• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan setiap waktu sehingga sebagian besar masyarakat memahami pengertian betapa kejam tindakan pembunuhan, bahkan sebelum mereka tahu penyebabnya dan bagaimana itu semua terjadi. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi dimana salah satunya berbentuk pembunuhan. Dihimpun dari crime index, 11 kasus menonjol yang terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya, tahun 2015 angka pembunuhan di Jakarta mencapai 70 kasus atau meningkat 4% di banding tahun 2014 yang mencapai angka 68 kasus. Dari segi penyelesaian kasus pembunuhan, tahun 2015 terjadi penurunan sebanyak 16% yaitu hanya 57 kasus yang diselesaikan. Pada tahun 2016, jumlah kasus pembunuhan pun masih terus berlanjut dan semakin meresahkan masyarakat. Beberapa diantaranya disebabkan oleh kasus asmara, perampokan, pemerkosaan hingga finansial. Antara tahun 2015 dan 2016 sudah terdapat puluhan kasus pembunuhan yang terjadi di tanah air dan tidak sedikit pelakunya bukan hanya orang dewasa melainkan juga yang masih dibawah umur.

(2)

Pembunuhan pada dasarnya merupakan kejahatan nafsu (Wolfgang dan Ferracuti dalam Rasz, 2009). Nafsu hewani manusia dengan dasar untuk mempertahankan ini, menggumpal dalam diri seseorang sehingga timbul niatan untuk menghabisi dan menyingkirkan nyawa orang lain dengan beragam alasan. Pembunuhan umumnya dipandang sebagai sesuatu yang dimaksudkan ataupun diinginkan oleh seseorang, sedangkan pembunuhan tersencana dipandang sebagai hal yang ridak dimaksudkan dari tindakan seseorang. Ahli kriminal, Clinard dan Quinney berpendapat bahwa adanya perbedaan antara penyerangan dan pembunuhan terletak pada unsur yang menyertai tindakannya tersebut, dimana penyerangan mengandung unsur “hasil/akibat” sedangkan pembunuhan mengandung unsur “maksud”. Penyerangan yang bertubi-tubi ada usaha untuk menyebabkan orang lain terluka bahkan hingga mencabut nyawa orang lain tersebut dan hampir semua pembunuhan mewakili beberapa bentuk dari hasil serangan yang bertubi-tubi, namun perbedaann utamanya yaitu adanya korban yang meninggal (Clinard dan Quinney, 1973:26).

Terdapat beberapa hal yang menarik dari setiap kasus pembunuhan adalah penyerangan dan pembunuhan merupakan tindakan kejahatan yang memikat khalayak atau publik. Faktanya, sebagian besar dari kasus penyerangan dan pembunuhan dilakukan pada orang terdekat (Rasz, 2009:9). Kasus-kasus tersebut terjadi dalam situasi dimana komunikasi yang terjalin antara pelaku dengan korban menjadi sangat emosional dalam kualitas hubungannya sehingga berkembang menjadi tindak kekerasan atau dalam ilmu

(3)

criminal disebut dengan crime of passion. Setiap manusia mampu untuk melakukan kekerasan; ada yang mempunyai kemampuan lebih dari yang lawannya, ada yang mempunya beragam sumber kekerasan lainnya, serta tentunya situasi yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan hingga sampai kepada pembunuhan. Ilmuwan sosial, Stephen Scafer dalam bukunya The Victim and His Criminal yang diterbitkan tahun 1968 mengemukakan bahwa kejahata bukan serta merta tindakan individu, tapi juga dapat berupa fenomena sosial. Hal ini jauh dengan kebenaran yang umum diyakini masyarakat bahwa kejahatan dilakukan secara kebetulan karena seringkali disebabkan oleh kelalaian korban, tindakan menggoda, atau provokasi, yang berpengaruh bagi lahirnya tindakan kejahatan yang berujung kepada pembunuhan.

Namun, bagaimana jadinya jika pada kenyataan pahit menimpa kelurga ketika orang tua harus kehilangan anaknya? Bagaimana reaksi orang tua ketika mengetahui tentang kabar duka atas kematian buah hatinya, terlebih kehilangan tersebut disebabkan oleh pembunuhan dan anak terlibat sebagai korban? Peristiwa pembunuhan tentu membuat keluarga terutama orang tua dari korban akan merasa sangat terkejut, kalut dan bahkan stress di saat yang bersamaan. Keadaan ini tentu dapat membuat orang tua sulit mempercayai kenyataan yang terjadi dan dapat membuat mereka shock, bahkan kedukaan ini cenderung dirasakan dalam rentang waktu yang cukup lama untuk bisa menerima keadaan. Hal ini akan mempengaruhi secara drastis keadaan

(4)

psikologis orang tua akan perubahan hidup yang kemungkinan akan sangat berat diterima oleh orang tua.

Bermula pada suatu pola kegiatan kehidupan yang normalnya terjadi sehari-hari; keberadaan anak dirumah, melakukan aktivitas baik itu sendiri ataupun bersama keluarga, pergi menuntut ilmu atau bekerja hingga ia tiba di rumah. Keadaan sang anak pun biasa saja, tidak terlihat adanya tekanan psikologis, kesehatan fisik pun tetap prima dan segalanya berjalan normal pada umumnya terjadi, hingga sampai pada peristiwa traumatis yang harus berubah setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi pada sang buah hati. Keadaan dimana keberadaan anak tak lagi ada di rumah seperti biasanya, tentu akan menimbulkan kesulitan secara psikologis untuk mencapai penerimaan yang seutuhnya. Sternberg (2002) mengemukakan, bahwa beban hidup dan pikiran akan dapat membuat seseorang rentan terhadap penyakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh. Oleh karena peristiwa itulah, nantinya, tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada kesehatan fisik. Perubahan hidup seperti meninggalnya orang yang kita cintai merupakan sumber stress yang membutuhkan penyesuaian (Nevid dkk., 2003). Terlebih kehilangan anggota keluarga secara tiba-tiba, disebabkan oleh peristiwa yang tak terduga dan menyangkut kasus secara hukum yaitu pembunuhan.

Lalu bagaimana tanggapan dan penerimaan orang tua dari korban yang mengetahui bahwa anaknya telah menjadi korban pembunuhan? Apa yang dirasakan oleh orang tua korban, tentunya memunculkan beban tersendiri dan penerimaan kenyataan yang berat bagi pihak keluarga, bahkan

(5)

memunculkan tanda tanya yang besar atas konflik apa yang telah terjadi diantara korban dan tersangka hingga merenggut nyawa buah hatinya. Apabila dalam kehidupannya, orang tua mengalami suatu kondisi berupa kematian anaknya sebagai korban sebuah pembunuhan, apakah mereka dapat menemukan penerimaan dalam dirinya? Berbagai kondisi dan situasi yang terjadi menyebabkan orang tua korban membutuhkan resiliensi agar mampu menyesuaikan diri dan tetap dapat menjalankan kehidupan keluarga dengan baik pasca kehilangan anaknya. Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, menyesuaikan dengan kondisi yang sulit dan kembali pada keadaan semula. Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau direnggangkan (Reivich & Shatte, 2012). Resiliensi merupakan kemampuan untuk dapat lekas pulih dari segala bentuk perubahan, sakit, kemalangan atau kesulitan. Kemampuan orang tua anak untuk bertahan dari situasi kedukaan yang mendalam, upaya untuk bangkit kembali dari kenyataan yang menyakitkan, serta menyesuaikan diri dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi dapat menjadi kekuatan psikologis bagi orang tua dari segala pengaruh buruk yang ditimbulkan dari stress sesungguhnya. Pengaruh resiliensi yang paling kuat adalah secara internal, yakni meliputi kemampuan kognitif, gender, dan ketertarikan individu dengan budaya. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga dan komunitas (Widuri, 2012).

Menurut Holaday (1997) individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat untuk dapat kembali kepada kondisi sebelum trauma,

(6)

cenderung kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, dan mampu untuk beradaptasi terhadap stress yang ekstrim dalam kesengsaraan. Namun sebaliknya, bagi invididu yang mempunyai kesulitan regulasi emosi akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi, menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain serta mempertahankan suatu hubungan yang telah terjalin. LaFramboise (2006) berpandangan bahwa resiliensi adalah suatu mekanisme perlindungan yang memodifikasi respon individu terhadap situasi yang beresiko pada titik-titik kritis sepanjang kehidupan seseorang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah yang ingin diketahui jawabannya melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan: Bagaimana resiliensi orang tua dari korban kasus pembunuhan?

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu secara praktis maupun secara khusus kepada pembaca. Penjelasan manfaat yaitu sebagai berikut:

(7)

1.3.1 Manfaat Praktis 1 Manfaat bagi Subjek

Diharapkan dapat dipergunakan untuk menambah informasi dan wawasan mengenai resiliensi orang tua dari anak korban kasus pembunuhan, dan bagi orang tua lain untuk dapat menjaga kualitas hubungan dalam keluarganya.

2 Manfaat bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini sebagai aplikasi dan pemahaman materi tentang resiliensi. Peneliti juga melihat pada kondisi dari resiliensi pada orang tua dengan harapan dapat memberi masukan terhadap responden mengenai resiliensi pada orang tua yang kehilangan anaknya karena kasus pembunuhan.

3 Manfaat Khusus

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta manfaat yang nyata dalam rangka pengembangan ilmu Psikologi. Selain itu dapat memberi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya tentang studi kasus mengenai resiliensi orang tua korban kasus pembunuhan untuk kedepannya dapat menjadi salah satu kontribusi bagi perkembangan dan penyempurna bagi penelitian yang selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Uji rating digunakan untuk menentukan seberapa besar perbedaan dari tiap sampel berdasarkan atribut spesifik sampel tersebut (Meilgaard 1999). Sifat mutu yang diuji adalah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Namun, adakalanya bisa terjadi bahwa setelah erseroan disahkan (memperoleh status badan hukum), salah seorang atau beberapa pemegang saham mengalihkan sahamnya kepada pemegang

Indeks Parkir Kendaraan Roda 4 Dari hasil ananlisis karakteristik parkir di ruas jalan permindo pasca penerapan alat meter parkir (Kapasitas & PTO, Durasi Parkir

Dari penelitian yang pernah dilakukan di Puskesmas Mandala Tahun 2009 diperoleh gambaran hasil pemberian PMT selama 90 hari dari program Jaring Pengaman Sosial Bidang

Dari output diatas dapat diketahui nilai t hitung = 13,098 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0.05 maka H0 ditolak, yang berarti Terdapat pengaruh positif

Pencapaian akademik bagi responden yang telah menamatkan pengajian menunjukkan bahawa kedua-dua jantina berjaya mencapai tahap cemerlang iaitu responden lelaki bagi tempoh