• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi"

Copied!
269
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN

(Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri NIM: 172114166

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN

(Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri NIM: 172114166

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Ketika Tuhan mengambil sesuatu yang ada digenggaman, bukan berarti Dia sedang menghukum, namun Dia hanya sedang membuka tanganmu untuk menerima sesuatu yang lebih baik. Seseorang tidak akan mengetahui sampai mana batas maksimal yang bisa dilaluinya, hingga dia dipaksa dan ditekan untuk mampu bertahan dalam kondisi terbawahnya. Karena, dalam setiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja.

Ku persembahkan skripsi ini untuk mereka yang mencintaiku dan selalu mendukungku dalam segala keadaan. Terutama untuk kedua orang tuaku, yang senantiasa mendukung setiap keputusanku serta untuk sanak kerabat dan teman- teman yang selalu menemaniku dalam segala kondisiku.

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN

Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juli 2021 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang membuat pernyataan,

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Ekaristi Nugroho Saputri NIM : 172114166

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN

Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan

Beserta perangkat yang diberikan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademi tanpa perlu memberikan royalty kepada saya selama tetap tercantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 30 Juli 2021 Yang menyatakan

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa telah banyak mendapat bantuan, tenaga, materi, bimbingan, serta doa dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan menggembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Tiberius Handono Eko Prabowo, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Firma Sulistyowati, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Program Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah mendampingi selama masa perkuliahan.

(9)

viii

5. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA selaku Pembimbing yang telah membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA dan Ir. Drs. Hansiadi Y. Hartanto, M.Si., Ak, QIA., CA selaku dosen penguji dalam sidang skripsi.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Sabar dan Ibu Yohana Supadmi yang sangat aku sayangi, terimakasih telah mendukung dan peduli pada pendidikan anaknya serta segala doa yang begitu besar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman yang telah melalui banyak hal bersama, terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, semangat dan doanya serta,

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 30 Juni 2021

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Bank ... 10

B. Restrukturisasi ... 22

C. Kesehatan Perbankan ... 38

D. Analisis CAMEL ... 51

E. Penelitian Terdahulu ... 69

F. Hipotesis ... 73

G. Model Kerangka Pemikiran ... 79

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Desain Penelitian ... 81

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 81

(11)

x

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 81

D. Sumber Data ... 82

E. Teknik Pengumpulan Data ... 82

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

G. Variabel Penelitian ... 84

H. Teknik Analisis Data ... 90

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 98

A. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 98

B. Daftar ke-57 BPR yang Melakukan Restrukturisasi ... 100

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 162

A. Deskripsi Data ... 162

B. Analisis Data ... 162

C. Pembahasan ... 197

BAB VI PENUTUP ... 205

A. Kesimpulan ... 205

B. Keterbatasan Penelitian ... 207

C. Saran ... 208

DAFTAR PUSTAKA ... 210

LAMPIRAN ... 215

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Aspek Manajemen yang Dinilai dari Pembobotannnya ... 44

Tabel 2 Kriteria Penilaian CAR ... 54

Tabel 3 Kriteria Penilaian Rasio KAP ... 58

Tabel 4 Kriteria Penilaian Rasio PPAP ... 59

Tabel 5 Kriteria Penilaian Rasio ROA ... 64

Tabel 6 Kriteria Penilaian Rasio BOPO ... 66

Tabel 7 Kriteria Penilaian LDR ... 68

Tabel 8 Kriteria Penilaian Cash Ratio ... 69

Tabel 9 Bobot Penilaian Kesehatan ... 94

Tabel 10 Kriteria Penilaian Predikat Tingkat Kesehatan Bank ... 95

Tabel 11 Penyesuaian Penilaian Predikat Tingkat Kesehatan Bank ... 95

Tabel 12 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian CAR ... 164

Tabel 13 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian KAP ... 166

Tabel 14 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian PPAP ... 167

Tabel 15 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian ROA ... 169

Tabel 16 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian BOPO ... 170

Tabel 17 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian LDR ... 172

Tabel 18 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Penilaian Cash Ratio ... 173

Tabel 19 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Tingkat Kesehatan Keuangan BPR 175 Tabel 20 Hasil Uji Normalitas Data Rasio-Rasio Keuangan Sebelum ... 177

Tabel 21 Hasil Uji Normalitas Data Rasio-Rasio Keuangan Sesudah ... 177

Tabel 22 Hasil Uji Normalitas Tingkat Kesehatan Bank ... 178

Tabel 23 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test CAR ... 180

Tabel 24 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test KAP ... 183

Tabel 25 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test PPAP ... 184

Tabel 26 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test ROA ... 187

Tabel 27 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test BOPO ... 189

Tabel 28 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test LDR ... 191

Tabel 29 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test Cash Ratio ... 193

Tabel 30 Hasil Uji Beda Hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test Tingkat Kesehatan Perbankan ... 195

(13)

xii

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN

(Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan)

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri NIM: 172114166

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2021

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kesehatan bank dan komponen-komponen penilaiannya yang meliputi capital, assets, earnings, dan liquidity antara sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit. Penelitian ini dilakukan pada BPR yang terdampak pandemi virus corona (COVID-19) dan menerapkan kebijakan restrukturisasi periode 2019-2020.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, yaitu data sekunder laporan keuangan 3 triwulan sebelum dan 3 triwulan sesudah restrukturisasi kredit. Data dianalisis menggunakan rasio keuangan capital, asset, earnings, dan liquidity serta pengujian hipotesis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan pada nilai capital, assets, earnings dan tingkat kesehatan perbankan antara sebelum dan sesudah restrukturisasi kredit. Namun, tidak terdapat perbedaan untuk nilai liquidity sebelum dan sesudah restrukturisasi kredit. Akibat restrukturisasi kredit, tingkat risiko kredit macet berkurang sehingga nilai capital dan asset sesudah restrukturisasi lebih tinggi dibandingkan sebelum restrukturisasi, akan tetapi di sisi lain adanya restrukturisasi kredit, mengakibatkan laba dan arus kas jangka pendek tidak meningkat, hal ini dibuktikan dengan nilai earnings dan liquidity yang lebih rendah pada periode sesudah restrukturisasi kredit dibandingkan sebelum restrukturisasi kredit. Tingkat kesehatan bank secara keseluruhan pada periode sesudah restrukturisasi kredit juga menujukan nilai lebih rendah, dibandingkan sebelum restrukturisasi kredit hal ini berarti restrukturisasi kredit dalam jangka pendek akan menurunkan kesehatan perbankan, tetapi ada kemungkinan apabila dilakukan dalam jangka panjang hasilnya akan lebih baik.

Kata kunci: restrukturisasi, tingkat kesehatan bank, capital, assets, earnings, liquidity.

(14)

xiii

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF CREDIT RESTRUCTURING ON BANKING SOUNDNESS

(Empirical Study on Rural Banks Listed on Financial Services Authority)

Theresia Ekaristi Nugroho Saputri NIM: 172114166

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2021

This study is an empirical research that aims to analyze the differences between the soundness of the bank and their assessment components which include capital, assets, earnings, and liquidity between before and after the credit restructuring. This research was conducted on the affected BPR by the corona virus pandemic (COVID-19) and implemented restructuring policy for the 2019- 2020 period.

The data collection technique uses the documentation method, namely secondary data reports financial 3 quarters before and 3 quarters after credit restructuring. Data analyzedusing financial ratios of capital, assets, earnings, and liquidity and Wilcoxon Signed Rank Test hypothesis testing.

The results showed that there were significant differences in the value of capital, assets, earnings and banking soundness between before and after credit restructuring. However, there is no significant difference for the liquidity value before and after credit restructuring. As a result of credit restructuring, the level of bad credit risk is reduced so that the value of capital and assets after restructuring is higher than before restructuring, However, on the other hand, credit restructuring has resulted in long-term profits and cash flows short stock does not increase, this is evidenced by lower earnings and liquidity values in the period after credit restructuring compared to before credit restructuring. Levelthe overall health of the bank in the period after credit restructuring also shows lower value, compared to before credit restructuring, this means credit restructuring in the short term will reduce banking health, but there is a possibility that if done in the long term the results will be better.

Keywords: restructuring, bank soundness, capital, assets, earnings, liquidity

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan persebaran virus corona (COVID-19) berdampak pada kehidupan masyarakat dunia, bukan hanya berkaitan dengan kesehatan tetapi juga turut menyeret sektor perekonomian global. Di Indonesia perkembangan persebaran virus corona (COVID-19) sendiri berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap para debitur, terutama para debitur usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sehingga berpotensi mengganggu perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang tentunya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara.

Sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan merupakan suatu agen pembangunan (development agent) bagi negara, yang mempunyai fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat guna mendorong pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nasional.

Di Indonesia sendiri menurut Buku-2 Perbankan Seri Literasi Keuangan, pengelompokan perbankan berdasarkan jenis kegiatan operasionalnya bank terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang keduanya melaksanakan kegiatan konvensional ataupun syariah, dengan aktivitas utama dari sektor perbankan adalah pemberian kredit yang juga merupakan sumber penghasil pendapatan terbesar. Kegiatan pemberian kredit akan mendatangkan keuntungan bagi

(16)

2

bank dari pengembalian pinjaman dan bunga yang dibayarkan dari nasabah, namun aktivitas pemberian kredit sendiri tentunya tidak dapat mengelak untuk berhadapan dengan berbagai risiko, salah satu risiko yang kerap kali muncul yaitu ketika debitur tidak mampu melakukan pembayaran sesuai kesepakatan bersama atau sering disebut sebagai kredit bermasalah, yang menimbulkan kerugian bagi pihak bank.

Risiko kredit bermasalah yang muncul tentunya akan berpengaruh pada kinerja perbankan. Pihak bank tidak menerima pengembalian pinjaman maupun pendapatan bunga yang seharusnya dari dana yang telah disalurkan sebelumnya, dan tentunya hal ini akan mengganggu siklus penyaluran dana karena pihak bank tidak dapat menyalurkan kembali dana yang seharusnya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat porsi kredit bermasalah selama awal pandemi virus corona (COVID-19) naik menjadi 2,77% per Maret 2020, dari yang awalnya dibulan Desember 2019 sebesar 2,53% dan terus meningkat, pada bulan April 2020 mencapai 2,89%, Mei 2020 mencapai 3.01% dan hingga bulan Juni mencapai 3,11% mencakup pada Bank Umum, BPR dan perusahaan pembiayaan.

Kredit bermasalah merupakan suatu persoalan yang tidak bisa terus dibiarkan, dalam mengatasi permasalahan ini salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan strategi restrukturisasi, yaitu upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Dalam masa pandemi virus corona (COVID-19) pemerintah bekerjasama dengan

(17)

3

OJK dalam menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 Tentang Masalah Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Virus coronaDiaseas 2019 yang didalamnya memuat berbagai peraturan dalam menyikapi masalah yang muncul dimasa pandemi, salah satunya berisi tentang restrukturisasi kredit dan pembiayaan. Berdasarkan peraturan POJK Nomor 11/Pojk.03/2020 kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi dapat ditetapkan lancar apabila diberikan kepada debitur yang teridentifikasi terkena dampak penyebaran COVID-19.

Untuk BPR sendiri dimasa pandemi virus corona (COVID-19) mengalami dampak yang cukup nyata terhadap kinerja perbankan, seperti peningkatan potensi risiko kredit dan risiko likuiditas. Hal ini mendorong OJK untuk membuat POJK No.34/POJK.03/2020 tentang kebijakan bagi BPR dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai dampak penyebaran virus corona (COVID-19). Kebijakan tentang POJK No.34/POJK.03/2020 mendorong peningkatan potensi risiko kredit dan melemahnya arus kas yang nantinya akan berpengaruh pada optimalisasi kinerja industri di BPR. Suatu bank untuk menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik, perlu dilakukan tindakan perencanaan, pengoperasian, pengendalian, dan pengawasan.

Berbagai skema diserahkan sepenuhnya kepada bank dan sangat tergantung pada hasil identifikasi bank atas kinerja keuangan debitur

(18)

4

ataupun penilaian atas prospek usaha dan kapasitas membayar debitur yang terdampak COVID-19. Jangka waktu restrukturisasi ini sangat bervariasi tergantung pada asesmen bank terhadap debiturnya dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun.

Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai tugas untuk menjaga stabilitas keuangan negara. Perubahan kompleksitas yang datang dari luar maupun dalam bank mengharuskan bank membuat suatu pengaturan dan pengawasan dalam menjaga stabilitas keuangan maupun kondisi perekonomian negara. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan dan memenuhi semua kewajibannya dengan baik, dan kesehatan bank digunakan sebagai sarana dalam menetapkan strategi, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko.

Dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya dengan menghitung rasio keuangannya, menggunakan metode CAMEL yaitu Capital, Assets, Managements, Earnings and Liquidity. Metode CAMEL bertujuan untuk melihat tingkat kesehatan bank yang sesungguhnya, yang sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat dalam mengelola keuangan.

(19)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian latar belakang, maka dapat dikemukakan yang menjadi permasalah pada penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan atas tingkat kesehatan keuangan yang dinilai dari capital pada saat kondisi sebelum dan sesudah dilakukan restrukturisasi kredit?

2. Apakah terdapat perbedaan atas tingkat kesehatan keuangan yang dinilai dari assets pada saat kondisi sebelum dan sesudah dilakukan restrukturisasi kredit?

3. Apakah terdapat perbedaan atas tingkat kesehatan keuangan yang dinilai dari earnings pada saat kondisi sebelum dan sesudah dilakukan restrukturisasi?

4. Apakah terdapat perbedaan atas tingkat kesehatan keuangan yang dinilai dari liquidity pada saat kondisi sebelum dan sesudah dilakukan restrukturisasi?

5. Apakah terdapat perbedaan atas tingkat kesehatan keuangan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara keseluruhan di kondisi sesudah adanya restrukturisasi kredit dan sebelum adanya restrukturisasi kredit?

(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, berikut tujuan penelitian ini dilakukan:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan dalam tingkat kesehatan keuangan bank yang dinilai dari capital perbankan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di masa pandemi COVID-19.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan dalam tingkat kesehatan keuangan bank yang dinilai dari assets perbankan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di masa pandemi COVID-19.

3. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan dalam tingkat kesehatan keuangan bank yang dinilai dari earnings perbankan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di masa pandemi COVID-19.

4. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan dalam tingkat kesehatan keuangan bank yang dinilai dari liquidity perbankan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di masa pandemi COVID-19.

5. Untuk mengetahui dan menganalisa perbedaan dalam tingkat kesehatan perbankan secara keseluruhan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya restrukturisasi kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di masa pandemi COVID-19.

(21)

7 D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diperoleh pada penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Manfaat penelitian secara teoritis adalah penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya wawasan mengenai teori yang berkaitan dengan restrukturisasi kredit, maupun teori tentang kesehatan perbankan, terutama dalam hal mengukur tingkat kesehatan perbankan dengan menggunakan metode CAMEL.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Penulis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan dalam mengkaji ilmu pengetahuan dan sarana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh terhadap kondisi riil lapangan yang ada.

b. Bagi Bank Perkreditan Rakyat:

Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dampak restrukturisasi kredit pada tingkat kesehatan keuangan Bank Perkreditan Rakyat saat pandemi virus corona(COVID-19).

(22)

8 c. Bagi Pemerintah:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk evaluasi atas kebijakan yang diambil dan telah dilaksanakan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam pengerjaan penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori pendukung yang digunakan dalam menganalisa saat dilakukan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data hingga teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(23)

9

Bab ini menjelaskan tentang gambaran secara umum perusahaan atau objek yang digunakan sebagai sampel penelitian dan data penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai hasil analisis data dan pembahasan atas analisis yang telah dilakukan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini mencakup tentang kesimpulan, keterbatasan peneliti dan saran untuk berbagai pihak yang berkaitan.

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Bank

1. Pengertian Bank

Lembaga keuangan khususnya bank merupakan elemen penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Menurut Undang- Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1, dalam Ayat (1) dan (2) dijelaskan tentang definisi perbankan dan bank.

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.”

“Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Peran bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang memerlukan dana (deficit of funds). Bank menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat untuk membantu dunia usaha bertumbuh secara berkelanjutan. Di Indonesia, industri perbankan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga sebagai salah satu penopang perekonomian fungsi bank sebagai perantara keuangan harus berjalan dengan baik. Selain menjalankan aktivitas penghimpunan

(25)

11

dana dan penyaluran dana, bank juga melakukan aktivitas pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat seperti jasa pengiriman uang, jasa pembayaran (bill payment), jasa penampungan pembayaran tagihan (collection), jasa penitipan barang berharga (safe deposit box) dan lain- lain. Sebagian besar jasa-jasa tersebut memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan transaksi keuangan, sehingga transaksi keuangan antar masyarakat akan semakin cepat, efektif dan efisien.

Menurut Kasmir (2014:14), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan menurut Ismail (2011:12) bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan.

Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi

(26)

12

tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi inilah yang menjadi inti kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

2. Jenis Bank

Menurut Buku 2 Perbankan Seri Literasi Keuangan Tingkat Perguruan jenis-jenis bank dibedakan berdasarkan kriteria berikut:

a) Jenis Bank Berdasarkan Fungsi 1) Bank Sentral

Bank sentral adalah institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut. Di Indonesia, bank sentral yang ditunjuk oleh undang-undang adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia juga menjalankan peran dalam mengelola sistem pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang.

2) Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah

(27)

13

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang berperan sebagai penyedia jasa keuangan bagi usaha mikro dan kecil (UMK) serta masyarakat berpenghasilan rendah terutama di pedesaan. Sesuai dengan UU Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 tahun 1998, BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan kegiatannya terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Berdasarkan bentuk badan hukumnya, BPR dapat didirikan dengan bentuk badan hukum:

(28)

14 1. Perseroan Terbatas;

2. Koperasi; atau

3. Perusahaan Daerah.

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh pihak-pihak sebagai berikut:

1. Warga negara Indonesia;

2. Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia; dan/ atau;

3. Pemerintah daerah

BPR dapat didirikan dan melakukan kegiatan usahanya setelah memperoleh izin dari OJK. Untuk dapat mendirikan BPR, pihak- pihak tersebut di atas wajib mengajukan permohonan kepada OJK.

Pemberian izin oleh OJK diberikan melalui 2 tahapan yaitu:

1. Persetujuan Prinsip

Persetujuan Prinsip yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian BPR. Persetujuan prinsip diberikan paling lambat 40 hari kerja sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap, dan berlaku untuk jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal persetujuan prinsip diberikan, dan tidak dapat diperpanjang.

(29)

15 2. Izin usaha

Izin Usaha yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha BPR setelah persiapan sebagaimana dimaksud pada huruf a selesai dilakukan. Izin usaha diberikan paling lambat 40 hari kerja sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap. BPR yang telah mendapat izin usaha dari OJK wajib melakukan kegiatan usaha BPR paling lambat 40 hari kerja terhitung sejak tanggal izin usaha diterbitkan.

Selain harus memenuhi persyaratan administratif dalam rangka mendirikan BPR, pemohon juga harus memenuhi persyaratan modal disetor minimum yang besarnya ditetapkan berdasarkan zona lokasi pendirian BPR.

Sumber dana yang digunakan sebagai modal disetor BPR harus memenuhi ketentuan:

1. Dilarang berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan/ atau pihak lain, kecuali sumber dana tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); dan/ atau

2. Dilarang berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang. Setiap BPR wajib memiliki paling sedikit 1 pemegang saham dengan persentase kepemilikan saham paling sedikit 25% sesuai dengan

(30)

16

kriteria mengenai Pemegang Saham Pengendali yang diatur dalam ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan BPR. Jumlah minimal pihak yang memiliki BPR mengacu kepada peraturan perundangan-undangan yang mengatur mengenai bentuk badan hukum BPR yang bersangkutan. Sebagai contoh, untuk BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas maka jumlah pemilik BPR paling sedikit terdiri dari 2 orang atau lebih. Cakupan kegiatan usaha BPR sesuai UU Perbankan meliputi:

1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/ atau tabungan pada bank lain.

Sementara itu, BPR dilarang melakukan kegiatan:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

2. Melakukan penyertaan modal;

3. Melakukan usaha perasuransian;

4. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang diperbolehkan.

(31)

17

BPR ditetapkan dalam status pengawasan khusus apabila berdasarkan penilaian OJK BPR mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya. Penilaian OJK dilakukan berdasarkan penelitian yang mendalam atas laporan dan pemeriksaan terhadap BPR. Kesulitan yang dialami oleh BPR dianggap membahayakan bagi kelangsungan usahanya apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1.Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) kurang dari 4%.

2. Cash Ratio (CR) rata-rata selama 6 bulan terakhir kurang dari 3%.

BPR yang memenuhi kriteria tersebut ditetapkan dalam status pengawasan khusus dengan jangka waktu paling lama 180 hari sejak tanggal penetapan oleh OJK. BPR yang ditetapkan dalam status pengawasan khusus tersebut dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, apabila pada saat ditetapkan dalam status pengawasan khusus BPR memiliki rasio KPMM sama dengan atau kurang dari 0% dan/ atau CR rata-rata selama 6 bulan terakhir sama dengan atau kurang dari 1% . Selama jangka waktu pengawasan khusus tersebut BPR diharapkan melakukan upaya untuk memperbaiki permasalahan utama yang dihadapi BPR sehingga dapat meningkatkan rasio KPMM dan CR dan dapat

(32)

18

dikeluarkan dari status pengawasan khusus. Dalam rangka upaya perbaikan kinerja BPR, OJK dapat memerintahkan BPR dan/ atau pemegang saham BPR untuk melakukan tindakan antara lain:

1. Menambah modal;

2. Menghapus bukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian BPR dengan modalnya;

3. Mengganti anggota Direksi dan/ atau Dewan Komisaris BPR;

4. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain;

5. Menjual BPR kepada pembeli yang bersedia mengambilalih seluruh kewajiban BPR;

6. Menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan BPR kepada pihak lain;

7. Menjual sebagian atau seluruh harta dan/ atau kewajiban BPR kepada pihak lain; dan/ atau

8. Menghentikan kegiatan usaha tertentu dalam waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

BPR dapat dikeluarkan dari status pengawasan khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Rasio KPMM paling kurang sebesar 4%; dan

2. CR rata-rata selama 6 bulan terakhir paling kurang sebesar 3%.

(33)

19

Selama jangka waktu pengawasan khusus tersebut, OJK sewaktu-waktu dapat memberitahukan kepada LPS dan meminta LPS untuk memberikan keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan BPR, dalam hal BPR yang ditetapkan dalam status pengawasan khusus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. BPR memiliki rasio KPMM sama dengan atau kurang dari 0%

dan/ atau CR rata-rata selama 6 bulan terakhir sama dengan atau kurang dari 1%; dan

2. Berdasarkan penilaian OJK, BPR tidak mampu meningkatkan rasio KPMM menjadi paling kurang sebesar 4% dan CR rata- rata selama 6 bulan terakhir paling kurang sebesar 3%.

Pada saat berakhirnya jangka waktu pengawasan khusus, OJK memberitahukan kepada LPS dan meminta LPS untuk memberikan keputusan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan BPR yang memenuhi kriteria:

1. Rasio KPMM kurang dari 4%; dan/ atau

2. CR rata-rata selama 6 bulan terakhir kurang dari 3%.

Dalam hal LPS memutuskan untuk tidak melakukan penyelamatan terhadap BPR dalam status pengawasan khusus, OJK mencabut izin usaha BPR yang bersangkutan setelah memperoleh pemberitahuan dari LPS.

(34)

20 3. Fungsi Bank

a. Lembaga Kepercayaan (Agent of Trust)

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank dan pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Masyarakat dan pihak bank harus saling percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh kedua belah pihak. Masyarakat percaya uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank dan pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman sesuai, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agen Pembangunan (Agent of Development)

Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi,

(35)

21

dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi inilah yang menjadi inti kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. Bankir-bankir yang mengelola bank-nya dengan sistem dan metode yang baik dalam memacu tingkat produktivitas usaha para nasabah (baik industri, perdagangan ataupun petani), akan mampu melihat ke depan dan mengambil keputusan yang baik bagi perkembangan ekonomi negaranya. Fasilitas yang diberikan bank menjangkau pula secara luas kepada seluruh lapisan masyarakat petani maupun para pedagang kecil melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Perumahan Rakyat (KPR), dan Kredit Perdagangan (KP) dengan berbagai kemudahan dan persyaratan-persyaratan yang lunak. Bagi usaha-usaha menengah dan besar, bank menyediakan kredit produksi dan ekspor-impor serta kredit distribusi berskala besar dengan jangkauan ke seluruh dunia. Dalam kaitan inilah bank disebut sebagai agent of development atau alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui pembiayaan semua jenis usaha pembangunan.

c. Pemberi Layanan (Agent of Services)

Selain melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

(36)

22

kegiatan perekonomian secara luas. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

B. Restrukturisasi

1. Pengertian Restrukturisasi

Restrukturisasi adalah program bank sebagai suatu upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibanya. Kebijakan mengenai restrukturisasi kredit pertama kali diatur dalam SK Direksi Bank Indonesia No.31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang kemudian diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit. Pada mulanya restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) cara yakni melalui penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aktiva debitur sesuai ketentuan yang berlaku dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Restrukturisasi kredit merupakan upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha

(37)

23

perkreditan agar debitur bisa memenuhi kewajibannya melalui penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aktiva debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur.

Retrukturisasi adalah keringanan pembayaran cicilan pinjaman di suatu bank maupun leasing. Bukan berarti sebuah “penghapusan hutang”, hutang yang kita punya masih ada namun kita diberikan keringanan dalam pembayaran. Bentuk-bentuk keringanan kredit yang biasanya diberikan berupa penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, penggurangan tunggakan bunga, dan penambahan fasilitas serta adanya konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Tidak semua debitur yang bermasalah dapat direstrukturisasi kreditnya, bank harus melihat prospek usaha dari debitur itu sendiri.

Restrukturisasi kredit dapat dilakukan bila debitur memiliki prospek yang baik dan telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit, sementara debitur yang tidak memiliki prospek yang baik dapat saja dilikuidasi.

Program restrukturisasi tidak diperkenankan apabila program tersebut hanyalah untuk menghindari penurunan penggolongan kualitas kredit, atau pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

(38)

24

Produktif (PPAP) yang lebih besar; atau penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual.

Pemberian keringanan atau restrukturisasi ini untuk membantu masyarakat yang kesulitan membayar pinjaman, namun di sisi lain dapat tetap menjaga stabilitas keuangan. Terutama di masa pandemi COVID-19 Bank/Leasing juga mengalami kesulitan pemasukan sebagai dampak situasi sekarang, sementara Perusahaan Bank/Leasing tetap harus membayar bunga kepada para penabung/investor dan mengeluarkan biaya operasional (menggaji karyawan, biaya sewa, listrik, air, dan lain-lain) sementara tidak ada pendapatan dari nasabah.

Apabila harus menghapus semua hutang yang ada, Bank/Leasing bisa terancam tutup, melakukan pemutusan hubungan kerja pegawai, dan ujungnya bisa berimbas ke perekonomi Indonesia.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI2012 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

a. Penurunan suku bunga kredit;

b. Perpanjangan jangka waktu kredit;

c. Pengurangan tunggakan bunga kredit;

d. Pengurangan tunggakan pokok kredit;

e. Penambahan fasilitas kredit; dan/atau

(39)

25

f. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria yaitu debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit; dan debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi. Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk, memperbaiki kualitas kredit; atau menghindari peningkatan pembentukan PPA.

Keputusan restrukturisasi kredit harus dilakukan oleh pihak yang lebih tinggi dari pihak yang memutuskan pemberian kredit. Dalam hal keputusan pemberian kredit dilakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan tertinggi sesuai anggaran dasar bank maka keputusan restrukturisasi kredit dilakukan oleh pihak yang setingkat dengan pihak yang memutuskan pemberian kredit. Untuk menjaga obyektivitas, restrukturisasi kredit wajib dilakukan oleh pejabat atau pegawai yang tidak terlibat dalam pemberian kredit yang direstrukturisasi. Dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit, pembentukan satuan kerja khusus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bank dengan tetap mengikuti ketentuan bank indonesia yang berlaku.

Kredit yang akan direstrukturisasi wajib dianalisis berdasarkan prospek usaha debitur dan kemampuan membayar sesuai proyeksi arus kas. Kredit kepada pihak terkait yang akan direstrukturisasi wajib

(40)

26

dianalisis oleh konsultan keuangan independen yang memiliki izin usaha dan reputasi yang baik. Setiap tahapan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit dan hasil analisis yang dilakukan bank dan konsultan keuangan independen terhadap kredit yang direstrukturisasi wajib didokumentasikan secara lengkap dan jelas.

Kualitas kredit setelah restrukturisasi ditetapkan yaitu, paling tinggi sama dengan kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi kredit, sepanjang debitur belum memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga secara berturut turut selama 3 (tiga) kali periode sesuai waktu yang diperjanjikan. Dapat meningkat paling tinggi 1 (satu) tingkat dari kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi, setelah debitur memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga secara berturut turut selama 3 (tiga) kali periode.

Setelah penetapan kualitas kredit, debitur tidak memenuhi syarat- syarat dan/atau kewajiban pembayaran dalam perjanjian restrukturisasi kredit, baik selama maupun setelah 3 (tiga) kali periode pembayaran sesuai waktu yang diperjanjikan. Penetapan kualitas kredit yang direstrukturisasi sampai dengan jumlah Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dilakukan yaitu, paling tinggi kurang lancar untuk kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi kredit tergolong diragukan dan macet dan tetap sama untuk kredit yang tergolong kurang lancar dan dalam perhatian khusus, sampai dengan 3 (tiga) kali

(41)

27

periode kewajiban pembayaran dan selanjutnya ditetapkan berdasarkan faktor penilaian atas ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga.

Dalam hal periode pemenuhan kewajiban angsuran pokok dan/atau bunga kurang dari 1 (satu) bulan, peningkatan kualitas dapat dilakukan paling cepat dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak dilakukan restrukturisasi kredit. Penetapan kualitas kredit yang direstrukturisasi dengan pemberian tenggang waktu pembayaran (grace period) pokok dan bunga ditetapkan yaitu, selama grace period kualitas mengikuti kualitas kredit sebelum dilakukan restrukturisasi, dan setelah grace period berakhir, kualitas kredit mengikuti penetapan kualitas.

Dalam hal Kredit yang direstrukturisasi berjumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah), penetapan kualitas kreditnya tidak dipengaruhi oleh kualitas kredit yang diberikan oleh bank lain kepada debitur atau proyek yang sama dengan jumlah kurang dari atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 45/POJK.03/2017 Tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Atau Pembiayaan Bank Bagi Daerah tertentu Di Indonesia Yang Terkena Bencana Alam.

Kondisi geografi Indonesia yang rawan akan bencana alam membuat Indonesia berpotensi untuk mengalami bencana alam yang tentunya akan menimbulkan kerugian, salah satunya kerugian yang nyata terhadap pertumbuhan ekoomi di daerah terkena bencana.

Salah satu upaya untuk mendukung pemulihan kondisi perekonomian yang dapat pemerintah lakukan dengan memberikan

(42)

28

perlakuan khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank dengan jumlah tertentu dan kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi.

Sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia ke OJK, diperlukan pengaturan kembali perlakuan khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam.

Kualitas kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan kredit bagi BPR atau pembiayaan bagi BPRS yang direstrukturisasi ditetapkan lancar sejak restrukturisasi sampai dengan 3 (tiga) tahun setelah terjadinya bencana alam. Pelaksanaan restrukturisasi kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan restrukturisasi kredit bagi BPR atau pembiayaan bagi BPRS dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum, ketentuan OJK yang mengatur mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum syariah dan unit usaha syariah, ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah, ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kualitas aktiva produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif BPR atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penilaian kualitas aktiva bagi bank pembiayaan rakyat syariah.

(43)

29

Restrukturisasi kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan restrukturisasi kredit bagi BPR atau Pembiayaan bagi BPRS dapat dilakukan terhadap kredit atau pembiayaan yang disalurkan sebelum maupun setelah terjadinya bencana alam.

Ketentuan yang berlaku untuk kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan kredit bagi BPR atau pembiayaan bagi BPRS yang memenuhi persyaratan:

a. Disalurkan kepada debitur dengan lokasi proyek atau lokasi usaha di daerah tertentu yang terkena bencana alam

b. Telah atau diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit atau imbal hasil pembiayaan yang disebabkan dampak dari bencana alam di daerah tertentu; dan

c. Direstrukturisasi setelah terjadinya bencana alam.

Penetapan kualitas kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan kredit bagi BPR atau pembiayaan bagi BPRS yang tidak direstrukturisasi maupun yang direstrukturisasi setelah jangka waktu mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum, ketentuan OJK yang mengatur mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum syariah dan unit usaha syariah, ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kualitas aktiva produktif dan pembentukan penyisihan penghapusan

(44)

30

aktiva produktif BPR atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penilaian kualitas Aktiva bagi bank pembiayaan rakyat syariah.

Penentuan daerah tertentu yang terkena bencana alam ditetapkan dalam suatu keputusan Dewan Komisioner OJK dengan memperhatikan aspek:

a. Luas wilayah yang terkena bencana alam;

b. Jumlah korban jiwa;

c. Jumlah kerugian materiil;

d. Jumlah debitur yang diperkirakan terkena dampak bencana alam;

e. Persentase jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada debitur yang terkena dampak bencana alam terhadap jumlah kredit atau pembiayaan di daerah yang terkena bencana alam;

f. Persentase jumlah kredit atau pembiayaan dengan plafon sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) terhadap jumlah kredit atau pembiayaan di daerah yang terkena bencana alam; dan g. Aspek lainnya yang menurut OJK perlu untuk dipertimbangkan.

Bank dapat memberikan kredit atau pembiayaan dan/atau penyediaan dana lain yang diberikan setelah terjadinya bencana alam bagi debitur yang terkena dampak bencana alam di daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam. Penetapan kualitas kredit atau pembiayaan dan/atau penyediaan dana lain yang diberikan setelah

(45)

31

terjadinya bencana alam dilakukan secara terpisah dengan kualitas kredit atau pembiayaan dan/atau penyediaan dana lain sebelumnya.

Penetapan kualitas kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan/atau penyediaan dana lain yang diberikan setelah terjadinya bencana alam:

a. Untuk kredit atau pembiayaan dan/atau penyediaan dana lain yang diberikan setelah terjadinya bencana alam dengan plafon sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), penetapan kualitas kredit atau pembiayaan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud.

b. Untuk kredit atau pembiayaan dan/atau penyediaan dana lain yang diberikan setelah terjadinya bencana alam dengan plafon lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), penetapan kualitas kredit atau pembiayaan mengacu pada ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum atau ketentuan OJK yang mengatur mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum syariah dan unit usaha syariah.

Penetapan kualitas kredit bagi Bank Umum atau pembiayaan bagi BUS atau UUS dan/atau penyediaan dana lain hanya berlaku untuk Kredit bagi Bank Umum atau Pembiayaan bagi BUS atau UUS dan/atau penyediaan dana lain yang disalurkan kepada debitur dengan lokasi proyek atau lokasi usaha di daerah tertentu yang terkena

(46)

32

bencana alam untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak terjadinya bencana alam.

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

Dalam menghadapi keadaan luar biasa yaitu kemunculan wabah coronavirus (COVID-19) pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan surat edaran sebagai langkah awal dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan perekonomian negara. Berdasar surat Frequently Asked Question (FAQ) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan NO.34/POJK.03/2020 Tentang Kebijakan Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagai Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019. Latar belakang penerbitan POJK yaitu berkaitan dengan perkembangan penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) di wilayah Indonesia yang ternyata berdampak cukup nyata terhadap kinerja debitur sehingga berpotensi mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pokok-pokok pengaturan POJK Stimulus Dampak COVID-19 antara lain:

a. POJK ini berlaku bagi BUK, BUS, UUS, BPR, dan BPRS.

b. Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

(47)

33

c. Debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM adalah debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur atau usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun tidak langsung pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.

Dari surat Frequently Asked Question Restrukturisasi Kredit atau Pembiayaan terkait Dampak COVID-19, Presiden RI dalam keterangan pers hari Selasa, 24 Maret 2020 menyampaikan bahwa OJK memberikan kelonggaran atau relaksasi kredit usaha mikro dan usaha kecil untuk nilai dibawah Rp10 milyar baik kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank maupun industri keuangan non- bank kepada debitur perbankan. Bagi debitur perbankan, akan diberikan penundaan sampai dengan 1 (satu) tahun dan penurunan bunga. Hal tersebut tertuang dalam ketentuan yang mengatur secara umum pelaksanaan restrukturisasi kredit atau pembiayaan sebagai akibat dampak dari persebaran virus COVID-19.

Kebijakan POJK Nomor11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical mengatur bahwa debitur yang mendapatkan perlakuan khusus dalam POJK ini adalah debitur (termasuk debitur UMKM) yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur atau usaha

(48)

34

debitur terdampak penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun tidak langsung pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan. Dalam POJK ini jelas diatur bahwa pada prinsipnya bank dapat melakukan restrukturisasi untuk seluruh kredit atau pembiayaan kepada seluruh debitur, termasuk debitur UMKM, sepanjang debitur-debitur tersebut teridentifikasi terdampak COVID- 19. Pemberian perlakuan khusus tersebut tanpa melihat batasan plafon kredit atau pembiayaan.

Berdasarkan peraturan POJK Nomor.11/Pojk.03/2020 kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi dapat ditetapkan lancar apabila diberikan kepada debitur yang teridentifikasi terkena dampak penyebaran COVID-19. Restrukturisasi kredit atau pembiayaan dilakukan mengacu pada POJK mengenai penilaian kualitas aktiva, antara lain dengan cara:

a. Penurunan suku bunga;

b. Perpanjangan jangka waktu;

c. Pengurangan tunggakan pokok;

d. Pengurangan tunggakan bunga;

e. Penambahan fasilitas kredit atau pembiayaan; dan/atau

f. Konversi kredit atau pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara.

(49)

35

Berbagai skema diserahkan sepenuhnya kepada bank dan sangat tergantung pada hasil identifikasi bank atas kinerja keuangan debitur ataupun penilaian atas prospek usaha dan kapasitas membayar debitur yang terdampak COVID-19. Jangka waktu restrukturisasi ini sangat bervariasi tergantung pada asesmen bank terhadap debiturnya dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun.

4. Frequently Asked Question Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.34/Pojk.03/2020 Tentang Kebijakan Bagi Bank Perkreditan Rakyat Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sebagai Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Perkembangan penyebaran virus coronadisease 2019 (COVID-19) di wilayah Indonesia berdampak cukup nyata terhadap kinerja BPR dan BPRS, di antaranya terkait dengan peningkatan potensi risiko kredit dan risiko likuiditas (penurunan arus kas masuk). Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan industri BPR dan BPRS, sehingga untuk mendorong optimalisasi kinerja industri BPR dan BPRS perlu diambil kebijakan bagi BPR dan BPRS sebagai dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19). Kebijakan bagi BPR dan BPRS yang diatur dalam POJK No.34/Pojk.03/2020 berkaitan dengan penerapan kebijakan bagi BPR dan BPRS sebagai dampak penyebaran COVID-19 meliputi:

1) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

BPR/BPRS dapat membentuk PPAP umum kurang dari 0,5% atau tidak membentuk PPAP umum untuk aktiva produktif berupa

(50)

36

penempatan pada bank lain dan kredit/pembiayaan dengan kualitas lancar untuk Laporan Bulanan sejak posisi April 2020.

2) Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)

Perhitungan AYDA berdasarkan jangka waktu kepemilikan dapat dihentikan sementara sampai dengan 31 Maret 2021. Selanjutnya BPR/BPRS dapat menggunakan persentase nilai AYDA posisi 31 Maret 2020 sebagai faktor pengurang modal inti dalam perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) sampai dengan 31 Maret 2021.

Setelah tenggat waktu tersebut, perhitungan persentase AYDA sebagai faktor pengurang modal inti kembali mengacu pada ketentuan mengenai penilaian kualitas aktiva BPR/BPRS, dan BPR/BPRS memperhitungkan periode kepemilikan AYDA, sejak AYDA dieksekusi tanpa memperhitungkan periode relaksasi.

3) Penyediaan Dana Dalam Bentuk Penempatan Dana Antar Bank (PDAB):

i. Penyediaan dana dalam bentuk PDAB untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR/BPRS lain dikecualikan dari ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD).

ii. Penyediaan dana dimaksud dapat dilakukan kepada seluruh BPR/BPRS pihak terkait dan pihak tidak terkait paling

(51)

37

banyak 30% (tiga puluh persen) dari modal BPR/BPRS dengan didasarkan pada surat pernyataan dari BPR/BPRS.

iii. Dalam hal terdapat PDAB untuk penanggulangan permasalahan likuiditas melebihi 30% (tiga puluh persen), maka BPR/BPRS yang melakukan penempatan dana menyusun rencana tindak yang terdiri dari langkah dan target waktu penyelesaian secepatnya.

iv. BPR/BPRS yang melakukan penyediaan dana dalam bentuk PDAB untuk penanggulangan permasalahan likuiditas harus menyampaikan laporan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya setelah penyediaan dana tersebut.

4) BPR dan BPRS dapat menyediakan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) tahun 2020 kurang dari 5% (lima persen) dari realisasi biaya SDM tahun sebelumnya.

BPR dan BPRS tidak perlu membentuk akumulasi cadangan penyisihan kerugian sebesar 0.5% (nol koma lima persen) dari aset produktif kualitas lancar yang tidak dibentuk selama masa berlaku POJK ini pada tanggal 1 April 2021. Namun demikian,

BPR dan BPRS sebaiknya menghitung cadangan penyisihan kerugian sebesar 0,5%

(nol koma persen) dari aset produktif kualitas lancar sebagai dokumentasi dan administrasi BPR dan BPRS dalam rangka mengantisipasi kebutuhan pembentukan PPAP saat POJK ini tidak lagi berlaku. Selanjutnya, pada tanggal 1 April 2021, BPR dan BPRS harus kembali membentuk PPAP untuk aset produktif dengan kualitas lancar sebagaimana POJK No.33/POJK.03/2018 dan POJK No.29/POJK.03/2019.

(52)

38

BPR dan BPRS dapat melakukan penempatan dana antar bank pada BPR atau BPRS lain untuk penanggulangan permasalahan likuiditas pada BPR atau BPRS lain, baik pihak terkait maupun pihak tidak terkait, paling banyak sebesar 30%

dari modal BPR atau BPRS yang melakukan penempatan dana, di luar batas maksimum penempatan dana kepada pihak terkait dan batas maksimum penempatan dana berupa PDAB kepada pihak tidak terkait. BPR dan BPRS diperkenankan tidak melakukan penyediaan dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM untuk tahun 2020. Selanjutnya, pada tahun 2021 BPR dan BPRS harus menyediakan kembali dana pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan SDM sebagaimana POJK 47/POJK.03/2017.

C. Kesehatan Perbankan 1. Kesehatan Perbankan.

a. Pengertian Kesehatan Perbankan.

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank dalam melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik, dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan. Indikator tingkat kesehatan bank diuraikan lebih rinci pada ketentuan- ketentuan yang mengatur tentang kesehatan bank (Susilo, 2000:48).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi

(53)

39

intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.

Menurut Peraturan Bank Indonesia NO: 10/1/PBI/2004 Pasal 1 Ayat (4), pengertian tingkat kesehatan bank hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek 36 yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Menurut Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 6/10/ PBI /2004 tanggal 12 April 2004 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan bank dalam hal ini adalah faktor permodalan, Aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas, faktor likuiditas dan faktor sensitivitas, kelima faktor ini dikenal dengan istilah CAMEL.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/1/2011 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment). Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan risiko (risk- based bank rating/RBBR) baik secara individual maupun konsolidasi. Pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam

Gambar

Tabel 2: Kriteria Penilaian Capital Adquancy Ratio (CAR)
Tabel 3: Kriteria Penilaian Rasio Kualitas Aktiva Produktif  (KAP)
Tabel 4: Kriteria Penilaian Rasio Penyisihan, Penghapusan  Aktiva Produktif (PPAP)
Tabel 5: Kriteria Penilaian Rasio Return On Assets (ROA)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelajuan linier atau kelajuan tangensial adalah hasil bagi antara antara panjang lintasan linier yang ditempuh benda dengan selang waktu tempuhnya dengan

Wajib Pajak Orang Pribadi adalah semua orang yang telah memiliki penghasilan, yaitu penghasilan yang merupakan objek pajak dan dikenakan tarif umum yang jumlahnya

Ada bahan piezoelektrik untuk suhu tinggi umumnya digunakan untuk pembangkit energi listrik dengan panas, batubara atau yang lain, panas yang dihasilkan tidak sia-sia

Raharjana, D.T., 2012, Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Studi Kasus di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara,

Lahirnya hak kebendaan pada hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan, yaitu digantungkan pada penerapan dari asas publisitas, dengan mendaftarkan ke kantor pendaftaran

Berdasarkan eksperimen dengan 3 supplier dam 157 item menggunakan multiple can-order level dengan can-order policy yang dihasilkan algoritma Simulated Annealing,

Pada dasarnya karya seni merupakan perwujudan nilai seniman penciptanya yang ditujukan kepada orang lain. Dari satu sisi, karya seni adalah wujud seperangkat nilai

Penelitian ini terdapat banyak kelemahan dalam penilaian tingkat kehalusan yang sebaiknya kehalusan kulit harus diamati secara cermat dengan menggunakan alat ukur yang