• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG FLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG FLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG FLANEL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK

Cokorda Istri Ratih Komala Dewi

1

, I Komang Ngurah Wiyasa

2

, Ni Wayan Suniasih

3

,

1

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: cokratih.komaladewi@gmail.com

1

, komang.wiyasa@yahoo.com

2

,

wyn_suniasih@yahoo.com3

Abstrak

Penelitaian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara setelah penerapan metode bercerita melalui media wayang flanel pada anak kelompok B4 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok B4 semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar yang berjumlah 15 orang terdiri dari 3 orang anak perempuan dan 12 orang anak laki-laki. Objek penelitian adalah kemampuan berbicara anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakakukan dengan metode observasi.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase kemampuan berbicara anak kelompok B4 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar sebesar 20%. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase Kemampuan Berbicara anak pada siklus I 65,00%

dengan kriteria sedang menjadi sebesar 85,00% pada siklus II yang ada pada kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita menggunakan media wayang flanel mampu meningkatkan Kemampuan Berbicara anak kelompok B4 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci: metode bercerita, wayang flanel, berbicara

Abstract

This study aimed to increase the speaking ability after the application of the story telling method through media flannel puppets for the children in group B4 of Kindergarten Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. This type of research was a classroom action research (CAR) conducted using two cycles. The subject in this study was the group B4 of Kindergarten Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. amounting 15 children, consisting of 3 female children and 12 male children. The object of this research was speaking ability for child. The data collection of this research was conducted observation. The data method analysis used descriptive statistical analysis method and quantitative descriptive analysis method. The results showed that an increase in speaking ability of group B4 of 20%. It can be seen from increase in the average percentage of the speaking ability of children in cycle I was 65,00% with the criteria being amounted to 85,00% in the second cycle II which was on high criteria. It can be concluded that the implementation of the storytelling method using media flannel able to improve speaking ability of children group B4 at Kindergarten Kemala Bhyangkari 1 Denpasar academic year 2015/2016.

Keywords : storytelling, puppet flannel, the speaking ability

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan, dalam arti usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat, dan segala usia. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk membantu memanusiakan manusia. Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang lebih baik lagi sehingga menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang sudah diharapkan (Suyadi, 2010). Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Rentang usia anak usia dini berada pada usia 0-8 tahun anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat dalam berbagai aspek perkembangan.

Anak memiliki potensi yang masih harus dikembangkan, karena memiliki karakteristik yang berbeda. Anak selalu aktif, dinamis, antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan hal-hal yang baru dan menarik baginya. Dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang anak dapatkan serta memberikan pada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, dilakukan dengan cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang dilakukan secara berulang-ulang serta melibatkan seluruh kecerdasan anak (Sujiono,2012:7).

Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini dengan prinsip bermain seraya belajar dunia anak merupakan dunia bermain, anak belajar melalui permainan atau bermain. di taman kanak- kanak (TK), permainan atau bermain, membuat anak senang melakukan berbagai aktivitas, dari aktivitas yang dilakukananak-anak berlatih dan memperoleh pengalaman yang akan membentuk pengetahuan dan kemampuannya.Tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mengembangkan beberapa aspek-aspek perkembangan anak meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik-motorik dan seni.

Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak dengan cara berkomunikasi. Melalui komunikasi inilah anak dapat menyampaikan maksud maupun perasaannya. Media wayang flanel dapat melatih perkembangan bahasa pada anak, karena anak secara sepontan akan melakukan bahasa lisan dengan cara menceritakan apa yang ia bawakan ketika anak bermain wayang melalui imajinasinya, media wayang flanel memilki bentuk, warna, ukuran dan bahan yang berbeda sehingga akan lebih mudah di ingat pada anak. Media wayang flanel ini mudah didapatkan di sekitar lingkungan anak atau pun dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Bercerita dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas siswa agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan berbicara pada anak. Guru harus mampu memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya metode atau model pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan siswa. Guru dihadapkan pada sejumlah metode-metode pembelajaran yang ada, serta media pendukung untuk memperlancar proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode- metode pembelajaran serta media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Segala upaya ini dilakukan guru agar dapat mengembangkan seluruh aspek

(3)

perkembangan pada anak salah satunya yaitu aspek perkembangan bahasa.

Metode bercerita merupakan metode yang dilaksanakan untuk menyampaikan ataupun menjelaskan dan memberikan keterangan dengan cara lisan melalui cerita. Media wayang flanel merupakan media yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik serta membantu kemampuan berbicara pada anak.

Bercerita memiliki maksud yang mirip dengan dongeng. Dongeng merupakan cerita kisah masa lalu yang berisi pesan moral dan mengandung makna hidup. Sedangkan cerita disampaikan tidak terikat dengan masa lalu, tetapi bisa juga disampaikan melalui cerita masa kini dan masa depan.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang didengarkan dengan rasa menyenangkan, karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik. Jadi Bercerita meupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan dengan maksud memberikan informasi atau dongeng yang berisi pesan moral dan dapat mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak. Melalui metode bercerita pendidik memiliki berbagai manfaat seperti, memberikan pengalaman belajar untuk melatih pendengaran sehingga memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, sosial, nilai-nilai agama dan moral. Pendidik harus mampu memberikan pengalaman belajar yang unik, membangkitkan semangat, minat, yang dapat menimbulkan keasyikan tersendiri dan menarik bagi anak.

Sehingga metode ini akan sangat disukai anak dengan media yang mendukung dan menarik bagi anak.Media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yangdigunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan kemauan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Media merupakan sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima, dengan adanya media akan dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemauan anak sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan anak untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan minat belajar mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran sangat banyak diantaranya media pembelajaran dapat memotivasi siswa dapat pembelajaran, memperjelas penyajian informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, dan dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

Salah satu kelebihan menggunakan media pembelajaran adalah dapat mempermudah guru dalam dalam mengajar dan mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran yang diberikan sehingga proses pembelajaran akan berjalan efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Menurut Sri Mulyono, Wayang adalah sebuah kata dari bahasa Indonesia (jawa), yang berarti bayang-bayang, atau bayang. Wayang disebut juga bayangan yang melayang dan tidak stabil atau tidak pasti. Menurut mertosedono, Wayang merupakan penggambaran tentang sifat dan karakter manusia di dunia. Karena penggambaran dalam cerita yang mencerminkan sifat- sifat dan karakter manusia secara khas, sehingga banyak yang tersugesti. Padahal sebenarnya semua itu hanya semu (bayangan), bukanlah kejadian yang sesungguhnya atau nyata. Flannel adalah jenis kain yang dibuat dari serat wol tanpa ditenun, kain jenis ini dibuat dengan proses pemanasan dan pengguapan sehingga menghasilkan kain dengan beragam tekstur dan jenis, (intania, 2015:8).

Media wayang flanel merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk

(4)

mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak, karena media wayang tampilannya menarik, aman bagi anak, dan dapat dimainkan guru maupun anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Jadi media wayang merupakan penggambaran dan bayang-bayang dalam cerita yang mencerminkan sifat-sifat atau karakter secara khas. media yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak, karena media wayang tampilannya menarik, aman bagi anak, dan dapat dimainkan guru maupun anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dapat disimpulkan media wayang flannel merupakan suatu media yang memberikan daya tarik tersendiri bagi anak-anak dalam memerankan karakter wayang yang akan dimainkan sesuai dengan imajinasi yang dimiliki.

Bahasa merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan, dan pengalaman.

Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya.

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa merupakan cara untuk mengutarakan isi perasaan, pikiran, gagasan, kepada seseorang dengan alat ucapnya. Kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan

bahasa reseptif dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar. Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif yang membentuk arti.

Perkembangan berbicara pada anak tidak lepas dari kenyataan adanya perbedaan kecepatan dalam berbicara, maupun kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa. Anak yang satu dapat lebih cepat, lebih luwes, lebih rumit dalam mengungkapkan bahasanya, ataupun lebih lambat dari yang lain.

Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara, hingga mengekspresikannya dengan komunikasi. Kemampuan berbicara adalah “suatu ketentuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengucapkan bunyi atau kata-kata, mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaannya kepada orang lain secara lisan”.

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang sangat mendasar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan, dengan memiliki kosa kata yang banyak maka anak dapat berbicara lancar. Hal ini diperkuat oleh Tarigan (dalam Salimah, 2011:187) yang menyebutkan bahwa “semakin terampil seseorang dalam berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya”.

Tarigan (dalam Salimah, 2011:187) menyatakan bahwa berbicara adalah

“kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(5)

berbicara merupakan kemampuan dalam menyampaikan suatu maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain dan mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, apabila penerapan metode bercerita Melalui Media wayang flaneldapat diterapkan dengan baik dan efesien, maka cenderung dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B4.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara setelah diterapkan Metode Bercerita Menggunakan Media Wayang Flanel Pada Anak Kelompok B Di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2015/2016. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 yang berjumlah 15 anak, yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 12 anak laki- laki. Adapun objek penelitian ini adalah Kemampuan Berbicara menggunakan wayang flanel.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bertujuan untuk membantu menikatkan mutu pendidikan serta melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran.

Terkait dengan hal tersebut, Agung (2010:24) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Sedangkan Lewin (dalam Kunandar, 2008:42) menyatakan bahwa

“penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi”. Sementara itu

menurut Bogdan & Biklen, (dalam Kunandar, 2008:43) “penelitian tindakan merupakan pengumpulan informasi yang sistematis yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial”.

Kunandar (2008:45) menyimpulkan bahwa

“penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru dalam mengajar dengan tujuan agar dapat memperbaiki strategi dalam kegiatan proses belajar mengajar serta menambah pengetahuan yang dimiliki guru sehingga, dapat memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan kebutuhan anak di dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Fokus dalam penelitian yang digunakan adalah kemampuan berbicara.

Sedangkan tindakan penelitian yang digunakan adalah metode bercerita menggunakan media wayang flanel.

anak tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak dapat mengungkapkan perasaanya terhadap seseorang. Pemahaman anak dalam kemampuan berbicara adalah menggucapkan kalimat sederhana dalam berkomunikasi, menyelesaikan kata dengan benar dan jelas, memperbaiki kesalahan ketika berbicara, melakukan pengulangan, berbicara tentang segala sesuatu yang sedang dilakukan menceritakan dengan bila anak sudah dapat berbicara menggungkapkan pendapatnya maka ia tidak akan mengalami kesulitan untuk berbicara.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan dalam menyampaikan gagasan, pemikiranya atau perasaannya dengan cara berkomunikasi Misalnya anak menerapkan struktur tata bahasa dan kalimat-kalimat yang agak rumit. Kalimat majemuk sederhana, contoh: ayo nyanyi dan nari. Adapun indikator yang digunakan adalah (1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, (2) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap, (3) Melanjutkan sebagian

(6)

cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.

Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam siklus tindakan. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: rencana tindakan,pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(Arikunto, dkk. 2015:42) Gambar 1. Rancangan Penelitian

Tindakan Kelas

Rencana tindakan adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pelaksanaan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah sebagai berikut. (1) menyusun persiapan mengajar atau rencana kegiatan harian yang akan di ajarkan, (2) menentukan metode pembelajaran, (3) menyiapkan media pembelajaran, (4) menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi.

Pelaksanaan adalah upaya yang telah dilakukan guru/peneliti untuk melaksanakan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan (Agung, 2010:5). Kegiatan yang dilakukan pada

rancangan pelaksanaan ini adalah untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dipersiapkan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui meningkatnya kemampuan berbicara anak. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah mengamati Kemampuan Berbicara anak setelah diterapkannya Media Wayang Flanel.

Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan dampak tindakan dari berbagai kriteria.

Berdasarkan hasil refleksi ini, pendidik dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Pendidik dapat mengkaji dan mempertimbangkan hasil observasi dan evaluasi serta mencari alternatif pemecahan terbaik untuk diterapkan pada siklus berikutnya (Agung, 2010:5).

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan Penerapan Metode Bercerita Berbatuan Media Wayang Flanel Kemampuan Berbicara. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu (1), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (2), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga (3), anak berkembang sangat baik dengan tanda bintang empat (4). Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk acuan pengamatan, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan Kemampuan berbicara pada anak.

Tabel 04. Pedoman Konversi PAP Skala Lima

Sumber (Agung 2014:145) Persentase

Perkembangan Bahasa

Kriteria kemampuan

bahasa 90 −100

80 − 89 65 − 79 55 − 64 0 − 54

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah SIKLUS I Pelaksan

aan Pengamata

n Perencanaa

n

Refleksi Pelaksana

SIKLUS II an Pengamata

n

?

Perencanaa n Refleksi

(7)

Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam Kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan berbicara mencapai peringkat minimal sedang. Jadi penelitian ini diberhentikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di kelompok B TK Kemala Bhyangkari 1 Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah subyek sebanyak 15 anak. Tema yang digunakan pada saat penelitian ini berlangsung adalah tanah air dan alam semesta. Siklus I terdiri dari delapan kali pertemuan, dimana tiga kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi di akhir siklus dengan metode observasi.

Begitu pula dengan siklus II terdiri dari empat kali pertemuan, tujuh kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi akhir. Siklus I dilaksanakan selama tujuh kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan berbicara pada anak kelompok B4 yang berjumlah 15 anak.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2016. Adapun tema yang dibahas pada siklus I ini adalah tema tanah airku.

Pelaksanaan kegiatan mengunakan wayang flannel dilakukan sesuai dengan peta konsep, rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM) dan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang telah dipersiapkan sebelum kegiatan.

Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam grafik polygon pada gambar 2 menunjukkan bahwa Mo = 9 <

Me = 10 < M = 10,40, sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data-data kemampuan bahasa lisan pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan berbicara pada anak kelompok B4 di TK Kemala Bhyangkari 1 Denpasar cenderung rendah. Apabila digambarkan dalam bentuk grafik polygon akan tampak sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6

8 9 10 11 12 13 14

M= 10,40 Me= 10,00 Mo = 9,00

Gambar 2. Grafik data peningkatan kemampuan bahasa anak siklus I

Berdasarkan perhitungan dari

grafik polygon diatas terlihat Mo, Me, Mean dimana Mo < Me < Mean (15,00 <

16,00 < 16,07), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan berbicara pada siklus I merupakan kurva Juling Positif. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa skor kemampuan berbicara anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar cenderung sedang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan berbicara dan menyimak pada siklus I masih berada pada kriteria sedang. Adapun kendala- kendala dan kekurangan penerapan metode bercerita berbantuan media wayang flanel pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, ketika indikator menjawab dan bertanya hanya beberapa anak terlihat aktif.

(2)Banyak siswa yang kurang terfokus pada kegiatan yang dilaksanakan karena terdapat beberapa anak yang bermain dengan temannya. (3) Anak belum memahami tentang media yang disajikan, sehingga anak kurang merasa tertarik untuk menyimak media yang digunakan monoton. Hasil refleksi tersebut, maka

(8)

penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk peningkatan dan penyempurnaan selanjutnya.

Siklus II dilaksanakan selama tujuh kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan berbicara pada anak kelompok B yang berjumlah 15 anak.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April-Mei 2016. Adapun tema yang dibahas pada siklus II ini adalah tema Tanah airku dan Alam Semesta.

Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam grafik polygon pada gambar 2 menunjukkan bahwa Mo = 15,00<Me = 14,00<M = 13,66, sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data-data kemampuan bahasa lisan pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan berbicara pada anak kelompok B4 di TK Kemala Bhyangkari 1 Denpasar cenderung tinggi. Apabila digambarkan dalam bentuk grafik polygon akan tampak sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6

11 12 13 14 15 16 17

Mo = 15,00 M = 14,00

Me = 13,60 Gambar 3. Grafik data peningkatan

kemampuan bahasa anak siklus II

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, Me, Mean dimana Me < Mean < Mo (13,60 <

14,00 < 15,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan berbicara pada siklus II merupakan kurva Juling negatif. Dengan

demikian dapat diinterprestasikan bahwa skor kemampuan berbicara anak Kelompok B di TK Kemala bhayangkari 1 Denpasar cenderung tinggi.

Setelah diadakan perbaikan pada proses pembelajaran siklus I, dalam pelaksanaan siklus II telah nampak adanya peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dilihat pada kemampuan bahasa anak yang sebelumnya berada pada criteria sedang meningkat menjadi kriteria tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. (1) Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan berbicara yang diharapkan dapat tercapai. (2) Penelitian dalam hal ini sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belum dipahami.

Secara umum proses

pembelajaran dengan penerapan media menggunakan wayang flanel untuk meningkatkan kemapuan berbicara anak sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemapuan berbicara dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada anak kelompok B4 semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan kemapuan berbicara setelah penerapanmetode bercerita menggunakan media wayang flanel. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat kemampuan berbicara pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar tergolong rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat kemapuan berbicara yang tinggi.

Berdasarkan perbaikan serta menciptakan kegiatan pembelajaran yang dipaparkan pada refleksi siklus I, maka siklus II dipeeroleh adanya peningkatan terhadap anak yang mengalami kemapuan berbicara yaitu dari 65,00% pada siklus I

(9)

meningkat menjadi 85,00% pada siklus II yang tergolong tinggi, yang berada pada tingkat 80-89%. Dengan demekian, pada siklus II kemapuan berbicara anak dikatakan berhasil meningkat sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Terjadinya peningkatan kemapuan berbicara anak dalam penelitian tindakan kelas ini, disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan bercerita menggunakan media wayang flanel yang diterapkan guru. Sehingga perkembangan bahasa anak khususnya dalam kemampuan berbicara anak semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang diinginkan.

Kemampuan berbicara merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan seseorang, tanpa berbicara manusia tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan ide, gagasan pikiran, dan perasaan kepada manusia lainnya baik dalam situasi formal maupun non formal.

Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif yang membentuk arti.

Perkembangan berbicara pada anak tidak lepas dari kenyataan adanya perbedaan kecepatan dalam berbicara, maupun kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa. Anak yang satu dapat lebih cepat, lebih luwes, lebih rumit dalam mengungkapkan bahasanya, ataupun lebih lambat dari yang lain.

Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara, hingga mengekspresikannya dengan komunikasi.

Menurut Piaget, percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Media merupakan saluran penyampai pesan dari guru kepada anak didik agar pesan/informasi yang disampaikan guru dapat diserap atau diterima oleh anak.

Bagi anak, sebuah media akan menarik untuk mainkan apabila menggunakan alat peraga. Media wayang

flanel merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam pengembangan kemampuan berbicara anak, karena menggunakan wayang flanel sebagai alat peraga saat bercerita dapat membuat anak menjadi tertarik untuk mencoba dari menggungkapkan gagasanya dan menceritakan apa yang ingin di bicarakannya atau menceritakan kembali cerita yang sebelumnya telah di dengarkannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maratus Shaleha (2014) yang berjudul

“Penerapan Metode Bermain Peran Berbantuan Media Wayang Untuk Meningkatkan Perkembangan Social Emosional Anak” juga relevan dengan penelitian ini, karena penelitian yang dilakukan oleh Maratus Shaleha menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan social emosional pda anak kelompok B2 di TK Kumara Jaya Denpasar diterapkannya Metode Bermain Peran Berbantuan Media Wayang tahun pelajaran 2014/2015.

Dhieni, (2010:3.4) Berbicara merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa. Berbicara bukan sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, maupun perasaan kepada orang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Terdapat peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari setelah diterapkan Metode bercerita Menggunakan Media Wayang Flanel20%. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase kemampuan berbicara pada siklus I sebesar 65,00% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 85,00%

pada siklus II yang berda pada kategori tinggi.

Berdasarkan simpulan, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru TK Kemala Bhayangkari khususnya disaranka agar terus menerus mampu berkreasi dan berinovasi dalam mengelola pembelajaran khususnya dalam menyajikan media wayang flanel dengan

(10)

tema dan gambar-gambar yang lebih menarik lagi dan dekat dengan lingkungan anak, agar anak menjadi tertarik ketika melakukan permainan ini sehingga kemampuan berbicara dapat ditingkatkan.

Kepada Kepala TK, disarankan agar mampu memberikan dorongan atau motivasi terhadap guru-guru untuk menerapkan metode dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak meliputi kemampuan bercerita. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Metode bercerita dengan menggunakan media wayang flanel dalam lingkupan yang lebih luas, dengan menggunakan variasi wayang yang lebih beragam dan lebih menarik, sehingga dapat membuat anak- anak belajar lebih senang dalam belajar di TK. Disarankan juga kepada peneliti lain untuk mengembangkan media wayang flanel tidak hanya meningkatkan kemampuan berbicara anak, namun dapat meningkatkan aspek perkembangan lainnya pada anak-anak TK.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang:

Aditya Media Publishing.

Dhiani,dkk. 2010. Metode Perkembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hidayani, dkk. 2010. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Kusnandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.

Jakarta : Rajawali Pers.

Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2014. FIS

Undiksha: Universitas Pendidikan Ganesha.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.

Said, dkk. 2015. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta:

Kencana Predana Media Group.

Suarni, Ni Ketut. 2009. Psikologi Perkembangan I.Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sujiono, Yuliani nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Indeks

Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD.

Yogyakarta: Pedagogia.

Shaleha, Maratus. 2015. Penerapan Metode Bermain Peran Berbantuan

Media Wayang Untuk

Meningkatkan Perkembangan Social Emosional Anak Anak B2 di TK Kumara Jaya Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi (tidak diterbitkan).

Tehupeiory,Marlen. 2014. Penerapan

Metode Bercerita

Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B Semester II di TK Bhyangkari 2 singaraja. Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan).

Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Percetakan Angkasa.

Utsman, Fathor Ranchman. 2013.

Panduan Statistik Pendidikan.

Jogjakarta: DIVA Press.

(11)

Warta, w. 2006. Filsafat Wayang Dalam Panca Yajna. Surabaya:

PARAMITA.

Yatmi. 2010. Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Metode Bercerita Dengan Wayang Fantasi Di Kelas A Ra Al-Ikhlas Kecandran Sidomukti Kota Salatiga Tahun 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan).

Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Kencana Predana Media Group.

Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan sumber belajar TK. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel  04.  Pedoman  Konversi  PAP  Skala  Lima   Sumber (Agung 2014:145)Persentase Perkembangan Bahasa Kriteria   kemampuan bahasa 90 −100 80 − 89 65 − 79 55 − 64 0   − 54  Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah  Sangat Rendah SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan
Gambar  2.  Grafik  data  peningkatan  kemampuan  bahasa  anak  siklus I

Referensi

Dokumen terkait

 jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter dengan Kondisi tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu

Landai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang terbesar yang ada pada suatu lintas lurus. Kelandaian di emplasemen maksimum yang diijinkan adalah

(Studi Eksplanatori Tentang Pengaruh Citizen Journalism di Wide shot Metro TV terhadap Minat Mahasiswa untuk Menulis Atau Mengirimkan Berita pada Mahasiswa Program Studi

is inner or psychological or emotional conflict whether external conflict is social or

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu substrat terhadap kualitas kristal, struktur kristal, dan parameter kisi kristal lapisan tipis

Akademik (PLA) dengan judul “ Penggunaan Terrestial Laser Scanner (TLS) untuk visualisasi pembangunan jalur kereta api di wilayah Jakarta ” ini beserta seluruh

[r]

Thanks to my Motorcycle Kawasaki ZX 130 (H2933YA) that always be my best ride in Yogyakarta, to my Mac Book that help me a lot to completed all my task and also my thesis, thanks