• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Nelly Hermala Dewi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Nelly Hermala Dewi"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

 Praktik keperawatan  Perlindungan hukum

(3)

 Esensi keperawatan, seperti dirumuskan oleh

American Nurses Association (ANA,1980) adalah

Diagnosis and treatment of human

responses to actual and potential health

problems

atau dapat diinterpretasikan sebagai diagnosis dan perlakuan pada respon manusia terhadap masalah klesehatan baik yang sifatnya aktual maupun potensial.

(4)

 Intervensi keperawatan sebagai bentuk

pelayanan professional memperhatikan nilai-nilai harkat dan martabat manusiawi (humanism), perlakuan yang utuh/ tidak terfragmentasi (holism/wholeness) dan menekankan caring sebagai jiwa dari keperawatan (the heart of nursing).

(5)

 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan

(6)

 Tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi

dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok. Menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dinamis

(7)

 Otoritas

 Akuntabilitas

 Independent Decision Making  Collaboration

(8)

 Hukum dibuat oleh negara sebagai undang2

atau ketentuan pemerintah. Bila terjadi pelanggaran terdapat sangsi sebagai tuntutan hukum (pd pelanggararan pidana)

 Dalam rangka menjamin perlindungan

terhadap masyarakat dan profesi keperawatan.

(9)

 Peraturan Pemerintah RI no 32 tahun 1996  Standar keperawatan

 Sumpah perawat

 Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan

(10)

 Umum pasal 1

1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan untuk melakukan upaya

(11)

2. Sarana kesehatan adalah tempat yang

digunakan untuk menyelenggarkaan upaya kesehatan

3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat

4. Menteri adalah Menteri yang

(12)

Jenis tenaga kesehatan pasal 2:Tenaga kesehatan terdiri dari :

a. tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

b. tenaga keperawatanmeliputi perawat dan bidan

c. tenaga kefarmasian;

d. tenaga kesehatan masyarakat; e. tenaga gizi;

f. tenaga keterapian fisik;

(13)

 Persyaratan pasal 3 :tenaga kesehatan wajib

memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah

dari lembaga pendidikan.

 Perencanaan, pengadaan dan penempatan

pasal 6: untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang

merata bagi seluruh masyarakat,

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga

(14)

 Standar profesi dan perlindungan hukum

pasal 21:Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya ber-kewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan

 Pasal 22 berkewajiban untuk :menghormati

hak pasien,menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan,membuat dan memelihara rekam medis.

(15)

 Pasal 24 :Perlindungan hukum diberikan

kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi

tenaga kesehatan

 Pembinaan dan pengawasan pasal 28:

Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian profesi

tenaga kesehatan

 Pasal 32 : Menteri melakukan pengawasan

terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya

(16)

 Ketentuan pidana pasal 34:Barangsiapa

dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(17)

 pelayanan keperawatan merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat. tenaga tersebut terdiri dari berbagai jenis dan mutu yang jumlahnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan

(18)

 standar menurut Wiyono D, 1999, adalah

suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dilakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat syarat kesehatan, keteladanan, perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, pengalaman serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang guna memperoleh manfaat yang sebesar besarnya.

(19)

 Standar praktik keperawatan menurut

Gillies,1996 adalah pernyataan diskriptif dari penampilan yang diinginkan sehingga kualitas struktur, proses dan hasilnya dapat dinilai.

(20)

 menurut ANA,1991, standar praktek

keperawatan menggambarkan tanggung jawab perawat dalam melaksanakan

pekerjaannya, standar merupakan:

1. refleksi nilai dan prioritas pekerjaan bagi perawat

2. memberikan pelayanan langsung dalam peraktek keperawatan

3. menyediakan kerangka kerja untuk evaluasi dalam praktek klinik

4. menegaskan/memberikan gambaran

tentang hasil pekerjaan dan tanggung jawab profesi keperawatan kepada

(21)

 Standar praktik salah satunya tertuang dalam

kode etik profesi

 Kode etik adalah pernyataan standar

profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk

(22)

 Aturan yang berlaku untuk seorang perawat

Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik

sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

(23)

Fungsi Kode Etik Perawat : Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai

landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:

1. Kode etik perawat menunjukkan kepada

masyarakat bahwa perawat diharuskan

memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada

perawat oleh masyarakat

2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat

untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam

(24)

3. Kode etik perawat menetapkan

hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan

4. Kode etik perawat memberikan sarana

(25)

Saya berjanji/ bersumpah :

1. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya

menurut undang-undang yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan

kesungguhan

2. Melaksanakan tugas atas dasar kemanusiaan

tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan, keturunan, golongan, bangsa dan agama

(26)

3. Akan membina kerjasama, keutuhan dan

kesetiakawanan dengan teman sejawat

4. Tidak akan menceritakan kepada siapapun

segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan kesaksian

Semoga Tuhan YME memberikan kekuatan kepada saya

(27)

Dasar pertimbangan perlunya dibentuk undang-undang kesehatan baru yaitu

1. Kesehatan adalah hak asasi dan salah satu

unsur ke kesejahteraan

2. Prinsip kegiatan kesehatan yang

nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan

(28)

4. Pembangunan kesehatan adalah tanggung

jawab pemerintah dan masyarakat

5. Undang-undang Kesehatan no 23 tahun

1992 sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan, tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat

(29)

 Kesehatan adalah Investasi  Hak dan Kewajiban

 Tanggungjawab Pemerintah  Dilarang Menolak Pasien

 Harga Obat

 Perlindungan Pasien

(30)

 Pencegahan Penyakit  Kesehatan Reproduksi  Pelayanan Darah

 Pengamanan Zat Adiktif

 Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak  Penyakit Menular

(31)

 Pembiayaan Kesehatan  Badan Pertimbangan  Pidana

(32)

 Azas pembangunan kesehatan adalah

perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminasi dan norma-norma agama.

(33)

 Tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

(34)

 Setiap orang mempunyai hak yang sama

dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, berhak secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan dan mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

(35)

 Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,

mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Juga berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.

(36)

 Pemerintah bertanggungjawab

merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masayarakat, sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

(37)

 Bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan

kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan

(38)

 Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas

pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

(39)

 Fasilitas pelayanan kesedilaksanakan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta. Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan

kesehatan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta

wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan

kecacatan terlebih dahulu. Dalam keadaan

darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik

pemerintah maupun swasta dilarang menolak

pasien dan/atau meminta uang muka.

(40)

 Pemerintah menjamin ketersediaan,

pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Dalam

menjamin ketersediaan obat dalam keadaan

darurat, pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.

 Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan

agar kebutuhan masyarakat akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga dan gaktor yang berkaitan dengan pemerataan

(41)

 Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat

yang secara esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat. Daftar dan jenis tersebut ditinjau dan disempurnakan paling lama setiap dua tahun sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan teknologi.

Perbekalan kesehatan berupa obat generik

yang termasuk dalam daftar obat esensial

nasional harus dijamin ketersediaan dan

keterjangkauannya, sehingga penetapan

harganya dikendalikan oleh pemerintah.

(42)

 Setiap orang berhak menerima atau menolak

sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

menerima dan memahami informasi

mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima atau menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke masyarakat yang lebih luas.

 Setiap orang berhak atas rahasia kondisi

kesehatan pribadinya yang telah

dikemukakan kepada penyelenggara / petugas kesehatan.

(43)

 Pelayanan kesehatan tradisional meliputi

kesehatan tradisional yang menggunakan

ketrampilan dan yang menggunakan ramuan. Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

 Setiap orang yang melakukan pelayanan

kesehatan tradisional harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang. Pemerintah mengatur dan mengawasi

pelayanan kesehatan tradisional dengan

didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan masyarakat..

(44)

 Peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit merupakan segala bentuk upaya

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat untuk

mengoptimalkan kesehatan dan menghindari atau mengurangi resiko, masalah, dan

(45)

 Kesehatan reproduksi meliputi saat sebelum

hamil, hamil, melahirkan dan sesudah melahirkan; pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual;

(46)

 Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

Larangan aborsi dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang

mengancam ibu dan/atau janin, yang

menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat

diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat

menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

 Tindakan dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(47)

 Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan

kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan

kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.

 darah diperoleh dari pendonor darah sukarela

yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi

pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.

 Darah yang diperoleh dari pendonor darah

sukarela sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah penularan penyakit.

(48)

 Penyelenggaraan donor darah dilakukan oleh

Unit Transfusi Darah (UTD). UTD dapat

diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang

(49)

 Pengamanan penggunaan bahan yang

mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu an membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

(50)

 Zat adiktif meliputi tembakau, produk yang

mengandung tembakau padat, cairan, dan

gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya

dan/atau masyarakat sekelilingnya. Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang

mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan/atau persayaratan yang

(51)

 Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk

menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan

berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.

(52)

 Pemerintah wajib memberikan imunisasi

lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi

yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas untuk menurunkan angka

kematian bayi dan anak.

 Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan

diasuh secara bertanggungjawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan

(53)

 Setiap anak berhak memperoleh imunisasi

dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu

kesehatannya.

 Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat berkewajiban untuk menjamin

terselenggarakan perlindungan bayi dan anak dan menyediakan pelayanan kesehatan

(54)

 Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

bertanggungjawab melaksanakan upaya

pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta dampak yang

ditimbulkannya.

 Upaya itu dilakukan untuk melindungi

masyarakat dari tertularnya penyakit,

menurunkan jumlah yang sakit, cacat, dan/atau meninggal dunia serta untuk mengurangi

dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular.

 Pemerintah menjamin ketersediaan bahan

imunisasi yang aman, bermutu, efektif,

terjangkau, dan merata bagi masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular melalui imunisasi.

(55)

 Pengendalian penyakit tidak menular

dilakukan dengan pendekatan surveilansa faktor resiko, registrasi penyakit, dan

surveilans kematian. Kegiatan dimaksud bertujuan memperoleh informasi yang esensial serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular.

Kegiatannya dilakukan melalui kerja sama

lintas sektor dan dengan membentuk jejaring baik nasional maupun internasional.

(56)

 Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari

pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta dan sumber lain.

 Besar anggaran pemerintah dialokasikan

minimal lima persen dari anggaran

pendapatan belanja negara diluar gaji.

 Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah

propinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal sepuluh persen dari anggaran

(57)

 Untuk membantu pemerintah dan masyarakat

dalam menyelenggarakan pembangungan bidang kesehatan dibentuk Badan

Pertimbangan Kesehatan Pusat dan Daerah. Badan Pertimbangan Kesehatan Pusat

dinamakan Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional (BPKN) berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan

Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD) berkedudukan di ibukota propinsi dan ibukota kabupaten/ kota.

(58)

 Pimpinan unit pelayanan kesehatan dan/atau

tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan

kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak dua ratus juta rupiah.

(59)

 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidka memberikan pertolongan

pertama pada pasien yang dalam keadaan gawat darurat mengakibatkan kecacatan

dan/atau kematian dipidana dengan pidana paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak satu milyar rupiah.

 Setiap orang yang tanpa ijin melakukan

praktek pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga

mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat, dan/atau kematian dipidana dengan penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.

(60)

 Perubahan paradigma upaya pembangunan

kesehatan yaitu dari paradigma sakit yang begitu kental pada Undang-Undang

Kesehatan sebelumnya (no 23 tahun 1992) bergeser menjadi paradigma sehat yaitu

pendekatan promotif dan preventif kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara

(61)

pengakuan terhadap isu-isu kesehatan

reproduksi, Pasal 71- 77

aborsi yang diperluas untuk korban

perkosaan, yakni dibolehkannya aborsi

dan dilakukan oleh tenaga ahli dan

berbasis konseling (Pasal 75 ayat 2,3)

pembiayaan kesehatan yakni 5 % APBN,

10 % APBD di mana 2/3 untuk kegiatan

preventif dan promotif (Pasal 171)

sehingga persoalan kesehatan menjadi

tanggung jawab bersama antara

pemerintah pusat dan pemerintah

daerah

(62)

dukungan pemberian ASI eksklusif, di

mana pemerintah dan masyarakat

harus mendukung hal ini dengan

menyediakan fasilitas dan kebutuhan

pendukung (Pasal 128), bahkan jika

tidak maka ada ketentuan pidana

penjara dan denda bagi pelanggaran

pelaksanaan sumber daya kesehatan

dan upaya kesehatan (Pasal 200)

(63)

 kesehatan remaja dan lanjut usia

 hak mendapatkan informasi dan

perlindungan kesehatan (Bab XIV).

 Persoalan jual beli organ dan jaringan tubuh

juga diatur. Dinyatakan dengan jelas, organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun

 masalah penggunaan sel punca dan jaminan

keamanan makanan/minuman hasil teknologi rekayasa genetika dengan memberikan rambu-rambu yang cukup jelas.

(64)

 dapat dikatakan bahwa ruang lingkup atau

pokok kajian dari UU baru tersebut telah cukup komprehensif.

 Dengan 205 pasal di dalamnya,

undang-undang ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap upaya mewujudkan

(65)

Terdiri dari :

 11 bab  61 pasal

(66)

Pasal 4 :

 Memberikan asuhan keperawatan pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan

sederhana dan kompleks.

 Memberikan tindakan keperawatan langsung,

terapi komplementer, penyuluhan kesehatan, nasehat, konseling, dalam rangka

penyelesaian masalah kesehatan melalui

pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.

(67)

 Memberikan pelayanan keperawatan di sarana

kesehatan dan kunjungan rumah.

 Memberikan pengobatan dan tindakan medik

terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal.

 Melaksanakan program pengobatan dan atau

tindakan medik secara tertulis dari dokter. Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan

(68)

Hal-hal yang penting Pasal 1 ayat 13

 Konsil Keperawatan adalah suatu badan otonom

yang bersifat independen Pasal 8

 Konsil keperawatan Indonesia mempunyai fungsi

pengaturan, pengesahan, serta penetapan

kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

(69)

Pasal 9

1. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat 2. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan

praktik keperawatan untuk melindungi masyarakat.

(70)

Pasal 10

1. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi

perawat

2. Mengesahkan standar kompetensi perawat yang

dibuat organisasi perawat dan asosiasi pendidikan keperawatan.

3. Menetapkan ada tidaknya kesalahan yang

dilakukan perawat.

4. Menetapkan sanksi terhadap kesalahan praktik

(71)

1. Ketua

2. Sekretaris Eksekutif 3. Bendahara

(72)

Komite-komite terdiri atas :

1. Komite uji kompetensi dan registrasi 2. Komite praktik keperawatan

(73)

(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia

terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan,

pelayanan, dan wakil masyarakat.

(2) Jumlah anggota Konsil Keperawatan

Indonesia 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang berasal dari:

(74)

a. Anggota yang ditunjuk adalah 11 (sebelas) orang

terdiri dari:

- Persatuan Perawat Nasional Indonesia 2 (dua) orang;

- Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;

- Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 1 (satu) orang;

- Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang; - Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;

(75)

Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;

- Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;

- Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang

b. Anggota yang dipilih adalah 10 (sepuluh) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama (barat, tengah, timur) Indonesia.

(76)

 Pasal 23 :

Standar pendidikan profesi keperawatan

disusun oleh organisasi profesi keperawatan dengan degan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia

Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan, organisasi profesi dapat membentuk

(77)

 Standar pendidikan profesi keperawatan

dimaksud pada ayat (1):

a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan

keperawatan.

b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

(78)

 Pasal 26

Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki

Surat Tanda Registrasi Perawat yang

diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji kompetensi oleh konsil.

(79)

 Pasal 36

Praktik keperawatan dilakukankan

berdasarkan pada kesepakatan antara

perawat dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

(80)

 Pasal 37

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP berwenang untuk:

a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan

tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan; b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;

(81)

c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan

keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

(82)

Pasal 39

 Dalam keadaan darurat yang mengancam

kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar

kewenangan.

 Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat

dapat melakukan tindakan diluar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar

(83)

 Perawat yang bertugas di daerah yang sulit

terjangkau dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya sebagai perawat.

 Ketentuan mengenai daerah yang sulit

terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui peraturan

(84)

 Pasal 42

Hak Klien :

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38;

b. meminta pendapat perawat lain;

c. mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar

(85)

 Pasal 43

Kewajiban Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada

praktik keperawatan, mempunyai kewajiban: memberikan informasi yang lengkap dan

jujur tentang masalah kesehatannya;

mematuhi nasihat dan petunjuk perawat; mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

(86)

 Pasal 44

Pengungkapan Rahasia Klien

Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:

a. Persetujuan klien

b. Perintah hakim pada sidang pengadilan c. Ketentuan perundangan yang berlaku

(87)

Pasal 45

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :

 Memperoleh perlindungan hukum dan profesi

sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

 Memperoleh informasi yang lengkap dan

(88)

 Melaksanakan tugas sesuai dengan

kompetensi dan otonomi profesi

 Memperoleh penghargaan sesuai dengan

prestasi dan dedikasi

 Memperoleh jaminan perlindungan terhadap

resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya

(89)

Pasal 46

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :

 Memberikan pelayanan keperawatan sesuai

dengan standar profesi dan SOP

 Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

(90)

 Merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali untuk kepentingan hukum

 Menghormati hak-hak klien dan atau pasien

dan profesi lain sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku

 Melakukan pertolongan darurat atas dasar

perikemanusiaan untuk menyelamatkan iwa Menambah dan mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan ketrampilan

keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

(91)

Pasal 47

Praktik Mandiri

Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok

Perawat yang melakukan praktik mandiri

mempunyai kewenangan sesuai dengan pasal 4 huruf a, b, c, d, e, dan f.

Kegiatan praktik mandiri meliputi:

a. intervensi mandiri keperawatan, seperti terapi modalitas/komplementer, konseling, perawatan kebugaran, perawatan dirumah atau dalam

bentuk lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

(92)

b. pengobatan dan tindakan medik dasar dengan instruksi atau pengawasan dokter dan protokol dari Ikatan Dokter Indonesia, Perawat dalam melakukan praktik mandiri

sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan: c. Memiliki tempat praktik yang memenuhi

(93)

 d. Memiliki perlengkapan peralatan dan

administrasi untuk melakukan asuhan keperawatan

Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan

standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib

(94)

Pasal 48

Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina,

mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.

(95)

 Pasal 53

Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 37 dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun

Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi administrasi

(96)

 Pasal 54

Sanksi Pidana

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah

memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

(97)

 Pasal 55

Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja

mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.

(98)

 Pasal 56

Perawat yang dengan sengaja:

(1). tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 48 ayat (4);

(2). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

dimaksud dalam pasal 47 huruf a sampai dengan huruf f

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.

(99)

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan perencanaan produksi akan sangat terlihat jelas pada usaha yang merupakan suatu usaha manufaktur atau produk yang di hasilkan berupa barang.Namun de4\mikian

Hal pertama yang dilakukan untuk membuat garis kontur adalah menentukan jarak antar kontur dari suatu titik yaitu dengan menghitung menggunakan rumus perbandingan maupun

Variabel tenaga kerja dalam fungsi produksi yang digunakan merupakan variabel yang memiliki nilai elastisitas paling tinggi dan berpengaruh nyata terhadap produksi

model pembelajran CIRC merupakan model pembelajaran yang lebih cocok dan tepat diaplikasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khusus pada materi membaca, menemukan

Untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut : mengumpulkan peraturan perundang-undangan serta peraturan lainnya

Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat, syarat dan batasan penggunaan regresi dengan banyak variabels dalam kontek hubungan kausalitas 56. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat, syarat

ngujian triaksial, dilakukan pada tekanan keliling (cr3) yang berbeda dengan tanpa mem­ berikan waktu untuk keluarnya air pori meninggalkan tanahnya (kondisi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dan penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya tentang pengendalian kebersihan di Kota Pekanbaru, maka diperoleh