1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
BUMN di Indonesia dibagi dalam dua bentuk yaitu Perusahaan Perseroan (PERSERO) dan Perusahaan Umum (PERUM). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau sedikitnya 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan Perusahaan Umum (PERUM) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan (www.sahamok.com).
Indonesia memiliki perusahaan BUMN yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
Dengan kata lain, bursa efek merupakan wadah yang memberikan kemudahan bertransaksi antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi perdagangan efek perusahaannya. Terdapat 3 perusahaan publik terdaftar yang diklasifikasikan berdasarkan sektor yaitu sektor utama, sektor manufaktur, dan sektor jasa.
Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi beberapa sektor antara lain sektor farmasi, energi, logam, konstruksi, bank, pertambangan, semen, angkutan, dan telekomunikasi. Perusahaan BUMN tersebut
2
berbentuk PERSERO. Berikut adalah daftar perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Daftar Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
1 PT Indofarma (Persero) Tbk 11 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
2 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 12 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 3 PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk
13 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
4 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 14 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 5 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 15 PT Timah (Persero) Tbk 6 PT Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk
16 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
7 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 17 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 8 PT Waskita Karya (Persero)
Tbk
18 PT Jasa Marga (Persero) Tbk
9 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
19 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
10 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
20 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Sumber: www.sahamok.com, data diolah penulis (2018)
Perusahaan BUMN dipilih oleh penulis sebagai objek penelitian karena merupakan perusahaan yang sering dilirik investor karena prospek sahamnya.
Terbukti pada tahun 2015, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menjadi
3 satu-satunya perusahaan BUMN yang masuk dalam top leader di pasar saham.
Namun, terdapat pula yang mengalami penurunan saham hingga masuk ke dalam top looser yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Berdasarkan data Bloomberg, saham PTBA anjlok paling dalam mencapai 63,12%, lalu diikuti PGAS dengan penurunan sebesar 54,17%, dan SMGR turun 31,17%. BMRI merosot 15,55% dan BBNI sebesar 18,03% (www.investasi.kontan.co.id).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan BUMN memiliki prospek saham yang cenderung mengalami penurunan. Oleh karena itu, peneliti memilih perusahaan BUMN go public menjadi objek penelitian.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal, memakmurkan para pemilik saham atau pemilik perusahaan serta menjadikan nilai perusahaan maksimal yang terlihat pada harga sahamnya (Hartono, 2009:124;
dalam Prastuti dan Sudiartha, 2016). Harga saham adalah nilai saham dalam rupiah yang terbentuk akibat terjadinya aksi pembelian dan penawaran saham di bursa efek oleh sesama anggota bursa (Ratna Hadi, 2013:179). Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik dapat berubah (Husnan, 2013).
Peningkatan pada harga saham dapat memberikan kemakmuran secara maksimum bagi pemegang saham. Selain itu, juga untuk menarik investor menginvestasikan modalnya kepada perusahaan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (closing price) dan merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar (Fakhruddin dan Hadianto 2001; dalam Hermuningsih, 2013).
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik karena dalam Tobin’s Q
4
memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tidak hanya saham biasa dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun juga seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Silvia Agustina, 2012). Jadi semakin besar Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik.
sumber: Laporan keuangan, data diolah penulis (2018)
Gambar 1.1
Grafik rasio Tobin’s Q Perusahaan BUMN go public tahun 2012-2016 Gambar 1.1 diatas, menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio Tobin’s Q perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2016 cenderung mengalami fluktuasi dan tidak terlalu besar. Sehingga dinilai bahwa propek pertumbuhan nilai perusahaan tidak terlalu baik.
Nilai perusahaan yang tinggi menggambarkan bahwa tingkat kemakmuran pemegang saham dalam keadaan baik. Selain itu, nilai perusahaan yang tinggi dipercaya memiliki kinerja yang baik untuk prospek perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat menjadi daya tarik para investor untuk melakukan kegiatan
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
2012 2013 2014 2015 2016
Dalam Persentase (Rasio)
BBNI BMRI PTBA SMGR TLKM
5 investasi. Akan tetapi, saat ini perusahaan dituntut untuk tidak mementingkan kemakmuran pemegang saham saja. Perusahaan juga harus mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat, serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Strategi yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan melaksanakan Corporate Social Responsibility (Yahdiyani dan Suryono, 2017).
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan (Latopono dan Andayani, 2015).
Corporate Social Responsibility menjadi suatu kewajiban sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga sudah harus berorientasi pada konsep triple bottom line. Menurut John Elkington (1997) dalam Hadi (2011:56), triple bottom line terbagi atas 3 yaitu profit, people dan planet.
Corporate Social Responsibility menjadi sebuah gagasan yang membuat perusahaan tidak hanya bertanggungjawab dalam hal keuangannya saja, tetapi juga terhadap masalah sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan. Pelaksanaan program CSR atau pertanggungjawaban sosial perusahaan merupakan investasi yang penting bagi perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan melibatkan tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat serta komunitas setempat (Astiari et al, 2014). Eksistensi perusahaan tidak hanya untuk memaksimalisasi nilai shareholder, namun juga menjaga kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder), yakni pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap eksistensi perusahaan, seperti karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, LSM, media massa, dan pemerintah, sehingga dalam hal ini perusahaan memaknai CSR bukan lagi sebagai expense, tapi sebagai investasi perusahaan terkait sustainability-nya (www.kompas.com).
Perusahaan melaksanakan CSR untuk meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan sebagai akibat penanaman modal dari investor (Maryana dan Ridhawati, 2013). Nurlela dan Islahuddin (2008)
6
menyatakan bahwa dengan praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik pula oleh investor. BUMN memiliki peran dalam implementasi Corporate Social Responsibility yang dituangkan melalui Program Kemitraan dan Usaha Kecil dan Bina lingkungan disingkat PKBL BUMN (Maryana dan Ridhawati, 2013).
Menurut Andrianto (2017), di Indonesia regulasi mengenai pelaksanaan CSR didasarkan pada aturan-aturan sebagai berikut:
1. Keputusan Peraturan Menteri BUMN PER-02/MBU/7/2017 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)
2. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan.
3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 pasal 15(b) dinyatakan bahwa “setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan”.
Implementasi program CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya perusahaan untuk terus dekat dengan masyarakat (Murdani et al, 2016).
Pelaksanaan program CSR tersebut memerlukan biaya yang besarannya tidak dibatasi dan ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Hasil penelitian Hadi (2011:65) menyatakan, biaya sosial yang dikeluarkan oleh perusahaan memiliki manfaat untuk meningkatkan nilai perusahaan. Di samping itu juga, biaya sosial (biaya keberpihakan perusahaan terhadap stakeholder) juga dapat meningkatkan image baik dipasar komoditas maupun pasar modal dan meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.
Menurut Sueb dalam Iskandar (2016), kelompok biaya sosial dan media pengungkapan yang sering dipilih oleh perusahaan adalah (1) penyajian biaya yang berkaitan dengan lingkungan, (2) biaya kesejahteraan karyawan yang disajikan
7 dalam catatan atas laporan keuangan, dan (3) biaya untuk masyarakat di sekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan tahunan.
Kesejahteraan karyawan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi perusahaan. Program ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan sehingga mampu meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya mendatangkan profit bagi perusahaan (Iskandar, 2016). Penelitian tentang pengaruh biaya kesejahteraan karyawan terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Pratama et al (2017) menyatakan bahwa biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Yudharma et al (2016) menyatakan bahwa biaya kesejahteraan karyawan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Iskandar, 2016). Dalam Peraturan Menteri BUMN PER-02/MBU/7/2017 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara pasal 9 ayat (1), program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek, untuk memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan, dan beban pembinaan.
Penelitian tentang pengaruh biaya kemitraan terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pratama et al (2017) menyatakan bahwa biaya kemitraan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Bina lingkungan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat sekitar (Iskandar, 2016). Dalam Peraturan Menteri BUMN PER- 02/MBU/7/2017 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara pasal 9 ayat (3), program bina lingkungan diberikan dalam bentuk bantuan bencana alam, bantuan pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam, dan/atau bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka
8
pengentasan kemiskinan. Penelitian tentang pengaruh biaya bina lingkungan terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pratama et al (2017) menyatakan bahwa biaya bina lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan memiliki tanggungjawab dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan memberikan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat, karena keberadaannya di tengah lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Khususnya dampak negatif, akan memicu reaksi dan protes stakeholders, sehingga perlu penyeimbangan lewat peran social responsibility sebagai salah satu strategi legitimasi perusahaan (Hadi, 2011:65).
Salah satu dampak positif yang diberikan perusahaan yaitu dapat melalui program CSR itu sendiri dan program kemitraan bina lingkungan atau PKBL.
Sebagai contoh, perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2015 menjalankan dua program inti yang terbagi atas program Aktivitas Sosial Perusahaan dan PKBL. Di mana, pelaksanaan program CSR dilakukan secara sukarela berdasarkan inisiatif perusahaan. Tujuannya untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara perseroan dengan lingkungan dan masyarakat serta memberikan manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Aktivitas tersebut dilaksanakan pada berbagai kategori, antara lain bantuan masyakarat dan lingkungan, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pembangunan sarana ibadah serta bantuan prasarana dan sarana umum. Sedangkan dari program kemitraan, ADHI mendukung pengembangan usaha mikro pada berbagai bidang antara lain, sektor pertanian, peternakan, industri, perdagangan, dan jasa lainnya untuk mendukung pengembangan usaha mikro. Sementara untuk program bina lingkungan, ADHI melaksanakan aktivitas dengan kegiatan berupa bantuan seperti pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan jalan (www.adhi.co.id).
Selain memberikan manfaat positif kepada masyarakat dan lingkungan, perusahaan pada hakikatnya memiliki karyawan sebagai salah satu bagian dari stakeholders. Menjaga hubungan serta mengembangkan sumber daya manusia
9 sudah menjadi konsistensi bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BRI menjaga hubungan dengan pegawai selalu memperhatikan hak azazi pegawai dan menerapkan azas kesertaraan. BRI juga senantiasa mengembangkan SDM dengan memberikan program pendidikan dan pelatihan untuk meng-upgrade kompetensi dan kreatifitas SDM (www.ir-bri.com).
Dalam mengoptimalkan nilai perusahaan, juga perlu diperhatikan kebijakan dividen (Yandiyani dan Suryono, 2017). Menurut Kusumawati dan Irawati (2013:173), kebijakan dividen adalah keputusan dalam mendistribusikan laba kepada para pemegang saham. Kebijaksanaan ini berhubungan dengan penentuan berapa bagian keuntungan Earning After Tax (EAT) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan berapa bagian yang akan ditahan di perusahaan (retained earning). Dividen merupakan alasan bagi investor dalam menanamkan investasinya, di mana dividen merupakan pengembalian yang akan diterima atas investasinya dalam perusahaan. Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen. Sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham, sehingga kebijakan dividen penting untuk memenuhi harapan pemegang saham terhadap dividen dengan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan disisi yang lainnya (Wijaya dan Wibawa, 2010). Menteri Keuangan (Sri Mulyani) menyatakan bahwa dividen perlu dibayarkan ketika perusahaan memperoleh laba positif. Perusahaan membayar dividen untuk mendanai investasi dalam menjaga keberlangsungan usaha (www.finance.detik.com).
Menurut Rahmawati et al (2014), Kebijakan dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh perusahaan terutama untuk menentukan besarnya laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen merupakan hal yang paling penting dalam literatur keuangan karena dengan membagikan dividen yang tinggi investor akan lebih percaya bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan return yang menjamin namun sebaliknya jika perusahaan membagikan dividen yang
10
rendah, investor akan memandang negatif dan akan berdampak pada keberlangsungan investasinya. Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam menghitung kebijakan dividen adalah Dividend Payout Ratio (DPR). DPR merupakan perbandingan antara dividen per share dengan earning per share.
Semakin tinggi nilai DPR maka nilai perusahaan akan semakin tinggi dikarenakan para investor akan tertarik dengan besarnya imbal balik dari investasi mereka.
sumber: Laporan keuangan, data diolah penulis (2018)
Gambar 1.2
Grafik rasio DPR Perusahaan BUMN go public tahun 2012-2016 Gambar 1.2 diatas, menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio DPR perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2016 bervariasi. Berdasarkan pergerakan grafik, terlihat bahwa BBNI dan BMRI mengalami kenaikan pembayaran dividen setiap tahunnya. PTBA mengalami penurunan. Lalu SMGR dan TLKM selama 3 tahun terakhir berada pada posisi yang konstan dengan kata lain konsisten membagikan dividen kepada investor sebesar 40% dan 60%.
Hasil penelitian mengenai kebijakan dividen telah dilakukan oleh Noerirawan dan Muid (2012), Yunitasari dan Priyadi (2014), Prastuti dan Sudhiarta (2016), Putra dan Lestari (2016), Andriana (2017) menujukkan bahwa kebijakan
0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80
2012 2013 2014 2015 2016
Dalam Persentase (Rasio)
BBNI BMRI PTBA SMGR TLKM
11 dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Gayatri dan Mustanda (2013), Hidayat (2013) menujukkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dan hasil penelitian terdahulu yang tidak inkonsisten, maka peneliti tertarik untuk menguji kembali pengaruh biaya CSR sebagai indikator CSR dan kebijakan dividen dengan proksi DPR terhadap nilai perusahaan dengan proksi Tobin’s Q. Maka, judul penelitian ini adalah “Pengaruh Biaya Corporate Social Responsibility dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016)”.
1.3 Perumusan Masalah
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap keberhasilan suatu perusahan yang tercermin dari harga saham. Harga saham yang tinggi dinilai investor sebagai tingkat pencapaian yang baik sehingga investor bersedia menanamkan modalnya kepada perusahaan. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q. Semakin besar Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Namun, berdasarkan gambar 1.1, terlihat bahwa secara rata-rata rasio Tobin’s Q perusahaan BUMN tidak terlalu besar. Sehingga dapat dikatakan prospek pertumbuhan perusahaan tidak terlalu baik.
Untuk itu, diperlukan beberapa strategi dalam meningkatkan nilai perusahaan seperti dengan melaksanakan Corporate Social Responsibility dan menetapkan kebijakan dividen. Corporate Social Responsibility merupakan tanggungjawab sosial kepada stakeholders agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan. CSR dapat diimplementasikan melalui program kemitraan bina lingkungan atau yang biasa disebut PKBL. Program Kemitraan Bina Lingkungan telah menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan BUMN sebagai bagian dari CSR.
Selama ini, CSR dan PKBL dipandang telah memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun lingkungan. Sedangkan Dividen merupakan pengembalian
12
investasi atas penanaman modal oleh investor. Perusahaan dapat menentukan apakah dividen akan dibagikan ke para pemegang saham atau akan dijadikan laba ditahan. Berdasarkan teori, jika semakin tinggi nilai DPR maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Namun, terlihat pada gambar 1.1 dan 1.2, pergerakan masing- masing Tobin’s Q dan DPR pada perusahaan BUMN tidak searah. Sehingga hal ini bertentangan dengan teori yang ada.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, ada pun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana biaya Corporate Social Responsibility, kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan biaya Corporate Social Responsibility dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial biaya Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016?
4. Apakah terdapat pengaruh secara parsial kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan biaya Corporate Social Responsibility, kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
13 2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan biaya Corporate Social Responsibility dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial biaya Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang dilihat dari dua aspek, yaitu:
1.6.1 Aspek Teoritis 1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu untuk menambah wawasan mengenai pengaruh Biaya Corporate Social Responsibility dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pembelajaran dalam pembahasan serupa yang disempurnakan.
1.6.2 Aspek Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari adanya penelitian adalah ditujukan kepada perusahaan dan investor. Bagi perusahaan khususnya BUMN, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk selalu mempertahankan dan
14
mengembangkan Corporate Social Responsibility yang diwujudkan melalui program-program yang melibatkan karyawan, lingkungan maupun masyarakat sekitar serta memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh elemen perusahaan dan juga tetap memperhatikan kebijakan dividen sebagai salah satu faktor dalam mengoptimalkan dan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mempertimbangkan keputusan untuk menanamkan saham ke suatu perusahaan dan mengetahui bahwa pentingnya Corporate Social Responsibility jika dikaitkan dengan nilai perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi agar mendapatkan tingkat pengembalian yang optimal.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen yaitu Biaya Corporate Social Responsibility (meliputi biaya kesejahteraan karyawan, biaya kemitraan, dan biaya bina lingkungan) dan kebijakan dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) serta 1 variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.
1.7.2 Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi yang dipilih adalah Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2016. Data penelitian yang digunakan adalah laporan tahunan yang diperoleh baik dari Bursa Efek Indonesia maupun website resmi perusahaan BUMN yang tercatat.
1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian
Periode penelitian menggunakan data laporan tahunan perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.
15 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Berikut adalah sistematika penulisan Tugas Akhir mengenai pengaruh Biaya Corporate Social Responsibility dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan yang akan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi dasar acuan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan sumber data, serta teknik analisis data dan pengujian hipotesis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil pengelolaan data serta pembahasan atas analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan atas permasalahan yang ada.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang beberapa kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan dan saran-saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
16
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN