• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMMUNICATION ATTRIBUTION AND SELF-DISCLOSURE IN FAMILY COMMUNICATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "COMMUNICATION ATTRIBUTION AND SELF-DISCLOSURE IN FAMILY COMMUNICATION"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

COMMUNICATION ATTRIBUTION AND SELF-DISCLOSURE IN FAMILY COMMUNICATION

(Qualitative Study of Communication Attribution in Self-Disclosure of Broken Home Family Children to Parents at SMAN 7 Surakarta)

Firmanjaya Rafiandy Cahyadi Usman D0216036

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret

Abstract

This research to examine the attribution of communication in self- disclosure to encourage behavioral changes in children from broken home families in Surakarta. Informants involved in the study were students from broken home in Surakarta. And total research informants amounted to three informants.

This research is a qualitative research with a case study approach. The data collection process used interviews and observations on three research informants.

The Informants in this research were decided by purposive sampling. Data analysis and interpretation techniques refer to the four steps applied by Miles and Hubberman. Triangulation used is the sources, methods, and theories.

Based on the findings in the field, all of the informants had experienced a broken home which was initially very difficult to accept, so the researchers discussed each research process with the informants. Factors that support broken home children are effective communication and self-disclosure.

Keywords: Broken Home, Self-Disclosure, Family Communication

(2)

Pendahuluan

Keluarga merupakan sebuah unit terkecil dalam kelompok sosial dimana keluarga merupakan orang terdekat kita dalam hidup, karena bersama keluarga, individu memiliki ikatan darah dan intim tersendiri sehingga ada dorongan untuk saling mempercayai, menyayangi, dan menolong satu sama lain. Selain itu, keluarga juga berfungsi untuk melanjutkan sebuah keturunan. Suami dan istri yang telah menikah akan memiliki anak dan melanjutkan keturunannya ke generasi yang selanjutnya. Seorang dimana individu yang lahir dalam sebuah keluarga akan mulai untuk belajar berbicara, berjalan, menulis, hingga bersikap dan berperilaku melalui pengamatan melihat keluarganya sehingga terbentuklah sebuah kepribadian dan konsep diri dari anak tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, tak selamanya hubungan dalam sebuah keluarga akan terus harmonis.

Adanya berbagai faktor seperti komunikasi dan ekonomi yang beresiko menghancurkan keutuhan rumah tangga seseorang. Terganggunya keutuhan rumah tangga ini akan berdampak bagi pribadi dari seorang anak yang tumbuh di keluarga tersebut.

Tabel 1.1 Angka Perceraian 5 Tahun Terakhir

(3)

Istilah keluarga yang sedang terganggu keutuhannya atau telah berpisah karena suatu konflik biasa disebut oleh masyarakat sebagai keluarga broken home.

Willis (2009) menjelaskan bahwa broken home sebagai ketidakseimbangan atau keharmonisan keluarga yang terganggu karena adanya komunikasi dua arah sudah tidak berjalan dengan baik terutama antara ayah dan ibu disebabkan oleh keegoisan kedua belah pihak dan beberapa faktor seperti ekonomi, waktu, pendidikan, perselingkuhan, agama, dan budaya yang dapat mengakibatkan kekerasan rumah tangga. Hal ini tentu akan berdampak besar bagi sang anak, baik dari cara berkomunikasi maupun berperilaku. Sang anak yang besar di keluarga broken home akan cenderung kehilangan kepribadian karena merasa kehilangan

perhatian dari sosok ayah atau ibu. Kondisi seperti dapat mengganggu psikis dari sang anak yang mempengaruhinya dalam berkomunikasi dan berhubungan baik dengan kedua orang tuanya ataupun dengan teman-teman di lingkungannya.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Atribusi Komunikasi dan Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Keluarga (Studi Kualitatif Atribusi Komunikasi dalam Keterbukaan Diri Anak Keluarga Broken Home Terhadap Orang Tua di Surakarta)” karena peneliti ingin melihat

bagaimana atribusi komunikasi dalam keterbukaan diri anak dengan keluarga

broken home, dan bagaimana perubahan perilaku yang dialami oleh sang anak

karena adanya atribusi komunikasi dalam keterbukaan diri anak keluarga broken

home dengan adanya situasi keluarganya yang tidak harmonis.

(4)

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah:

1. Bagaimana atribusi komunikasi dalam keterbukaan diri anak keluarga broken home terhadap orang tua di Surakarta?

2. Bagaimana atribusi komunikasi dalam keterbukaan diri mendorong perubahan perilaku anak keluarga broken home di Surakarta?

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Komunikasi banyak diartikan oleh para tokoh namun dari penelitian yang telah dilakukan, banyak peneliti yang menyimpulkan bahwa definisi dari komunikasi sendiri merupakan proses relasional dari pembentukan dan pemaknaan sebuah pesan yang memperoleh respons dari sang audiens atau penerima pesan (Griffin, 2012: 6). Menurut para ahli, bagaimana proses penyampaian pesan inilah yang menjadi titik vital dari makna komunikasi tersebut. Karena proses penyampaian komunikasi akan mempengaruhi pemahaman dan interpretasi dari pesan tersebut sehingga antara penyampai pesan dan penerima pesan memiliki pemahaman yang sama.

2. Teori Atribusi

(5)

Teori atribusi menitikberatkan bagaimana individu memahami perilaku individu lain dan dirinya sendiri. Fritz Heider pencetus teori atribusi mengatakan bahwa teori ini menitikberatkan bahwa seseorang berperilaku karena adanya motivasi dan alasan tersendiri sehingga individu tersebut menimbulkan sebuah kesan bagi orang lain dalam berkomunikasi (Littlejohn & Foss, 2009).

3. Anak Broken Home

Anak yang memiliki kondisi keluarga yang tidak harmonis mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan hubungan yang buruk bahkan tertytyp dengan orang disekitarnya (Hurlock, 2007).

4. Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga merupakan pengorganisasian komunikasi verbal dan non-vernal untuk menciptakan harapan image dan ungkapan serta saling membagi pengertian (Ree Sedwig, 1985).

Metodologi

Informan yang dilibatkan dalam penelitian adalah siswa broken home di Surakarta. Total informan penelitian berjumlah tiga informan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Proses pengambilan data menggunakan wawancara dan observasi pada tiga informan penelitian. Informan pada penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling.

Teknik analisis dan interpretasi data dilakukan dengan merujuk pada empat

(6)

langkah yang diterapkan oleh Miles dan Hubberman. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, metode, dan teori.

Sajian Data dan Pembahasan

Atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa seseorang melakukan apa yang mereka lakukan, seseorang mencoba memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu yang mungkin satu atau lebih atribusi menyebabkan prilaku tersebut, asumsi-asumsi ini kemudian dalam aplikasinya menjelaskan berbagai fenomena yang terkait sikap manusia.

Atribusi merupakan proses dilakukan untuk mencari sebuah jawaban atau

pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lain ataupun diri

sendiri. Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu pemahaman kita akan

penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap

dunia sosial.

(7)

Bagan 1. Proses Teori Atribusi

Kesimpulan

Berdasarkan hasil proses penggalian data yang peneliti lakukan di lapangan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses atribusi komunikasi dan keterbukaan diri dalam komunikasi keluarga pada anak broken home bagi AR adalah suatu kesulitan pada awalnya, karena adanya rasa tidak adanya suatu harapan akan bagaimana kondisi kedepannya.

Tetapi dengan keterbukaan diri dan mengedepankan proses komunikasi yang

baik, maka akan membentuk suatu pemahaman bahwa segala suatu yang telah

terjadi merupakan bagian dari proses perjalanan hidup yang masih harus

ditempuh dan dijalankan.

(8)

2. Sedangkan proses atribusi komunikasi dan keterbukaan diri dalam komunikasi keluarga pada anak broken home bagi V adalah suatu tantangan, karena di usianya yang masih muda V harus mampu untuk menerima akan kenyataan sebagai anak broken home. Hal ini yang menjadikan V untuk tetap memiliki konsep diri yang matang dalam permasalahan, mengedepankan komunikasi, dan juga keterbukaan diri maka V berpendapat bahwa dengan hal tersebut tentu menjadikan individu yang tumbuh secara positif.

3. Dan yang terakhir mengenai proses atribusi komunikasi dan keterbukaan diri dalam komunikasi keluarga pada anak broken home bagi Z adalah suatu keharusan. Artinya sebagai individu yang sedang mengalami suatu permasalahan, hal yang paling awal dilakukan adalah dengan sikap keterbukaan diri yang baik.

Daftar Pustaka

Baias, C. C., & Constantin, E. C. (2015). Private Language, Non Verbal Communication and Acquisition of Psychological Concepts. Procedia - Social and Behavioral Science, 191, 1854-1858.

Beckerman, M., van Berkel, S. R., Mesman, J., & Alink, L. R. (2018). Negative Parental Attributions Mediate Associations Between Risk Factors and Dysfunctional Parenting: A Replication and Extension. Child Abuse &

Neglect, 81, 249-258.

Derlega, V. J., & Berg, J. H. (1987). Self-disclosure - Theory, Research, and Therapy. New York: Plenum Press.

Detikcom. (2011, Desember 20). Keluarga Broken Home Dorong Anak Berbuat Kejahatan. Dipetik Juli 1, 2020, dari www.detik.com:

https://news.detik.com/berita/d-1795462/keluarga-broken-home-dorong- anak-berbuat-kejahatan

DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book (13th ed.). New

Jersey: Pearson Education.

(9)

Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fusell, S. R. (2002). The Verbal Communication of Emotions: Interdisciplinary Perspectives. New Jersey: Lawrence.

Godleski, S. A., & Ostrov, J. M. (2020). Parental Influences on Child Report of Relational Attribution Biases During Early Childhood. Journal of Experimental Child Psychology, 192, 1-17.

Graham, S. (2020). An Attributional Theory of Motivation. Contemporary

Educational Psychology, 61, 1-11.

doi:https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.2020.101861

Griffin, E. (2012). A First Look At Communication Theory. New York: McGraw Hill.

Hartley, P. (1999). Interpersonal Communication (2nd ed.). London: Routledge.

Hurlock, E. B. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Lawrence, N. W. (2014). Social Research Methods: Qualitativa and Quantitative Approaches (7th ed.). London: Pearson.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of Communication Theoy.

London: SAGE Publications Inc.

Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2017). Theories of Human Communication (11th ed.). Illinois: Waveland Press, Inc.

Miles, M. B., & A., M. H. (1992). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Method. (T. R. Rohidi, Trans.) Jakarta: UI-PRESS.

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.

Okezone. (2014, Februari 27). Broken Home Jadi Motivasi Riesy Berprestasi.

Dipetik Juli 1, 2020, dari www.okezon.com:

https://news.okezone.com/read/2014/02/26/373/947113/broken-home-jadi- motivasi-riesy-berprestasi

Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Salija, K., Muhayyang, M., & Rasyid, M. A. (2018). Interpersonal Communication: A Social Harmony Approach (2nd ed.). Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Santrock, J. W. (2014). Adolescence (15th ed.). New York: McGraw-Hill Education.

Soyomukti, N. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Spence, P. R., Lin, X., Lachlan, K. A., & Hunter, E. (2020). Listen uup, I've done

this before: The Impact of Self-disclosure on Source Credibility and Risk

(10)

Message Responses. Progress in Disaster Science, 7, 1-5.

doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100108 Willis, S. S. (2009). Konseling Keluarga. Badung: Alfabeta.

Zarnaghash, M., Zarnaghash, M., & Zarnaghash, N. (2013). The Relationship Between Family Communication Patterns and Mental Health. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 84, 405-410.

DeVito, Joseph A. (2007). The Interpersonal Communication Book. edisi 11.

Pearson Educations.

Effendy, Onong.U. (2013). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Gainau, Maryam B. (2009). Keterbukaan Diri (self disclosure) Siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Madiun: Jurnal Ilmiah Widya Warta, 33 (1)

Lie, Fitriyani., Ardini, P., Utoyo, S., Juniarti, Y. (2019). Tumbuh Kembang Anak Broken Home. Universitas Negeri Gorontalo: Jurnal UPMK, 114-123.

Ramadhana, Maulana R. (2018). Keterbukaan Diri dalam Komunikasi Orangtua- Anak pada Remaja Pola Asuh Orangtua Authoritarian. Channel Jurnal Komunikasi, 6 (2), 197-203

Wijono, S. (1993). Konflik dalam Organisasi/Industri dengan Strategi Pendekatan Psikologis. Semarang: Satya Wacana.

Wrahatnala, Bondet. 2009. Sosiologi 2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Wulandari, Desi & Fauziah, Nailul. (2019). Pengalaman Remaja Korban Broken Home (Studi Kualitatif Fenomenologis). Jurnal Empati, 8 (1),2-3.

Dewi, I. A. S., & Herdiyanto, Y. K. (2018). Dinamika Penerimaan Diri Pada Remaja Broken Home di Bali. 211–220.

Juliano, S. (2015). Komunikasi dan Gender : Perbandingan Gaya Komunikasi dalam Budaya Maskulin dan Feminim. Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi, 5(1), 19–30.

Lubis, R. F. (2014). Psikologis Komunikasi Remaja Broken Home Terhadap Konsep Diri dan Keterbukaan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Psikologis Komunikasi Remaja Broken Home Terhadap Konsep Diri dan Keterbukaan Diri di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai).

Mistiani, W. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Terhadap Psikologis Anak.

Musawa: Journal for Gender Studies, 10(2), 322–354.

(11)

Pratama, G., Paputungan, R., & Harilama, S. (2015). Proses Komunikasi Keluarga Broken Home di Lingkungan Masyarakat Griya Paniki Indah Kecamatan Mapanget.

Safitri, A. M. (2017). Proses Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Memaafkan Pada Remaja Broken Home. Jurnal Psikologi, 5(1), 152–161.

Wardyaningrum, D. (2013). Komunikasi Untuk Penyelesaian Konflik dalam Keluarga : Orientasi Percakapan dan Orientasi Kepatuhan. Jurnal AL- AHZAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, 1, 47–58.

Wulandri, D. (2015). Pengalaman Remaja Perempuan Korban Broken Home (Studi Kualitatif Fenomenologis). Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 1–11.

Wulandri, D., & Fauziah, N. (2019). Pengalaman Remaja Korban Broken Home

(Studi Kualitatif Fenomenologis). Empati, 8(1), 1–9.

Gambar

Tabel 1.1 Angka Perceraian 5 Tahun Terakhir

Referensi

Dokumen terkait

A. Ijazah untuk MI, MTs, dan MA hanya diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Ijazah dan hasil ujian/daftar nilai ujian dicetak bolak-balik, Ijazah di

Agus Ma’rufi 1992, Analisis Pengaruh Gangguan Gravitasi Benda Ke-Tiga dan Anomali Gravitasi Bumi Pada Gerak Satelit Geosinkron ,Jurusan Astronomi ITB Iman Witjaksono

Berdasarkan Gambar.9 Grafik tegangan tarik terhadap kadar rendaman larutan NaOHdapat dilihat bawah nilai kekuatan tarik atau tegangan serat tunggal dengan

Untuk menjaga kelestarian sumberdaya udang di Estuaria Sungai Sembilang, konsep pengelolaan yang dapat diterapkan adalah: - Perlu pengaturan terhadap jumlah alat tangkap, jenis

Dapat menjelaskan parameter perangkat keras sistem SCADA pada PLTM On-Grid siap dioperasikan sesuai SOP dan spesifikasi. Identifikasi nama dan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

kembali pada zat yang dibandingkan dan video pembelajaran, kembali pada zat yang dibandingkan dan video pembelajaran, untuk proses pengumpulan data dan informasi

Baris 2..(M+1) : Setiap baris memiliki bilangan Ai, Bi, dan Wi, yang menyatakan bahwa terdapat jalan yang menghubungkan Ai dengan Bi, dan Bi dengan Ai. Mini session pertama