• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Tinjauan Pustaka

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.

Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 2).

Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 14).

Proses pengembangan produk terbagi dalam enam tahapan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15-17), yaitu:

1. Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk. Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.

2. Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dan

(2)

bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomi proyek.

3. Fase kedua pada proses ini adalah perancangan tingkatan sistem. Fase ini mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem- subsistem serta komponen-komponen. Output dari fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

4. Fase kedua pada proses ini adalah perancangan detail. Perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.

5. Pengujian dan perbaikan. Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototype awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya.

Prototype alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan

(3)

konsumen utama. Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen- komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir separti pada perakitan sesungguhnya.

Prototype beta dievaluasi secara internal dan diuji oleh konsumen dengan

menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototype beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir.

6. Produksi awal. Pada fase ini produk dibuat denggan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari fase ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan pada produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Perahlian dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap.

Karena tahap pengembangan konsep dalam proses pengembangan itu sendiri membutuhkan lebih banyak koordinasi dibandingkan fungsi-fungsi lainnya. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses mengikuti urutan kebiasaan yang sama persis, menyelesaikan suatu kegiatan sebelum kegiatan berikutnya dimulai. Praktisnya, kegiatan awal-akhir mungkin tumpang tindih dalam waktu, serta proses interaksi sering diperlukan. Perulangan ini umumnya dinamakan iterasi. Proses awal-akhir pada pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18-19), yaitu:

(4)

Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.

Penetapan spesifikasi target. Dimana langkah ini merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah adalah suatu daftar spesifikasi target. Setiap spesifikasi terdiri dari suatu metrik (besaran), serta nilai-nilai batas dan ideal untuk besaran tersebut

Penyusunan konsep yang menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Pemilihan konsep. Dimana, pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis dan secara berturut-turut dieleminasi untuk mengidentifikasikan konsep yang paling menjanjikan.

Pengujian konsep, yaitu satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan pelanggan telah terpenuhi, memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasikan beberapa kelemahan yang harus diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.

Penentuan spesifikasi akhir. Spesifikasi target yang telah dientukan diawal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan diuji. Pada titik ini, tim harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada

(5)

konsep itu sendiri, batasan-batasan yang didentifikasikan melalui permodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.

Analisis produk-produk pesaing. Pemahaman mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi. Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak kegiatan awal-akhir.

Permodelan dan pembuatan prototype. Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan prototype. Hal ini mencakup, antara lain model pembuktian konsep, yang akan membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan: model ‘hanya bentuk’ dapat ditunjukkan pada pelanggan untuk mengevaluasi keergonomisan dan gaya, sedangkan model lembar kerja adalah untuk pilihan teknis.

2.1.1 Perencanaan Produk

Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek dilakukan lima tahapan berikut (Ulrich dan Eppinger, 2001: 37):

1. Mengidentifikasikan peluang

2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek 3. Mengalokasikan sumberdaya dan rencana waktu 4. Menglengkapi perencanaan pendahuluan proyek 5. Merefleksikan kembali hasil dan proses

(6)

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 36) Gambar 2.1 Proses Perencanaan Produk

2.1.1.1 Mengidentifikasikan Peluang-Peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasikan peluang-peluang pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari beberapa sumber, meliputi:

Personal pemasaran dan pejualan

Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

Tim pengembangan produk saat ini

Manufaktur dan operasional organisasi

Pelanggan sekarang atau potensial

Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan partner-partner bisnis

Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif, meliputi:

Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk yang ada sekarang.

(7)

Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi oleh pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang ada.

Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan-kecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.

Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis melalui tenaga penjualan dan sistem pelayanan pelanggan.

Studi para pesaing produk dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan pada basis sekarang (keunggulan-keunggulan pesaing).

Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk menfasilitasi perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian kearah pengembangan produk.

Bila dipergunakan secara aktif, terowongan peluang dapat menampung ide-ide secara kontiniu, dan peluang-peluang produk baru mungkin akan dihasilkan setiap waktu.

2.1.1.2 Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-Proyek

Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk yang ada adalah:

(8)

Strategi bersaing

Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Beberapa strategi yang mungkin antara lain: kepemimpinan teknologi, kepemimpinan biaya, fokus pelanggan, dan tiruan.

Segmentasi pasar

Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Dengan memetakan produk-produk pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam segmen-segmen, perusahaan dapat memperkirakan peluang produk yang mana yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan yang mana yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing-pesaing.

Alur teknologi

Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan proyek yang utama adalah penentuan waktu menggunakan teknologi dasar yang baru dalam lini produk. Kurva teknologi S menggambarkan performansi produk dalam suatu kategori produk sepanjang waktu, biasanya dengan berdasarkan variabel performasi tunggal seperti resolusi, kecepatan atau keandalan.

(9)

Perencanaan platform produk

Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan

produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan sering menjadi hal terpenting dari aset-aset ini. Platform efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, dimana setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama. Salah satu teknik utuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Suatu peta jalur teknologi merupakan suatu cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relavan untuk produk yang dipertimbangkan.

Kemudian proses mengevaluasi peluang dan produk baru didiskusikan dan menyeimbangkan portfolio proyek. Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang- peluang produk baru secara fundamental meliputi:

Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata)

Tingkat pertumbuhan pasar (persen per-tahun)

Intensitas persaingan ( jumlah pesaing dan kekuatan mereka)

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai pasar yang telah ada

Kedalaman pengetahuan perusahaan mengenai teknologi yang telah ada

Kesesuaian dengan produk-produk perusahaan lainnya

Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.

(10)

Potensi untuk mendapatkan paten, rahasia perdagangan atau mengetahui hambatan lainnya untuk persaingan

Eksistensi dari produk unggulan yang ada pada perubahaan

Meskipun tidak terdapat prosedur-prosedur umum untuk memutuskan secara tepat portfolio apa yang harus dilakukan, dalam kebanyakan kasus, suatu perusahaan dapat

mengambil manfaat dari bermacam-macam proyek seperti manfaat dari sekumpulan proyek, hanya sebagai suatu manfaat portfolio dari diversifikasi.

2.1.1.3 Mengalokasikan Sumber Daya dan Merencanakan Penentuan Waktu Perencanaan agregat membantu suatu perusahaan untuk menggunakan sumberdayanya secara efisien dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang dianggarkan. Dengan memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan untuk tiap proyek dalam rencana bulan-an, tiga bulan-an, atau tahunan membuat organisasi harus menghadapi kenyataan bahwa sumber daya mereka teratas. Dalam kebanyakan kasus, sumber daya utama yang diatur merupakan usaha dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja orang atau jam kerja bulanan orang.

Dalam menentukan waktu dan urutan proyek, kadang digunakan istilah manajemen pipa (pipeline management), yang harus mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut:

(11)

Penentuan waktu pengenalan produk: biasanya makin cepat suatu produk dibawa kepasar adalah makin baik.

Kesiapan teknologi: kekuatan teknologi yang digunakan memainkan peran kriteria dalam proses perencanaan.

Kesiapan pasar: langkah-langkah pengenalan roduk menentukan apakah lebih baik sesegera mungkin mengadakan produk dan baru kemudian menjualnya sebanyak mungkin atau apakah mereka harus membeli produk yang umurnya panjang pada harga awal yang tinggi.

Persaingan: penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesaing akan mempercepat waktu proyek pengembangan.

2.1.1.4 Menyelesaikan Perencanaan Proyek Pendahuluan

Pada point ini pernyataan kesempatan yang lebih segera mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk. Sasaran yang telah terdefinisi dalam pernyataan visi produk mungkin sangatlah umum. Didalamnya tidak tercakup teknologi baru yang spesifik yang harusnya digunakan, atau apakah perlu untuk menyatakan sasaran dan batasan-batasan fungsi seperti produksi dan operasional pelayanan. Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi- asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pertanyaan misi (mission statement).

(12)

Pertanyaan misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut:

Uraian produk ringkas: uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk spesifik. Mungkin saja berupa pertanyaan visi produk.

Sasaran utama bisnis: sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kualitas

Pasar target untuk produk: terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian ini mengidentifikasikan pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.

Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan:

asumsi harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi-informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan.

Stakeholder: satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholer dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen

(13)

produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan diperngaruhi oleh produk.

Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu

“reality cek“ harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat dan bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan.

Langkah–langkah dalam proses dapat dan seharusnya dijalankan secara simultan untuk memastikan apakah banyak rencana dan keputusan konsisten dengan yang lainnya dan dengan sasaran, kemampuan dan keterbatasan perusahaan.

2.1.1.5 Mereflesikan Hasil dengan Proses

Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menayakan beberapa pertanyaan untuk memperkirakan kualitas proses dan hasil.

Beberapa pertanyaan yang diusulkan adalah:

Apakah rencana produk mendukung strategi persaingan perusahaan?

Apakah rencana produk menunjukkan peluang yang ditemui perusahaan sekarang yang paling penting?

Apakah total sumber daya yang dialokasikan untuk pengembangan produk cukup untuk mencapai strategi persaingan perusahaan?

(14)

Apakah cara-cara kreatif untuk penentuan sumber daya terbatas telah dipertimbangkan, seperti penggunaan platform produk, joint venture dan kemitraan dengan pemasok?

Apakah peluang produk yang menyenangkan benar-benar telah dikumpulkan?

Apakah tim inti telah menerima tantangan yang dihasilkan dalam pernyataan misi?

Apakah elemen-elemen dari pernyataan misi konsisten ?

Apakah asumsi-asumsi yang terdapat dalam pernyataan misi sungguh-sungguh diperlukan atau terlalu dibatasi? Haruskah tim pengembangan memiliki kebebasan untuk mengembangkan produk dengan kemungkinan terbaik?

Bagaimana proses perencanaan produk dapat diperbaiki?

2.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Sebelum memulai proyek pengembangan, perusahaan umumnya mengidentifikasi peluang pasar terlebih dahulu, mencatat kendala utama serta menetapkan tujuan proyek tersebut. Dengan melakukan pernyataan misi (mission statement). Dari pernyataan misi kemudian dapat dilanjutkan dengan mengumpulkan kebutuhan pelanggan.

(15)

Identifikasi kebutuhan pelanggan

Menetapkan Spesifikasi &

Targetnya

Mendisain Konsep2

Produk

Memilih Konsep Produk

Menguji Konsep Produk

Menetapkan spesifikasi

akhir

Rencana Alur Pengemban

gan

Rencana Pengembangan Pernyataan

Misi

Proses Analisa Ekonomis Produk Benchmark produk kompetitor

Membangun Model Pengujian dan prototype produk

Sumber: Perancangan dan Pemgembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57) Gambar 2.2 Aktivitas Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Dalam Hubungan Dengan

Aktivitas Pengembangan Konsep Lain

Produk dianggap memberikan manfaat ketika produk tersebut dapat memuaskan pelanggan salah satu indikator apakah kebutuhan pelanggan telah diidentifikasi secara benar adalah dengan melihat apakah pelanggan menyukai prototype pertama yang dikembangkan oleh tim. Walaupun demikian, metode terstruktur untuk mengumpulkan data dari pelanggan tetap berguna dan dapat menurunkan resiko besar dalam pengembangan produk baru secara radikal. Apakah pelanggan sanggup atau tidak mengkomunikasikan kebutuhan mereka yang tersembunyi, interaksi dengan pelanggan yang menjadi target pasar akan sangat membantu tim pengembang mendapatkan pemahaman tentang lingkungan pengguna serta mengetahui cara pandang mereka. Informasi mengenai pengguna ini akan bermanfaat, walaupun tidak selalu diperoleh melalui proses identifikasi kebutuhan produk yang akan dikembangkan.

(16)

Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap, lima tahap tersebut adalah (Ulrich dan Eppinger, 2001: 57):

1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan.

2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.

3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tertier.

4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan.

5. Menganalisa hasil dan proses.

2.1.2.1 Mengumpulkan Data Mentah dari Pelanggan

Dalam mengumpulkan data mentah dari pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya:

1. Wawancara 2. Kelompok fokus

3. Observasi produk pada saat digunakan

Dalam mengumpulkan data perlu juga dilakukan memilih pelanggan. Kebutuhan dapat diidentifikasi lebih efisien dengan mewawancarai sekelompok pelanggan yang disebut pengguna utama (lead users). Pengguna utama adalah pelanggan yang berpengalaman dan berpandangan lebih maju ke depan dibandingkan mayoritas target pasar. Pelanggan seperti ini berguna sebagai sumber data karena dua alasan, yaitu (1) mereka seringkali mampu mengkomunikasikan kebutuhan yang mereka rasakan

(17)

karena selama ini telah berkutat dengan ketidaksempurnaan produk yang sekarang, dan (2) mereka kadang kadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan memfokuskan pengguna utama, tim akan sanggup untuk mengidentifikasikan kebutuhan yang walaupun nyata bagi pengguna utama, tetapi masih tersembunyi untuk sebagian besar calon pelanggan lainnya. Menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan yang tersembunyi akan membuat perusahaan sanggup untuk mengantisipasi tren yang akan datang dan melampaui produk-produk kompetitor.

Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal, pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon.

Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan setelah pewawancara memperkenalkan dirinya dan menerangkan maksud wawancara tersebut:

Kapan dan mengapa Anda menggunakan produk jenis ini?

Ceritakan pengalaman menarik ketika Anda menggunakan produk ini.

Apa yang Anda sukai dari produk yang sekarang?

Apa yang Anda tidak sukai dari produk yang sekarang?

Hal hal apa yang Anda pertimbangkan ketika membeli produk ini?

Apa perbaikan yang ingin Anda lakukan terhadap produk ini?

(18)

Berikut adalah beberapa tuntutan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan pelanggan:

Biarkan wawancara mengalir apa adanya

Gunakan perangsang visual dan alat peraga

Hindari hipotesa awal tentang teknologi produk

Biarkan pelanggan mendemonstrasikan produk atau tugas tugas tertentu yang berhubungan dengan produk

Bersiaplah dengan kejutan atau ekspresi yang tercetus dari kebutuhan yang tersembunyi

Amati informasi non verbal

Akan tetapi dalam mengumpulkan kebutuhan yang berhubungan dengan produk yang revolusioner, dimana pelanggan belum mempunyai pengalaman dengan produk tersebut, wawancara sebaiknya difokuskan kepada tugas-tugas atau situasi dimana produk baru tersebut akan diterapkan, dan bukan difokuskan terhadap produk itu sendiri.

Dalam melakukan pengumpulan data dengan pelanggan dapat didokumentasikan dengan beberapa metode yaitu:

1. Rekaman suara ( audio recording ) 2. Catatan

3. Rekaman video 4. Foto

(19)

Hasil akhir dari proses pengumpulan data adalah menyusun data mentah, biasanya dalam kolom/ lembaran pernyataan pelanggan (customer statement), dan seringkali dilengkapi dengan rekaman video atau foto.

2.1.2.2 Menginterpretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan.

Proses penterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang berbeda, sehingga akan berguna memiliki lebih dari satu anggota tim untuk melaksanakan proses penterjemahan.

Dalam menulis peryataan pelanggan, memiliki beberapa ketentuan yaitu:

Ekspresikan Kebutuhan sebagai “Apa yang harus dilakukan produk”, bukan “ bagaimana melakukannya”

Ekspresikan kebutuhan sama spesifiknya seperti data mentah

Gunakan pernyataan positif, bukan negatif

Ekspresikan kebutuhan sebagai atribut dari produk

Hindari kata-kata “Harus” dan “Mesti”

Daftar kebutuhan pelanggan merupakan susunan final dari semua kebutuhan yang diperoleh dari wawancara pelanggan yang dilakukan terhadap target pasar.

(20)

2.1.2.3 Mengorganisasikan Kebutuhan Menjadi Beberapa Hierarki

Tujuan dari mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki adalah untuk membagi daftar kebutuhan menjadi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tertier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

Prosedur mengorganisasikan kebutuhan menjadi daftar hierarki merupakan proses yang intuitif. Tahap tahap prosedur untuk mengelompokkan kebutuhan menjadi hierarki:

1. Tuliskan setiap pernyataan kebutuhan pada kartu-kartu atau secarik kertas yang terpisah.

2. Kurangi pernyataan kebutuhan yang sama atau tidak dibutuhkan lagi.

3. Kelompokkan kartu-kartu berdasarkan kesamaan kebutuhan yang diekspresikan.

4. Untuk setiap grup berikan nama/ label.

5. Pertimbangkan untuk mengelompokkan grup yang dihasilkan menjadi super grup yang terdiri dari 2 sampai 5 grup.

6. Periksa dan edit kembali pernyataan kebutuhan yang telah disusun.

2.1.2.4 Menetapkan Derajat Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan

Daftar hierarki saja tidak memberikan informasi mengenai tingkat kepentingan relatif yang dirasakan pelanggan terhadap kebutuhan yang berbeda-beda. Sementara itu tim pengembang harus membuat prioritas pilihan dan mengalokasikan sumber daya dalam mendesain produk. Proses indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah

(21)

menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan. Selanjutnya, menentukan bobot kepentingan setiap kebutuhan, yaitu (1) bersandar pada konsensus anggota tim berdasarkan pengalaman mereka selama ini dengan pelanggan, atau (2) berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan. Kemudian dilakukan survei pelanggan, namun pertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan langkah ini. Pada titik ini tim sudah harus mempunyai catatan tentang kelompok pelanggan.

Bobot kepentingan setiap kebutuhan dapat diungkapkan dengan beberapa cara yaitu nilai rata-rata, standar deviasi atau jumlah respons untuk setiap kategori kepentingan.

2.1.2.5 Menganalisa Hasil dan Proses

Langkah terakhir pada metoda indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Walaupun proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan suatu metode yang terstruktur, metode tersebut bukanlah ilmu pasti. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam metode ini adalah:

Sudahkah kita berinteraksi dengan semua tipe pelanggan penting dalam target pasar kita?

Apakah kita sanggup menangkap lebih jauh kebutuhan yang berhubungan dengan produk sekarang untuk menangkap kebutuhan yang tersembunyi dari pelanggan kita?

(22)

Masih adakah wilayah penyelidikan yang harus kita kejar untuk mencatat kemajuan wawancara atau survei yang telah dilakukan?

Manakah diantara pelanggan yang diwawancara merupakan partisipan yang baik, yang dapat membantu kita pada usaha pengembangan produk lebih lanjut?

Apa yang kita ketahui sekarang, namun belum kita ketahui waktu memulai proses? Apakah kita mendapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul?

Apakah kita sudah melibatkan setiap orang dalam organisasi kita yang membutuhkan pemahaman yang baik mengenai kebutuhan pelanggan?

Bagaimana kita memperbaiki proses pada usaha pengembangan dimasa yang akan datang?

2.1.3 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 77). Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Sebagai contoh “waktu rata-rata untuk memasang” adalah metrik, sementara “kurang dari 75 detik” adalah nilai metrik.

2.1.3.1 Penetapan Spesifikasi Target

Biasanya, setelah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, tim membuat target spesifikasi (spesifikasi awal). Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses di pasaran. Kemudian

(23)

target spesifikasi ini akan diperbaiki tergantung pada batasan konsep produk yang akhirnya dipilih.

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah (Ulrich dan Eppinger, 2001: 79):

1. Menyiapkan gambar metrik, dan menggunakan metrik-metrik kebutuhan, jika diperlukan.

Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait.

Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu per satu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada posisi ideal, hanya satu metrik untuk setiap kebutuhan. Tapi dalam praktiknya, hal ini biasanya tidak mungkin.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat daftar metrik:

Metrik harus komplit.

Metrik harus merupakan varibel yang berhubungan.

Metrik harus praktis.

Beberapa kebutuhan tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi metrik yang terukur.

(24)

Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat kepentingan metrik. Untuk kasus dimana metrik merefleksikan lebih dari satu kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya.

2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing.

Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target spesifikasi merupakan bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing.

3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik.

Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu nilai ideal dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil yang terbaik yang diharapkan tim. Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial.

(25)

Terdapat lima cara untuk mengungkapkan nilai metrik:

Minimal X: spesifikasi ini menetapkan target untuk batas bawah metrik, dimana nilai yang lebih tinggi adalah yang lebih baik.

Maksimal X: spesifikasi ini menetapkan target untuk batas atas dari metrik, dimana nilai yang lebih kecil adalah lebih baik.

Diantara X dan Y: spesifikasi ini mentapkan target batas atas dan bawah untuk nilai metrik.

Tepat X: spesifikasi ini menetapkan target metrik pada nilai tertentu, dimana perbedaan nilai akan menurunkan kinerja.

Kumpulan nilai diskret: Beberapa metrik mempunyai nilai berupa beberapa pilihan diskret.

4. Merefleksikan hasil dan proses.

Beberapa pertanyaan yang patut dipertimbangkan mencakup:

Apakah anggota tim “bertaruh”? Jika ditetapkan target yang tinggi, apakah anggota tim akan menghasilkan yang lebih baik dibandingkan kemampuan yang sebenarnya?

Haruskah tim mempertimbangkan untuk menawarkan berbagai produk atau paling sedikit berbagai pilihan produk agar dapat memenuhi kebutuhan lebih dari satu segmen pasar, atau cukup hanya satu produk saja?

Apakah ada spesifikasi yang hilang? Apakah spesifikasi merefleksikan karakteristik yang menentukan kesuksesan komersial?

(26)

2.1.3.2 Penetapan Spesifikasi Akhir

Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi kembali diperiksa.

Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.

Dalam menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu hubungan berlawanan antara dua speksifikasi yang sudah melekat pada konsep produk yang terpilih.

Lima langkah dalam pembuatan spesifikasi akhir (Ulrich dan Eppinger, 2001:

89):

1. Mengembangkan model-model teknis suatu produk.

Model teknis suatu produk adalah alat yang digunakan untuk memperkirakan nilai metrik untuk membuat beberapa keputusan desain. Dalam hal ini cenderung menggunakan istilah ‘model’ untuk menyebut suatu bentuk tiruan fisik maupun analitik dari produk.

Idealnya, tim dapat membuat model analitik produk dengan akurat, mungkin dengan menerapkan persamaan model pada lembar kerja atau simulasi komputer.

Model seperti ini memungkinkan tim untuk memperkirakan dengan cepat tipe kinerja seperti apa yang dapat diperoleh dari suatu variabel desain khusus, tanpa melalui eksperimen yang mahal. Sedangkan model fisik biasanya dibuat dengan menggunakan teknik perencanaan eksperimen, yang dapat meminimasi jumlah eksperimen yang dibutuhkan.

(27)

Dengan menggunakan teknik ini, tim dapat memperkirakan apakah spesifikasi dapat dikerjakan secara teknis atau tidak, dengan cara menyelidiki perbedaan kombinasi variabel desain. Permodelan dan analisis tipe ini memcgah tim untuk membuat kombinasi spesifikasi yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan konsep produk yang tersedia.

2. Mengembangkan model biaya suatu produk.

Biaya yang dimaksud adalah biaya manufaktur dimana pihak perusahaan selalu memperoleh keuntungan yang cukup, juga dapat menawarkan produk ini ke pelanggan dengan harga bersaing. Untuk sebagian besar produk, perkiraan mengenai biaya manufaktur dapat diketahui dengan menuliskan daftar bahan- bahan dan komponen dan memperkirakan harga pembelian atau pabrikasi untuk setiap komponen.

Cara yang digunakan untuk mencatat informasi biaya adalah dengan membuat daftar perkiraan harga terendah dan tertinggi untuk setiap komponen.

Hal ini sangat membantu tim untuk mengetahui ketidakpastian perkiraan. Daftar komponen sangat penting sifatnya. Tim biasanya melakukan analisis biaya untuk setiap keputusan rancangan dan melakukan perbaikan terhadap keputusan- keputusan ini dengan berdasarkan pada analisis tersebut daftar komponen itu sendiri adalah semacam model kinerja, selain memperkirakan nilai metrik kinerja secara teknis, juga memperkirakan biaya manufaktur jika dikembangkan dan diperbaharui secara teratur. Untuk produk kompleks yang terdiri dari ratusan atau

(28)

bahkan ribuan komponen yang belum tentu dapat dikelompokkan ke dalam daftar komponen, dipermudah dengan hanya membuat daftar untuk komponen- komponen besar dengan berdasarkan pada pengalaman atau pertimbangan supplier.

3. Memperbaiki spesifikasi, membuat trade-offs jika diperlukan.

Setelah tim membuat model kinerja teknis yang dibutuhkan untuk membuat model biaya awal, tim telah dapat menggunakan model ini untuk mengembangkan spesifikasi akhir. Spesifikasi akhir dapat dihasilkan dengan cara memaparkan nilai-nilai kombinasi yang mungkin melalui penggunaan model teknis, dan kemudian biaya-biaya penerapannya dapat ditentukan.

Salah satu metode penting untuk mendukung proses pengambilan keputusan ini adalah peta persaingan. Peta persaingan biasanya digunakan untuk mengetahui posisi produk baru dalam persaingan. Dengan menggunakan model teknis, model biaya produk, dan peta persaingan, tim dapat menyempurnakan spesifikasi produk agar dapat dicapai konsep produk yang sempurna dan menghasilkan produk yang dapat bersaing karena mempunyai keunggulan tertentu.

Untuk kategori produk yang telah matang dimana kompetisi didasarkan pada beberapa kinerja kinetik yang suadah dikenal baik, analisa cojoint merupakan alternatif yang sesuai untuk menyempurnakan spesifikasi produk.

(29)

4. Menentukan spesifikasi yang sesuai.

Proses penetapan spesifikasi akan lebih penting dan menantang jika produk yang dikembangkan sangat kompleks, terdiri dari subsistem, dan membutuhkan beberapa tim pengembangan. Pada kasus seperti ini, spesifikasi digunakan untuk menjelaskan tujuan pengembangan dari setiap subsistem. Tantangan yang dihadapi adalah penurunan spesifikasi keseluruhan menjadi spesifikasi untuk setiap subsistem. Masalah yang kita hadapi adalah memastikan bahwa spesifikasi subsistem dapat mencerminkan spesifikasi produk secara keseluruhan sehingga jika spesifikasi sebuah subsistem tercapai maka spesifikasi produk keseluruhan juga akan tercapai. Masalah kedua adalah menyakini bahwa spesifikasi- spesifikasi tertentu untuk subsistem yang berbeda mempunyai tingkat kesulitan yang sama untuk dipenuhi.

Beberapa spesifikasi komponen ditentukan berdasarkan alokasi dana yang disediakan. Namun spesifikasi komponen lainnya harus ditentukan melalui pemahaman yang lebih kompleks mengenai bagaimana kinerja subsistem berhubungan dengan kinerja produk secara keseluruhan.

5. Merefleksikan hasil dan proses.

Apakah produk ini akan memenangkan persaingan?

Ada berapa banyak ketidakpastian yang ada pada model teknik dan model biaya?

(30)

Apakah konsep yang dipilih oleh tim paling sesuai target pasar yang ditetapkan atau konsep itu diterapkan pada pasar yang lain?

Haruskah perusahaan melalui usaha formal untuk mengembangkan model teknik yang lebih baik yang merupakan ukuran kinerja produk untuk masa yang akan datang?

2.1.4 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 102). Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan.

Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar.

Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep (Ulrich dan Eppinger, 2001: 104):

(31)

Sumber: Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 104) Gambar 2.3 Lima Langkah Metode Penyusunan Konsep

2.1.4.1 Memperjelas Masalah

Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi submasalah. Membagi sebuah masalah menjadi sub masalah yang lebih sederhana disebut dekomposisi masalah.

(32)

Macam-macam dekomposisi masalah, yaitu:

Dekomposisi fungsi

Dekomposisi fungsi adalah untuk menggambarkan elemen-elemen fungsional dari produk tanpa menunjuk sebuah prinsip kerja teknik tertentu untuk konsep produk. Dekomposisi fungsi sangat sesuai diaplikasikan pada produk teknik, tapi dapat juga diaplikasikan pada produk yang sederhana dan nonteknis

Dekomposisi berdasarkan urutan penggunaan

Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk dengan fungsi teknis yang sangat sederhana melibatkan interaksi banyak pemakai

Dekomposisi berdasarkan kebutuhan utama pelanggan

Pendekatan ini seringkali berguna untuk produk yang masalah utamanya adalah bentuk, bukan prinsip kerja atau teknologinya.

Tujuan dari semua teknik dekomposisi ini adalah untuk membagi sebuah masalah kompleks menjadi sederhana sehingga dapat ditangani dengan lebih terfokus. Setelah dekomposisi masalah selesai, tim memilih submasalah yang paling kritis untuk keberhasilan produk, dan mungkin paling bermanfaat jika diselesaikan melalui solusi baru atau solusi yang kreatif.

2.1.4.2 Pencarian Secara Eksternal

Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah.

(33)

Mengimplikasikan solusi yang sudah ada biasanya lebih cepat dan lebih mudah daripada mengembangkan sebuah solusi baru. Penggunaan bebas dari solusi yang sudah ada memungkinkan tim untuk memusatkan kreativitasnya pada submasalah- submasalah kritis di mana tidak ada solusi terdahulu yang memuaskan. Lebih jauh sebuah solusi konvensional terhadap sebuah submasalah seringkali dapat digabungkan dengan sebuah solusi baru untuk submasalah lain sehingga menghasilkan sebuah rancangan keseluruhan yang unggul.

Sedikitnya ada 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu mewawancara pengguna utama, konsultasi dengan pakar, pencarian paten, pencarian literatur dan menganalisis (benchmarking) peesaing.

2.1.4.3 Pencarian Secara Internal

Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreavitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian internal dalam arti semua pemikiran yang timbul dari langkah ini dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang ada dalam tim.

Empat pedoman berguna untuk perbaikan baik pencarian internal individu maupun kelompok:

1. Menunda keputusan

2. Menghasilkan banyak ide/ pemikiran

3. Terima ide-ide yang kelihatannya tidak dapat dilaksanakan 4. Menggunakan media fisik dan alat bantu speksifik

(34)

Beberapa cara untuk menghasilkan konsep solusi, yaitu:

1. Membuat analogi 2. Keinginan dan harapan

3. Menggunakan stimulus yang berkaitan

4. Menggunakan stimulus yang tidak berhubungan 5. Menetapkan sejumlah tujuan

6. Menggunakan metode galeri

2.1.4.4 Mengali Secara Sistematis

Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal dan internal, tim mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep, yaitu yang merupakan solusi untuk sub-submasalah. Penggalian sistematis ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini.

Dua alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim yakni:

1. Pohon klasifikasi

Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian yang mungkin menjadi kelompok yang independen. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.

Empat manfaat penting pohon klasifikasi:

1. Memangkas cabang yang hanya sedikit memberi harapan

2. Mengidentifikasikan pendekatan yang terpisah terhadap masalah

(35)

3. Mengidentifikasikan perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu 4. Perbaikan dekomposisi masalah untuk cabang tertentu.

2. Tabel kombinasi

Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi.

2.1.4.5 Merefleksikan Pada Hasil dan Proses

Apakah tim yakin bahwa solusi-solusi yang mungkin telah sepenuhnya digali?

Adakah alternatif diagram fungsi?

Adakah cara lain untuk mendekomposisikan masalah?

Sudahkah sumber eksternal ditelusuri?

Sudahkah pemikiran tiap orang diterima dan digabungkan dalam proses?

2.1.5 Seleksi Konsep

Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan

(36)

relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 130).

Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan metrik keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.

Sumber: Perancangan dan Pengembagan Produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 134) Gambar 2.4 Seleksi dan Penyaringan Konsep

Terdapat dua tahapan metodologi seleksi konsep, yaitu penyaringan konsep dan penilaian konsep (Ulrich dan Eppinger, 2001: 135). Penyaringan adalah proses yang evaluasinya masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif.

Penilaian konsep merupakan sebuah analisis konsep yang ada untuk memilih salah satu konsep memungkinkan untuk membawa kesuksesan pada sebuah produk.

Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal dievaluasi dengan membandingkan dengan sebuah konsep referensi yang menggunakan metrik penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk dihasilkan dan mungkin menyesatkan, sehingga digunakan sebuah sistem penilaian

(37)

komparatif yang masih kasar. Setelah beberapa alternatif dihilangkan, tim dapat memilih untuk meneruskan pada penilaian konsep, lalu mengadakan analisis yang lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa dengan menggunakan metrik penilaian sebagai pedoman. Selama proses penyaringan dan penilaian, beberapa iterasi mungkin dilakukan, sehingga menghasilkan beberapa alternatif baru dari hasil kombinasi beberapa konsep.

Langkah-langkah pada tahapan penyaringan dan penilaian konsep, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 136):

1. Menyiapkan metrik seleksi 2. Menilai konsep

3. Mengurut konsep

4. Mengkombinasi dan memperbaiki konsep 5. Memilih satu atau lebih konsep

6. Mereflesikan hasil dan proses

Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya.

Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi ranking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat ranking yang lebih tinggi.

(38)

Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan metrik penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam metrik.

Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki ranking tertinggi.

Dengan dasar kedua metrik seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari pelanggan.

2.1.6 Pengujian Konsep

Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.

Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-

(39)

konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji.

Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001:

153):

1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep

Pengujian konsep dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan seperti:

Konsep mana yang akan diuji?

Bagaimana konsep dapat diperbaiki?

Berapa jumlah produk yang dapat dijual?

Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?

2) Memilih populasi survei

Seringkali produk ditujukan untuk pasar potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak waktu dan biaya, sehingga seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya maka pengujian konsep cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial dengan segmen pasar terbesar saja.

(40)

3) Memilih format survei

Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan: face-to-face interaction, telepon, surat, e-mail, internet. Dan tiap format memiliki kekurangan dan kelebihan masing- masing.

4) Mengkomunikasikan konsep

Yang membedakan survei pengujian konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus dikomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan konsep yaitu: uraian verbal, sketsa, foto dan gambar, storyboard, video, simulasi, multimedia interaktif, model fisik, dan prototipe yang

dioperasikan. Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yang ada.

5) Mengukur respon pelanggan

Data yang didapatkan dari survei dapat diolah dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama diukur adalah konsep mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan pelanggan untuk membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli.

(41)

Atau bisa juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri untuk membeli.

6) Menginterpretasikan hasil

Maksud dari menginterpretasikan hasil adalah bila memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung konsep tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Dan tidak jarang juga tim pengembang dapat memperkirakan potensi penjualan produk 1 tahun ke depan setelah produk tersebut diluncurkan. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapi prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebnarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi tim pengembangan produk.

7) Merefleksikan hasil dan proses

Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model prediksi yaitu: ukuran pasar keseluruhan, ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu: apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan sesuai dengan yang

(42)

dituju? Dan apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil tingkat pengamatan tingkat penjualan terhadap produk-produk yang sama? Akhirnya pengalaman dengan produk baru kemungkinan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk produk-produk yang hampir sama.

2.1.7 Arsitektur Produk

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik (Ulrich dan Eppinger, 2001: 173-174). Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan

transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk.

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen- elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen- elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri arsitektur modular adalah: chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi utama produk.

(43)

Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti: perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan manajemen pengembangan produk.

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 180):

1. Membuat skema produk

2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema 3. Membuat susunan geometris yang masih kasar

2.1.7.1 Skema Produk

Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari suatu produk adalah bagian-bagian produk (part), komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Arsitektur produk adalah skema elemen- elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Membuat skema produk merupakan langkah pertama dari menetapkan arsitektur produk. Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen-elemen penyusun produk. Pada akhir fase pengembangan konsep, beberapa

Referensi

Dokumen terkait

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

(3) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) pasal ini ternyata menimbulkan gangguan yang membahayakan lingkungan, kepada perusahaan tersebut

· Lepaskan selalu daya listrik AC dengan mencabut kabel daya dari colokan daya sebelum menginstal atau melepaskan motherboard atau komponen perangkat keras lainnya.. ·

Hasil ordinasi RAPFISH diuji dengan menggunakan analisis Monte Carlo untuk menilai kestabilan dari nilai indeks keberlanjutan (konteks penelitian) yang dihasilkan.. Hasil

Penulisan Karya Tulis Imiah yang berjudul “Perbedaan Diameter Lumen Arteri Umbilikalis pada Preeklampsia Berat dan Kehamilan Normotensi” ini dilakukan dalam rangka memenuhi

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana populasi bakteri anaerob, produksi gas metana, dan potensi sludge biogas feses sapi perah sebagai sumber bakteri anaerob

PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN FASILITAS LLAJ DI JALUR MARGONDA RAYA 137.518.000,00... PEMBUATAN SEPARATOR JALUR

Sehubungan dengan adanya penelitian untuk tugas penyusunan skripsi, maka peneliti berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai ”Pengaruh Celebrity