• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBENTUKAN KATA MAJEMUK (FUKUGOUGO) DALAM KOMIK ONE PUNCH MAN BAB 136 DAI 136 SHOU NO ONE PUNCH MAN TO IU MANGA NI OKERU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBENTUKAN KATA MAJEMUK (FUKUGOUGO) DALAM KOMIK ONE PUNCH MAN BAB 136 DAI 136 SHOU NO ONE PUNCH MAN TO IU MANGA NI OKERU"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBENTUKAN KATA MAJEMUK (FUKUGOUGO) DALAM KOMIK “ONE PUNCH MAN” BAB 136

DAI 136 SHOU NO “ONE PUNCH MAN” TO IU MANGA NI OKERU FUKUGOUGO NO KEISEI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Muhammad Fahri 170708057

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

ANALISIS PEMBENTUKAN KATA MAJEMUK (FUKUGOUGO) DALAM KOMIK “ONE PUNCH MAN” BAB 136

DAI 136 SHOU NO “ONE PUNCH MAN” TO IU MANGA NI OKERU FUKUGOUGO NO KEISEI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh:

Muhammad Fahri 170708057 Pembimbing

Drs. Nandi S, M.Si NIP : 196008221988031002

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(3)

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 27 Juli 2021

Program Studi Sastra Jepang Ketua,

Prof. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D

NIP. 19580704 198412 1 001

(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Pukul 10.00 WIB Tanggal : 27 Juli 2021 Hari : Selasa

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A NIP. 19630109198803 2 001

Panitia Tugas Akhir:

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum ( )

2. Drs. Nandi S, M.Si ( )

3. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( )

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha yang diiringi dengan doa dan tak lupa tawakkal kepa Allah SWT merupakan tiga hal yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pembentukan Kata Majemuk (Fukugougo) Dalam Komik “One Punch Man” Bab 136” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi S, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, serta tenaga dan juga memberikan pengarahan penuh untuk dapat membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu S.S., M.Hum. selaku Dosen Penasehat

Akademik, yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, serta tenaga dan

(6)

ii

juga memberikan pengarahan penuh untuk dapat membimbing penulis selama masa kuliah.

5. Seluruh dosen beserta staf pengajar Program studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan didikan yang berguna bagi penulis selama masa perkuliahan.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai. Ayah saya Sunardi dan Ibu saya Eliani br Lubis serta Kakak tercinta Desy Tri Fani, atas kasih sayang, kesabaran, dan tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta yang tulus ikhlas kepada penulis sejak kecil sampai sekarang. Tanpa kedua orang tua penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperti sekarang ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka.

7. Sanapri-chan dan Dinda Deanty Dwiavini Lubis yang telah membantu dan memberikan doa serta dukungan kepada saya.

8. Teman-Teman Aotake ‟17 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terima kasih telah bersama-sama menjalani perkuliahan dari awal hingga bersama-sama menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan doa serta bantuan dalam kehidupan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan, karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis

dapat memperbaiki kesalahan pada masa yang akan datang.

(7)

iii

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, 27 Juli 2021

Penulis,

Muhammad Fahri

(8)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4. Tinjuan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.6. Metode Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MORFOLOGI, FUKUGOUGO, KONJUGASI, MORFOFONEMIK ... 15

2.1. Pengertian Morfologi ... 15

2.2. Pengertian dan Jenis - Jenis Fukugougo ... 16

2.2.1. Pengertian Fukugougo ... 16

2.2.2. Jenis – Jenis Fukugougo ... 17

2.3. Pengertian dan Jenis - Jenis Konjugasi ... 19

2.3.1. Pengertian Konjugasi ... 19

2.3.2. Jenis – Jenis Konjugasi ... 19

2.4. Pengertian dan Jenis - Jenis Morfofonemik ... 20

2.4.1. Pengertian Morfofonemik ... 20

2.4.2. Jenis – Jenis Morfofonemik ... 20

(9)

v

BAB III ANALISIS BENTUK DAN JENIS FUKUGOUGO DALAM

KOMIK ONE PUNCH MAN BAB 136 ... 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

4.1. Kesimpulan ... 50

4.2. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan bunyi atau kode yang tersusun yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi yang sangat penting digunakan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, dan keinginan kepada orang lain (Sutedi, 2009: 2). Pada era globalisasi seperti sekarang ini, penguasaan bahasa asing sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah bahasa Jepang. Sebagai bahasa asing, bahasa Jepang memiliki ciri dan kaidahnya sendiri yang berbeda dengan bahasa Indonesia.

Pengertian bahasa beraneka ragam, tergantung pada teori yang digunakan dalam mendefinisikan bahasa tersebut. Menurut teori struktural, bahasa adalah suatu sistem tanda arbitrer yang konvesional. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana dalam Chaer, 1994:32).

Ilmu yang menjadikan bahasa sebagai obyek penelitiannya dan

mempelajari bahasa secara luas dan umum disebut linguistik atau dalam bahasa

Jepang disebut dengan 言語学 gengogaku. Dalam arti luas, cakupan linguistik

meliputi semua aspek dan komponen yang terdapat dalam suatu bahasa. Secara

umum sasaran linguistik tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa saja, akan

tetapi mencakup semua bahasa yang ada di dunia. Linguistik memiliki beberapa

cabang ilmu. Salah satunya adalah adalah morfologi.

(11)

2

Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji struktur internal kata. Morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem (Crystal dalam Badudu dan Herman, 2005 : 1)

Dalam bahasa Jepang istilah morfologi disebut dengan 形態論 keitairon, yang merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek kajiannya adalah berupa kata (単語 tango) dan morfem (形態素 keitaso) (Sutedi, 2003: 43).

Dalam setiap bahasa ada proses pembentukan kata, termasuk pada bahasa Jepang. Proses pembentukan kata disebut proses morfemis atau proses morfologis atau proses gramatikal. Proses morfemis merupakan bagaimana sebuah kata dibentuk dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Muchtar, 2006:34). Dalam bahasa Jepang, proses ini disebut dengan 語形成 (gokeisei). Proses morfemis tersebut dapat berupa afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Penelitian ini akan menganalisis komposisi, khususnya pada fukugougo bahasa Jepang.

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru (Chaer, 2003:185).

Komposisi dalam bahasa Jepang disebut dengan 複 合 語 (fukugougo).

Koizumi (1993:94) menyatakan bahwa:

自由形動詞が結びついたものを『複合語』と呼んでいる.

(Jiyuukei doushi ga musubitsuitamono wo『fukugougo』 to yondeiru :

„morfem bebas dengan sesamanya (morfem bebas) yang berpadu

menjadi satu disebut kata majemuk)‟.

(12)

3

Seperti pada reduplikasi, pada afiksasi dan komposisi dalam prosesnya ada perubahan bentuk yang disertai dengan perubahan bunyi. Proses perubahan yang disertai dengan perubahan bunyi ini disebut proses morfofonemik. Masalah morfofonemik ini terdapat hampir pada semua bahasa yang mengenal proses- proses morfologis (Chaer, 2003:198)

Morfofonemik dalam bahasa Jepang disebut dengan 異 形 態 の 交 替 (ikeitainokoutai). Ikeitainokoutai dapat disebut juga 形態音韻論 (keitaioninron) (Koizumi, 1993:100).

Perubahan-perubahan morfofonemik yang terjadi pada umumnya ditujukan untuk mempermudah dan memperlancar pengucapan. Dalam bahasa Jepang juga banyak kata ataupun morfem yang muncul akibat proses ini.

Misalnya:

- Kuniguni „negara-negara‟

- Hitobito „orang-orang‟

- Amagasa „payung hujan‟

Ketiga kata di atas, jika diperhatikan dan dibaca oleh semua orang merupakan hal yang biasa dan mereka tidak tahu bahwa sebenarnya kata-kata tersebut telah mengalami yang namanya proses morfofonemik. Bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya pemula mereka tidak tahu jika kata-kata tersebut berbeda dari aturan bahasa Jepang yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan mereka tidak atau belum belajar tentang morfologi bahasa Jepang.

Dalam penelitian ini akan dibahas fukugougo karena masih banyak orang

yang tidak mengetahui bagaimana sebuah fukugougo terbentuk, dan penulis juga

pernah ditanyai oleh beberapa orang tentang bagaimana proses terjadinya sebuah

(13)

4

fukugougo. Hal ini lah yang menjadi alasan dalam memilih judul ini karena ingin mengetahui bagaimana sebuah fukugougo terbentuk.

Fukugougo sering digunakan dialam kehidupan sehari – hari. Misalnya dalam sebuah percakapan, koran, televisi, majalah, komik dan lainnya. Contohnya dalam komik One Punch Man karya Yusuke Murata dapat ditemukan banyak fukugougo. Komik ini memeliki tema yang bercerita tentang pahlawan super.

One Punch Man

( ワ ン パ ン マ ン Wanpanman) adalah sebuah serial

komik Jepang yang menceritakan seorang superhero yang bernama Saitama. One Punch Man dibuat oleh seorang penulis yang asal Jepang dengan nama samaran ONE yang mulai diterbitkan pada awal tahun 2009. Serial ini segera menjadi viral sehingga mampu melampaui 7,9 juta hits pada bulan Juni 2012. One Punch Man merupakan kontraksi wanpanchi ("One-Punch") yang artinya satu pukulan.

Sebuah remake manga digital dari seri ini, yang diilustrasikan oleh Yusuke Murata, mulai dipublikasikan di situs Web Komedi Langsung Jump Shueisha pada tahun 2012. Bab-bab tersebut dikumpulkan secara berkala dan dicetak ke dalam volume tankōbon, dan dirilis pada tanggal 2 Desember 2016.

Viz Media memiliki lisensi remake untuk serialisasi bahasa Inggris di majalah digital Weekly Shonen Jump.

Alasan memilih komik One Punch Man Bab 136 ini dikarenakan di dalamnya terdapat banyak fukugougo yang masih jarang ditemukan atau jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga menyebabkan pembelajar bahasa Jepang khususnya pemula sulit memahami fukugougo tersebut.

Berikut merupakan contoh data yang di dalamnya :

Contoh : 出てきた ( Detekita )

(14)

5

Fukugougo detekita terbentuk dari kata kerja deru yang artinya „keluar‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk sambung menjadi dete, dan kata kerja kuru yang artinya „datang‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk lampau menjadi kita. Sehingga detekita memiliki makna „muncul‟.

Fukugougo detekita terbentuk dari penggabungan antara V + V, yaitu dete sebagai unsur bagian depan fukugougo dan kita sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga fukugougo ini jenisnya adalah Fukugoudoushi.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini akan dibahas tentang Fukugougo melalui skripsi yang berjudul “ Analisis Pembentukan Fukugougo dalam Komik One Punch Man Bab 136“.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu contoh fukugougo dalam komik ini adalah “飛び出した”, dan di dalam skripsi ini akan dilakukan analisis-analisis terhadap fukugougo tersebut.

Dalam penelitian ini akan dibahas fukugougo karena masih banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana sebuah fukugougo terbentuk, dan penulis juga pernah ditanyai oleh beberapa orang tentang bagaimana proses terjadinya sebuah fukugougo. Alasan memilih komik One Punch Man Bab 136 ini dikarenakan di dalamnya terdapat banyak fukugougo yang masih jarang ditemukan atau jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga menyebabkan pembelajar bahasa Jepang khususnya pemula sulit memahami fukugougo tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan “Bagaimanankah bentuk dan jenis

fukugougo yang terdapat dalam komik One Punch Man Bab 136?”.

(15)

6 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,perlu adanya pembatasan masalah.karena dalam penelitian batasan ditentukan agar pembahasan tidak melebar dan mengacu pada konteks sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang telah dijelaskan . Batasan masalah ini diperlukan juga untuk tidak mempersulit pembaca dalam memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Dalam penelitian ini,ruang lingkup pembahasannya difokuskan kepada pembentukan fukugougo yang ada pada komik One Punch Man Bab 136.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan dengan mengambil referensi dengan membaca jurnal serta artikel yang berkaitan dengan fukugougo.

Setiawan (2013) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Makna Dan Pembentukan Fukugoudoushi Yang Terbentuk Dari Verba ~Agaru, dari Universitas Negeri Semarang yang menganalisis makna dan pembentukan fukugoudoushi yang terbentuk dari verba ~agaru. Dan dari hasil penelitian tersebut diperoleh :

Verba agaru pada fukugoudoushi memiliki fungsi untuk

memperkuat arti, menunjukkan arah, dan menunjukkan berakhirnya suatu

tindakan. Pada fukugoudoushi agaru yang dapat digantikan verba ageru,

kata pembentuknya adalah keizokudoushi, ishidoushi, dan meishi yang

menyatakan perubahan dari hasil keputusan. Sedangkan yang tidak dapat

digantikan, kata pembentuknya adalah joutaidoushi dan shunkandoushi.

(16)

7

Berbeda dengan penelitian di atas yang hanya fokus kepada fukugoudoushi yang terbentuk dari verba agaru saja, sementara pada penelitian ini akan dianalisis pembentukan dan jenis dari semua fukugougo yang terdapat di komik One Punch Man Bab 136.

I.W.R. Anggawana, N.N. Suartini, dan K.E.K Adnyani (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pembentukan Kata Dan Fungsi Fukugoudoushi Verba ~Dasu Pada Kalimat Bahasa Jepang dari Universitas Pendidikan Ganesha yang menganalisis tentang fungsi dan pembentukan fukugoudoushi yang terbentuk dari verba ~dasu. Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Dasu yang menunjukkan permulaan digunakan pada saat berada di situasi yang tiba-tiba sedangkan hajimeru digunakan pada saat terjadi pengulangan suatu kegiatan.

Berbeda dengan penelitian di atas yang menganalisis tentang fungsi dan pembentukan fukugoudoushi yang terbentuk dari verba ~dasu, sementara pada penelitian ini akan dianalisis pembentukan dan jenis dari fukugougo yang terdapat di komik One Punch Man Bab 136.

Lubis (2019) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kontrastif Proses Morfemis Verba Bahasa Jepang Dan Bahasa Indonesia dari Universitas Sumatera Utara yang menganalisis tentang kontrastif proses morfemis antara verba bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia . Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Perbedaan proses verba morfemis bahasa Jepang adalah melalui

perubahan (konjugasi) verba, sedangkan verba bahasa Indonesia tidak

(17)

8

mengalami perubahan, dan persamaan proses morfemis verba bahasa Jepang dan bahasa Indonesia keduanya melalui proses afiksasi, hanya bahasa Jepang tidak ada proses konfiksasi tetapi bahasa Indonesia tidak ada proses infiksasi.

Berbeda dengan penelitian di atas yang hanya menganalisis tentang kontrastif proses morfemis antara verba bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia , sementara pada penelitian ini akan dianalisis pembentukan dan jenis dari fukugougo yang terdapat di komik One Punch Man Bab 136.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori sebagai berikut:

1.4.2.1. Morfologi

Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur internal kata. Menurut Crystal (dalam Ba‟dudu dan Herman, 2005 : 1) morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.

Morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan keitairon (形 態論) yang merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek kajiannya adalah berupa kata (単 語 tango) dan morfem (形態素 keitaso) (Sutedi, 2003: 43).

1.4.2.2. Fukugougo

Koizumi (1993:94) juga menyatakan bahwa:

複合語は自由形の語もしくはその異形態とが相互に結びついて

できた語。

(18)

9

(fukugougo wa jiyuukei no go moshiku wa sono ikeitai to ga sougoni musubitsuite dekitago : „kata majemuk adalah kata yang dapat saling berpadu antara kata yang berupa morfem bebas atau dengan bentuk perubahannya‟).

Menurut Sutedi (2003:46) fukugougo atau yang disebut juga 合 成 語 (gouseigo) merupakan kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi dan contohnya antara lain:

a) dua buah morfem isi - nomina + nomina

Contoh: 雨傘 (amagasa : payung hujan) b) morfem isi + setsuji

- nomina + verba

Contoh: 日帰り (hikaeri : pulang hari itu) - verba + nomina

Contoh: 食べ物 (tabemono : makanan) - verba + verba = verba

Contoh: 取り出す (toridasu : mengambil) - verba + verba = nomina

Contoh: 行き帰り (ikikaeri : pulang-pergi) Jenis – Jenis Fukugougo

Kata majemuk dalam bahasa Jepang dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan unsur pembentuk kata majemuk, yaitu fukugoumeishi, fukugoudoushi, fukugoukeiyoushi, dan fukugoufukushi yang akan dideskripsikan seperti dibawah ini.

a. Fukugoumeishi (複合名詞)

(19)

10

Masako (2005:68) menyebutkan bahwa yang dimaksud fukugoumeishi adalah sebagai berikut:

後の語が名詞のとき前には主に名詞 •形容詞語幹•動詞連用形が

来る「秋草、青草、枯れ草」

Ato no go ga meishi no toki mae ni wa omo ni meishi -keiyoushigokan - doushi renyoukei ga kuru (akikusa, aokusa, karekusa).

Gabungan kata dimana kata yang terletak dibelakang adalah kata benda, dan kata yang terletak di depan adalah kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Contoh: akikusa (rumput musim gugur), aokusa (rumput hijau), dan karekusa (rumput kering).

b. Fukugoudoushi (複合動詞)

Masako (2005:68) mendefinisikan fukugoudoushi sebagai berikut:

名詞•形容詞•副詞(擬態語)との結合がある(息づぐ、ちかづ ぐ、ふらつく)

Meishi, keiyoushi, fukushi (gitaigo) to no ketsugou ga aru (ikizugu, chikazuugu, furatsuku).

Gabungan dari kata benda, kata sifat, atau kata keterangan yang membentuk satu kata, seperti ikizugu (bernafas), chikazuku (mendekati), dan furazuku (merasa pusing).

c. Fukugoukeiyoushi (複合形容詞)

Masako (2005:68) menyatakan bahwa fukugoukeiyoushi adalah:

名詞•形容詞•副詞(擬態語)との結合がある(名高い、焦げ臭 い、細 長い、ほろ苦い)

Meishi, keiyoushi, fukushi (gitaigo) to no ketsugou ga aru (nadakai, kogekusai, hosonagai, horonigai).

Gabungan dari kata benda, kata sifat, kata keterangan yag

membentuk satu kata, seperti nadakai (terkenal), kogekusai (bau

(20)

11

hangus), hosonagai (sempit tapi panjang), dan horonigai (sedikit pahit).

d. Fukugoufukushi (複合副詞)

Kata majemuk yang terbentuk dari penggabungan dua buah kata, dengan unsur belakang ditempati oleh kata keterangan (fukushi).

Contoh: 少しずつ sukoshizutsu (sedikit demi sedikit), 思う存 分 omouzonbun (sesukanya), ひ ょ ろ ひ ょ ろ hyorohyoro (sempoyongan).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kata majemuk bahasa Jepang dibagi berdasarkan unsur pembentuk bagian belakangnya, yaitu fukugoumeishi (kata benda majemuk), fukugoukeiyousi (kata sifat majemuk), fukugoudoushi (kata kerja majemuk), dan fukugoufukushi (kata keterangan majemuk).

1.4.2.3. Konjugasi

Perubahan bentuk kata dalam bahasa Jepang disebut Katsuyou

„konjugasi‟. Konjugasi verba bahasa Jepang secara garis besarnya ada enam macam yaitu : Mizenkei, Renyoukei, Shuushikei, Rentaikei, Kateikei dan Meireikei (Sutedi 2003:50). Kajian perubahan bentuk verba atau konjugasi verba bahasa Jepang termasuk dalam kajian morfologi.

Proses morfologis yang terjadi dalam konjugasi

keseluruhannya merupakan proses afiksasi dengan penambahan sufiks

terhadap morfem dasarnya (Santoso 2015:106). Seperti verba tatsu

(21)

12

(立つ) ‟berdiri‟ jika ditulis dalam ejaan Hepburn, akan menjadi tatsu, tachimasu, tatou, tate, taranai dan sebagainya. Hal ini tentunya akan menimbulkan kesan bahwa morfem terikat yang ada dibelakangnya bervariasi, padahal sebenarnya tidak demikian.

a. Mizenkei ( 未 然 形 ), yaitu perubahan bentuk verba yang di dalamnya mencakup bentuk menyangkal (bentuk NAI), bentuk maksud (bentuk OU/YOU), bentuk pasif (RERU) dan bentuk menyuruh (bentuk SERU).

b. Renyoukei ( 連 用 形 ), yaitu perubahan bentuk verba yang mencakup bentuk sopan (bentuk MASU), bentuk sambung (bentuk TE), dan bentuk lampau (bentuk TA).

c. Shuushikei ( 終 止 形 ), yaitu verba bentuk kamus atau yang digunakan di akhir kalimat.

d. Rentaikei ( 連 体形), yaitu verba (bentuk kamus) yang digunakan sebagai modifikator.

e. Kateikei ( 仮 定 形 ), yaitu perubahan verba kedalam bentuk pengandaian (bentuk BA).

f. Meireikei ( 命 令 形 ), yaitu perubahan verba kedalam bentuk perintah.

1.4.2.4. Morfofonemik

Morfofonemik dalam bahasa Jepang disebut dengan

ikeitainokoutai (異形態の交替) atau keitaioninron(形態音韻論).

(22)

13

Menurut Nomura (dalam Santoso, 2015:128) menyatakan bahwa perubahan fonem dalam pemajemukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan honongenshou.

Nomura juga mengatakan bahwa honongenshou antara lain : a. Shiinkoutai adalah perubahan bunyi

Seperti : K -> g, s/sh -> z/j, t -> d, h -> b Contohnya : Kusa + hana = kusabana b. Boinkoutai adalah peruubahan vocal

Contohnya : Ame + kasa = amagasa c. Onsounyuu adalah penyisipan bunyi

Contohnya : Haru + ame = harusame

d. Onbin adalah perubahan bunyi karena morfem yang mengikuti Contohnya : Hiki + gasu = hippagasu

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di rumusan masalah, yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk dan jenis fukugougo dalam komik One Punch Man Bab 136.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

(23)

14 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bidang linguistik bahasa Jepang, khususnya fukugougo karena sering muncul dalam buku pelajaran maupun bacaan-bacaan berbahasa Jepang.

2. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan khususnya pembelajar bahasa Jepang untuk lebih memahami pembentukan, dan jenis kata dari fukugougo.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009:48).

Disini penulis mengambil data objek yang akan diteliti dari komik One Punch Man Bab 136.

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan objek yang akan diteliti 2. Menentukan sumber data

3. Mengumpulkan data dari sumber data 4. Menganalisis data

5. Menyimpulkan hasil penelitian

(24)

15 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MORFOLOGI, FUKUGOUGO, KONJUGASI, MORFOFONEMIK

2.1 Morfologi

Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur internal kata. Menurut Crystal (dalam Ba‟dudu dan Herman, 2005 : 1) morfologi merupakan cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.

Morfologi dalam bahasa Jepang disebut dengan keitairon (形態論), adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek kajiannya adalah kata (単語 tango) dan morfem (形 態素 keitaso) (Sutedi, 2003: 43).

Koizumi (1993:89) mengatakan bahwa : 形態論は語形の分析が中心となる。

(Keitairon wa gokei no bunseki ga chuusin to naru. : „Morfologi merupakan suatu bidang ilmu yang meneliti tentang pembentukan kata‟).

Morfologi berasal dari kata morphologie, yang berasal dari bahasa

Yunani yaitu morphe dan logos. Morphe yang memiliki arti bentuk dan logos

yang memiliki arti ilmu. Jadi, berdasarkan makna dari unsur pembentuknya,

kata morfologi memiliki arti ilmu tentang bentuk.

(25)

16 2.2 Fukugougo

2.2.1 Pengertian Fukugougo

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan dari morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda ataupun yang baru (Chaer, 2003:185).

Komposisi dalam bahasa Jepang disebut dengan 複合語 (fukugougo).

Koizumi (1993:94) menyatakan bahwa:

自由形動詞が結びついたものを『複合語』と呼んでいる.

(Jiyuukei doushi ga musubitsuitamono wo『fukugougo』 to yondeiru :

„morfem bebas dengan sesamanya (morfem bebas) yang berpadu menjadi satu disebut kata majemuk)‟.

Menurut Sutedi (2003:46) fukugougo atau yang disebut juga 合成語 (gouseigo) adalah kata yang terbentuk dari hasil penggabungan beberapa morfem isi, contohnya antara lain:

a) dua buah morfem isi - nomina + nomina

Contoh: 雨傘 (amagasa : payung hujan) b) morfem isi + setsuji

- nomina + verba

Contoh: 日帰り (hikaeri : pulang hari itu) - verba + nomina

Contoh: 食べ物 (tabemono : makanan) - verba + verba = verba

Contoh: 取り出す (toridasu : mengambil)

(26)

17 - verba + verba = nomina

Contoh: 行き帰り (ikikaeri : pulang-pergi)

2.2.2 Jenis – Jenis Fukugougo

Kata majemuk dalam bahasa Jepang dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan unsur pembentuk kata majemuk, yaitu fukugoumeishi, fukugoudoushi, fukugoukeiyoushi, dan fukugoufukushi yang akan dideskripsikan seperti dibawah ini.

a. Fukugoumeishi (複合名詞)

Masako (2005:68) menyebutkan bahwa yang dimaksud fukugoumeishi adalah sebagai berikut:

後の語が名詞のとき前には主に名詞 •形容詞語幹•動詞連用形が来る

「秋草、青草、枯れ草」

Ato no go ga meishi no toki mae ni wa omo ni meishi -keiyoushigokan - doushi renyoukei ga kuru (akikusa, aokusa, karekusa).

Gabungan kata, dimana kata yang terletak dibelakang adalah kata benda, dan kata yang terletak di depan adalah kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Contohnya: akikusa (rumput musim gugur), aokusa (rumput hijau), dan karekusa (rumput kering).

b. Fukugoudoushi (複合動詞)

Masako (2005:68) mendefinisikan fukugoudoushi sebagai berikut:

名詞 •形容詞•副詞(擬態語)との結合がある(息づぐ、ちかづぐ、

ふらつく)

Meishi, keiyoushi, fukushi (gitaigo) to no ketsugou ga aru (ikizugu,

chikazuugu, furatsuku).

(27)

18

Gabungan dari kata benda, kata sifat, atau kata keterangan yang membentuk satu kata, contohnya ikizugu (bernafas), chikazuku (mendekati), dan furazuku (merasa pusing).

c. Fukugoukeiyoushi (複合形容詞)

Masako (2005:68) menyatakan bahwa fukugoukeiyoushi adalah:

名詞 •形容詞•副詞(擬態語)との結合がある(名高い、焦げ臭い、

細 長い、ほろ苦い)

Meishi, keiyoushi, fukushi (gitaigo) to no ketsugou ga aru (nadakai, kogekusai, hosonagai, horonigai).

Gabungan dari kata benda, kata sifat, kata keterangan yang membentuk satu kata, contohnya nadakai (terkenal), kogekusai (bau hangus), hosonagai (sempit tapi panjang), dan horonigai (sedikit pahit).

d. Fukugoufukushi (複合副詞)

Kata majemuk yang terbentuk dari penggabungan dua buah kata, dengan unsur belakang ditempati oleh kata keterangan (fukushi).

Contohnya: 少しずつ sukoshizutsu (sedikit demi sedikit), 思う存分 omouzonbun (sesukanya), ひょろひょろhyorohyoro (sempoyongan).

Berdasarkan deskripsi diatas diketahui bahwa kata majemuk bahasa

Jepang dibagi berdasarkan unsur pembentuk bagian belakangnya, yaitu

fukugoumeishi (kata benda majemuk), fukugoukeiyoushi (kata sifat majemuk),

fukugoudoushi (kata kerja majemuk), dan fukugoufukushi (kata keterangan

majemuk).

(28)

19 2.3 Konjugasi

2.3.1 Pengertian Konjugasi

Perubahan bentuk kata dalam bahasa Jepang disebut dengan Katsuyou „konjugasi‟. Konjugasi verba bahasa Jepang secara garis besarnya ada enam macam yaitu : Mizenkei, Renyoukei, Shuushikei, Rentaikei, Kateikei dan Meireikei (Sutedi 2003:50). Kajian perubahan bentuk verba atau konjugasi verba bahasa Jepang termasuk dalam kajian morfologi.

Proses morfologis yang terjadi dalam konjugasi keseluruhannya adalah proses afiksasi dengan penambahan sufiks terhadap morfem dasarnya (Santoso 2015:106). Seperti verba tatsu (立つ)‟berdiri‟ jika ditulis dalam ejaan Hepburn, akan menjadi tatsu, tachimasu, tatou, tate, taranai dan sebagainya. Hal ini tentunya akan menimbulkan kesan bahwa morfem terikat yang ada dibelakangnya bervariasi, padahal sebenarnya tidak demikian.

2.3.2 Jenis - Jenis Konjugasi

Secara garis besar konjugasi bahasa Jepang terdapat enam jenis, yaitu :

a. Mizenkei ( 未然形), yaitu perubahan bentuk verba yang di dalamnya mencakup bentuk menyangkal (bentuk NAI), bentuk maksud (bentuk OU/YOU), bentuk pasif (RERU) dan bentuk menyuruh (bentuk SERU).

b. Renyoukei ( 連用形), yaitu perubahan bentuk verba yang mencakup

bentuk sopan (bentuk MASU), bentuk sambung (bentuk TE), dan bentuk

lampau (bentuk TA).

(29)

20

c. Shuushikei ( 終止形), yaitu verba bentuk kamus atau yang digunakan di akhir kalimat.

d. Rentaikei ( 連 体形), yaitu verba (bentuk kamus) yang digunakan sebagai modifikator.

e. Kateikei ( 仮 定 形 ), yaitu perubahan verba kedalam bentuk pengandaian (bentuk BA).

f. Meireikei (命令形), yaitu perubahan verba kedalam bentuk perintah.

2.4 Morfofonemik

2.4.1 Pengertian Morfofonemik

Morfofonemik dalam bahasa Jepang disebut dengan ikeitainokoutai (異形態の交替) atau keitaioninron(形態音韻論).

Proses perubahan yang disertai dengan perubahan bunyi ini disebut proses morfofonemik. Masalah morfofonemik ini terdapat hampir pada semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis (Chaer, 2003:198)

Menurut Nomura (dalam Santoso, 2015:128) menyatakan bahwa perubahan fonem dalam pemajemukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan honongenshou.

2.4.2 Jenis - Jenis Morfofonemik

Nomura (1992:185) juga mengatakan bahwa honongenshou antara lain :

a. Shiinkoutai adalah perubahan bunyi

Seperti : K -> g, s/sh -> z/j, t -> d, h -> b

(30)

21

Contohnya : Kusa + hana = kusabana b. Boinkoutai adalah peruubahan vocal

Contohnya : Ame + kasa = amagasa c. Onsounyuu adalah penyisipan bunyi

Contohnya : Haru + ame = harusame

d. Onbin adalah perubahan bunyi karena morfem yang mengikuti

Contohnya : Hiki + gasu = hippagasu

(31)

22 BAB III

ANALISIS BENTUK DAN JENIS FUKUGOUGO DALAM KOMIK ONE PUNCH MAN BAB 136

Dari hasil pengumpulan data yang berasal dari komik One Punch Man Bab 136, objek yang akan diteliti yang telah didapat adalah sebanyak 26 fukugougo. Fukugougo tersebut terdiri dari :

1. 出てきた Detekita 2. 片付いた Katadzuita 3. 手伝って Tetsudatte 4. 切り伏せる Kirifuseru 5. 手柄 Tegara

6. 息巻いて Ikimaite 7. 飛び出した Tobidashita 8. 引き返す Hikikaesu 9. 好き勝手 Sukikatte 10. 引き出して Hikidashite 11. 逃げ回れ Nigemaware 12. 飛び込む Tobikomu 13. 切り刻む Kirikizamu 14. 削ぎ落とした Sogiotoshita 15. 繰り出す Kuridasu

16. 命取り Inochitori

(32)

23 17. 見事 Migoto

18. 殺り甲斐 Yarigai

19. 待ち焦がれた Machikogareta 20. 切れ肉 Kireniku

21. 羽虫 Hamushi

22. 奪い取った Ubaitotta

23. 打ち合った Uchiatta

24. 思い上がった Omoiagatta

(33)

24

Berdasarkan data yang telah didapatkan, kemudian dilakukan analisis pada masing – masing fukugougo tersebut.

1. 出てきた Detekita Bagan 1. Detekita

出てきた Detekita

akar kata V1 akar kata V2 出て きた dete kita

de te k ita

Fukugougo detekita terbentuk dari kata kerja deru yang artinya „keluar‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk sambung menjadi dete. Kata kerja dete terbetuk dari morfem dasar de dan morfem terikat te yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai penyambung verba. Dan kata kerja kuru yang artinya

„datang‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk lampau menjadi kita.

Kata kerja kita terbetuk dari morfem dasar k dan morfem terikat ita sebagai bentuk lampau. Sehingga detekita memiliki makna „muncul‟.

Fukugougo detekita terbentuk dari penggabungan antara dete (V) sebagai unsur bagian depan fukugougo dan kita (V) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Verba (V) + Verba (V). Sehingga fukugougo ini jenisnya adalah Fukugoudoushi.

(34)

25 2. 片付いた Katadzuita

Bagan 2. Katadzuita

片付いた Katadzuita

akar kata N1 akar kata V2

片 付いた

kata dzuita v1

出る dzu ita deru

Fukugougo katadzuita terbentuk dari kata benda kata yang artinya „sisi‟, dan kata kerja tsuku yang artinya „melampirkan‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk lampau menjadi dzuita. Kata kerja dzuita terbetuk dari morfem dasar dzu, yang berasal dari morfem dasar tsu yang telah mengalami proses morfofonemik shiinkoutai dan morfem terikat ita yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk lampau. Sehingga katadzuita memiliki makna

„telah membereskan‟.

Fukugougo katadzuita terbentuk dari penggabungan antara kata (N)

sebagai unsur bagian depan fukugougo dan dzuita (V) sebagai unsur bagian

belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina

(N) + Verba (V).

(35)

26 3. 手伝って Tetsudatte

Bagan 3. Tetsudatte

手伝って Tetsudatte

akar kata N1 akar kata V2

手 伝って

te tsudatte

v1 tsuda tte deru

Fukugougo tetsudatte terbentuk dari kata benda te yang artinya „tangan‟, dan kata kerja tsutau yang artinya „menyampaikan‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk sambung menjadi tsudatte. Kata kerja tsudatte terbetuk dari morfem dasar tsuda, yang berasal dari morfem dasar tsuta yang telah mengalami proses morfofonemik shiinkoutai dan morfem terikat tte yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sambung. Sehingga tetsudatte memiliki makna „membantu‟.

Fukugougo tetsudatte terbentuk dari penggabungan antara te (N) sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan tsudatte (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(36)

27 4. 切り伏せる Kirifuseru

Bagan 4. Kirifuseru

切り伏せる Kirifuseru

akar kata V1 akar kata V2 切ります 伏せる kirimasu fuseru

kir imasu fuse ru

Fukugougo kirifuseru terbentuk dari kata kerja kiru yang artinya

„memotong‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi kiri- masu. Kata kerja kirimasu terbetuk dari morfem dasar kir dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari kiri-masu (kiri) digabungkan dengan kata kerja fuseru yang artinya

„berbaring‟ dikonjugasikan ke dalam shuushikei atau bentuk kamus menjadi fuseru. Kata kerja fuseru terbetuk dari morfem dasar fuse dan morfem terikat ru yang berasal dari konjugasi shuushikei sebagai bentuk kamus atau kala non lampau. Sehingga kirifuseru memiliki makna „menebas‟.

Fukugougo kirifuseru terbentuk dari penggabungan antara kiri (N) yang

diambil dari gokan kata kerja kirimasu yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan fuseru (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(37)

28 5. 手柄 Tegara

Bagan 5. Tegara

手柄 Tegara

akar kata N1 akar kata N2 手 柄 te gara

Fukugougo tegara terbentuk dari kata benda te yang artinya „tangan‟, dan kata benda gara yang artinya „pola‟. Sehingga tegara memiliki makna

„pencapaian‟.

Fukugougo tegara terbentuk dari penggabungan antara te (N) sebagai unsur bagian depan fukugougo dan gara (N) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Nomina (N).

6. 息巻いて Ikimaite Bagan 6. Ikimaite

息巻いて Ikimaite

akar kata N1 akar kata V2

息 巻いて

iki maite

v1

出る ma ite

deru

(38)

29

Fukugougo ikimaite terbentuk dari kata benda iki yang artinya „napas‟, dan kata kerja maku yang artinya „menggulung‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk sambung menjadi maite. Kata kerja maite terbetuk dari morfem dasar ma dan morfem terikat ite yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sambung. Sehingga ikimaite memiliki makna „mengamuk‟.

Fukugougo ikimaite terbentuk dari penggabungan antara iki (N) sebagai unsur bagian depan fukugougo dan maite (V) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Verba (V).

7. 飛び出した Tobidashita Bagan 7. Tobidashita

飛び出した Tobidashita

akar kata V1 akar kata V2 飛びます 出した tobimasu dashita

tob imasu da shita

Fukugougo tobidashita terbentuk dari kata kerja tobu yang artinya

„terbang‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi tobi- masu. Kata kerja tobimasu terbetuk dari morfem dasar tob dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari tobi-masu (tobi) digabungkan dengan kata kerja dasu yang artinya

„mengeluarkan‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk lampau menjadi

(39)

30

dashita. Kata kerja dashita terbetuk dari morfem dasar da dan morfem terikat shita yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk lampau. Sehingga tobidashita memiliki makna „terbang keluar / muncul secara tiba-tiba‟.

Fukugougo tobidashita terbentuk dari penggabungan antara tobi (N) yang diambil dari gokan kata kerja tobimasu yang berubah menjadi kata benda sebagai unsur bagian depan fukugougo dan dashita (V) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Verba (V).

8. 引き返す Hikikaesu Bagan 8. Hikikaesu

引き返す Hikikaesu

akar kata V1 akar kata V2 引きます 返す hikimasu kaesu

hik imasu kaes u

Fukugougo hikikaesu terbentuk dari kata kerja hiku yang artinya „menarik‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi hiki-masu. Kata kerja hikimasu terbetuk dari morfem dasar hik dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari hiki- masu (hiki) digabungkan dengan kata kerja kaesu yang artinya „mengembalikan‟

dikonjugasikan ke dalam shuushikei atau bentuk kamus menjadi kaesu. Kata kerja

(40)

31

kaesu terbetuk dari morfem dasar kaes dan morfem terikat u yang berasal dari konjugasi shuushikei sebagai bentuk kamus atau kala non lampau. Sehingga hikikaesu memiliki makna „kembali‟.

Fukugougo hikikaesu terbentuk dari penggabungan antara hiki (N) yang diambil dari gokan kata kerja hiku yang berubah menjadi kata benda sebagai unsur bagian depan fukugougo dan kaesu (V) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Verba (V).

9. 好き勝手 Sukikatte Bagan 9. Sukikatte

好き勝手 Sukikatte

akar kata A1 akar kata A2 好き 勝手 Suki Katte

Fukugougo sukikatte terbentuk dari kata sifat suki yang artinya „suka‟, dan kata sifat katte yang artinya „egois‟. Sehingga sukikatte memiliki makna „sesuka hati‟.

Fukugougo sukikatte terbentuk dari penggabungan antara suki (A) sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan katte (A) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Adjektiva (A) +

Adjektiva (A).

(41)

32 10. 引き出して Hikidashite Bagan 10. Hikidashite

引き出して Hikidashite

akar kata V1 akar kata V2 引きます 出して hikimasu dashite

hik imasu da shite

Fukugougo hikidashite terbentuk dari kata kerja hiku yang artinya

„menarik‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi hiki- masu. Kata kerja hikimasu terbetuk dari morfem dasar hik dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian akar kata atau gokan dari hiki-masu (hiki) digabungkan dengan kata kerja dasu yang artinya „mengeluarkan‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk sambung menjadi dashite. Kata kerja dashite terbetuk dari morfem dasar da dan morfem terikat shite yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sambung. Sehingga hikidashite memiliki makna „menarik keluar‟.

Fukugougo hikidashite terbentuk dari penggabungan antara hiki (N) yang

diambil dari gokan kata kerja hiku yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan dashite (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(42)

33 11. 逃げ回れ Nigemaware

Bagan 11. Nigemaware

逃げ回れ Nigemaware

akar kata V1 akar kata V2 逃げます 回れ nigemasu maware

nige masu mawar e

Fukugougo nigemaware terbentuk dari kata kerja nigeru yang artinya

„melarikan diri‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi nige-masu. Kata kerja nigemasu terbetuk dari morfem dasar nige dan morfem terikat masu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan.

Kemudian gokan dari nige-masu (nige) digabungkan dengan kata kerja mawaru yang artinya „berputar‟ dikonjugasikan ke dalam meireikei atau bentuk perintah menjadi maware. Kata kerja maware terbetuk dari morfem dasar mawar dan morfem terikat e yang berasal dari konjugasi meireikei sebagai bentuk perintah.

Sehingga nigemaware memiliki makna „melarikan dirilah (perintah)‟.

Fukugougo nigemaware terbentuk dari penggabungan antara nige (N)

yang diambil dari gokan kata kerja nigeru yang berubah menjadi kata benda

sebagai unsur bagian depan fukugougo dan maware (V) sebagai unsur bagian

belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina

(N) + Verba (V).

(43)

34 12. 飛び込む Tobikomu

Bagan 12. Tobikomu

飛び込む Tobikomu

akar kata V1 akar kata V2 飛びます 込む tobimasu komu

tob imasu kom u

Fukugougo tobikomu terbentuk dari kata kerja tobu yang artinya „terbang‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi tobi-masu. Kata kerja tobimasu terbetuk dari morfem dasar tob dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari tobi-masu (tobi) digabungkan dengan kata kerja komu yang artinya „penuh‟

dikonjugasikan ke dalam shuushikei atau bentuk kamus menjadi komu. Kata kerja komu terbetuk dari morfem dasar kom dan morfem terikat u yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk kamus atau kala non lampau. Sehingga tobikomu memiliki makna „melompat‟.

Fukugougo tobikomu terbentuk dari penggabungan antara tobi (N) yang

diambil dari gokan kata kerja tobu yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan komu (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(44)

35 13. 切り刻む Kirikizamu

Bagan 13. Kirikizamu

切り刻む Kirikizamu

akar kata V1 akar kata V2 切ります 刻む kirimasu kizamu

kir imasu kizam u

Fukugougo kirikizamu terbentuk dari kata kerja kiru yang artinya

„memotong‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi kiri- masu. Kata kerja kirimasu terbetuk dari morfem dasar kir dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari kiri-masu (kiri) digabungkan dengan kata kerja kizamu yang artinya

„mencincang‟ dikonjugasikan ke dalam shuushikei atau bentuk kamus menjadi kizamu. Kata kerja kizamu terbetuk dari morfem dasar kizam dan morfem terikat u yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk kamus atau kala non lampau.

Sehingga kirikizamu memiliki makna „mencincang‟.

Fukugougo kirikizamu terbentuk dari penggabungan antara kiri (N) yang

diambil dari gokan kata kerja kiru yang berubah menjadi kata benda sebagai unsur

bagian depan fukugougo dan kizamu (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(45)

36 14. 削ぎ落とした Sogiotoshita Bagan 14. Sogiotoshita

削ぎ落とした Sogiotoshita

akar kata V1 akar kata V2 削ぎます 落とした sogimasu otoshita

sog imasu otos ita

Fukugougo sogiotoshita terbentuk dari kata kerja sogu yang artinya

„mencukur‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi sogi- masu. Kata kerja sogimasu terbetuk dari morfem dasar sog dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari sogi-masu (sogi) digabungkan dengan kata kerja otosu yang artinya

„menjatuhkan‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk lampau menjadi otoshita. Kata kerja otoshita terbetuk dari morfem dasar otos dan morfem terikat ita yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk lampau. Sehingga sogiotoshita memiliki makna „mencukur habis‟.

Fukugougo sogiotoshita terbentuk dari penggabungan antara sogi (N) yang

diambil dari gokan kata kerja sogu yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan otoshita (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(46)

37 15. 繰り出す Kuridasu

Bagan 15. Kuridasu

繰り出す Kuridasu

akar kata V1 akar kata V2 繰ります 出す kurimasu dasu

kur imasu das u

Fukugougo kuridasu terbentuk dari kata kerja kuru yang artinya „ulang‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi kuri-masu. Kata kerja kurimasu terbetuk dari morfem dasar kur dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari kuri-masu (kuri) digabungkan dengan kata kerja dasu yang artinya

„mengeluarkan‟ dikonjugasikan ke dalam shuushikei atau bentuk kamus menjadi dasu. Kata kerja dasu terbetuk dari morfem dasar das dan morfem terikat u yang berasal dari konjugasi shuushikei sebagai bentuk kamus atau kala non lampau.

Sehingga kuridasu memiliki makna „berulang‟.

Fukugougo kuridasu terbentuk dari penggabungan antara kuri (N) yang

diambil dari gokan kata kerja kuru yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan dasu (V) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Verba (V).

(47)

38 16. 命取り Inochitori

Bagan 16. Inochitori

命取り Inochitori

akar kata N1 akar kata V2

命 取ります

inochi torimasu

tor imasu

Fukugougo inochitori terbentuk dari kata benda inochi yang artinya

„nyawa‟, dan kata kerja toru yang artinya „mengambil‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi tori-masu. Kata kerja torimasu terbetuk dari morfem dasar tor dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari tori-masu (tori) digabungkan dengan kata benda inochi, sehingga menjadi inochitori yang memiliki makna

„pengambilan nyawa / pembunuhan‟.

Fukugougo inochitori terbentuk dari penggabungan antara inochi (N)

sebagai unsur bagian depan fukugougo dan tori (N) yang diambil dari gokan kata

kerja toru yang berubah menjadi kata benda sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Nomina (N).

(48)

39 17. 見事 Migoto

Bagan 17. Migoto

見事 Migoto

akar kata V1 akar kata N2 見ます 事 mimasu goto

N2 mi masu koto

Fukugougo migoto terbentuk dari kata kerja miru yang artinya „melihat‟

dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi mi-masu. Kata kerja mimasu terbetuk dari morfem dasar mi dan morfem terikat masu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari mi- masu (mi) digabungkan dengan kata benda koto yang artinya „hal‟ yang mengalami proses morfofonemik ke dalam shiinkoutai atau perubahan bunyi menjadi goto. Sehingga migoto memiliki makna „perbuatan hebat‟.

Fukugougo migoto terbentuk dari penggabungan antara mi (N) yang

diambil dari gokan kata kerja miru yang berubah menjadi kata benda sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan goto (N) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) +

Nomina (N).

(49)

40 18. 殺り甲斐 Yarigai

Bagan 18. Yarigai

殺り甲斐 Yarigai

akar kata V1 akar kata N2 殺ります 甲斐 yarimasu gai N2 yar imasu 甲斐 kai

Fukugougo yarigai terbentuk dari kata kerja yaru yang artinya

„membunuh‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi yari- masu. Kata kerja yarimasu terbetuk dari morfem dasar yar dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari yari-masu (yari) digabungkan dengan kata benda kai yang artinya

„layak‟ yang mengalami proses morfofonemik ke dalam shiinkoutai atau perubahan bunyi menjadi gai. Sehingga yarigai memiliki makna „layak dibunuh‟.

Fukugougo yarigai terbentuk dari penggabungan antara yari (N) yang diambil dari gokan kata kerja yaru yang berubah menjadi kata benda sebagai unsur bagian depan fukugougo dan gai (N) sebagai unsur bagian belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Nomina (N).

.

(50)

41 19. 待ち焦がれた Machikogareta Bagan 19. Machikogareta

待ち焦がれた Machikogareta

akar kata V1 akar kata V2 待ちます 焦がれた machimasu kogareta

mach imasu kog are ta

Fukugougo machikogareta terbentuk dari kata kerja matsu yang artinya

„menunggu‟ dikonjugasikan ke dalam renyoukei atau bentuk -masu menjadi machi-masu. Kata kerja machimasu terbetuk dari morfem dasar dan juga morfem terikat, berasal dari morfem dasar mats, mach yang telah mengalami proses morfofonemik onbin karena morfem yang mengikutinya dan morfem terikat imasu yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk sopan. Kemudian gokan dari machi-masu (machi) digabungkan dengan kata kerja kogeru yang artinya „buru-buru‟ dikonjugasikan ke dalam mizenkei atau bentuk pasif menjadi kogareta. Kata kerja kogareta terbetuk dari morfem dasar kog dan morfem terikat are yang berasal dari konjugasi mizenkei sebagai bentuk pasif dan morfem terikat ta yang berasal dari konjugasi renyoukei sebagai bentuk lampau. Sehingga machikogareta memiliki makna „tidak sabar menunggu‟.

Fukugougo machikogareta terbentuk dari penggabungan antara machi (N)

yang diambil dari gokan kata kerja matsu yang berubah menjadi kata benda

sebagai unsur bagian depan fukugougo dan kogareta (V) sebagai unsur bagian

(51)

42

belakang fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Nomina (N) + Verba (V).

20. 切れ肉 Kireniku Bagan 20. Kireniku

切れ肉 Kireniku

akar kata V1 akar kata N2 切れ 肉

kire niku

kir e

Fukugougo kireniku terbentuk dari kata kerja kiru yang artinya

„memotong‟ dikonjugasikan ke dalam meireikei atau bentuk perintah menjadi kire.

Kata kerja kire terbetuk dari morfem dasar kir dan morfem terikat e yang berasal dari konjugasi meireikei sebagai bentuk perintah dan kata benda niku yang artinya

„daging‟. Sehingga kireniku memiliki makna „daging cincang‟.

Fukugougo kireniku terbentuk dari penggabungan antara kire (V) sebagai

unsur bagian depan fukugougo dan niku (N) sebagai unsur bagian belakang

fukugougo. Sehingga bentuk dari fukugougo tersebut adalah : Verba (V) +

Nomina (N).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Immobilisasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan hasil korosi perunggu yang disebabkan oleh klorida (Sudiono, 1993 : 307). Kelebihan dari

Model konsiderasi tidak hanya dapat diterapkan pada mata Pelajaran Agama Islam (PAI) saja, tetapi model ini dapat juga diterapkan pada mata pelajaran umum. Tujuan dari

Berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah pada penelitian ini yaitu fenomena gap antara kemampuan berhitung dan literasi keuangan individu dan adanya perbedaan

Analisis dampak lalu lintas, untuk selanjutnya disebut ANDALALIN, adalah basil kajian mengenai dampak suatu kegiatan pembangunan dan pengoperasian kawasan

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

• Sebagai contoh bila dikatakan Percentile ke‐ 95 dari suatu pengukuran tinggi badan berarti bahwa 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah

Proses pengenalan karakter plat nomor kendaraan bermotor dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu akuisisi citra, pra proses yang meliputi grayscale, binerisasi, segmentasi,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan dan luas mangrove di daerah penangkapan ikan, mengetahui hasil tangkap nelayan di kawasan mangrove