• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh

DIDIK SUBHAKTI PRAWIRA RAHARJA 1201212

PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Terhadap Prilaku interaksi Sosial

Siswa

Oleh

Didik Subhakti Prawira Raharja

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga

© Didik Subhakti Prawira Raharja 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Pembimbing I

Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd NIP. 195301111980031002

Pembimbing II

Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

(4)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dalam Penelitian ... 9

C. Rumusan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 12 A. Hakekat Pendidikan Jasmani... 12

B. Hakekat Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 16

C. Model Cooperative Learning Tipe TGT ... 19

D. Model Konvensional (Direct Teaching) ... 24

E. Hakekat Proses Sosial ... 27

F. Karakteristik Perkembangan Sosial Siswa ... 34

(5)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

H. Kerangka Pikir ... 39

I. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian... 46

C. Desain Penelitian ... 46

D. Definisi Operasional ... 56

E. Instrumen Penelitian... 58

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 61

G. Teknik Pengumpul Data ... 63

H. Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 83

(6)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan dalam proses pembelajaran biasanya tercermin dari hasil evaluasi baik yang bersifat hasil tes maupun observasi proses pembelajaran itu sendiri. Pencapaian suatu keberhasilan dalam pembelajaran ditentukan oleh apa yang telah menjadi tujuan terlebih dahulu. Beraneka ragamnya kemampuan dan tingkat perkembangan yang dimiliki siswa merupakan tantangan tersendiri bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas utamanya.

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah hendaknya memberikan dampak secara menyeluruh tidak hanya menitikberatkan kepada aspek kognitif dan psikomotorik saja, akan tetapi perlu ditekankan pula kepada aspek afektif yang berhubungan dengan sikap dan kepribadian. Fenomena yang banyak terjadi belakangan ini adalah adanya pertikaian atau tawuran antar kelompok, perselisihan dan perkelahian yang merupakan dampak kurang mampunya individu dalam situasi sosial. Hal tersebut menurut Capra (Hoedaya, 2005, hlm. 1) dikarenakan “masyarakat telah kehilangan fleksibilitas dalam struktur dan pola sosialnya, sehingga tidak mampu beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah, dan bisa berlanjut kepada disintegrasi dan disharmoni sosial”. beranekaragamnya suku, ras dan agama yang ada merupakan suatu perbedaan yang dapat mengakibatkan suatu pertikaian bahkan sampai kepada perpecahan apabila setiap individu tidak mampu berinteraksi dan menghargai satu sama lain.

(7)

secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial.

Dalam proses belajar mengajar sering terjadi interaksi baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa. interaksi yang terjadi tersebut sering memberikan pengaruh baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang terjadi merupakan bagian dari proses sosial yang merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada saat pembelajaran hanyalah sebagian kecil saja, akan tetapi hal tersebut merupakan proses pembinaan aspek sosial siswa dalam menghadapi interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat yang sesungguhnya.

Interaksi sosial itu terjadi apabila dipenuhi syarat-syarat adanya kontak sosial dan komunikasi sosial (Wulansari, 2009, hlm. 36). Kontak sosial di sini merupakan hubungan yang terjadi melalui percakapan satu dengan yang lain kemudian kominukasi sosial ialah penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain. Selanjutnya aktivitas-aktivitas sosial terjadi apabila adanya interaksi sosial. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati (Soekanto, 1990, hlm. 63). Keempat faktor tersebut dapat berdiri sendiri maupun tergabung menjadi kesatuan, baik disadari atau tidak disadari bahwa sebenarnya dalam proses pembelajaran penjas keempat faktor tersebut terjalin.

(8)

Dilihat dari rata-rata usia pada siswa kalas tujuh yaitu 12,5 tahun yang pada usia tersebut apabila dilihat dari tahap perkembangannya berada pada masa yang tumpang tindih yaitu pada masa akhir kanak-kanak dan masa puber. Perkembangan sosial pada akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai usia berkelompok, karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas di luar keluarga dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima dalam kelompok/geng (Hurlock, 1980, hlm. 155). Keinginan untuk dapat diterima dalam kelompok pada usia akhir masa kanak-kanak disebabkan pada masa itu anak merasa tidak puas lagi jika bermain sendiri di rumah dengan anggota keluarga serta ingin mempunyai banyak teman karena dua atau tiga orang teman tidak akan terasa cukup baginya dan akan terasa senang jika selalu bersama teman-temannya, dan hal tersebut pula yang terjadi pada awal masa puber.

Banyak orang menganggap geng anak sebagai kelompok penjahat atau pengacau karena adanya asosiasi yang populer tentang kenakalan anak-anak (Hurlock, 1980, hlm. 156) bahkan geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku sosial buruk dibanding anak perempuan. Hal tersebut diutarakan Hurlock (1980, hlm. 156) yang menyebutkan beberapa akibat yang ditimbulkan oleh kelompok pada anak-anak.

Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, empat di antaranya sangat sering terjadi dan cukup gawat sehingga dapat mengganggu proses sosialisasinya. Pertama menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, kedua menimbulkan permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas, ketiga kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda dan yang keempat dalam banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, adalah cara anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng.

(9)

waktunya dengan bermain game karena orang tua pada dasarnya memiliki peran yang sangat central terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak, memang di sisi lain orang tua merasa nyaman dan aman jika anaknya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah walaupun dengan bermain game dibandingkan jika bermain dengan temannya di luar karena banyaknya kasus kriminalitas terkait dengan anak yang membuat para orang tua menjadi berhati-hati dan mengawasi pergaulan anaknya dengan lingkungan luar. Di sisi lain, jika sang anak dibiarkan terus untuk tidak banyak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya dia akan menjadi anak yang individual dan tidak mempunyai rasa empati pada orang lain kelak jika dia dewasa.

Perubahan perilaku seseorang khususnya anak-anak di antaranya diakibatkan melalui proses imitasi, baik dari lingkungan dimana ia berada, pengaruh media televisi atau bahkan peniruan terhadap prilaku idolanya yang di karenakan ketidakmampuan anak beradaptasi dengan lingkungan sosial yang dapat berdampak negatif yang berupa konflik akibat dari interaksi sosial yang dilakukannya. Hoedaya (2005, hlm. 5) mengatakan bahwa “konflik terjadi dalam situasi dimana orang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, dan terjadi perbedaan persepsi di dalam menanggapi suatu permasalahan yang berkembang menjadi ketidaksepakatan”. Peristiwa seperti itu merupakan suatu contoh proses sosial yang lebih mengarah kepada proses disosiatif. Senada dengan itu, Hoedaya (2005, hlm. 22) memaparkan

Fenomena disharmoni sosial yang akhir-akhir ini melanda segala lini kehidupan masyarakat di Indonesia pada dasarnya diawali dengan tiadanya kesepakatan, dalam beragumen, tingkat toleransi yang rendah, kendali emosi yang lemah, dan hilangnya sikap berempati di dalam masyarakat.

(10)

Santoso (2010, hlm. 165) menjelaskan bahwa “individu dalam situasi sosial tidak dapat berdiri sendiri, terlepas dari lingkungannya, akan tetapi individu terkena pengaruh dari individu atau situasi sosial dimana individu itu berada”. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa pengaruh yang positif dan negatif. Oleh sebab itu individu perlu mencermati, menanggapi, dan menerima setiap perbedaan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat, dan berusaha untuk hidup di dalam suasana kebersamaan yang utuh, perbedaan yang ada jangan dijadikan permasalahan akan tetapi harus dijadikan kekuatan yang dapat saling melengkapi satu sama lain.

Apabila anak tidak memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi, maka hal ini akan menjadi berbahaya, karena kebiasaan akan cenderung menetap sampai dewasa. Ungkapan tersebut sependapat dengan yang dikatakan Erikson (Hoedaya, 2005, hlm. 2) yang menyatakan “aneka pengalaman semasa kanak-kanak meninggalkan bekas yang permanen dalam kepribadian seorang anak setelah ia meningkat dewasa”. Apabila hal tersebut terus dibiarkan maka akan terjadi konflik baik di dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat, yang pada umumnya akibat dari kurang mampunya bersosialisasi. Oleh sebab itu pelaksaaan proses pembelajaran penjas harus dilakukan dengan memperhatikan proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena tujuan dan fungsi penjas untuk menumbuh kembangkan seluruh aspek baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Aktivitas bermain dan olahraga bagi anak merupakan media yang tepat dalam pendidikan jasmani untuk mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Melihat tahapan pada masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai usia berkelompok, maka pembelajaran yang disajikan harus berupa aktivitas yang melibatkan kelompok dan terdapat unsur bermain yang bersifat kompetitif, sehingga terdapat wadah untuk anak belajar bekerja sama serta bagaimana bersaing.

(11)

pun akan membuat siswa dapat belajar bagaimana bersaing dengan cara yang baik, menghargai orang lain, percaya diri serta dapat mengendalikan emosi dalam kondisi apapun. Hal tersebut apabila dapat ditingkatkan tentunya akan menjadi sesuatu yang sangat bernilai, selain dari proses pembelajaran yang berlangsung akan lebih terkontrol juga dapat memberikan bekal kepada siswa dalam lingkungan masyarakat umumnya dimana siswa mampu berinteraksi sosial dengan baik.

Pada pelaksanaan pendidikan jasmani yang dilaksanakan dengan model pembelajaran langsung atau dapat dikatakan sebagai media konvensional, interaksi yang terjadi hanya satu arah yang lebih didominasi oleh guru, dimana guru memberikan instruksi kepada para siswanya yang kemudian siswa melakukan apa yang diperintahkan oleh guru tersebut, pola pembelajaran seperti itu lebih bersifat teacher center atau berpusat kepada guru, pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani yang menggunakan pola teacher center akan membuat siswa pasif dalam berinteraksi, untuk itu diperlukan pola pembelajaran yang bersifat student center agar siswa lebih aktif dan tentunya akan lebih meningkatkan interaksi sosial nya karena interaksi yang terjadi tidak hanya antara guru dengan siswa, akan tetapi lebih banyak antara siswa dengan siswa.

(12)

mengapa guru seringkali menggunakan model konvensional (direct teaching) tersebut.

Untuk mengembangkan proses sosial tersebut, guru harus pandai dalam memilih pendekatan yang tepat agar pada proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Salah satu model pendekatan pembelajaran yang domain utamanya lebih menekan terhadap aspek afektif adalah model cooperative learning. Metzler (2000, hlm. 229) memaparkan that makes the

domain priority for cooperative learning a bit complex, as the affective domain

will always share the highest priority whit major objective of the assigned

learning task”.

Eggen & Kauchak (Juliantine, 2013, hlm. 63) mengatakan model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Model ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Lebih lanjut Juliantine (2013, hlm. 63) mengatakan bahwa

Model pembelajaran kooperatif ... menekan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam tipe pembelajaran yang di antaranya adalah STAD (Student Team Achievement division), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw dan Group Investigation.

(13)

meningkatkan proses sosialnya yang lebih diharapkan yaitu meningkatnya proses asosiatif dan menekan proses disosiatifnya.

Meningkatnya proses asosiatif dalam model ini dapat terbentuk pada saat siswa belajar di dalam kelompok, ketika dalam kelompok siswa diharapkan selalu bekerja sama, saling memahami dan saling membantu dan yang terpenting dapat menngurangi pertentangan diantara siswa. Kemudian untuk menekan proses disosiatifnya dilakukan melalui perlombaan diantara kelompok dan kemenangan ditentukan oleh hasil kelompok bukan individu sehingga persaingan diantara individu lebih di kurangi dan tujuan kelompok lebih yang utama.

Pemilihan model pemebelajaran kooperatif ini diharapkan dapat mengembangkan proses sosial siswa disamping mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena model pembelajaran konvensional banyak mengesampingkan aspek sosial siswa dan menitik beratkan kepada aspek psikomotor, yang sebenarnya dapat memberikan dampak terhadap kelangsungan hidupnya. Dengan demikian pendidikan jasmani membantu mengembangkan kemampuan sosial siswa. Alfermann (1999, hlm 372) menyatakan bahwa “Physical education is a natural practice ground for social interaction and an opportunity for observing social processes. These are seen within groups as

well as between groups”. Alferman menegaskan bahwa pendidikan jasmani

merupakan dasar latihan yang alamiah bagi interaksi sosial dan kesempatan untuk mengamati proses-proses sosial yang terjadi, baik di dalam kelompok maupun antar kelompok.

Hasil penelitian Goudas (2009, hlm 11) mengungkapkan “The results of the present study showed that students who participated in a cooperative

learning program, developed on the basis of specific social skills as learning

(14)

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh model Cooperative Learning tipe TGT terhadap perilaku interaksi sosial siswa. sehingga diharapkan setelah penelitian tersebut siswa mampu beradaptasi di manapun ia berada, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut.

1. Banyaknya kasus-kasus sosial seperti pertikaian, perselisihan dan perkelahian dampak dari ketidakmampuan individu beradaptasi dengan lingkungan sosial akibat dari interaksi sosial yang dilakukannya.

2. Proses disosiatif siswa lebih tinggi dibandingkan dengan proses asosiatif. 3. Siswa sedang dalam masa usia berkelompok.

4. Pada umumnya proses pembelajaran penjas yang dilakukan lebih menekan kepada unsur kognitif dan psikomotor.

5. Sebagian dari guru kurang memami berbagai macam model pembelajaran serta penerapannya.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan interaksi sosial siswa dalam kontek asosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dan model konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan interaksi sosial siswa dalam kontek disosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dan model konvensional?

(15)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti bahwa pembelajaran pendidikan jasmani dapat memberikan dampak terhadap aspek sosial siswa yang tercermin melalui penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Team Game Turnament (TGT) terhadap prilaku interaksi sosial siswa, serta

mempertegas pernyataan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani dapat mengembangkan seluruh aspek baik kognitif, afektif, psikomotor dan sosial siswa.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan dari model pembelajaran kooperatif dan model konvensional terhadap prilaku interaksi sosial siswa. secara lebih rinci tujuan khusus tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Untuk menguji perbedaan yang signifikan interaksi sosial siswa dalam kontek asosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dan model konvensional.

b. Untuk menguji perbedaan yang signifikan interaksi sosial siswa dalam kontek disosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dan model konvensional.

c. Untuk menguji perbedaan yang signifikan interaksi sosial siswa dalam kontek asosiatif dan disosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dan model konvensional.

E. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis bagi semua pihak yang ingin mengembangkan aspek sosial siswa melalui pembelajaran pendidikan jasmani.

(16)

a. Sebagai bahan penguat hasil penelitian Ben Dyson yang menyatakan “that cooperative learning can be a powerful instructional format for students to attain both motor skills and social goals in physical

education”. bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi format instruksional yang kuat bagi siswa untuk mencapai baik keterampilan motorik dan tujuan sosial dalam pendidikan jasmani .

b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya dalam pengembangan proses belajar mengajar dan upaya peningkatan aspek afektif siswa.

2. Secara praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada para pengajar pendidikan jasmani yang ingin mengembangkan interaksi sosial siswa.

F. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah peneliti dalam pembuatan tesis ini, peneliti membagi ke dalam tahapan-tahapan yang harus diperhatikan dalam penulisannya, adapun sebagai berikut :

1. Bab I merupakan pendahuluan yang di dalamnya meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi dalam penelitian menjelaskan mengenai latar belakang masalah dalam penelitian ini.

2. Bab II merupakan kajian pustaka yang terdiri dari tinjauan teoritis, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.

3. Bab III merupakan prosedur penelitian yang terdiri dari waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengolahan dan analitis data.

(17)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di SMP BPK Penabur Cimahi yang beralamatkan di jalan Encep Kartawiria (Citeureup) No.75 Cimahi. Pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan yang di antaranya adalah penulis bekerja di sekolah tersebut, kemudian dari pihak kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani telah memberikan perijinan kepada penulis apabila ingin mengadakan penelitian di sekolah tersebut sehingga kendala masalah perijinan dan pengelolaan waktu pembelajaran dapat diminimalisir. Oleh sebab itu demi kelancaran pelaksanaan penelitian tersebut peneliti memilih SMP BPK Penabur Cimahi.

2. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BPK Penabur Cimahi yang rata-rata usia yaitu 13 tahun yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan masuk ke dalam masa akhir kanak-kanak, yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas A (33), kelas B (32), dan kelas C (34) dengan jumlah 94 siswa.

(18)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dari hasil pengundian yang dilakukan terpilih kelas 7A dengan jumlah siswa 33 orang dan kelas 7B dengan jumlah siswa 32 orang, selanjutnya dilakukan kembali individual random sampling untuk menentukan proporsi jumlah anggota yang sama dalam setiap kelompok, jumlah anggota dalam setiap kelompok dalam penelitian ini yang diinginkan adalah 30 orang dari setiap kelas yang telah terpilih, akan tetapi seluruh siswa dalam kelas penelitian tersebut dilibatkan karena akan berhubungan dengan mortality. Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 60 orang siswa yang terdiri dari 30 orang siswa kelas 7A dan 30 orang kelas 7B, kemudian hal terakhir yang dilakukan adalah melakukan random assignment untuk menentukan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol, setalah dilakukan pengundian akhirnya terpilihlah kelas 7B sebagai kelompok ekperimen dan kelas 7A sebagai kelompok kontrol.

Untuk lebih memperjelas dapat dilihat bagan di bawah ini

Gambar 3.1

Pengambilan sampel dengan Two Stage Random Sampling

(19)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berkelompok anak akan belajar bersosialisasi dan berbagi peranan sosial, dan pada saat itu pula kesadaran sosial berkembang pesat.

B. Metode penelitian

Metode penelitian merupakan metode yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab permasalah yang ada, Sugiyono (2011, hlm. 6) mengatakan bahwa“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sebab akibat pengaruh model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran langsung (variabel bebas) terhadap proses sosial siswa (variabel terikat). oleh sebab ingin mengetahui sebab akibat yang ditimbulkan maka metode penelitian yang digunakan adalah metode ekperimen, Arikunto (2010, hlm. 9) mengatakan bahwa metode ekperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.

Mengenai metode ekperimen itu sendiri Ali (2010, hlm. 84) mengartikan bahwa “eksperimen adalah riset yang dilaksanakan melalui eksperimentasi atau percobaan”. Dengan melakukan penelitian ekperimen ini diharapkan dapat menjawab setiap rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini.

C. Desain penelitian.

Dalam mempermudah alur dalam penelitian maka diperlukan suatu desain penelitian yang berpungsi digunakan sebagai acuan, adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini melibatkan kelompok kontrol.

(20)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design Sumber : Fraenkel & Wallen (1993:272)

Mengadopsi dari desain tersebut maka desain operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

R = Random (pemilihan sampel yang dilakukan secara acak) O1 & O3 = PreTest (Proses sosial siswa sebelum diberi perlakuan Model

Cooperative Learning type TGT dan model konvensional) O2& O4= PostTest (Proses sosial siswa sesudah diberi perlakuan Model

Cooperative Learning type TGT dan model konvensional) X = Treatment menggunakan model Cooperative Learning

C = Treatment menggunakan model konvensional (Direct Teaching)

Peneliti menggunakan desain tersebut karena dalam desain tersebut lebih banyak mempunyai nilai positifnya atau nilai-nilai yang dapat terkontrol sehingga ancaman yang akan timbul dalam penelitian ini dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut merupakan tabel efektivitas desain penelitian menurut Freankel (1993, hlm. 280).

Tabel 3.1

Efektivitas Desain Penelitian sumber : Freankel (1993, hlm. 280)

(21)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tanda dua plus (++) untuk menunjukkan kontrol yang kuat (ancaman tidak mungkin terjadi), satu plus (+) untuk menunjukkan beberapa kontrol (ancaman mungkin terjadi), minus (-) untuk menunjukkan kontrol yang lemah (ancaman yang mungkin terjadi), dan tanda tanya (?) kepada mereka yang memiliki kemungkinan ancaman, karena sifat penelitian, kita tidak dapat menentukan.

Dalam upaya meminimalisir atau bahkan menghilangkan ancaman yang mungkin terjadi dalam penelitian ini, upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. mortality, karena ancaman mungkin dapat terjadi maka untuk menghilangkan ancaman tersebut dalam setiap kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terdapat siswa lain yang ikut berpatisipasi sebagai pengganti apabila sampel tidak dapat mengikuti perlakuan dengan tuntas.

2. location, perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan di lokasi yang sama sehingga peneliti dapat mengawasi secara keseluruhan setiap intervensi yang diberikan.

3. instrumen decay, pengumpulan data instrumen pretes dengan waktu posttes terdapat jeda waktu selama 7 minggu sehingga ancaman terhadap instrumen bisa diminimalisir, apabila waktu terlalu singkat kemungkinan siswa menjawab pernyataan yang sama akan timbul dan dikhawatirkan perlakuan tidak memberikan pengaruh.

4. data collector characteristic, untuk menghindari ancaman maka dalam penelitian penulis menggunakan pengumpul data yang sama untuk setiap kelompok yang dilakukan sendiri oleh peneliti.

5. data colector bias, untuk menghindari ancaman yang terjadi peneliti sendiri yang melakukan pengumpulan data tersebut dan data yang akan tersaji merupakan data yang asli hasil dari pengumpulan data tersebut. 6. testing, pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada awal dan akhir dan

(22)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terutama pada saat posttes setiap pengisian subjek selalu ditekankan untuk merefleksikan setiap pernyataan yang ada dengan tingkah lakunya sebelum memberikan jawaban, hal tersebut dilakukan untuk menghindari pengisian yang sama dan menutupi jawaban yang salah dalam pretest.

7. history, pengaruh lingkungan luar terhadap variabel terikat mungkin saja dapat terjadi akan tetapi peneliti beranggapan bahwa pengaruh tersebut dapat terjadi kepada kedua kelompok sehingga dapat mengakibatkan efek yang sama

8. attitude of subject, selama penelitian tingkah laku subjek atau sampel harus selalu diawasi dan dikendalikan agar subjek dapat benar-benar merasakan dampak dari perlakuan yang diberikan.

9. implementation, dalam pelaksanaan penelitian perlakuan diberikan langsung dan dikelola oleh peneliti, sehingga ancaman yang mungkin terjadi akibat adanya perlakuan lain dapat diminimalisir dan dihilangkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 13 kali pertemuan yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam seminggu, yang dilakukan selama 6 minggu mulai dari bulan Maret sampai Mei 2014. Program ini merujuk pada penelitian Goudas (2009) dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam Program pembelajaran kooperatif, yang dikembangkan atas dasar keterampilan sosial sebagai tujuan belajar, menunjukkan adanya peningkatan keterampilan sosial dan sikap terhadap kerja kelompok, yang dilaksanakan dalam 13 kali pertemuan.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian eksperimen menggunakan metode pembelajaran kooperatif dan konvensional (Direct Teaching) untuk pengembangan proses sosial siswa.

1) Pretest

Pretest dilakukan sebelum perlakuan diberikan pembelajaran baik kepada

(23)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kelompok kontrol diberikan angket proses sosial. Kemudian, setelah siswa mengisi angket data diolah dan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana proses sosial siswa pada kedua kelompok tersebut.

Pretest dilakukan secara bersama-sama kepada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 28 Maret 2014 pada jam 13.30.

2) Perlakuan/treatment

Pada kelompok ekperimen perlakuan yang diberikan yaitu dengan model cooperative learning dan pada kelompok kontrol dengan metode konvensional.

Perlakuan diberikan selama 13 kali pertemuan dengan waktu 2x40 menit. Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang menggunakan Model Cooperative Learning type TGT dilaksanakan setiap hari senin pukul 7.20-8.40 WIB dan hari

sabtu pukul 10.20-11.40 WIB dari tanggal 31 Maret-17 Mei 2014, sedangkan kelompok kontrol yang menggunakan Model Konvensional dilaksanakan setiap hari rabu pukul 11.50-13.10 WIB dan sabtu pukul 8.20-9.40 WIB dari tanggal 2 April-17 Mei 2014.

Materi program yang diberikan kepada kedua kolompok yaitu permainan bola voli, sepak bola, bola basket dan atletik. Berikut merupakan program kegiatan materi pembelajaran dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 1 31-3-2014 Permainan bola voli

Pembelajaran Pasing bawah

2-4-2014

2 5-4-2014 Permainan bola basket

Pembelajaran dribling

5-4-2014

3 7-4-2014 Permainan sepakbola

Pembelajaran mengoper dan mengontrol bola

10-4-2014

4 12-4-2014 Atletik (nomor lempar lembing) 12-4-2014 5 14-4-2014 Permainan bola voli

Pembelajaran Pasing atas

(24)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 6 19-4-2014 Permainan bola basket

Pembelajaran Pasing (chess pass, bounce pass,)

19-4-2014

7 21-4-2014 Permainan sepak bola

Pembelajaran dribling (menggunakan kaki bagian

dalam dan luar)

23-4-2014

8 26-4-2014 Atletik (nomor tolak peluru) 26-4-2014 9 28-4-2014 Permainan bola voli

Pembelajaran servis

30-4-2014 10 3-5-2014 Permainan bola basket

Pembelajaran Pasing (head pass, cross over)

3-5-2014

11 10-5-2014 Permainan sepak bola Pembelajaran shoting

10-5-2014 12 12-5-2014 Atletik (nomor lari estafet) 14-5-2014 13 17-5-2014 Permainan bola voli

Pembelajaran Pasing bawah dan atas

17-5-2015

Adapun format harian pelaksanaan pembelajaran untuk yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dan model konvensional.

Tabel 3.3

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Model Cooperative Learning Type TGT

No Langkah-Langkah Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan

Guru Siswa

Berdoa dan absensi Berdoa 15

menit

Pemanasan Pemanasan

Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran

Mendengarkan dan bertanya apabila belum memahami tujuan pembelajaran

Menjelaskan manajemen pembelajaran (dimana, kapan, dengan siapa, dan bagaimana pembelajaran dilakukan), kemudian membagi siswa kedalam beberapa kelompok/team

(25)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Cek pemahaman dengan memberikan pertanyaan mengenai materi yang akan dipelajari.

memberikan tugas gerak mengenai materi yang sedang dipelajari (pasing bawah ke target/ tembok) dalam team yang diakhiri dengan skoring dalam bentuk rangking yang nantinya setiap urutan rangking dalam team akan

diperlombakan kembali dengan team yang lain

Perlombaan antara anggota team untuk memperoleh yang terbaik dengan rangking

Melaksanakan perlombaan antar team dengan rangking yang sama secara berurutan

Melaksanakan perlombaan antar team denga rangking yang sama

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih kedua kalinya dalam team yang diakhiri dengan perlombaan dan rangking hasil

Siswa berlatih didalam teamnya masing-masing untuk

meningkatkan skor pasing bawah dengan lomba antar teamnya serta merangking untuk diperlombakann kembali antar team

Melakukan perlombaan antar team yang kedua kalinya dengan rangking dan skor

Siswa kembali berlomba antar team dengan rangking yang sama Melakukan penilaian team berdasarkan

rangking dan skor

Menyimak, diskusi dan bertanya apabila ada yang tidak dimengerti mengenai apa yang dilakukan.

No Penutup Waktu

3 Guru Siswa

Pendinginan/ pelemasan Pendinginan 15

menit Melakukan reviu/evaluasi Mendengarkan serta Menjawab

(26)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pemberian tugas Mencari bahan materi

pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya

Berdoa berdoa

Tabel 3.4

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Model Konvensional

No Langkah-Langkah Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan

Guru Siswa

Berdoa dan absensi Berdoa 15

Menit

pemanasan Pemanasan

Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran

(27)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Membimbing pemelakukan Siswa melakukan apa yang di tugaskan oleh guru.

Sebagai contoh:

1.Siswa melakukan variasi dan kombinasi pass atas dan bawah sesuai dengan gerakan yang telah di instruksikan oleh guru.

2.Siswa melakukan variasi dan kombinasi pass atas dan bawah dan smash sesuai dengan gerakan yang telah di instruksikan oleh guru.

50

Siswa melakukan kembali apa yang telah dilakukan,

Contoh :

- Posisi siap dan melakukan pasing bawah bola voli yang telah dimodifikasi

No Penutup Waktu

3 Guru Siswa

Pendinginan/ pelemasan Pendinginan 15

menit Melakukan reviu/evaluasi Mendengarkan serta Menjawab

pertanyaan yang diajukan guru Pemberian tugas Mencari bahan materi pembelajaran

untuk pertemuan selanjutnya

berdoa Berdoa

Adapun rancangan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning type tgt dapat dilihat secara lengkap dilampiran 5 dan model

(28)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5

Uji Penggunaan Model Cooperative Learning Type TGT

No Pernyataan Ya Tidak

1 Cek pemahaman mengenai materi yang akan dipelajari 2 Tujuan pembelajaran selalu disampaikan

3 Pembelajaran dilakukan didalam kelompok 4 Anggota dalam kelompok selalu berbeda

5 Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukkan aktivitas dalam pembelajaran dikelompok

6 Banyak terjadi komunikasi dengan teman didalam kelompok

7 Adanya pertandingan didalam kelompok untuk menentukkan yang terbaik

8 Adanya pertandingan atau perlombaan diantara kelompok

9 Diberikan kesempatan untuk belajar kembali setalah dilakukan pertandingan

10 Pengawasan terhadap kelompok-kelompok belajar selalu dilakukan selalu dilakukan

11 Melakukan reviu pembelajaran yang telah dilakukan 12 Penilaian berdasarkan skor atau kemenangan kelompok 13 Selalu diberikan tugas mencari informasi mengenai

materi pada pertemuan selanjutnya

3) Posttest

Posttest dilakukan pada akhir perlakuan diberikan dengan memberikan

kembali angket proses sosial kepada kedua kelompok untuk melihat sejauh mana pengembangan proses sosial siswa. Kemudian, setelah siswa mengisi angket data diolah dan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana proses sosial siswa pada kedua kelompok tersebut. skor hasil pengisisan angket kemudian dianalisis untuk melihat perbedaannya dengan sokr hasil pretest, selanjutnya hasil analisis itu akan diuji hipotesis untuk dapat menjawab semua pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.

Berikut merupakan bagan alur penelitian yang dibuat oleh penulis.

(29)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Gambar 3.3

Bagan Alur Penelitian D. Definisi Operasional

1. Interaksi sosial menurut Sutherland (Santoso, 2010, hlm. 164) adalah suatu hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial. Jadi, dalam hal ini interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok yang dinamis. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang digunakan dalam penelitian ini yaitu proses asosiatif dan disosiatif dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Proses asosiatif

(30)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kerjasama yang terjalin guna mencapai tujuan bersama. Proses asosiatif itu sendiri terdiri dari.

1) Kerja sama

Kerja sama yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam penelitian ini kerjasama dapat terlihat dari cara siswa saling membantu dan saling tolong menolong untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru kepada kelompok.

2) Akomodasi

Akomodasi dalam penelitian ini berarti usaha-usaha yang dilakukan untuk meredakan suatu pertentangan agar keseimbangan dalam kelompok dapat tetap terjaga. Bentuk usaha tersebut terlihat apabila ada siswa yang menjadi penengah ketika terjadi pertentangan diantara temannya.

3) Asimilasi

Asimilasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada diantara setiap anggota kelompok dan kelompok lain, serta mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Dalam penelitian ini asimilasi terlihat dengan perilaku siswa yang saling menghargai teman tidak melihat dari status dan kemampuannya, serta memberikan kesempatan yang sama dalam berlatih.

b. Proses disosiatif

Disebut juga sebagai oppositional processes atau proses oposisi yakni proses sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu (Soekanto, 1999, hlm. 97). Dalam penelitian ini proses disosiatif terdiri dari.

1) Persaingan

(31)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

selalu ingin menjadi yang terbaik diantara siswa yang lain dalam kelompok.

2) Kontravensi

Kontavensi merupakan bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan, yang ditandai dengan gejala-gejala ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Yang dalam hal ini terlihat apabila individu mengganggu konsentrasi temannya, tidak memberikan kesempatan yang sama dalam berlatih, memprovokasi dan mengintimidasi teman yang lain.

3) Pertentangan

Pertentangan adalah usaha individu untuk memenuhi tujuannya dengan menentang orang lain dengan ancaman atau kekerasan. Dalam penelitian ini perilaku pertentangan terlihat apabila individu ingin menjadi yang terbaik dengan mengancam orang lain untuk mengalah.

2. Model Cooperative Learning Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif dirancang untuk meningkatkan prestasi siswa, melalui kelompok kecil yang banyak melibatkan interaksi dan keterampilan sosial. Tidak dapat dikatakan Pembelajaran kooperatif jika tidak melibatkan kelompok, membuat kelompok adalah syarat untuk belajar keterampilan sosial untuk individu dan kelompok (Metzler, 2000, hlm. 229). Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games turnament) dimana siswa dibagi kedalam kelompok untuk menyelesaikan tugas gerak yang guru berikan kemudian siswa berlomba dengan siswa yang lain dalam kelompok dan diakhiri dengan lomba antar kelompok.

3. Model Konvensional (direct teaching/pembelajaran langsung)

(32)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

harus dilakukan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkannya.

E. Instrumen Penelitian

Intrumen dalam penelitian ini menggunakan angket dan observasi terstruktur dengan ketentuan sebelum melakukan observasi terstruktur harus dibuat kisi-kisi sebagai indikator dari proses sosial dan terlebih dahulu diuji reliabelitas dan validitasnya. Angket proses sosial disusun dengan menggunakan skala likert, untuk dapat mengetahui validitas dan realibilitasnya angket terlebih dahulu dilakukan uji coba. Validitas dalam intrumen ini dihitung dengan menggunakan korelasi product moment dari pearson dan realibilitasnya dihitung dengan menggunakan split-half.

Adapun berikut rumusan variabel, subvariabel, dan indikator proses sosial dalam penelitian ini yang disesuai kan berdasarkan tinjauan teoritis pada bab II.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Sumber : Budiman (2009, hlm. 103)

Variabel Sub Variabel Indikator

proses sosial 1. proses asosiatif

a. Kerja sama  menyadari mempunyai kepentingan yang

sama

kewajiban situasional/terpaksa dilakukan

memperoleh hasil yang lebih besar

b. Akomodasi keseimbangan dalam interaksi sosial

(33)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu kebiasaan

a. Persaingan menyalurkan keinginan berkompetisi

cara seleksi

 mempertajam prasangka tanpa ancaman/kekerasan

 protes dan menghalang-halangi pihak lain

 mengganggu dan mengacaukan rencana pihak lain

menyangkal pernyataan orang lain

 melemparkan beban pembuktian pada orang lain

mencaci, mencerca dan menfitnah

(34)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mengumumkan rahasia pihak lain

c. Pertentangan  menentang pihak lawan dengan ancaman

dan kekerasan

perbedaan pendirian dan perasaan

perbedaan kepentingan

disorganisasi struktur

Sebagai alat pengumpul data kuisioner memiliki kelebihan dan

kekurangannya seperti yang diungkapkan Ali (2010, hlm. 285), kelebihannya adalah :

1. dapat mengumpulkan data dari sejumlah besar subyek

2. data yang dikumpulkan lebih objektif dibandingkan dengan wawancara 3. responden dapat menjawab lebih leluasa, tidak dipengaruhi oleh sikap

mental hubungan antara periset dan subjek riset, atau oleh waktu yang tersedia dalam memikirkan jawaban

4. data yang dikumpulkan lebih mudah untuk dianalisis, karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat tetap dan sama antara yang diajukan kepada satu responden dan yang diajukan kepada responden lain, Sementara itu kelemahannya adalah:

1. kuisioner hanya dapat dilakukan kepada orang yang melek huruf dan mengerti bahasa yang digunakan dalam kuisioner itu

2. kadang-kadang pengisian kuisioner dilakukan oleh subjek yang bukan menjadi sampel, dan ini tidak dapat diketahui oleh periset karena proses pengumpulan datanya dilakukan secara tidak langsung.

3. sebagaimana wawancara, kereliabelan dan keobjektifan data yang dikumpulkan melalui kuisioner sering kali dipertanyakan, terutama bila dalam pengembangannya tidak memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan dan pengembangan instrumen riset.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Suatu intrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tersebut maka digunakan rumus sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Uji validitas instrument angket dengan menggunakan Pearson Product Momen (PPM)

(35)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Keterangan : = koefisien korelasi suatu butir item N= Jumlah subjek

X= Skor suatu butir item Y= Skor total

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument menggunakan Alpha Cronbach dengan rumus :

Keterangan : = Reliabilitas tes = Banyak butir tes

= Variansi skor total = Jumlah variansi butir tes

Pengujian realibilitas dan validatas instrumen dilakukan di SMPN 1 Cimahi pada tanggal 5 maret 2014, alasan pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada kesamaan karakteristik siswa yang ada dengan siswa dimana penelitian dilakukan, adapun hasil dari perhitungan validitas dan reliabilitas diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 3.7

Tabel 3.7

Data Hasil Uji Validitas

No. Soal rxy r Tabel Keterangan

1 0,52 0,25 valid

2 0,33 0,25 valid

3 0,35 0,25 valid

4 0,45 0,25 valid

5 0,57 0,25 valid

6 0,31 0,25 valid

7 0,48 0,25 valid

8 0,35 0,25 valid

9 0,48 0,25 valid

(36)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(37)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dari tabel 3.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 53 soal yang diuji cobakan terdapat 46 butir soal yang valid dan 7 butir soal yang tidak valid. Kemudian nilai relibilitas angket proses sosial yang didapat adalah 0,60 yang termasuk ke dalam katagori sedang, yang artinya instrumen tersebut masih dapat dipergunakan, adapun rincian dari perhitungan validitas dan reliabilitas tersebut dapat dilihat pada lampiran yang tersedia.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket proses sosial yang terdiri dari proses asosiatif dan disosiatif yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang diberikan kepada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol kemudian dengan didukung dari hasil observasi yang dilakukan selama treatment diberikan.

H. Analisis Data

Pengolahan dan Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 17 dengan urutan analisis data sebagai berikut.

1) Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Data. Langkah pengujiannya yaitu melalui Analyze – descriptive statistics - explore

2) Menghitung gain Pretest & Posttest, dengan membandingkan data yang tertera dalam tabel deskriptive data.

(38)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan interaksi sosial dalam kontek asosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dengan model konvensional, akan tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan.

2. Terdapat perbedaan interaksi sosial dalam kontek disosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dengan model konvensional.

3. Terdapat perbedaan interaksi sosial dalam kontek asosiatif dan disosiatif antara yang menggunakan model cooperative learning tipe TGT dengan model konvensional.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada para guru pendidikan jasmani khususnya tingkat SMP, yang ingin mengembangkan keterampilan sosial siswa khususnya proses sosialnya dapat menggunakan model kooperatif tipe TGT.

2. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mengimplementasikan pelajaran pendidikan jasmani di tingkat SMP pada kurikulum 2013 yang lebih menitik beratkan pola pembelajaran yang berpusat kepada siswa.

(39)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

khusus dan masyarakat pada umumnya dapat menjadi bagian dari masyarakat yang utuh atau sebagai mahluk sosial.

(40)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alfermann, D. Teacher-Student Interaction and Interaction Patterns In Student Group. Dalam Auweele. Y.v (1999) Psychology For Physical Educators. Human kinetics

Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung : Pustaka Cendekia Utama

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Broek, G. V. Dkk. (2011). Comparison Of Three Instructional Approaches To Enhance Tactical Knowledge In Volleyball Among University Students. Journal Of Teaching In Physical Education, 30, 375-392. Tersedia : Online.

Budiman, D. (2009). Model Pengembangan Proses Sosial Siswa dengan Metode dan Pendekatan Pembelajaran Penjas. Tesis UPI.

Choi, J. Johnson, D. W. And Roger J. (2011). Relationships Among Cooperative Learning Experiences, Social Interdependence, Children’s Aggression, Victimization, and Prosocial Behaviors. Journal of Applied Social Psychology, 2011,41, 4, pp. 976–1003.Wiley Periodicals, Inc.

Darnis, F. And Lucile L. (2013). Cooperative Learning and Dyadic Interactions: Two Modes Of Knowledge Construction In Socio-Constructivist Settings For Team-Sport Teaching. Journal Physical Education And Sport Pedagogy, 2013 Tersedia Online Http://Dx.Doi.Org/10.1080/17408989.2013.803528

Dyson, B. (2001). Cooperative Learning In An Elementary Physical Education Program. Journal Of Teaching In Physical Education, 2001.20, 264-281

Dyson, B. (2002). The Implementation Of Cooperative Learning In An Elementary Physical Education Program. Journal Of Teaching In Physical Education, 2002, 22, 69-85

(41)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dyson, B. Dkk. (2010). The Ecology of Cooperative Learning in Elementary Physical Education Classes. Journal of Teaching in Physical Education, 2010, 29, 113-130

Fraenkel, J. R. et al. (1993). How To Design and Evalute Research In Education. New York: McGraw Hill-Inc.

Garn, A. C. and Cothran, D. J. (2006). The Fun Factor in Physical Education. Journal of Teaching in Physical Education, 2006, 25, 281-297

Gerungan, W.A (2009). Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama

Goudas, M. And Evmorfia M. (2009). The Effects Of A Cooperative Physical Education Program On Students’ Social Skills. Journal Of Applied Sport

Psychology, 21, 356-3 64. Tersedia Online

Http://Www.Tandf.Co.Uk/Journals/Titles/10413200.Asp

Hendrayana, Y. (2005). Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI

Hoedaya, D. (2005). Empati Dalam Kehidupan Bermasyarakat: Tinjauan Potensi Pendidikan Jasmani Dalam Pendidikan Watak. FPOK UPI.

Huda, M. (2012). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga.

Husdarta, J.S. (2009). Manajemen Pendidikan jasmani. Bandung:Alfabeta

Juliantine, T. Dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. FPOK UPI

Kusmaedi, N. Dkk. (2007). Perkembangan sepanjang rentang kehidupan. Bandung: FPOK UPI

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(42)

Didik Subhakti Prawira Raharja, 2014

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PRILAKU INTERAKSI SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pangrazi and Daeur. (1995). Dynamic Physical Education For Elementary School Children. Massachusetts: allyn and bacon, inc.

Santoso, S. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Pt. Reflika Aditama. Bandung Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung :

Nusa Media

Soekanto, S. (1990). Sosiolog Suatu Pengantar. Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada. Soekanto, S. dan Sulistyowati, B. (2013). Sosiolog Suatu Pengantar (Edisi

Revisi). Jakarta : Pt. Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmnai. Bandung: Bintang Warli Artika

Suherman, A. (2012). Kontribusi Unik dan Peran Strategis Pendidikan Jasmani dan Olahraga Dalam Menunjang Keberhasilan Pendidikan Secara Keseluruhan. Bandung Dalam Acara Seminar Menyongsong Kurikulum 2013

Suherman, A. (2013). Pembelajaran Tematik Terintegrasi Penjasorkes. Bandung SPs UPI dalam acara pengabdian pada masyarakat. 25 oktober 2013

Gambar

Gambar 3.1 Pengambilan sampel dengan Two Stage Random Sampling
Tabel 3.1 Efektivitas Desain Penelitian
Tabel 3.2 Program Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.3  Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Model Cooperative Learning Type TGT
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tersusunnya rencana dan program kerja Sub Bagian Program, Data dan Informasi untuk menyusun konsep rencana dan program kerja Lembaga Penelitian

bimbinganakademikuntukmereduksiperilakumencontekpesertadidik.Penelitianinimenggu nakanpendekatankuantitatif dengan metode penelitian deskriptif denganjumlahpopulasisebanyak 155

Penelitian yang bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan corak epsitemologi yang dipergunakan oleh para penstudi hukum teoretik di Indonesia dan; (2) mendeskripsikan

Panel yang paling banyak digunakan adalah panel terbuka karena isi cerita komik “One Piece” berupa adegan laga dan banyak memuat adegan ekspresif.. Sedangkan untuk balon kata

Title: I provi g Stude ts’ Speaking Skills through Video (Moderator: Tara Lynn Zahler, M.A.-TESOL).

Melihat kondisi TK tersebut peneliti berinisiatif untuk merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicaradi TK Al-Huda secara

Web ini dirancang agar mahasiswa Gunadarma maupun yang berada diluar kampus ini tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.. Melalui Web ini user dapat

Masalah yang dihadapi perusahaan tersebut saat ini adalah pada sistem pengendalian material yang masih menggunakan cara manual yang sering kali mengakibatkan kesalahan, baik