). Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Dari uraian tujuan pengajaran matematika tersebut maka Soedjadi (2000) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu tujuan yang bersifat formal dan tujuan yang bersifat material. Tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada penataan penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat material lebih menekankan

(3)

kepada kemampuan menerapkan matematika.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak dalam rangka mempersiapkan anak dalam menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang. Dengan demikian matematika menempatkan diri sebagai sarana strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual

Pembelajaran matematika di sekolah dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran matematika telah tercapai sesuai harapan. Namun ketika harapan yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada maka timbul permasalahan. Hal ini juga berlaku dalam membelajarkan matematika di sekolah.

Pada kenyataannya pembelajaran matematika di sekolah khususnya di SD menunjukkan hasil yang belum sesuai dengan harapan. Masih banyaknya keluhan dari siswa tentang matematika yang sulit dimengerti, kurang menarik dan membosankan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah belum mencapai kata optimal. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka akan berpengaruh pada hasil belajar anak dan lama kelamaan akan berdampak pada prestasi belajar matematika anak

Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh jenjang pendidikan termasuk di beberapa sekolah dasar di Karangasem, seperti pada SD Gugus I Karangasem

Observasi awal dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 Desember 2013 dengan wali kelas/guru matematika yang ada pada SD Gugus I Karangasem menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar matematika siswa belum mencapai kriteria yang diharapkan.

Penyebab kurangnya ketercapaian prestasi belajar matematika siswa diakibatkan oleh rendahnya pemahaman konsep dalam diri siswa. Bahkan banyak siswa yang enggan

atau malas dalam belajar dan berlatih dalam mengerjakan soal matematika.

Permasalahan tersebut tentunya harus dicarikan solusi guna membantu siswa dalam memperbaiki bahkan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Penerapan model pembelajaran yang sesuai dapat membantu siswa dalam memperbaiki prestasi belajar matematika siswa. Penerapan model pembelajaran baru diharapkan akan membantu guru dalam membimbing siswa dan siswa juga akan merasakan perbedaan suasana belajar sehingga akan timbul suasana yang kondusif dalam pembelajaran matematika di sekolah. Di sekolah observasi memang telah menerapkan beberapa model pembelajaran yang inovatif tetapi khusus untuk matematika guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional saja. Hal tersebut terjadi disebabkan karena guru belum menemukan model pembelajaran yang dianggap pas dalam membelajarkan matematika. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan diujicobakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan masalah tersebut. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran terpadu tipe connected.

Pada hakekatnya pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip yang holistik dan otentik (Joni dalam Trianto, 2012). Pembelajaran terpadu yang dapat terlaksana dengan melibatkan beberapa konsep baik itu dalam satu bidang ilmu atau beberapa bidang ilmu.

Menurut Anitah (dalam Ahmadi,dkk 2012:57) menyatakan bahwa “pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”.

Selain itu Hernawan,dkk (2007:15) menyebutkan bahwa “pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan

(4)

memahami konsep-konsep yang mereka akan pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Jadi pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengkaitkan pokok bahasan tertentu dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dengan konsep lain yang dilakukan dengan spontan atau terencana baik dalam inter atau antar mata pelajaran yang nantinya diharapkan akan memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak sehingga dapat mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dengan baik.

Di dalam prakteknya, pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh guru dapat mengikuti pola pengintergrasian materi atau tema. Secara umum pola pengintergrasian materi atau tema pada model pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengintergrasian di dalam satu disiplin ilmu, pengintergrasian beberapa disiplin ilmu dan pengintergrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu.

Model keterhubungan adalah model intergrasi dalam satu disiplin ilmu. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintergrasikan satu konsep, keterampilan atau kemampuan dalam satu pokok bahasan atau sub bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi.

Dengan kata lain, pembelajaran terpadu tipe connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengkaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain, mengkaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lain, dan dapat mengkaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam satu bidang studi (Hadisubroto dalam Trianto, 2012).

Hasil yang didapatkan dengan pengujicobaan penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected tersebut akan dibandingkan dengan hasil penerapan model pembelajaran konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan suatu model pembelajaran yang paling efisien dalam pembelajaran yang bersifat menghapal (Sulaeman dalam Rasana, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran konvensional kegiatan belajar-mengajar didominasi oleh kegiatan ceramah yang menekankan hapalan tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa guru adalah sumber informasi dan sumber informasi tersebut sangat mempengaruhi proses belajar.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan melalui proses ceramah, tanya jawab dan penguasaan yang terus menerus melalui pemberian tugas oleh guru sampai guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti siswa. Pembelajaran seperti ini akan memberi dampak membosankan dan melemahkan semangat siswa dalam belajar. Siswa akan merasa sangat tergantung pada guru dalam melaksanakan informasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa model pembelajaran terpadu tipe connected sangat berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang dilaksanakan guru di sekolah. Perbedaan ini dapat dilihat dari langkah pembelajaran yang dilaksanakan serta metode yang digunakan dalam pembelajaran. Dengan adanya perbedaan antara model pembelajaran terpadu tipe connected dengan model pembelajaran konvensional diyakini akan memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dengan demikian tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara kelompok belajar yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelompok belajar yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu teori/model/strategi dengan cara

(5)

menerapkan perlakuan (treatment) pada suatu kelompok subyek penelitian yang disebut kelompok eksperimen, dengan menggunakan kelompok pembanding yang biasa disebut kelompok kontrol (Agung, 2011:4). Dalam penelitian ini yang diuji keefektifannya adalah pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected dengan pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SD.

Dalam melaksanakan penelitian ini tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian dapat dikontrol secara ketat. Maka dari itu penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment).

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem pada rentang waktu semester II (genap) Tahun Pelajaran 2013/2014

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent post-test only control group design.

Populasi penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus I Karangasem Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014. Gugus I Karangasem terbagi menjadi 7 sekolah yang terbagi menjadi 9 kelas.

Dari 9 kelas tersebut dilakukan uji kesetaraan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan sampel penelitian.

Berdasarkan uji kesetaraan yang dilakukan terdapat 7 kelas yang setara yaitu SDN 2 Karangasem, SDN 3 Karangasem, SDN 4 Karangasem, SDN 5 Karangasem (Kelas VA dan Kelas VB), SDN 10 Karangasem, SDN 12 Karangasem. Ketujuh kelas yang setara tersebut kemudian diundi untuk diambil 2 kelas yang selanjutnya akan digunakan sebagai sampel penelitian. Pengundian tersebut menghasilkan 2 kelas yaitu SDN 5 Karangasem (kelas VA) dan SDN 3

Karangasem. Kedua kelas ini diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian tersebut menghasilkan SDN 5 Karangasem (VA) sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Karangasem sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected, sedangkan pada kelas kontrol akan diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini melibatkan 2 variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.

Sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini adalah model pembelajaran terpadu tipe connected yang diterapkan pada kelas eksperimen dan model pmebelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode tes.

Jenis instrumen yang digunakan adalah berupa tes obyektif. Tes tersebut kemudian diuji coba lapangan untuk mencari validitas, reabilitas, taraf kesukaran, daya beda dan hasil dari analisis pengecohnya, sehingga didapatkan butir tes untuk posttest sebanyak 20 soal. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Data penelitian ini adalah skor prestasi belajar matematika siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian melalui tes prestasi belajar matematika dapat dilihat pada Tabel 1.

.

(6)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Prestasi Belajar Matematika.

Data

Statistik

Prestasi Belajar Matematika Kelompok

Eksperimen

Kelompok Kontrol

Mean 15,89 12,19

Median 16,89 12,17

Modus 17,17 12,10

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa mean data prestasi belajar matematika kelompok eksperimen = 15,89, median = 16,89 dan modus = 17,17. Sedangkan mean kelompok kontrol = 12,19, median = 12,17 dan modus = 12,10. Dari hasil deskripsi data yang telah didapatkan bahwa pada kelas eksperimen Mo>Md>M sedangkan pada kelompok kontrol Mo<Md<M

Hasil penelitian dengan tes prestasi kedua kelas ini dapat digambarkan ke dalam bentuk kurva poligon. Data hasil prestasi belajar matematika kelompok eksperimen dalam bentuk kurva poligon dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Poligon Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 1, sebaran data kelas eksperimen menunjukkan kurva poligon juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Hasil konversi mean kelas eksperimen ke dalam PAP skala lima menunjukkan bahwa mean kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi.

Data hasil prestasi belajar matematika kelompok kontrol dalam bentuk kurva poligon dapat dilihat pada Gambar 2..

Gambar 1. Kurva Poligon Prestasi Belajar Matematika Kelas Kontrol.

Berdasarkan Gambar 2, sebaran data kelas kontrol menunjukkan kurva poligon juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Hasil konversi mean kelas eksperimen ke dalam PAP skala lima menunjukkan bahwa mean kelas kontrol berada pada kategori tinggi.

Perbandingan hasil perhitungan rata- rata prestasi belajar matematika kelas eksperimen adalah 15,89 lebih besar dari rata-rata prestasi belajar matematika kelompok control sebesar 12,19.

Selain itu, hasil penelitian berdasarkan lembar observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada kedua kelas menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih produktif, agresif, komunikatif dan interaktif dibandingkan dengan kelas kontrol. Pengamatan dengan lembar observasi dilakukan secara subyektif dari sudut pandang peneliti dan wali kelas/guru

Mean = 12,19

Median = 12,17

Modus = 12,10

Mean = 15,89

Median = 16,89

Modus = 17,17

(7)

bidang studi matematika pada kelas eksperimen ataupun kelas kontrol.

Hasil penelitian berdasarkan tes prestasi belajar matematika akan diuji hipotesis menggunakan Uji-t. Namun sebelum diuji hipotesis dilakukan, hasil penelitian tersebut akan diuji prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat yang dimaksud adalah uji normalitas dan homogenitas.

Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa hasil

penelitian dengan tes prestasi belajar matematika berdistribusi normal namun varians kedua kelompok tidak homogen.

Untuk itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus separated varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 thitung ttabel Prestasi

Belajar Matematika

Eksperimen 23 15,89 3,81

5,29 2,067 Kontrol 26 12,19 8,32

Keterangan:

N = jumlah data, X= mean, s2 = varians Berdasarkan tabel hasil perhitungan

uji-t di atas, diperoleh nilai thitung sebesar 5,29. Sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,067. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung >

ttabel), sehingga H0 ditolak atau Ha diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran terpadu tipe connected dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014.

Pembahasan

Deskripsi data yang diperoleh melalui data hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model terpadu tipe connected memiliki prestasi belajar matematika (ranah kognitif) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini didasarkan pada rata- rata skor prestasi belajar matematika (ranah

kognitif) baik pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected ataupun pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji t diketahui nilai thitung = 5,29 dan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5%=

2,067. Hasil dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajartan terpadu tipe connected dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected merupakan suatu pembelajaran dengan mengkaitkan satu konsep dengan konsep lain dalam satu disiplin ilmu. Dengan demikian materi yang disajikan akan terstuktur dengan lebih jelas dan sistematis

Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, proses pembelajaran terpadu tipe connected lebih

(8)

bermakna bagi anak dengan adanya jalinan antar konsep dalam suatu materi sehingga pemahaman anak mengenai materi tersebut akan bertahan lama. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Tim Pengembang PGSD (1996/1997) bahwa pembelajaran terpadu memiliki kelebihan daripada pembelajaran konvensional diantaranya seluruh kegiatan belajar akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak serta seluruh kegiatan belajar akan lebih bermakna sehingga hasil belajar anak akan bertahan lama.

Pada hakekatnya setiap bidang ilmu memiliki jalinan konsep didalamnya yang tidak dapat dipisahkan, hal ini juga berlaku pada matematika. Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang memiliki jalinan konsep satu dengan yang lain di dalamnya.

Dalam mempelajari matematika, seseorang harus senantiasa memahami konsep-konsep dasar yang merupakan syarat mutlak dalam melanjutkan pada konsep selanjutnya. Dengan penerapan pembelajaran model pembelajaran terpadu tipe connected ini, konsep-konsep dalam matematika akan senantiasa terjalin secara sistematis sehingga akan membentuk konsep yang kuat pada diri anak. Dengan kuatnya konsep yang tertanam pada anak secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada hasil belajar anak dan terakhir akan mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah.

Hal ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected dibandingkan menerapkan model pembelajaran konvensional. Tetapi melihat hal ini bukan berarti model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang tidak patut untuk diterapkan hanya saja dalam penerapannya dirasa model pembelajaran konvensional tidak cocok dalam membelajarkan matematika pada khususnya. Ini disebabkan selain dalam matematika terdapat jalinan konsep satu dengan yang lain, dalam matemnatika juga menuntut kecerdasan anak dalam menemukan sendiri konsep- konsep matematika yang baru melalui proses cerna terhadap konsep yang telah dimiliki anak.

Dari segi kognitif, hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected lebih unggul daripada penerapan model pembelajaran konvensional. Selain dari segi kognitif, hasil penelitian melalui lembar observasi yang dilakukan pada kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen (kelas yang belajar menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected) sikap dan prilaku siswa bias dikatakan lebih produktif, agresif, komunikatif dan interaktif dibandingkan dengan kelas kontrol (kelas yang belajar dengan menerapkan model pembelajaran konvensional).

Perbedaan prestasi belajar matematika baik dari segi kognitif ataupun sikap dan prilaku pada kelas yang menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelas yang menerapkan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan dan langkah- langkah pembelajaran serta proses penyampaian materi. Selain itu faktor lain yang dapat dikatakan sebagai penyebab perbedaan hasil penelitian ini adalah perbedaan individu dan karakter siswa pada kelas kontrol dan eksperimen, lingkungan belajar siswa dan perbedaan komitmen pengembangan diri pada guru.

Pembelajaran terpadu tipe connected pada penelitian ini dikemas dengan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa. Artinya, pada penelitian ini siswalah yang menjadi pelaku aktif dalam pembelajaran. Siswa akan menggali ingatannya mengenai suatu konsep dan akan mengakaitkan dengan konsep lain sehingga akan terjalin suatu konsep yang utuh. Selain itu dalam penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected ini siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan secara instan dari penjelasan guru, tetapi mereka akan memperoleh pengetahuan melalui proses yang bias dikatakan mandiri, salah satunya melalui diskusi.

Dengan keterlibatan metode diskusi dalam proses pembelajaran lebih mendorong anak lebih mandiri dalam belajar meskipun masih dalam pengawasan dan bimbingan guru. Anak akan berdiskusi dengan teman-temannya, mereka akan menemukkan sendri konsep-konsep yang

(9)

harus mereka pahami untuk bekal dalam mempelajari konsep selanjutnya. Selain itu, mereka juga akan belajar bersosialisai dengan teman-temannya, akan belajar menghargai pendapat orang lain, yang pada akhirnya mereka akan belajar lebih menghormati orang lain.

Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, pembelajaran konvensioanal adalah suatu pembelajaran yang masih menjadikan guru sebagai pusat belajar atau dengan kata lain sebagai gudang ilmu. Hal ini akan menyebabkan konsep yang dimiliki anak akan terbatas dengan pengetahuan guru saja, selain itu perkembangan anak juga sedikit terhambat. Anak akan sangat bergantung pada guru, kurang mampu memecahkan permasalahan, anak akan kurang memahami sebenarnya untuk apa mereka mempelajari konsep yang mereka dapatkan dari guru

Penelitian mengenai uji coba penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected juga dilakukan oleh Gusti Ayu Komang Desy Nataliastari (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu Komang Desy Nataliastari bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh model pembelajaran terpadu tipe connected terhadap hasil belajar matematika dengan membandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian Gusti Ayu Komang Desy Nataliastari ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelompok belajar yang belajar dengan model konvensional. Selain itu rata-rata kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected berada pada kategori sangat tinggi dan kelompok belajar yang belajar dengan model pembelajaran konvensional berada pada kategori tinggi.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu Desy Nataliastari, penelitian serupa juga dilakukan oleh Ni Wayan Yunitha Sari (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yunitha Sari menitikberatkan penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected pada hasil belajar IPA yang dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Gusti Ayu Desy Nataliastari. Penelitian ini menunjukkan bahwa uji coba penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected pada mata pelajaran IPA menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dari hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran konvensional.

Dengan adanya penelitian lain mengenai model pembelajaran terpadu tipe connected yang dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran matematika ataupun mata pelajaran IPA, telah memberikan gambaran bahwa penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected memiliki indikasi dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan kognitifnya. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar. Selain itu pengamatan dengan lembar observasi menunjukkan adanya dampak positif dengan diterapkannya model pembelajaran terpadu tipe connected.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka simpulan penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran terpadu tipe connected dan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional kelas V SD Negeri Gugus I, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014.

Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Disarankan kepada guru agar mengggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif, misalnya model pembelajaran terpadu tipe connected dalam melakukan pembelajaran di kelas, khususnya dalam matematika karena model ini sesuai dengan karakteristik matematika yang terdiri dari konsep-konsep yang tidak dapat dipisahkan serta dapat mencari cara mengajar yang lebih efektif dan menarik sehingga siswa terpacu dalam belajar.

Selain itu diharapkan dapat menjadi motivator dalam merangsang kreatifitas

(10)

siswa sehingga motivasi siswa dalam belajar lebih besar. Kemudian saran ditunjukkan kepada sekolah untuk lebih memperhatikan beberapa hal pokok yaitu instrumen dalam belajar, aktivitas pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasinya harus melalui autentik assesmen. Saran juga ditunjukkan kepada orang tua siswa hendaknya untuk lebih berpartisipasi dan berperan aktif dalam pendidikan anak. Pada dasarnya keberhasilan pendidikan seorang anak tergantung pada kerjasama yang terjalin baik antara pihak orang tua dan sekolah.

Dan yang terakhir disarankan kepada peneliti yang berminat agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model terpadu tipe connected terhadap prestasi belajar matematika maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala- kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede.2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Ahmadi, Iif Khoiru 2012. Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007.

Pembelajaran Terpadu di SD.

Jakarta:Universitas Terbuka

Nataliastari, Gusti Ayu Komang Desy. 2013.

Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Gugus VI Sangsit Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.

Skripsi (tidak ditertibkan). Jurusan PGSD, UNDIKSHA Singaraja

Rasana, Raka. 2009. Laporan Sabbatical

Leave Model-Model

Pembelajaran.Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha

Sari, Ni Wayan Yunitha. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri di Desa Petiga Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan).

Jurusan PGSD, UNDIKSHA Singaraja.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Penelitian Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Pengembang

PGSD.1996/1997.Pembelajaran

Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Singaraja : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Trianto, 2012. Model Pembelajaran Terpadu.

Jakarta:Bumi Aksara

Uno, Hamzah B. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran.

Jakarta:Bumi Aksara

Gambar

Gambar 1. Kurva Poligon Prestasi Belajar  Matematika Kelas Eksperimen  Berdasarkan Gambar 1, sebaran data  kelas  eksperimen  menunjukkan  kurva  poligon  juling  negatif  yang  berarti  sebagian  besar skor cenderung tinggi

Referensi

Dokumen terkait

10.3 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan volume bangun ruang sisi sisi datar 10.4 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan. dengan volume bangun ruang

Pengambilan sampel permeabilitas tanah di tegalan dan di permukiman pada wilayah penelitian .... Konstruksi teras yang terlalu miring dan keadaan talud tanpa

Namun, jika user memberi interupsi untuk melakukan pengendalian terhadap sistem mobil (penguncian dan alarm ), maka minimum system akan bertindak untuk mengolah data

 Memberikan sebuah media pembelajaran yang baru untuk mempelajari Bahasa Jawa dengan mudah dan menyenangkan.  Melestarikan Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Bentuk pergerakan robot dengan posisi wajah di tengah window, robot bergerak lurus dengan dengan kecepatan Roda motor A dan roda motor B sama, sedangkan posisi

Indeks nilai penting dan SDR lima jenis dominan vegetasi dasar yang ditemukan di bawah tegakan Jati Emas dan Jati Putih di kampus Universitas