Praktik keperawatan Perlindungan hukum
Esensi keperawatan, seperti dirumuskan oleh
American Nurses Association (ANA,1980) adalah
Diagnosis and treatment of human
responses to actual and potential health
problems
atau dapat diinterpretasikan sebagai diagnosis dan perlakuan pada respon manusia terhadap masalah klesehatan baik yang sifatnya aktual maupun potensial. Intervensi keperawatan sebagai bentuk
pelayanan professional memperhatikan nilai-nilai harkat dan martabat manusiawi (humanism), perlakuan yang utuh/ tidak terfragmentasi (holism/wholeness) dan menekankan caring sebagai jiwa dari keperawatan (the heart of nursing).
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
Tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi
dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok. Menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dinamis
Otoritas
Akuntabilitas
Independent Decision Making Collaboration
Hukum dibuat oleh negara sebagai undang2
atau ketentuan pemerintah. Bila terjadi pelanggaran terdapat sangsi sebagai tuntutan hukum (pd pelanggararan pidana)
Dalam rangka menjamin perlindungan
terhadap masyarakat dan profesi keperawatan.
Peraturan Pemerintah RI no 32 tahun 1996 Standar keperawatan
Sumpah perawat
Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Umum pasal 1
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan untuk melakukan upaya
2. Sarana kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarkaan upaya kesehatan
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat
4. Menteri adalah Menteri yang
Jenis tenaga kesehatan pasal 2:Tenaga kesehatan terdiri dari :
a. tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
b. tenaga keperawatanmeliputi perawat dan bidan
c. tenaga kefarmasian;
d. tenaga kesehatan masyarakat; e. tenaga gizi;
f. tenaga keterapian fisik;
Persyaratan pasal 3 :tenaga kesehatan wajib
memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah
dari lembaga pendidikan.
Perencanaan, pengadaan dan penempatan
pasal 6: untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang
merata bagi seluruh masyarakat,
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga
Standar profesi dan perlindungan hukum
pasal 21:Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya ber-kewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan
Pasal 22 berkewajiban untuk :menghormati
hak pasien,menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan,membuat dan memelihara rekam medis.
Pasal 24 :Perlindungan hukum diberikan
kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan
Pembinaan dan pengawasan pasal 28:
Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian profesi
tenaga kesehatan
Pasal 32 : Menteri melakukan pengawasan
terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya
Ketentuan pidana pasal 34:Barangsiapa
dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
pelayanan keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat. tenaga tersebut terdiri dari berbagai jenis dan mutu yang jumlahnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan
standar menurut Wiyono D, 1999, adalah
suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dilakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat syarat kesehatan, keteladanan, perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, pengalaman serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang guna memperoleh manfaat yang sebesar besarnya.
Standar praktik keperawatan menurut
Gillies,1996 adalah pernyataan diskriptif dari penampilan yang diinginkan sehingga kualitas struktur, proses dan hasilnya dapat dinilai.
menurut ANA,1991, standar praktek
keperawatan menggambarkan tanggung jawab perawat dalam melaksanakan
pekerjaannya, standar merupakan:
1. refleksi nilai dan prioritas pekerjaan bagi perawat
2. memberikan pelayanan langsung dalam peraktek keperawatan
3. menyediakan kerangka kerja untuk evaluasi dalam praktek klinik
4. menegaskan/memberikan gambaran
tentang hasil pekerjaan dan tanggung jawab profesi keperawatan kepada
Standar praktik salah satunya tertuang dalam
kode etik profesi
Kode etik adalah pernyataan standar
profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Fungsi Kode Etik Perawat : Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai
landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada
masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat
untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam
3. Kode etik perawat menetapkan
hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
4. Kode etik perawat memberikan sarana
Saya berjanji/ bersumpah :
1. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya
menurut undang-undang yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan
2. Melaksanakan tugas atas dasar kemanusiaan
tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan, keturunan, golongan, bangsa dan agama
3. Akan membina kerjasama, keutuhan dan
kesetiakawanan dengan teman sejawat
4. Tidak akan menceritakan kepada siapapun
segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan kesaksian
Semoga Tuhan YME memberikan kekuatan kepada saya
Dasar pertimbangan perlunya dibentuk undang-undang kesehatan baru yaitu
1. Kesehatan adalah hak asasi dan salah satu
unsur ke kesejahteraan
2. Prinsip kegiatan kesehatan yang
nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan
4. Pembangunan kesehatan adalah tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat
5. Undang-undang Kesehatan no 23 tahun
1992 sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat
Kesehatan adalah Investasi Hak dan Kewajiban
Tanggungjawab Pemerintah Dilarang Menolak Pasien
Harga Obat
Perlindungan Pasien
Pencegahan Penyakit Kesehatan Reproduksi Pelayanan Darah
Pengamanan Zat Adiktif
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Penyakit Menular
Pembiayaan Kesehatan Badan Pertimbangan Pidana
Azas pembangunan kesehatan adalah
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
Pemerintah bertanggungjawab
merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masayarakat, sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas
pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan
kesehatan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan
darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak
pasien dan/atau meminta uang muka.
Pemerintah menjamin ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam
menjamin ketersediaan obat dalam keadaan
darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan
agar kebutuhan masyarakat akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan
Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat
yang secara esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan teknologi.
Perbekalan kesehatan berupa obat generik
yang termasuk dalam daftar obat esensial
nasional harus dijamin ketersediaan dan
keterjangkauannya, sehingga penetapan
harganya dikendalikan oleh pemerintah.
Setiap orang berhak menerima atau menolak
sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke masyarakat yang lebih luas.
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.
Pelayanan kesehatan tradisional meliputi
kesehatan tradisional yang menggunakan
ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Setiap orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional dengan
didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat..
Peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit merupakan segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk
mengoptimalkan kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan
Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum
hamil, hamil, melahirkan dan sesudah melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual;
Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
Larangan aborsi dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Tindakan dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
darah diperoleh dari pendonor darah sukarela
yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi
pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
Darah yang diperoleh dari pendonor darah
sukarela sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.
Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh
Unit Transfusi Darah (UTD). UTD dapat
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
Pengamanan penggunaan bahan yang
mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu an membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang
mengandung tembakau padat, cairan, dan
gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang
mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persayaratan yang
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk
menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
Pemerintah wajib memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak.
Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan
diasuh secara bertanggungjawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan
Setiap anak berhak memperoleh imunisasi
dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu
kesehatannya.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat berkewajiban untuk menjamin
terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan menyediakan pelayanan kesehatan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
bertanggungjawab melaksanakan upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta dampak yang
ditimbulkannya.
Upaya itu dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia serta untuk mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.
Pemerintah menjamin ketersediaan bahan
imunisasi yang aman, bermutu, efektif,
terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular melalui imunisasi.
Pengendalian penyakit tidak menular
dilakukan dengan pendekatan surveilansa faktor resiko, registrasi penyakit, dan
surveilans kematian. Kegiatan dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular.
Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama
lintas sektor dan dengan membentuk jejaring baik nasional maupun internasional.
Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta dan sumber lain.
Besar anggaran pemerintah dialokasikan
minimal lima persen dari anggaran
pendapatan belanja negara diluar gaji.
Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah
propinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal sepuluh persen dari anggaran
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat
dalam menyelenggarakan pembangungan bidang kesehatan dibentuk Badan
Pertimbangan Kesehatan Pusat dan Daerah. Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat
dinamakan Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN) berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan
Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD) berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.
Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak dua ratus juta rupiah.
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidka memberikan pertolongan
pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat mengakibatkan kecacatan
dan/atau kematian dipidana dengan pidana paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.
Setiap orang yang tanpa ijin melakukan
praktek pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga
mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.
Perubahan paradigma upaya pembangunan
kesehatan yaitu dari paradigma sakit yang begitu kental pada Undang-Undang
Kesehatan sebelumnya (no 23 tahun 1992) bergeser menjadi paradigma sehat yaitu
pendekatan promotif dan preventif kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
pengakuan terhadap isu-isu kesehatan
reproduksi, Pasal 71- 77
aborsi yang diperluas untuk korban
perkosaan, yakni dibolehkannya aborsi
dan dilakukan oleh tenaga ahli dan
berbasis konseling (Pasal 75 ayat 2,3)
pembiayaan kesehatan yakni 5 % APBN,
10 % APBD di mana 2/3 untuk kegiatan
preventif dan promotif (Pasal 171)
sehingga persoalan kesehatan menjadi
tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah
daerah
dukungan pemberian ASI eksklusif, di
mana pemerintah dan masyarakat
harus mendukung hal ini dengan
menyediakan fasilitas dan kebutuhan
pendukung (Pasal 128), bahkan jika
tidak maka ada ketentuan pidana
penjara dan denda bagi pelanggaran
pelaksanaan sumber daya kesehatan
dan upaya kesehatan (Pasal 200)
kesehatan remaja dan lanjut usia
hak mendapatkan informasi dan
perlindungan kesehatan (Bab XIV).
Persoalan jual beli organ dan jaringan tubuh
juga diatur. Dinyatakan dengan jelas, organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun
masalah penggunaan sel punca dan jaminan
keamanan makanan/minuman hasil teknologi rekayasa genetika dengan memberikan rambu-rambu yang cukup jelas.
dapat dikatakan bahwa ruang lingkup atau
pokok kajian dari UU baru tersebut telah cukup komprehensif.
Dengan 205 pasal di dalamnya,
undang-undang ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap upaya mewujudkan
Terdiri dari :
11 bab 61 pasal
Pasal 4 :
Memberikan asuhan keperawatan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan
sederhana dan kompleks.
Memberikan tindakan keperawatan langsung,
terapi komplementer, penyuluhan kesehatan, nasehat, konseling, dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.
Memberikan pelayanan keperawatan di sarana
kesehatan dan kunjungan rumah.
Memberikan pengobatan dan tindakan medik
terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal.
Melaksanakan program pengobatan dan atau
tindakan medik secara tertulis dari dokter. Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan
Hal-hal yang penting Pasal 1 ayat 13
Konsil Keperawatan adalah suatu badan otonom
yang bersifat independen Pasal 8
Konsil keperawatan Indonesia mempunyai fungsi
pengaturan, pengesahan, serta penetapan
kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Pasal 9
1. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat 2. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan
praktik keperawatan untuk melindungi masyarakat.
Pasal 10
1. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi
perawat
2. Mengesahkan standar kompetensi perawat yang
dibuat organisasi perawat dan asosiasi pendidikan keperawatan.
3. Menetapkan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan perawat.
4. Menetapkan sanksi terhadap kesalahan praktik
1. Ketua
2. Sekretaris Eksekutif 3. Bendahara
Komite-komite terdiri atas :
1. Komite uji kompetensi dan registrasi 2. Komite praktik keperawatan
(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia
terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan,
pelayanan, dan wakil masyarakat.
(2) Jumlah anggota Konsil Keperawatan
Indonesia 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang berasal dari:
a. Anggota yang ditunjuk adalah 11 (sebelas) orang
terdiri dari:
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia 2 (dua) orang;
- Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;
- Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 1 (satu) orang;
- Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang; - Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;
Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;
- Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;
- Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang
b. Anggota yang dipilih adalah 10 (sepuluh) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama (barat, tengah, timur) Indonesia.
Pasal 23 :
Standar pendidikan profesi keperawatan
disusun oleh organisasi profesi keperawatan dengan degan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia
Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan, organisasi profesi dapat membentuk
Standar pendidikan profesi keperawatan
dimaksud pada ayat (1):
a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan
keperawatan.
b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
Pasal 26
Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Perawat yang
diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji kompetensi oleh konsil.
Pasal 36
Praktik keperawatan dilakukankan
berdasarkan pada kesepakatan antara
perawat dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.
Pasal 37
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP berwenang untuk:
a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan; b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;
c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;
d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.
Pasal 39
Dalam keadaan darurat yang mengancam
kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar
kewenangan.
Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat
dapat melakukan tindakan diluar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar
Perawat yang bertugas di daerah yang sulit
terjangkau dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya sebagai perawat.
Ketentuan mengenai daerah yang sulit
terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui peraturan
Pasal 42
Hak Klien :
Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38;
b. meminta pendapat perawat lain;
c. mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
Pasal 43
Kewajiban Klien
Klien dalam menerima pelayanan pada
praktik keperawatan, mempunyai kewajiban: memberikan informasi yang lengkap dan
jujur tentang masalah kesehatannya;
mematuhi nasihat dan petunjuk perawat; mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Pasal 44
Pengungkapan Rahasia Klien
Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:
a. Persetujuan klien
b. Perintah hakim pada sidang pengadilan c. Ketentuan perundangan yang berlaku
Pasal 45
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :
Memperoleh perlindungan hukum dan profesi
sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Memperoleh informasi yang lengkap dan
Melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi dan otonomi profesi
Memperoleh penghargaan sesuai dengan
prestasi dan dedikasi
Memperoleh jaminan perlindungan terhadap
resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya
Pasal 46
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :
Memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan standar profesi dan SOP
Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
Merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali untuk kepentingan hukum
Menghormati hak-hak klien dan atau pasien
dan profesi lain sesuai dengan
ketentuan/peraturan yang berlaku
Melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan untuk menyelamatkan iwa Menambah dan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan
keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.
Pasal 47
Praktik Mandiri
Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok
Perawat yang melakukan praktik mandiri
mempunyai kewenangan sesuai dengan pasal 4 huruf a, b, c, d, e, dan f.
Kegiatan praktik mandiri meliputi:
a. intervensi mandiri keperawatan, seperti terapi modalitas/komplementer, konseling, perawatan kebugaran, perawatan dirumah atau dalam
bentuk lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
b. pengobatan dan tindakan medik dasar dengan instruksi atau pengawasan dokter dan protokol dari Ikatan Dokter Indonesia, Perawat dalam melakukan praktik mandiri
sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan: c. Memiliki tempat praktik yang memenuhi
d. Memiliki perlengkapan peralatan dan
administrasi untuk melakukan asuhan keperawatan
Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan
standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib
Pasal 48
Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina,
mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.
Pasal 53
Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 37 dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun
Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi administrasi
Pasal 54
Sanksi Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah
memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Pasal 55
Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja
mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.
Pasal 56
Perawat yang dengan sengaja:
(1). tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 48 ayat (4);
(2). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 47 huruf a sampai dengan huruf f
(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.