SKRIPSI OLEH: DENNY ARIYANTO NASUTION NIM
Bebas
118
0
0
Teks penuh
(2) APLIKASI METODE LUAS AREA DIBAWAH KURVA PADA PENETAPAN KADAR SIMULTAN BINARY MIXTURE HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. OLEH: DENNY ARIYANTO NASUTION NIM 15151213. PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. Universitas Sumatera Utara.
(3) Universitas Sumatera Utara.
(4) KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Metode Luas Area Dibawah Kurva pada Penetapan Kadar Simultan Binary Mixture Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Menurut undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 105 ayat 1, dinyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau buku standar lain.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim secara spektofotometri ultraviolet dengan metode luas area dibawah kurva serta untuk mengetahui kesesuaian kadar terhadap persyaratan Farmakope Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim secara spektofotometri ultraviolet dengan metode luas area dibawah dan kadar krim hidrokortison asetat dan kloramfenikol telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra., SU., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen. iv Universitas Sumatera Utara.
(5) penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Prof., Dr., Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberi bimbingan, perhatian dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada mamaku tercinta, Ibu Sunartik dan papa Mayer Predi Nasution, serta nenekku tercinta Alm. Ny. Ngadinem yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, semangat, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil kepada penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan sahabat saya yang tidak bisa disebutkan satu per-satu serta teman-teman stambuk 2015 Fakultas Farmasi USU atas kebersamaan, perhatian, do’a, dorongan, semangat serta cinta yang diberikan kepada penulis selama ini, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.. Medan, 09 Juli 2019 Penulis,. Denny Ariyanto Nasution NIM 151501213. v Universitas Sumatera Utara.
(6) SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Denny AriyantoNasution. Nomor Induk Mahasiswa. : 151501213. Program Studi. : Sarjana Farmasi. Judul Skripsi. : Aplikasi Metode Luas Area Dibawah Kurva pada Penetapan Kadar Simultan Binary Mixture Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.. Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.. Medan, 09 Juli 2019. Denny Ariyanto Nasution NIM 151501213. vi Universitas Sumatera Utara.
(7) APLIKASI METODE LUAS AREA DIBAWAH KURVA PADA PENETAPAN KADAR SIMULTAN BINARY MIXTURE HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET. ABSTRAK Latar Belakang: Hidrokortison asetat dan kloramfenikol merupakan salah satu jenis kombinasi yang terdapat di pasaran dalam bentuk sediaan krim. Spektrofotometri secara luas area dibawah kurva (AUC) merupakan metode yang sederhana, ekonomis dan relatif lebih cepat untuk digunakan. Sehubung dengan adanya tumpang tindih, maka digunakan AUC untuk penetapan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode Area Under Curve (AUC) secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dalam penetapan kadar hidrokortison asetat secara simultan pada sediaan krim tanpa proses pemisahan. Metode: Penentuan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol secara spektrofotometri UVdengan menghitung luas area dibawah spektrum serapan pada panjang gelombang 241,6 – 251,6 nm dengan konsentrasi 10,06 µg/ml untuk hidrokortison asetat, panjang gelombang 273,6 – 283,6 nm dengan konsentrasi 14,084 µg/ml untuk kloramfenikol. Penelitian dilanjutkan dengan karakteristik analisis metode seperti akurasi, presisi, batas deteksi dan batas kuantitasi. Hasil: Metode AUC secara spektrofotometri UV menunjukkan bahwa kadar hidrokortison asetat dalam krim C pada uji validasi memenuhi persyaratan dengan hasil validasi hidrokortison asetat yaitu akurasi 100,44%, presisi 1,22, LOD 0,6777 μg/mL, dan LOQ 2,2590 μg/mL, sedangkan untuk kloramfenikol mempunyai akurasi 100,33%, presisi 0,79%, LOD 1,1695 μg/mL, dan LOQ 3,8983 μg/mL. Kadar hidrokortison asetat pada krim A (101,4142 ± 0,2831)% dan krim C (100,4764 ± 0,6691)%, serta kadar kloramfenikol pada krim A (98,4960 ± 0,1724)% dan krim C (99,6313 ± 1,0321)%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode AUC secara spektrofotometri UV dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikoldalam sediaan krim dan memenuhi syarat validasi. Kata kunci: Hidrokortison asetat, Kloramfenikol, Krim, Spektrofotometri, Area Under Curve (AUC) , Validasi. vii Universitas Sumatera Utara.
(8) APPLICATION AREA UNDER CURVE METHOD IN SIMULTANEOUS DETERMINATION OF BINARY MIXTURE HYDROCORTISONE ACETATE AND CHLORAMPHENICOL IN CREAM DOSAGE FORM BY ULTRAVIOET SPECTROPHOTOMETRY. ABSTRACT Background: Hydrocortisone acetate and chloramphenicol is one of the combination which isavailable in pharmacy as cream dosage form. Spectrophotometrically area under curve (AUC) is a simple, economical and relatively quick method to use. In connection with the presence of overlap, the area under curve (AUC) is used for the determination of mixed levels of hydrocortisone acetate and chloramphenicol in cream preparations. Objective: The purpose of this study was to develop the Area Under Curve (AUC) method by ultraviolet (UV) spectrophotometry to determine the levels ofhydrocortisone acetate and chloramphenicol simultaneously on cream preparations without the separation process. Methods: Determination of hydrocortisone acetate and chloramphenicol levels by spectrophotometry UV by calculating the area under the absorption spectrum at wavelengths 241.6 – 251.6 nm with concentration 10.06 µg / ml for hydrocortisone acetate, and wavelengths of 273.6 – 283.6 nm with concentration 14.084 µg / ml for chloramphenicol. Then this research was continued with the analytical characteristic of the method such as detection limit, quantification limit, accuracy, precision. Results: AUC method by UV spectrophotometry showed that validation test results of hydrocortisone acetate and chloramphenicol assay in cream C fulfilled the validation test and the results of validation for hydrocortisone acetate are 100.44% for accuracy, 1.22% for precision, 0.6777 μg/mL for LOD and 2.2590 μg/mL for LOQ, meanwhile, for chloramphenicol are 100.33% for accuracy, 0.79% for precision, 1.1695 μg/mL for LOD, and 3.8983 μg/mL for LOQ. Hydrocortisone acetate in cream A and cream C are (101.4142 ± 0.2831)% and (100.4764 ± 0.6691)% respectively, while chloramphenicol in cream A and cream C are (98.4960 ± 0.1724)% and (99.6313 ± 1.0321)% respectively. Conclusion: Based on the results of the research conducted, it can be concluded that the AUC method by UV spectrophotometry can be used to determine the levels of hydrocortisone acetate and chloramphenicol in cream preparations and fulfill the validation requirements. Keywords: Hydrocortisone acetate, Chloramphenicol, Cream, Spectrophotometry, Area Under Curve (AUC), Validation .. viii Universitas Sumatera Utara.
(9) DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN...................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv BAB I PENDAHULLUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................4 1.3 Hipotesis.............................................................................................................4 1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................4 1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6 2.1 Uraian Bahan...................................................................................................... 6 2.1.1 Hidrokortison Asetat ....................................................................................... 6 2.1.2 Kloramfenikol ................................................................................................. 7 2.2 Krim ................................................................................................................... 8 2.3 Spektrofotometri Ultraviolet-Visible (UV-Vis) ................................................. 9 2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ............................................ 9 2.3.2 Instrumentasi Spektrofometer Ultraviolet-Visible .......................................... 9 2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ........................................... 11 2.3.4 Hukum Lambert-Beer ................................................................................... 12 2.4 Metode Area Under Curve dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ....... 13 2.4.1 Aplikasi Pada Komponen Campuran Baku .................................................. 14 2.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi .......................................................................... 15 2.5 Validasi Metode ............................................................................................... 15 2.5.1 Akurasi (Kecermatan) ................................................................................... 15 2.5.2 Presisi ............................................................................................................ 16 2.5.3 Spesifisitas (Selektivitas) .............................................................................. 16 2.5.4 Batas Deteksi (Limit of Detection) ............................................................... 16 2.5.5 Batas Kuantifikasi ......................................................................................... 17 2.5.6 Linearitas ....................................................................................................... 17 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................18 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................18 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................18 3.3 Alat ...................................................................................................................18 3.4 Bahan ...............................................................................................................18 3.5 Pengambilan Sampel ........................................................................................19 3.6 Prosedur Penelitian ..........................................................................................19 3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku ....................................................................19 3.6.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Hidrokortison Asetat ..............................19. ix Universitas Sumatera Utara.
(10) 3.6.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Kloramfenikol ........................................19 3.6.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum ...................................................20 3.6.2.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat..............20 3.6.2.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol ........................20 3.6.2.3 Pembuatan Spektrum Serapan Campuran Maksimum...............................21 3.6.3 Pembuatan Larutan Standar ..........................................................................21 3.6.3.1 Pembuatan Larutan Standar Hidrokortison Asetat.....................................21 3.6.3.2 Pembuatan Larutan Standar Kloramfenikol ...............................................21 3.6.4 Pembuatan Spektrum Serapan Metode Luas Area Dibawah Kurva (AUC) .21 3.6.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat Metode Luas Area Dibawah Kurva (AUC) ...................................................................................21 3.6.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Kloramfenikol MetodeLuas Area Dibawah Kurva (AUC) ..................................................................................................22 3.6.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Luas Area Dibawah Kurva ...................22 3.6.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokortison Asetat Secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) ...................................................................................22 3.6.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kloramfenikol Secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) ..................................................................................................22 3.7 Validasi Metode ...............................................................................................22 3.7.1 Akurasi ..........................................................................................................22 3.7.2 Presisi ............................................................................................................ 24 3.7.3 Linearitas ....................................................................................................... 24 3.7.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitatif.............................................................. 24 3.7.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik ........................................... 25 3.7.6 Penetuan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim Merek C ........................................................................................................ 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 27 4.1 Hasil Penetapan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ................................................................................................. 27 4.2 Hasil Pengukuran Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Pada berbagai konsentrasi ...................................................... 29 4.3 Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ................................................................................................. 30 4.4 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) ............................................................................................................. 31 4.5 Hasil Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Pada Serapan Maksimum ....................................................... 33 4.6 Hasil Validasi Metode ...................................................................................... 35 4.7 Hasil Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim .................................................................................................. 36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 41 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 41 5.2 Saran................................................................................................................. 41 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................42 LAMPIRAN ........................................................................................................... 44. x Universitas Sumatera Utara.
(11) DAFTAR TABEL 4.1 Panjang Gelombang Analisis untuk Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ................................................................................................. 31 4.2 Nilai Area Under Curve Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada Krim A ............................................................................................................ 38 4.3 Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Krim A ............................... 38 4.4 Nilai Area Under Curve Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada Krim C ............................................................................................................ 39 4.5 Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Krim C ................................ 39 4.6 Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediian Krim A Secara Statistik ............................................................................................... 39 4.6 Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediian Krim C Secara Statistik ............................................................................................... 40. xi Universitas Sumatera Utara.
(12) DAFTAR GAMBAR 2.1 Struktur Hidrokortison Asetat ............................................................................ 6 2.2 Struktur Kloramfenikol ...................................................................................... 7 4.1 Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison asetat (10,06 µg/ml) ................ 27 4.2 Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol (14,084 µg/ml) ....................... 27 4.3 Spektrum Tumpang Tindih Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ................................................................................................. 28 4.4 Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat pada Berbagai Konsentrasi ............. 29 4.5 Spektrum Serapan Kloramfenikolpada Berbagai Konsentrasi......................... 29 4.6 Spektrum Serapan Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol30 4.7 Kurva Kalibrasi Hidrokortison Asetat ............................................................. 32 4.8 Kurva Kalibrasi Kloramfenikol ....................................................................... 32 4.9 Area Under Curve (AUC) Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang maksimum ....................................................................................................... 33 4.10 Area Under Curve (AUC) Kloramfenikol pada panjang gelombang maksimum .................................................................................................... 33 4.11 Spektrum Serapan pada Krim A .................................................................... 36 4.12 Spektrum Serapan pada Krim C..................................................................... 36 4.13 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada Krim A ....... 37 4.14 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada Krim C ....... 38. xii Universitas Sumatera Utara.
(13) DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.. Krim Armacort ............................................................................................... 44 Krim Chloramfecort ........................................................................................ 44 Spektrofotometer UV-Visible .......................................................................... 46 Neraca Analitik ............................................................................................... 46 Sonikator ......................................................................................................... 46 Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat 6,036 - 14,084 µg/mL .................... 84 Spektrum Serapan Kloramfenikol 10,06 - 18,108 µg/mL .............................. 84 Spektrum Serapan Campuran Hidrokortison Asetat 10,06 µg/mL dan Kloramfenikol 14,084 µg/mL ......................................................................... 84 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat 6,036 µg/mL ....................................... 85 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat 8,048 µg/mL ....................................... 85 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat 10,06 µg/mL ....................................... 85 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat 12,072 µg/mL ..................................... 86 Spektrum AUC Hidrokortison Asetat 14,084 µg/mL ..................................... 86 Spektrum AUC Kloramfenikol 10,06µg/mL .................................................. 87 Spektrum AUC Kloramfenikol 12,072 µg/mL ............................................... 87 Spektrum AUC Kloramfenikol 14,084 µg/mL ............................................... 87 Spektrum AUC Kloramfenikol 16,096 µg/mL ............................................... 88 Spektrum AUC Kloramfenikol 18,108 µg/mL ............................................... 88 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 1 ............................... 89 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 2 ............................... 89 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 3 ............................... 89 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 4 ............................... 90 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 5 ............................... 90 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Pengulangan 6 ............................... 90 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 1 ............................... 91 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 2 ............................... 91 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 3 ............................... 91 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 4 ............................... 92 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 5 ............................... 92 Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Pengulangan 6 ............................... 92 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 1 .............. 93 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 2 .............. 93 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 3 .............. 93 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 1 ............ 94 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 2 ............ 94 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 3 ............ 94 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 1 ............ 95 Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 2 ............ 95. xiii Universitas Sumatera Utara.
(14) 39. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 3 ............ 95 40. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 1 ............... 96 41. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 2 ............... 96 42. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 80% Pengulangan 3 ............... 96 43. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 1 ............. 97 44. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 2 ............. 97 45. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 100% Pengulangan 3 ............. 97 46. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 1 ............. 98 47. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 2 ............. 98 48. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku Rentang Spesifik 120% Pengulangan 3 ............. 98. xiv Universitas Sumatera Utara.
(15) DAFTAR LAMPIRAN 1. Gambar Krim ..................................................................................................... 44 2. Daftar Spesifikasi Sampel .................................................................................. 45 3. Gambar Alat-alat yang Digunakan Untuk Pengukuran Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol .......................................................... 46 4. Bagan Alir Prosedur Penelitian .......................................................................... 47 5. Bagan alir prosedur penelitian secara keseluruhan ............................................ 56 6. Perhitungan Penentuan Konsentrasi Serapan Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol............................................................................................. 57 7. Perhitungan Konsentrasi Larutan Standar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ................................................................................................... 59 8. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi Dan Koefisien Korelasi AUC Hidrokortison Asetat ................................................................................ 61 9. Data Perhitungan Kalibrasi, Persamaan Regresi Dan Koefisien Korelasi AUC Kloramfenikol .......................................................................................... 62 10. Data Penimbangan dan Serapan dalam Krim .................................................. 63 11. Contoh Perhitungan Kadar Teoritis Dari Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Dalam Sediaan Krim .............................................................. 64 12. Contoh Perhitungan Kadar dalam rentang AUC dari Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Dalam Sediaan Krim C......................................... 66 13. Rekapitulasi Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Sediaan Krim ................................................................................................................ 67 14. Perhitungan Kadar Hidrokortison Asetatdan Kloramfenikol Secara Statistik Dalam Sediaan Krim A ................................................................................... 69 15. Perhitungan Kadar Hidrokortison Asetatdan Kloramfenikol Secara Statistik Dalam Sediaan Krim C ................................................................................... 72 16. Contoh Perhitungan Persentase Perolehan Kembali (% Recovery) ................. 75 17. Data Penimbangan Sampel Chloramfecort untuk Hasil Uji Perolehan Kembali dan RSD Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol ........................................ 77 18. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Kadar Hidrokortison Asetat Dengan Metode Penambahan Baku Dalam Sediaan Krim C ....................................... 78 19. Perolehan Kembali Hidrokortison Asetat Secara Statistik .............................. 79 20. Perhitungan Simpangan Baku Batas Deteksi (LOD) Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Hidrokortison Asetat ........................................................................... 80 21. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Kadar Kloramfenikol Dengan Metode Penambahan Baku Dalam Sediaan Krim C .................................................... 81 22. Perolehan Kembali Kloramfenikol Secara Statistik......................................... 82 23. Perhitungan Simpangan Baku Batas Deteksi (LOD) Dan Batas Kuantitasi (LOQ) Kloramfenikol ..................................................................................... 83 24. Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat 6,036-14,084 µg/ml dan Kloramfenikol 8,048-20,12 µg/ml dan Campuran Baku ............................... 84 25. Spektrum AUC Hidrokortison Asetat Pada Berbagai Konsentrasi .................. 85 26. Spektrum AUC Kloramfenikol Pada Berbagai Konsentrasi ............................ 87 27. Spektrum Serapan AUC Sampel Krim A Yang Dibuat 6 Kali Pengulangan .. 89 28. Spektrum Serapan AUC Sampel Krim C Yang Dibuat 6 Kali Pengulangan... 91 29. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sebelum Penambahan Baku ............................................................................ 93. xv Universitas Sumatera Utara.
(16) 30. Spektrum Serapan Uji Perolehan Kembali (%Recovery) pada Krim C Sesudah Penambahan Baku ........................................................................................... 96 31. Daftar Nilai Distribusi r ................................................................................... 99 32. Daftar Nilai Distribusi t.................................................................................. 100 33. Sertifikat Pengujian Hidrokortison Asetat ..................................................... 101 34. Sertifikat Pengujian Kloramfenikol ............................................................... 102. xvi Universitas Sumatera Utara.
(17) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2007). Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik (Setiabudy, 2007). Hidrokortison asetat termasuk golongan kortikosteroid. Golongan kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein (Suherman dan Ascorbat, 2007). Oleh karena itu, kombinasi hidrokortison asetat dan kloramfenikol banyak digunakan sebagai pengobatan akibat dermatitis dan antiinfeksi, karena dapat memberikan hasil yang optimal. Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapi yang diharapkan. Salah satu persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya (Ditjen POM Depkes RI, 1979). Menurut Kemenkes RI Ditjen BKAK (2014) dan USP XXXII dan NF XXVII (2009), krim kloramfenikol mengandung kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dari yang tertera pada etiket dan untuk krim hidrokortison asetat mengandung hidrokortison asetat C 23H3206, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari yang tertera pada etiket. Beberapa peneliti sebelumnya melakukan penetapan kadar campuran hidrokortison. asetat. dan. kloramfenikol. 1. dalam. sediaan. krim. secara. Universitas Sumatera Utara.
(18) spektrofotometri derivatif dengan metode zero crossing menggunakan pelarut etanol absolut (Syafrisal, 2016). Selain itu, secara spektrofotometri ultraviolet dengan metode mean centering of ratio spectra menggunakan pelarut etanol absolut (Bakie, 2018). Berkaitan dengan penetapan kadar maka penetapan kadar zat berkhasiat dalam campuran komponen obat menjadi tantangan untuk mencari metoda yang sederhana, cepat dan tervalidasi dan aman bagi peneliti (Muchlisyam dan Pardede, 2017). Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan lazim digunakan untuk analisis suatu sediaan obat. Namun spektrofotometri UV hanya dapat digunakan untuk analisis zat aktif tunggal. Penggunaan spektrofotometer UV dalam analisis sediaan obat multikomponen sulit dilakukan karena permasalahan spektrum yang tumpang tindih antar komponen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pengolahan data secara statistik yakni menggunakan metode Area Under Curve (AUC) yang dapat digunakan dalam menganalisis senyawa multikomponen yang memiliki spektrum UV overlapping (Muchlisyam dan Pardede, 2017). Metode Area Under Curve (AUC) adalah suatu metode yang melakukan penetapan kadar dengan mengukur luas area yang berada dibawah kurva dari panjang gelombang sebelum dan sesudah panjang gelombang absorpsi maksimum dari suatu komponen obat (Muchlisyam dan Pardede, 2017). Dibuat berbagai berbagai rentang panjang gelombang sebelum dan sesudah panjang gelombang maksimum, kemudian dihitung nilai koefisien korelasi masing-masing rentang. Rentang panjang gelombang dengan nikai koefisien korelasi paling mendekati satu dipilih menjadi rentang panjang gelombang analisis. Area di bawah kurva. 2. Universitas Sumatera Utara.
(19) pada daerah panjang gelombang terpilih dihitung untuk kedua zat dan dilakukan analisis dengan menggunakan “Cramer’s Rule” dan “Metode Matrix” (Chaudary dkk., 2011). Metode Area Under Curve dapat digunakan menganalisis sediaan obat multikomponen yang memiliki spektrum tumpang tindih, karena menggunakan sistem divisor (faktor pembagi) yang bernilai 1 (satu), yang berfungsi untuk pengukuran luas area dibawah kurva pada rentang panjang gelombang terpilih di spektrum campuran tanpa langkah derivatif, walaupun terdapat absorbansi obat lain, dapat ditiadakan oleh sistem divisor. Area dibawah kurva diukur secara otomatis oleh software UV Probe 2.42 pada computer. Metode spektrofotometri secara Area Under Curve yang sederhana, ekonomis dan relatif lebih cepat telah dikembangkan. Penelitian yang dilakukan oleh Sibuea, (2018), untuk penetapan kadar betametason valerat dan neomycin sulfat, dan penelitian Karajgi dkk., (2016), untuk penetapan kadar secara simultan artemether dan lumefantrine, serta penelitian Sangeetha dkk., (2017), untuk penetapan kadar secara simultan piperasilin dan tabozaktam pada sediaan obat memberikan hasil yang akurat, presisi dan selektif. Berdasarkan. uraian. diatas,. dalam. penelitianini. akan. dilakukan. pengembangan metode Spektrofotometri ultraviolet yang telah dipaparkan sebelumnya secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) untuk penetapan kadar campuran kloramfenikol dan hidrokortison asetat dalam sediaan krim yang beredar di pasaran dengan pelarut etanol absolut, sehingga metodeini diharapkan diperoleh hasil yang lebih akurat pada validasi metode analisis dan penetapan kadar pada krim tersebut.. 3. Universitas Sumatera Utara.
(20) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut : a. Apakah metode spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) dapat digunakan dalam penetapan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim? b. Apakah kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V? c. Apakah hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) memenuhi persyaratan validasi? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: a. Metode spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) dapat digunakan dalam penetapan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim. b. Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V. c. Hasil uji validasi terhadap metode spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) memenuhi persyaratan validasi. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) dapat digunakan dalam penetapan kadar campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim.. 4. Universitas Sumatera Utara.
(21) b. Untuk mengetahui apakah kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada sediaan krim memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V. c. Untuk. mengetahui. apakah. hasil. uji. validasi. terhadap. metode. spektrofotometri luas area dibawah kurva (AUC) memenuhi persyaratan validasi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi bahwa penggunaan metode Spektrofotometri UV secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) valid untuk digunakan dalam penetapan kadar campuran kloramfenikol dan hidrokortison asetat dalam sediaan krim sehingga diharapkan metode spektrofotometri Luas Area Dibawah Kurva (AUC) dapat digunakan oleh industri farmasi dalam penetapan kadar dalam setiap bentuk sediaan farmasi.. 5. Universitas Sumatera Utara.
(22) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Hidrokortison Asetat Menurut Kemenkes RI Ditjen BKAK (2014), uraian tentang hidrokortison asetat adalah sebagai berikut : Rumus Struktur :. Gambar 2.1 Struktur Hidrokortison Asetat (Kemenkes RI Ditjen BKAK, 2014) Rumus Molekul. : C23H32O6. Berat Molekul. : 404,50. Nama Kimia. : (11β)-11,17-dihidroxipregna-4-ena-3,20 dione, 21 asetat. Kandungan. : Mengandung hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.. Pemerian. : Serbuk hablur; putih hingga praktis putih; tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 200° disertai penguraian.. Kelarutan. : Tidak larut dalam air; sukar larut dalam kloroform.. Panjang gelombang. : 240 nm (Moffat dkk., 2011).. 6. Universitas Sumatera Utara.
(23) Hidrokortison asetat merupakan golongan glukokortikoid yang memiliki efek meliputi efek antiradang, misalnya akibat trauma, alergi dan infeksi, yang berdasarkan efek vasokonstriksi. Kortison baru menjadi aktif sesudah diubah didalam hati menjadi derivat hidronya, yakni hidrokortison. Di kulit dan sendi pengubahan tersebut tidak terjadi, maka untuk salep/krim dan injeksi intraartikuler selalu harus digunakan hidrokortison asetat (Tan dan Rahardja, 2007). 2.1.2 Kloramfenikol Menurut Kemenkes RI Ditjen BKAK (2014), uraian tentang kloramfenikol adalah sebagai berikut : Rumus Struktur :. Gambar 2.2 Struktur Kloramfenikol (Kemenkes RI Ditjen BKAK, 2014) Rumus Molekul. : C11H12Cl2N2O5. Berat Molekul. : 323,13. Nama Kimia. : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[ß-hidroksi-a-(hidroksimetil) nitrofenetil]asetamida. Kandungan. : Mengandung kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130% dari jumlah yang tertera pada etiket.. Pemerian. : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan. 7. Universitas Sumatera Utara.
(24) Kelarutan. : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dan dalam propilen glikol, dalam aseton dalam dalam etilasetat.. Panjang Gelombang : 278 nm (Moffat dkk., 2011) Semula kloramfenikol diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat secara sintetis. Antibiotik broad spectrum ini berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman (Tan dan Rahardja, 2007). 2.2 Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang (Kemenkes RI Ditjen BKAK, 2014). Krim didefiniskan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit. Dalam farmasi dan industri kosmetik, istilah krim digunakan secara luas. Banyak dokter dan pasien lebih menyukai krim daripada salep, untuk satu hal, umumnya krim mudah menyebar rata dan dalam hal krim dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan salep. Pabrik farmasi sering memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar krim maupun salep, kedua-duanya untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien (Ansel, 1985).. 8. Universitas Sumatera Utara.
(25) 2.3 Spektrofotometri Ultraviolet-Visible (UV-Vis) 2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Ultraviolet-Visible Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran terhadap suatu interaksi yang terjadi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom sering digunakan dalam analisis farmasi. Panjang gelombang yang dapat dijangkau untuk pengukuran membentang dari panjang gelombang pendek ultraviolet sampai ke inframerah (Ditjen POM Depkes RI, 1995). Spekrofotometri ultraviolet-visible merupakan salah satu teknik analisis spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer (Gandjar dan Rohman, 2017). Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai (Gandjar dan Rohman, 2017). Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004). Serapan cahaya oleh molekul pada daerah ultraviolet dan visible bergantung pada struktur elektronik dari molekul itu sendiri. Spektrum ultraviolet dan visible senyawa-senyawa berkaitan dengan transisi-transisi antara tingkattingkat energi elektronik. Oleh karena itu, serapan radiasi ultraviolet-visible disebut juga sebagai spektroskopi elektronik (Sastrohamidjojo, 2013). 2.3.2 Instrumentasi Spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis) Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur transmitan atau absorban dari sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal, dapat pula digunakan untuk mengukur suatu sampel sebagai fungsi. 9. Universitas Sumatera Utara.
(26) panjang gelombang (Day dan Underwood, 1998). Biasanya spektrofotometer telah dilengkapi dengan perangkat lunak untuk memudahkan dalam mengolah data yang dapat dioperasikan melalui komputer yang telah terhubung dengan spektrofotometer (Moffat dkk., 2011). Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spectrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Gandjar dan Rohman, 2017). Komponen. yang. penting. dari. suatu. spektrofotometer. adalah. sebagaiberikut: a. Sumber Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah yang digunakan secara bersama-sama, yang mencakup seluruh daerah ultraviolet visible. Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet digunakan lampu deuterium sedangkan untuk senyawa yang menyerap pada daerah visible digunakan lampu tungsten (Cairns, 2008). b. Monokromotor Cahaya yang digunakan harus monokromatis, yaitu cahaya dengan satu panjang gelombang tertentu. Cahaya monokromatis ini didapat dengan melewatkan cahaya polikromatis pada sebuah monokromator (Cairns, 2008). Monokromator mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang akan dipilih oleh celah (slit) (Gandjar dan Rohman, 2017). c. Sel Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan, dan karenanya kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya. 10. Universitas Sumatera Utara.
(27) spektrofotometer. Sel tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai panjang lintasan 1 cm, namun tersedia sel dengan ketebalan yang sangat beragam, mulai dari lintasan yang sangat pendek, kurang dari 1 milimeter sampai 10 cm atau bahkan lebih (Day dan Underwood, 1998). Syarat bahan yang dapat dijadikan sel adalah tidak menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel dan pelarut (Sitorus, 2009). d. Detektor Detektor. adalah. alat. yang. menerima. sinyal. dalam. bentuk. radiasi. elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika (Satiadarma dkk., 2004). Idealnya, detektor harus memberikan respon linier pada rentang luas dengan “noise” yang rendah dan sensitivitas tinggi (Owen, 2000). Secara umum, detektor yang digunakan dalam daerah tampak dan ultraviolet adalah detektor fotolistik (Day dan Underwood, 1998). 2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet-visible adalah dalam anilisis kuantitatif, yaitu menentukan kadar senyawa yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet-visible dengan membandingkan absorban sampel terhadap absorban senyawa standar yang konsentrasinya diketahui, diukur pada kondisi larutan yang sama (Satiadarma dkk., 2004). Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang absorpsi maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma dkk., 2004). Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat. 11. Universitas Sumatera Utara.
(28) mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan (Satiadarma dkk., 2004). Beberapa. keuntungan. dari. metode. spektrofotometri. antara. lain. memerlukan peralatan berbiaya murah sampai sedang dan mempunyai kepekaan analisis cukup tinggi. Karena luasnya ragam bahan farmasi dan bahan biokimia yang menyerap radiasi UV dekat dan sinar tampak, maka teknik ini banyak dipakai dalam analisis farmasi dan analisis klinik (Munson, 1984). 2.3.4 Hukum Lambert-Beer Hukum Lambert-Beer adalah hubungan linearitas antara absorbansi dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan dapat ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut: A = a. b. c (g/L) atau A = ε. b. c (mol/L) atau A = A11. b. c (g/100 mL) Keterangan : A A Ε A11 b c. = absorbansi = absorptivitas = absorptivitas molar = absorptivitas spesifik = tebal kuvet (cm) = konsentrasi. Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif dimana konsentrasi spektrofotometri dimana konsentrasi dapat dihitung. Absorptivitas (a) merupakan konstanta yang tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Muchlisyam danPardede, 2017).. 12. Universitas Sumatera Utara.
(29) Absorptivitas spesifik juga sering digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1% (b/v) dengan ketebalan kuvet 1 cm (Muchlisyam dan Pardede, 2017) Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2017). Menurut Muchlisyam dan Pardede (2017), persyaratan hukum LambertBeer, antara lain : 1.. Radiasi yang digunakan harus monokromarik. 2.. Energi radiasi yang diserap oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia. 3.. Sampel (larutan) yang mengabsorbsi harus jernih. 4.. Tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer). 2.4 Metode Area Under Curve dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible Spektrofotometri UV dengan metode luas area adalah suatu metode yang melakukan penetapan kadar dengan mengukur dan menghitung luas area yang berada dibawah kurva dari 2 buah panjang gelombang sebelum dan sesudah panjang gelombang absorpsi maksimum dari satu komponen obat, dan metode ini disebut dengan metode pengukuran pada luas area dibawah kurva dan disingkat dengan nama metode AUC merupakan salah satu metode spektrofotometri yang berlaku tidak mempunyai bentuk kurva dimana tidak ada puncak yang tajam atau spektrum yang diperoleh merupakan spektrum berbentuk parabola atau spektrum. 13. Universitas Sumatera Utara.
(30) yang luas. Metode ini mempunyai nilai pada dua panjang gelombang terpilih λ1dan λ2 (Muchlisyam dan Pardede, 2017). Titik absorbansi kedua panjang gelombang tersebut bukanlah titik panjang gelombang yang mempunyai absorpsi maksimum, tetapi titik yang terikat dengan kurva yaitu titik panjang gelombang sisi kiri dan sisi kanan dari daerah puncak area. Area perhitungan item pengolahan menghitung area yang terikat oleh kurva dan sumbu horizontal. Sumbu dipilih dengan memasuki rentang panjang gelombang dimana area harus dihitung. Rentang panjang gelombang ini dipilih berdasarkan pengamatan berulang sehingga mendapatkan linieritas antara area dibawah kurva dan konsentrasi (Muchlisyam dan Pardede, 2017). Metode ini menggunakan daerah dua panjang gelombang. Area di bawah kurva dimana spektra kedua zat saling bertumpang tindih adalah daerah panjang gelombang yang dipiih untuk menentukan kadar kedua zat. Area di bawah kurva pada daerah panjang gelombang terpilih dihitung untuk kedua zat dan dilakukan analisis dengan menggunakan “Cramer’s Rule” dan “Metode Matrix” (Chaudary dkk., 2011). 2.4.1 Aplikasi Pada Komponen Campuran Baku Apilikasi terhadap campuran dua komponen obat dengan melakukan penimbangan dengan teliti sejumlah tertentu masing-masing komponen A dan komponen B lalu dilarutkan dengan pelarut yang cocok dalam labu tentukur yang berbeda. Kemudian masing-masing larutan dicampurkan dengan perbandingan yang sesuai dengan kondisi yang sesuai dengan obat ke dalam labu tentukur 10 mL, lalu dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Lalu diukur pada panjang gelombang 200-400 nm (Attia dkk., 2017).. 14. Universitas Sumatera Utara.
(31) 2.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi dapat ditentukan dengan nilai luas area dalam kurva dari spektrum luas area dalam kurva pada antara dua panjang gelombang yang dipilih seperti λ1 dan λ2 (nilai AUC), dihitung dan diplot dengan variasi konsentrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresinya dengan UV perangkat lunak Probe 2.42 (Attia dkk., 2017). 2.5 Validasi Metode Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah dihasilkan dari hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang abash dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy) dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk pengunaannya (Harmita, 2004). Validasi metode analisis dilakukan dengan uji laboratorium, dengan demikian dapat ditunjukkan bahwa karakteristik kinerjanya telah memenuhi persyaratan untuk diterapkan dalam analisis senyawa atau sediaan yang bersangkutan (Satiadarma, dkk., 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran dan rentang (Gandjar dan Rohman, 2017). 2.5.1. Akurasi (Kecermatan) Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan.. Untuk. merekomendasikan. akurasi,. ICH. merekomendasikan. pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda. 15. Universitas Sumatera Utara.
(32) (misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi). Data harus dilaporkan sebagai presentase perolehan kembali (Gandjar dan Rohman, 2017). 2.5.2 Presisi Presisi adalah ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif (RSD) (Gandjar dan Rohman,2008). Menurut Harmita (2004), keterulangan dilakukan dengan cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan instrument yang sama dalam periode waktu yang singkat. Syarat tersebut bernilai kurang dari 2% dan dirumuskan sebagai: RSD =. 𝑆𝐷. x 100%. X. Keterangan: RSD SD X. = Standar deviasi relatif (%) = Standar deviasi = Kadar rata-rata zat dalam sampel. 2.5.3 Spesifisitas (Selektivitas) Menurut Harmita (2004), selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksamadengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Secara umum, spesifitas dapat ditunjukkan oleh minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis. Bila akurasi metode dapat diterima, maka metode tersebut otomatis masuk kriteria metode yang spesifik (Ermer dan McB. Miller, 2005). 2.5.4 Batas Deteksi (Limit of detection, LOD) Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.. 16. Universitas Sumatera Utara.
(33) LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit diatas atau dibawah nilai tertentu. Definisi batas deteksi yang paling umum digunakan dalam kimia analisis bahwa batas deteksi merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar respon blanko ditambah dengan 3 simpangan baku blanko. LOD juga dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope) kurva baku pada level yang mendekati LOD (Gandjar dan Rohman, 2017). 3 𝑥𝑆𝐵. Batas deteksi (LOD) = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒. 2.5.5 Batas Kuantifikasi (Limit of quantification, LOQ) Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Sebagaimana LOD, LOQ juga diekspresikan sebagai konsentrasi. Jika konsentrasi LOQ menurun maka presisi juga menurun. Jika presisi tinggi dipersyaratkan maka konsentrasi LOQ yang lebih tinggi harus dilaporkan (Gandjar dan Rohman, 2017). 10 𝑥𝑆𝐵. Batas deteksi (LOQ) = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 2.5.6 Linieritas. Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasilhasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda (Gandjar dan Rohman, 2017).. 17. Universitas Sumatera Utara.
(34) BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif metode spektrofotometri secara luas area dibawah kurva (AUC) terhadap analisis campuran Hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang terkandung dalam sediaan krim A dan C. 2.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Februari-April 2019. 3.3 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Visible lengkap (Shimadzu 1800) dengan Personal Computer (PC) yang dilengkapi dengan software UV Probe 2.42, neraca analitik (Boeco Germany), sonikator (Branson 1510), kertas saring, bola karet, spatula, serta alat-alat gelas dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel. Gambar beberapa alat yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 46. 3.4 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol absolut (Moffat dkk., 2011), baku hidrokortison asetat (Kimia Farma) (sertifikat pengujian kloramfenikol dapat dilihat pada Lampiran 33 halaman 101), baku kloramfenikol (Kimia Farma) (sertifikat pengujian prednisolon dapat dilihat pada Lampiran 34 halaman 102), krim Armacort® (PT Ifars) yang selanjutnya pada penelitian ini disebut krim A, dan krim Chloramfecort® (PT Kimia Farma) yang selanjutnya pada penelitian ini disebut krim C.. 18. Universitas Sumatera Utara.
(35) 3.5 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2002). Sampel yang digunakan yaitu krim A dan krim C yang tiap gram mengandung hidrokortison asetat 25 mg dan kloramfenikol 20 mg. Gambar dan daftar spesifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 44 dan Lampiran 2 halaman 45. 3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku 3.6.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Hidrokortison Asetat Ditimbang dengan seksama 50,3 mg baku pembanding hidrokortison asetat kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL dengan etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 μg/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 2,5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50 μg/mL (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 47. 3.6.1.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Kloramfenikol Ditimbang dengan seksama 50 mg baku pembanding kloramfenikol kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL dengan etanol absolut hingga larut, dicukupkan volume dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 500 μg/mL (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 2,5 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25. 19. Universitas Sumatera Utara.
(36) mL, dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50 μg/mL (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 48. 3.6.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum 3.6.2.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat Diambil sebanyak 2 mL dari LIB II hidrokortison asetat (konsentrasi = 50 μg/mL), kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut etanol absolut sampai garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10,06 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 47. 3.6.2.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol Diambil sebanyak 2,8 mL dari LIB II kloramfenikol (konsentrasi = 50 μg/mL), kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut etanol absolut sampai garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 14,084 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 48. 3.6.2.3 Pembuatan Spektrum Serapan Campuran Maksimum Diambil sebanyak 2 mL dari LIB II hidrokortison asetat (konsentrasi = 50 μg/mL) dan diambil 2,8 mL dari LIB II kloramfenikol (konsentrasi = 50 μg/mL), kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut etanol absolut sampai garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10,06 μg/mL dan kloramfenikol dengan konsentrasi 14,084 μg/mL. Diukur. 20. Universitas Sumatera Utara.
(37) serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 51. 3.6.3. Pembuatan Larutan Standar 3.6.3.1 Pembuatan Larutan Standar Hidrokortison Asetat Larutan standar dibuat dalam 5 labu tentukur 10 mL yang memiliki konsentrasi masing-masing 6,036 μg/mL, 8,048 μg/mL, 10,06 μg/mL, 12,072 μg/mL, dan 14,084 μg/mL, dengan cara mengencerkan sebanyak 1,2 mL; 1,6 mL; 2 mL; 2,4 mL; dan 2,8 mL secara berurutan dari LIB II hidrokortison asetat menggunakan pelarut etanol absolut. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 49. 3.6.3.2 Pembuatan Larutan Standar Kloramfenikol Diambil sebanyak 2 mL; 2,4 mL; 2,8 mL; 3,2 mL; dan 3,6 mL dari LIB II kloramfenikol. Kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL. Dilarutkan dengan pelarut etanol absolut. Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi 10,06 μg/mL; 12,072 μg/mL, 14,084 μg/mL; 16,096 μg/mL; dan 18,108 μg/mL. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 50. 3.6.4 Pembuatan Spektrum Serapan Metode Luas Area Dibawah Kurva (AUC) 3.6.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat Metode Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Spektrum serapan hidrokortison asetat pada konsentrasi 10,06 𝜇g/mL dengan bantuan software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara. 21. Universitas Sumatera Utara.
(38) menghitung nilai area pada panjang gelombang 241,6-251,6 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 53. 3.6.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Kloramfenikol Metode Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Spektrum serapan kloramfenikol pada konsentrasi 14,084 𝜇g/mL dengan bantuan software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum dengan cara menghitung nilai area pada panjang gelombang 273,6-283,6 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 54. 3.6.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) 3.6.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokortison Asetat Secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Nilai Area Under Curve dari spektrum Hidrokortison asetat pada panjang gelombang 241,6-251,6 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan persamaan regresi. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 52. 3.6.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kloramfenikol Secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Nilai Area Under Curve dari spektrum Kloramfenikol pada panjang gelombang 273,6-283,6 nm diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan persamaan regresi. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 52. 3.7 Validasi Metode 3.7.1 Uji akurasi. Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard Addition Method), yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120% dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Setiap rentang mengandung 70% analit dan 30% baku 22. Universitas Sumatera Utara.
(39) pembanding, kemudian dianalisa dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel (Harmita, 2004). Spektrum serapan yang dihasilkan kemudian dibuat spektrum AUC untuk masing-masing hidrokortison asetat dan kloramfenikol, kemudian dilakukan penetapan kadar seperti pada sampel. Berikut dibawah merupakan rumus persen perolehan kembali. % Perolehan Kembali =𝐶𝐹−𝐶𝐴 x 100% 𝐶𝐴∗ Keterangan: CF = Konsentrasi sampel setelah penambahan baku CA = Konsentrasi sampel sebelum penambahan baku CA* = Jumlah baku yang ditambahkan Prosedur uji perolehan kembali dimulai dengan menimbang sampel krimmerek X setara dengan 25 mg hidrokortison asetat (dihitung kesetaraan kloramfenikol di dalamnya). Kemudian dilarutkan dengan etanol absolute, disonikasi selama 15 menit, dan ditambahkan pelarut sampai dengan garis batas tanda. Dihomogenkan, kemudian dipipet 0,5 mL dari labu tentukur tersebut, dan dipindahkan larutan tersebut ke dalam labu tentukur 25 mL serta ditambahkan pelarut sampai garis tanda. Untuk penambahan baku, ditambahkan setelah penambahan sampel kedalam labu tentukur. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dari masingmasing rentang spesifik yang diambil, dan dihitung hasil persen perolehan kembali. Penimbangan sampel dan baku sesuai rentang dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 77.. 23. Universitas Sumatera Utara.
(40) 3.7.2 Presisi. Menurut Watson (2017), presisi suatu analisis sering dinyatakan sebagai ± simpangan baku relatif (± SBR) dengan rumus: RSD =. 𝑆𝐷 𝑋. x 100%. Keterangan : RSD = Relative standard deviation SD = Standard deviation X = Data yang telah dirata-ratakan 3.7.3 Lineritas. Linieritas menyatakan kemampuan metode analisis untuk mendapatkan hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi didapat dari persamaan y= ax + b. Persamaan tersebut akan menghasilkan koefisen relasi (r). Koefisien relasi ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis yang digunakan (Satiadarma dkk., 2004). 3.7.4 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitatif (LOQ) Menurut Harmita (2004), berdasarkan absorbansi pada panjang gelombang analisis dilakukan pada perhitungan LOD dan LOQ. (Y−Yi)2. SB =√. 𝑛−2. =√. 3 𝑥𝑆𝐵. LOD = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = LOQ =. 10 𝑥𝑆𝐵 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒. =. 0,000637097 4. 3 𝑥0,01261 0,010156 10 𝑥0,003981 0,010156. = 0,01261. = 3,72475 = 12,41583. Keterangan : SB = Simpangan baku Slope = a(y = ax+b). 24. Universitas Sumatera Utara.
(41) 3.7.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik Data perhitungan kadar Hidrokortison asetat dan Kloramfenikol dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji tabel distribusi t. Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk mencari thitung digunakan rumus : t hitung =. 𝑥−𝑥 𝑆𝐷⁄ √6. Data diterima jika thitung < ttabel pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α =0.01. Keterangan : SD X X N A. = Standard deviation/simpangan baku = Kadar dalam suatu perlakuan = Kadar rata-rata dalam satu perlakuan = Jumlah pengulangan = Tingkat kepercayaan. 3.7.6 Penentuan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol dalam Krim Merek C Ditimbang tube krim merek X yang mengandung hidrokortison asetat 25 mg dan kloramfenikol 20 mg kemudian dikeluarkan isinya dari dalam tube, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 25 mg hidrokortison asetat, dihitung kesetaraan kloramfenikol yang terkandung di dalamnya (penimbangan krim dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan). Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dan ditambahkan etanol absolut 10 mL, disonikasi selama 15 menit, sampai larut, kemudian dicukupkan dengan etanol absolut sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih kurang 10 mL filtrate pertama dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian dari filtrat ini dipipet sebanyak 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, dicukupkan dengan 25. Universitas Sumatera Utara.
(42) etanol absolut sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang didalamnya terdapat hidrokortison asetat dengan konsentrasi 10 μg/mL dan kloramfenikol konsentrasi 8 μg/mL. Diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm, kemudian di buat spektrum Area Under Curve (AUC) masing-masing, serta dihitung konsentrasinya. Bagan alir prosedur penelitian kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 55.. 26. Universitas Sumatera Utara.
(43) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penetapan Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Spektrum serapan maksimum Hidrokortison asetat dan Kloramfenikol masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. dibawah ini:. Gambar 4.1 Spektrum Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat (10,06 µg/mL). Gambar 4.2 Spektrum Serapan Maksimum Kloramfenikol (14,084 µg/mL). 27. Universitas Sumatera Utara.
(44) Penetapan spektrum serapan maksimum Hidrokortison asetat dan Kloramfenikol dibuat pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Berdasarkan hasil spektrum serapan secara kualitatif, diperoleh panjang gelombang maksimum Hidrokortison asetat (konsentrasi 10,06 µg/mL) dengan pelarut etanol absolut pada 241,6 nm dan Kloramfenikol (konsentrasi 14,084 µg/mL) dengan pelarut etanol absolut pada panjang 273,6 nm. Penetapan kadar hidrokortison asetat menunjukkan panjang gelombang maksimum lebih kurang 240 nm dan kloramfenikol lebih kurang 278 nm (Moffat, dkk., 2011). Hidrokortison Asetat 10,06 Kloramfenikol 14,084. Gambar 4.3 Spektrum Tumpang Tindih Serapan Maksimum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Pada Gambar 4.3 diatas terlihat bahwa spektrum serapan maksimal dari Hidrokortison asetat dan Kloramfenikol saling bertumpang tindih satu sama lain, sehingga tidak dapat dilakukan penetapan kadarnya secara spektrofotometri biasa karena absorbansi yang dihasilkan sudah merupakan hasil campuran. Berbeda dengan metode spektrofotometri biasa, spektrofotometri ultraviolet metode Area Under Curve (AUC) dapat menetapkan kadar suatu zat dalam campurannya dengan zat lain 28. Universitas Sumatera Utara.
(45) 4.2 Hasil Pengukuran Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Pada berbagai konsentrasi Spektrum serapan Hidrokortison Asetat dibuat pada konsentrasi. 6,036. µg/mL; 8,048 µg/mL; 10,06 µg/mL; 12,072 µg/mL dan 14,084 µg/mL. Spektrum serapan kloramfenikol dibuat pada konsentrasi 10,06 µg/mL; 12,072 µg/mL; 14,084 µg/mL; 16,096 µg/mL dan 18,108 µg/mL, lalu diukur pada panjang gelombang 200-400 nm. Spektrum serapan Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. dibawah ini:. Hidrokortison Asetat 6,036 Hidrokortison Asetat 8.048 Hidrokortison Asetat 10,06 Hidrokortison Asetat 12,072 Hidrokortison Asetat 14,084. Gambar 4.4 Spektrum Serapan Hidrokortison Asetat Pada Berbagai Konsentrasi Kloramfenikol 10,06 Kloramfenikol 12,072 Kloramfenikol 14,084 Kloramfenikol 16,096 Kloramfenikol 18,108. Gambar 4.5 Spektrum Serapan Kloramfenikol Pada Berbagai Konsentrasi 29. Universitas Sumatera Utara.
(46) Pada gambar 4.4 dihasilkan spektrum serapan Hidrokortison Asetat dengan koefisien korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi = 0,9999. Pada gambar 4.5 dihasilkan spektrum serapan Kloramfenikol dengan koefisien korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi = 0,9999. Nilai absorbansi dari spektrum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol yang diperoleh sesuai dengan hukum Lambert-Beer yaitu 0,2 – 0,6. 4.3 Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Spektrum. serapan. campuran. baku. Hidrokortison. Asetat. dan. Kloramfenikol dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini : Spektrum Serapan Campuran Maksimum Hidrokortison Asetat 10,06 dan Kloramfenikol 14,084. Gambar 4.6 Spektrum Serapan Campuran Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Spektrum. serapan. campuran. baku. Hidrokortison. Asetat. dan. Kloramfenikol dibuat dengan konsentrasi 10,06 µg/mL untuk Hidrokortison Asetat. dan. 14,084. µg/mL. untuk. Kloramfenikol.. Spektrum. campuran. menghasilkan bentuk yang berbeda dengan spektrum Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol masing-masing, karena spektrum serapan campuran adalah kombinasi dari spektrum penyusunya. 30. Universitas Sumatera Utara.
(47) 4.4 Hasil Pembuatan Kurva Kalibrasi secara Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Metode Area Under Curve (AUC) adalah satu metoda yang melakukan penetapan kadar dengan mengukur dan menghitung absorbansi luas area yang berada dibawah kurva dari dua buah panjang gelombang sebelum dan sesudah panjang gelombang maksimum dari suatu komponen obat. Rentang panjang gelombang yang dipilih adalah memberikan hubungan lineritas yang terbaik antara nilai AUC dan konsentrasi yang ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi (nilai ≤ 1) yang mendekati satu. Panjang gelombang analisis Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Panjang gelombang analisis untuk Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Panjang Obat Linearitas ∆𝛌 Gelombang (nm) 241,6-251,6 10 0,9994 236,6-246,6 10 0,9994 Hidrokortison Asetat 241,6-251,6 5 0,9971 240,6-244,6 5 0,9978 273,6-283,6 10 0,9991 268,6-278,6 10 0,9969 Kloramfenikol 273,6-277,6 5 0,9925 268,6-272,6 5 0,9967 Pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa AUC pada masing-masing rentang panjang gelombang untuk Hidrokortison Asetat (λ= 241,6-251,6) dan Kloramfenikol (λ = 273,6-283,6) karena memiliki lineritas paling mendekati 1. Kurva kalibrasi dalam metode AUC terdiri dari konsentrasi pada sumbu X dan nilai luas area dibawah kurva (AUC) pada sumbu Y. Dari pengukuran kurva kalibrasi metode AUC diperoleh persamaan regresi yaitu Y = 0,0169X - 0,0005 untuk hidrokortison asetat dan Y = 0,0059X + 0,0001 untuk kloramfenikol.. 31. Universitas Sumatera Utara.
(48) Kurva kalibrasi hidrokortison asetat dan kloramfenikol dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. Gambar 4.7 Kurva Kalibrasi Hidrokortison Asetat. Gambar 4.8 Kurva Kalibrasi Kloramfenikol Berdasarkan kurva yang diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan amplitudo, dengan koefisien korelasi (r) hidrokortison asetat sebesar 0,99944, dan kloramfenikol sebesar 0,9991. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y(absorbansi) (Ermer dan McB. Miller, 2005).. 32. Universitas Sumatera Utara.
(49) 4.5 Hasil Luas Area Dibawah Kurva (AUC) Hidrokortison Asetat Dan Kloramfenikol Pada Serapan Maksimum Hasil nilai Luas Area Dibawah Kurva (AUC) dari baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol pada serapan maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 dibawah ini :. Gambar 4.9 Area Under Curve (AUC) Hidrokortison Asetat pada panjang gelombang maksimum. Gambar 4.10 Area Under Curve (AUC) Kloramfenikol pada panjang gelombang maksimum Gambar. 4.7. diperoleh. dari. data. spektrum. serapan. maksimum. Hidrokortison Asetat dengan nilai area pada panjang gelombang 241,6-251,6 nm dan Gambar 4.8 diperoleh dari data spektrum serapan maksimum Kloramfenikol 33. Universitas Sumatera Utara.
Dokumen terkait
[r]
Aplikasi permainan Mata Jeli yang dibuat dengan menggunakan JavaScript ini dapat memberi kemudahan kepada user yang ingin memainkan sebuah permainan yang tidak rumit dan sederhana
[r]
These particular kinematics generate a 2-D discrete workspace, meeting the specifications established for the de- sign of the flexible structure. 2, the workspace is composed of
[r]
Usman (2002: 35) melibatkan pemahaman sebagai bagian dari domain kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami makna
[r]
-Penggunaan modul sn ( ppd) Dan didik ( berita harian ) - Memberi fokus kepada mereka semasa mengajar -Fokus kepada cara menjawab dengan mudah agar mereka dapat