• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV-A SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV-A SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV-A SD NEGERI 104202 BANDAR SETIA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

SUHARNINGSIH NIM. 0809825018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV-A SD Negeri 104202 Bandar Setia Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini banyak mengalami hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun dengan adanya bimbingan, bantuan, saran, serta kerja sama dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Sudirman Maruhawa, orang tua Ayahanda H. Mucharar Hady dan Ibunda tercinta Hj. Supiyah yang telah memberikan kasih sayang tanpa batas, dukungan moril, materil dan do’a yang tidak pernah berhenti demi keberhasilan penulis.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa tulus penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis ini.

(5)

sebagai narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran untuk perbaikan dalam penelitian ini.

Selanjutnya, Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Sunariadi, S.Pd selaku Kepala SD Negeri No. 104202 Bandar Setia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah yang bersangkutan.

2. Ibu Sri Anita, S.Pd selaku kolaborator yang telah membantu dan menjadi observer selama Penelitian Tindakan Kelas.

3. Bapak/Ibu guru dan segenap pegawai SD Negeri No. 104202 Bandar Setia yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian, sehingga penelitian Tindakan Kelas ini dapat berjalan dengan lancar. 4. Kepada seluruh siswa kelas IV-A yang menjadi subjek penelitian ini. 5. Rekan-rekan Mahasiswa DIKDAS Universitas Negeri Medan atas

partisipasinya.

6. Anak-anak tercinta Irfani Maruhawa, Nurhafni Maruhawa, dan Wahyuni Maruhawa, SE. Yang telah memberikan dukungan dengan kasih sayang. 7. Abang dan kakak (Ir. Suharto, Hj. Suhariyati, H. Suhariyadi, S. Sos.

Adikku Dra. Suhariani, M.Pd, dan Julianto) dalam memberikan motivasi.

(6)
(7)

i ABSTRAK

SUHARNINGSIH NIM: 809825018. ”Meningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV-A SD Negeri 104202 Bandar Setia Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD(Studen Teams-Achievment Division) mudah meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV-A SD Negeri No. 104202 Bandar Setia Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 38 orang dengan komposisi 18 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.

Penelitian ini termasuk tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Tindakan yang digunakan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD. Untuk mengukur kemampuan berbicara siswa data dikumpulkan dengan

menggunakan tes kinerja berbicara dan dianalisis dengan percentages correction, sedangkan untuk mengetahui keaktifan siswa dan keterlaksanaan guru dalam pembelajaran Kooperatif Tipe STAD digunakan lembar observasi dan dokumentasi foto.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas IV-A Bandar Setia mengalami peningkatan hal ini terlihat pada sebelum tindakan nilai rata-rata 43,56, pada siklus I meningkat menjadi 59,76. Hasil ini belum mencapai kriteria keberhasilan. Penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan tindakan perbaikan pada metode, media, desain tempat duduk, dan waktu. Hasil yang diperoleh menjadi 77,39. Adapun persentase ketuntasan sebelum diberikan tindakan berjumlah 4 orang (10,53%), pada siklus I bertambah sebanyak 12 orang (31,57%), dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 34 orang (89,47%).

Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan berbicara siswa kelas IV-A SD 104202 Bandar Setia melalui model Pembelajaran

(8)

ii ABSTRACT

SUHARNINGSIH. Registration Number: 809825018. “Improving Speaking Skill of Grade IV-A State Elementary School 104202 Bandar Setia Students School Year 2011/2012 Through Cooperative Learning Using STAD Model”

This research aims to observe whether the application of Cooperative Learning with STAD model (Student Teams-Achievement Division) would be effective in improving students’ speaking skill ability. The subject of this research is Grade IV-A State Elementary School 104202 Bandar Setia Students of School Year 2011/2012 consists of 38 students with 18 boy students and 20 girl students. This research used Classroom Action Research consists of two cycles. The treatment conducted was Cooperative Learning with STAD model. In measuring students’ speaking skill, the data was collected by using speaking test and analyzed by percentages correction, while in observing students’ activeness and teacher’s role in Cooperative Learning with STAD Model, observation sheet and photographs documentation were used.

The first cycle result of the research shows that the speaking skill of Grade IV-A Bandar Setia students has improved compared with the average before the treatment conducted which is 43,56, at the first cycle has improved into 59,76. This result has not reached the success level yet. The research continued to the second cycle with improved treatment in the term of method, media, and time. And as a result, it has improved into 77,39. Moreover, the completing percentage before giving treatment is four students (10,53%) at the first cycle has increased into twelve students (31,57%) and at the second cycle has increased into 34 students (89,47%).

(9)

vi

2.1.1.2 Pengertian Keterampilan Berbicara ... 15

2.1.1.3 Fungsi Berbicara ... 16

2.1.1.4 Tujuan Berbicara ... 17

2.1.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Berbicara ... 18

2.1.2 Pembelajaran Berbicara ... 20

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif ... 25

2.1.2.1 Pengertian pembelajaran Kooperatif ... 25

2.1.2.2 Karekteristik Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.1.2.3 Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.1.2.4 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 30

2.1.2.5 Keunggulan dan Kelemahan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 34

2.1.2.5.1. Keunggulan dalam Pembelajaran Kooperatif .. 34

2.1.2.5.2. Kelemahan dalam Pembelajaran Kooperatif .... 35

2.1.2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Penerapannya ... 36

2. 2 Penelitian yang Relevan ... 47

2. 3 Kerangka Konseptual ... 48

(10)

vii BAB. III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

3.1.1 Tempat Penelitian ... 52

3.1.2 Waktu Penelitian ... 52

3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 52

3.3 Metode dan Rancangan Penelitian ... 53

3.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .... 67

3.7 Indikator Keberhasilan ... 67

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 69

4.1.1. Deskripsi Keadaan Awal Kemampuan Siswa .. 69

4.1.2. Deskripsi Data Siklus I ... 73

4.1.2.3.2. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa 95 4.1.2.3.3. Hasil Observasi Kelas ... 101

4.1.3.4. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa 122 4.1.3.5. Observasi Kelas ... 128

4.1.3.6. Refleksi ... 130

(11)

viii

4.3. Pembahasan Penelitian ... 137 4.3.1. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV-A

SD Negeri 104202 Setia ... 137 4.3.2. Perubahan Tingkah laku Siswa Kelas IV-A ... 140

SD Negeri 104202 Setia

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 144

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 146 5.2. Saran ... 150

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Harian Siswa Kelas IV-A TP. 2010/2011 ... 4

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 38

Tabel 2.2 Nama Siswa Kelas IV-A ... 43

Tabel 2.3 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ... 46

Tabel 2.4 Perhitungan Penghargaan Kelompok ... 47

Tabel 3.1 Rencana Tindakan Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 56

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Ketrampilan Berbicara ... 64

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Keterampilan Berbicara ... 66

Tabel 4.1 Data Kemampuan Berbicara Siswa pada Pratindakan ... 70

Tabel 4.2 Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Pratindakan ... 71

Tabel 4.3 Data Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I ... 96

Tabel 4.4 Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I ... 97

Tabel 4.5 Observasi Keterlaksanaan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I ... 102

Tabel 4.6 Data Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II ... 123

Tabel 4.7 Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II ... 124

Tabel 4.8 Observasi Keterlaksanaan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus II ... 129

Tabel 4.9 Data Nilai Rata-rata dan Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pratindakan, Siklus I, Siklus II ... 135

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Kualitas Berbicara Siswa Siklus I ... 227

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Klasifikasi kualitas Berbicara Siswa Siklus II ... 228

(13)

x

Gambar 2.2 Hasil yang Diperoleh Siswa dari Pembelajaran Kooperatif 28 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan ... 55

Gambar 4.1 Diagram Hasil Keterampilan Berbicara Pratindakan ... 72

Gambar 4.2 Aktifitas Peneliti Saat Menyajikan Materi ... 77

Gambar 4.3 Aktifitas Siswa Saat Menjawab Pertanyaan Guru ... 78

Gambar 4.4 Aktifitas Siswa Saat Menyelesaikan Tugas ... 79

Gambar 4.5 Aktifitas Siswa Saat Berlatih Berbicara dalam Kelompok …………. ... 80

Gambar 4.11 Diagram Hasil Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I . 98 Gambar 4.12 Peneliti Memberikan Bimbingan Pada Kelompok ... 109

Gambar 4.13 Siswa Berlatih Menjelaskan Cara Menggosok Gigi ... 110

Gambar 4.14 Peneliti Memberikan Bimbingan Pada Kelompok ... 112

Gambar 4.15 Siswa Berlatih Menjelaskan Cara Minum Fitkom Sirup 113

Gambar 4.16 Siswa Berlatih Menjelaskan Cara Mengaktifkan Telepon Genggam … ... 117

Gambar 4.17 Data Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I ... 125

Gambar 4.18 Diagram Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Bentuk Nilai Rata-rata ... 136

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SK dan KD ... 147

Lampiran 2. Skenario Pelaksanaan tindakan Lampiran 2.1 Skenario Pertemuan I Siklus I ... 148

Lampiran 6. Instrumen Penilaian Lampiran 6.1 Instrumen Penilaian Siklus I ... 203

Lampiran 6.2 Instrumen Penilaian Siklus II ... 204

Lampiran 6.3 Kunci Jawaban Penilaian Siklus I ... 205

Lampiran 6.4 Kunci Jawaban Penilaian Siklus I ... 206

Lampiran 7. Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Belajar dan Kelompok Lampiran 7.1 siklus I ... 207

Lampiran 7.2 Siklus II ... 209

Lampiran 8. Lembar Observasi Ketrampilan Berbicara Lampiran 8.1 Pratindakan ... 211

Lampiran 8.2 Siklus I ... 213

Lampiran 8.3 Siklus II ... 215

(15)

xii

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbicara merupakan aktivitas komunikasi lisan yang sering dilakukan

orang dalam kehidupannya sehari-hari di lingkungan keluarga, lingkungan kerja,

lingkungan masyarakat, lingkungan pergaulan, bahkan dalam pendidikan pun proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa umumnya disampaikan secara lisan.

Keterampilan berbicara memegang peranan yang sangat penting bagi manusia dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Setiap pembicara dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaannya, terampil menangkap dan menyampaikan informasi yang diterimanya saat berbicara. Hal ini, mengandung maksud bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang runtut dan efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikannya.

(17)

2

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa di sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (dengan pemahaman), berbicara, membaca (dengan mengerti), dan menulis. Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seorang siswa.

Keterampilan berbicara yang dimiliki siswa akan membentuk dirinya menjadi generasi penerus bangsa yang kreatif, mampu berbicara dengan tuturan yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Tanggap dan kritis terhadap masalah-masalah yang dihadapi, mampu mengajukan beberapa alternatif dalam memberikan tindakan yang tepat, secara sistematis dalam berbagai situasi, dan menjadi manusia bagian dari peradaban moderen yang mampu menguasai ilmu dan teknologi dan sekaligus mampu mengkomunikasikannya secara baik pula.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah pada salah satu Standar Kompetensi (SK) untuk siswa kelas IV Semester satu khususnya aspek berbicara adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan secara lisan tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan obat. Dalam hal ini dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD) yaitu 2.1

Mendeskripsikan tempat sesuai dengan denah atau gambar dengan kalimat yang runtut, dan KD 2.2 Menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar. Melalui kedua KD inilah diharapkan dapat mewujudkan

tujuan dari mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Siswa kelas IV-A seharusnya sudah memiliki kemampuan mendeskripsikan

(18)

3

menjelaskan penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar. Tetapi kenyataanya, siswa belum memiliki keterampilan berbicara. Ketidakmampuan siswa dalam berbicara dapat terlihat saat siswa kelas IV-A yang ditugaskan guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai denah atau gambar dengan kalimat yang runtut isi pembicaraannya masih kurang relevan dengan topik pembicaraan, tidak sistematis dan selalu diulang-ulang, pelafalannya kurang tepat dan tidak jelas, suaranya terdengar pelan dan intonasinya masih datar, masih merasa takut salah dalam mengeluarkan idenya.

Pada saat berbicara badan terlihat kaku dan tidak luwes karena merasa malu saat berdiri di depan kelas. Lebih banyak menundukkan kepala dan tidak berani menatap ke arah pendengar, akibatnya isi pembicaraan tidak jelas dan komunikasi menjadi tidak lancar. Bahkan ada beberapa orang siswa yang tidak mau sama sekali berbicara ketika ditunjuk ke depan kelas walaupun sudah di dipancing, mereka terlihat masih ragu dan tidak percaya diri.

Pembelajaran berbicara menjadi membosankan dan menakutkan karena siswa menemui kesulitan untuk mengungkapkan ide dan pikirannya. Hal ini disebabkan siswa belum memiliki kemampuan: (1) mengidentifikasi denah/gambar secara detil, (2) memilih dan menggunakan kata yang tepat, (3) menata ide secara sistematis dan runtut, (4) berbicara dengan kualitas suara, lafal, dan intonasi yang baik, (5) belum terbiasa mengomunikasikan idenya di depan kelas.

(19)

4

mengungkapkan kembali isi teks umumnya disebabkan karena daya imajinasi siswa masih rendah. Sehingga teks yang dibacanya tidak dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa.

Rendahnya keterampilan berbicara siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada semester I dan II kelas IV-A Tahun Pelajaran 2010/2011 untuk empat aspek pembelajaran bahasa Indonesia pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Daftar Rata-rata Nilai Harian Siswa Kelas IV-A T.P 2010/2011

NO Aspek KKM

Rata-rata Nilai Harian Tahun Pelajaran 2010/2011

Semester

I II

1. Mendengarkan 70 72 74

2. Berbicara 68 64 65

3. Membaca 70 73 74

4. Menulis 68 70 72

Sumber : Daftar nilai kelas IV-A SD Negeri 104202 Bandar Setia Tahun Pelajaran 2010/2011)

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada aspek berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ternyata masih memiliki nilai di bawah KKM dibanding dengan aspek berbahasa yang lain. Perolehan nilai ini masih memerlukan pembenahan-pembenahan ke depan terhadap komponen-konponen pembelajaran yang dituangkan dalam model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari kompetensi yang diharapkan.

Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa sebagai subyek terlibat secara

aktif baik fisik maupun emosinya. Siswa berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan

(20)

5

menyenangkan apabila materi pembelajaran mengacu pada wacana yang digunakan sebagai sarana memahirkan siswa dalam menggunakan bahasa. Oleh karena itu, metode dan teknik pembelajaran harus didukung dengan model-model pembelajaran yang memungkinkan siswa berlatih menggunakan bahasa sebagaimana berkomunikasi senyatanya di masyarakat Sumadi (2010: 241).

Sayangnya dalam kegiatan belajar mengajar masih sedikit guru yang menekankan keterlibatan siswa. Guru masih mendominasi proses pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah dan berusaha untuk menuangkan semua ilmu dan pengetahuannya kepada siswa secara lisan dan tulisan. Akibatnya, siswa cenderung lebih pasif dan tidak mandiri.

Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasasi oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karir dapat juga ditentukan oleh terampil tidaknya ia berbicara, untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah-sekolah, terutama Sekolah Dasar membekali siswa dengan memperbanyak latihan-latihan keterampilan berbicara.

(21)

6

melalui pembelajaran bahasa Indonesia dengan cara memberikan latihan secara menerus dengan mengintegrasikan keempat aspek tersebut.

Kenyataannya orientasi guru dalam pembelajaran hanya mengacu kepada tingkat kebahasaan atau materi ajar, belum sampai pada bagaimana cara menggunakan keterampilan berbahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Sesuai yang dituliskan dalam (harian Kompas edisi 5 Juli 2004), “Belum semua guru bahasa menyadari pembelajaran bahasa bertujuan

meningkatkan keterampilan berbahasa” Keterampilan berbahasa adalah

kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan http://www2.kompas-cetak/0407/06/humaniora/. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih menekankan pada ranah kognitif saja.

Mengingat tujuan akhir dari pembelajaran bahasa adalah siswa mampu berkomunikasi secara aktif, maka dalam pembelajaran bahasa pada ranah psikomotor juga harus menjadi perhatian guru. Siswa adalah objek dan subjek dari kegiatan pengajaran, karena itu inti dalam proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa. Mengajarkan keterampilan berbicara harus lewat penggunaan bahasa bukan menekankan pada kebahasaan atau materi bahasa. Kalaupun ada kebahasaan yang diambil selalu dikaitkan dengan penerapannya.

(22)

7

Berdasarkan hasil refleksi dan perbincangan antara peneliti dengan teman sejawat terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV-A selama ini, bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia kurang dirancang dan didesain dengan model yang tepat dengan tujuan pembelajaran.

Sukamto, dkk (dalam Trianto 2009: 22) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Salah satu upaya yang dianggap efektif untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang selama ini dilaksanakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah menerapkan model pembelajaran Cooferative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dalam mengajarkan keterampilan berbicara didasari oleh teori Elaborasi Kognitif. Dalam penelitian di bidang psikologi kognitif Wittock dalam Slavin (2008: 38) menyatakan “Jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi”.

(23)

8

Dalam pembelajaran berbicara para siswa mengambil peranannya sebagai pembicara, sementara teman yang lain menjadi pendengar yang bertugas mengoreksi bagian-bagian yang salah, mengisi bagian materi yang belum ada, serta mencari solusi dalam memecahkan masalah. Mereka berbicara dalam menyampaikan penjelasan tidak hanya belajar dan menerima materi yang disajikan dari guru, tetapi dapat belajar dari siswa lainnya dan memiliki kesempatan untuk memberikan pembelajaran melalui tugas sebagai tutor sebaya dalam kelompok.

Para siswa yang menerima penjelasan elaborasi lebih banyak belajar daripada siswa yang belajar sendiri-sendiri. Sedangkan siswa yang berperan sebagai pemberi penjelasan (Peer Tutor) lebih banyak belajar daripada siswa yang berperan sebagai penerima penjelasan. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, tetapi juga ditentukan oleh perolehan yang dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.

Mengingat pentingnya peranan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari maka pengajaran berbicara harus mendapat perhatian yang khusus. Agar peneliti dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi di kelas IV-A, maka perlu diadakan tindakan penelitian kelas. Tujuannya adalah untuk membuktikan dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Maka penelitian ini diberi judul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV-A SD Negeri 104202

Bandar Setia Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

(24)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas, kondisi yang ada saat ini adalah : (1) Siswa belum memiliki kemampuan mendeskripsikan tempat berdasarkan denah kelas secara runtut, (2) siswa belum memiliki kemampuan menjelaskan penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar, (3) nilai hasil ulangan siswa pada aspek berbicara masih rendah, (4) siswa kurang aktif dalam belajar, (5) guru masih mendominasi pembelajaran dengan metode konvensional, (6) pembejaran bahasa Indonesia masih menekankan pada aspek kebahasaan, guru kurang melatih siswa dalam berbicara di depan kelas, (7) guru kurang memahammi penerapan model dalam pembelajaran bebicara

1.3. Pembatasan Masalah

(25)

10

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) apakah penggunaan model pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD dapat menjadikan siswa mampu mendeskripsikan suatu

tempat berdasarkan denah dengan kalimat yang runtut? (2) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menjadikan siswa mampu menjelaskan penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar? (3) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menjadikan nilai siswa meningkat? (4) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dapat menjadikan siswa aktif dalam kelompok dan belajar berbicara?

(5) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menghindarkan guru mendominasi dalam pembelajaran berbicara? (6) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menjadikan guru melatih siswa berbicara di depan kelas? (7) apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menjadikan guru memahami teknik dalam pembelajaran bebicara? (8) bagaimanakah model pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran keterampilan

berbicara siswa kelas IV-A SD No. 104202 Bandar Setia tahun pelajaran 2011/2012?

1.5. Tujuan Penelitian

(26)

11

dengan kalimat yang runtut, (2) menjadikan siswa mampu menjelaskan penggunaan suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar, (3) menjadikan nilai siswa meningkat, (4) menjadikan siswa aktif dalam kelompok dan belajar berbicara, (5) menghindarkan guru mendominasi dalam pembelajaran berbicara, (6) menjadikan guru memahami teknik dalam pembelajaran bebicara, (7) menjadikan guru memahami teknik dalam pembelajaran bebicara, (8) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas IV-A SD No. 104202 Bandar Setia tahun pelajaran 2011/2012.

1.6. Manfaat Penelitian

Penilitian yang dilaksanakan di SD Negeri 104202 Bandar Setia tahun pelajaran 2011/2012 ini menurut peneliti memiliki beberapa manfaat yaitu:

1.6.1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan: (1) Proses pembelajaran bahasa Indonesia menyenangkan, (2) pemerolehan kosa kata siswa meningkat, (3) keberanian siswa untuk berbicara meningkat, (4) keterampilan berbicara siswa meningkatkan.

1.6.2. Bagi Guru

(27)

12

praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif, (3) memberikan pengetahuan terhadap guru dalam memilih dan memvariasikan model, metode pembelajaran yang tepat dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran, (4) dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada aspek berbicara.

1.6.3. Bagi Sekolah

(28)

146

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari kajian penelitian ini adalah:

Pertama, Siswa dapat mendeskripsikan suatu tempat berdasarkan denah

dan gambar, kemampuan siswa dapat dilihat dari hasil berbicara siswa ketika menjelaskan denah kelas isi pembicaraannya sudah mulai runtut. Siswa sudah dapat mengidentifikasi denah/gambar secara detil, walaupun isi pembicaraannya masih selalu diulang-ulang dan kurang lancar. Ketidaklancaran berbicara siswa disebabkan siswa belum memiliki kosa kata yang banyak dan belum dapat memilih kata yang tepat. Disamping itu siswa belum mampu menata ide secara sistematis karena masih malu-malu dan ragu dalam mengungkapkan idenya. Dalam berbicara pun siswa belum lancar, kualitas suara, lafal, mimik dan gesturnya masih belum baik.

Kemampuan berbicara siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata siswa setelah diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Pada siklus I mulai berubah, walaupun masih minim yaitu dari nilai

rata-rata 43,56 menjadi 59,76 dan persentase ketuntasan menunjukkan perubahan dari 4 orang atau sebesar 10,52% menjadi 12 orang atau sebesar 31,57%.

Kedua, siswa dapat menjelaskan cara menggunakan suatu alat dengan

(29)

147

Walaupun demikian, hasil belajar siswa sudah menunjukkan adanya perubahan bila dibanding dengan hasil nilai pada siklus I. Perubahan nilai tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siklus I sebesar 59,76 berubah pada siklus II menjadi 77,39 dan persentase ketuntasan dari 12 orang atau sebesar 31,57% menjadi berubah pada siklus II menjadi 34 orang atau sebesar 89,47%. Perolehan nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa tersebut sudah menunjukkan indikator keberhasilan dalam tindakan.

Ketiga, penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat

menjadikan nilai siswa meningkat. Peningkatan nilai rata-rata dapat dilihat dari hasil pratindakan ke siklus I sebesar 16,2 dan pada siklus II meningkat sebesar 17,63. Peningkatan pada ketuntasan belajar siswa dari pratindakan ke siklus I sebanyak 8 orang atau sebesar 21,07%. pada siklus II sebanyak 22 orang atau sebesar 57,9%.

Keempat, penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat

(30)

148

orang yang menjawab pertanyaan guru dan teman, pada siklus II meningkat menjadi 23 orang.

Sebanyak 20 orang yang memiliki perhatian terhadap pelajaran, pada siklus II meningkat sebanyak 34 orang. Sebanyak 21 orang siswa memanfaatkan media pembelajaran, pada siklus II meningkat sebanyak 35 orang. Sebanyak 14 orang yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu, pada siklus II menjadi 30 orang. Sebanyak 15 orang yang bertanggung jawab terhadap tugas, pada siklus II menjadi 30 orang, sebamyak 25 orang yang mau berlatih berbicara dan pada siklus II menjadi 36 orang. Sebanyak 12 orang siswa yang mondar-mandir di kelas pada siklus II berkurang menjadi 1 orang, siswa mengganggu teman sebanyak 13 orang pada siklus II berkurang menjadi 1 orang, siswa yang mengobrol dengan temannya sebanyak 19 pada siklus II berkurang menjadi 3 orang, dan sebanyak 15 orang yang tidak bersemangat belajar pada siklus II berkurang menjadi 4 orang. Berdasarkan hasil observasi siswa tersebut sudah menunjukkan aktivitas siswa dalam belajar sudah dalam kategori baik.

Kelima, penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat

menghindarkan guru mendominasi pembelajaran dan menjadikan siswa aktif dalam belajar. Hal ini dapat terjadi karena dalam pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompoknya

(31)

149

Keenam, Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat menghindarkan guru menyajikan materi hanya bersifat kebahasaan/teori saja, tetapi membuat guru lebih mudah untuk mengaitkan keempat aspek berbahasa dan sekaligus melatih siswa berbicara. Mengajarkan keterampilan berbicara harus lewat penggunaan bahasa bukan menekankan pada kebahasaan atau materi bahasa. Kalaupun ada kebahasaan yang diambil selalu dikaitkan dengan penerapannya.

Ketujuh, Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat memberikan

pemahaman kepada guru untuk memilih dan menetapkan model, metode dan teknik dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Khusunya dalam mengembangkan keterampilan berbicara siswa, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sesuai dengan tahapan pembelajaran terus mengalami kemajuan pada siklus I dari nilai 83,33 menjadi meningkat sebesar 92,85, ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD suadah dalam kategori baik dan menunjukkan indikator keberhasilan dalam tindakan.

Dari uraian di atas membuktikan bahwa Model pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dapat diterapkan pada siswa SD kelas IV dan pada mata pelajaran

bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara. Selain itu dapat menjadikan

Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan bagi siswa.

(32)

150

siklus II, proses dan hasil belajar jadi meningkat, siswa dapat lebih mudah berlatih berbicara tanpa rasa malu dan takut salah ketika berbicara.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

Bagi guru khususnya guru bahasa Indonesia diharapkan selalu mengembangkan kemampuan dirinya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif kepada siswa karena model ini dapat memotivasi, meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa.

Diharapkan guru dapat menerapkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara,

karena model ini dapat menjadikan Pembelajaran yang Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan bagi siswa.

Bagi guru yang mengajarkan bahasa agar tidak mengajarkan kebahasaan saja, tetapi lebih banyak melatih siswa menggunakan bahasa secara terintegrasi dari empat aspek berbahasa, khususnya pada aspek berbicara.

Diharapkan para guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran terutama pada aspek berbicara.

(33)

151

(34)

152

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah

Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Arifuddin, 2010. Neoropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Pres.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Alwasilah, & Azies Furqanul. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori

dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.

Budiningsih, C.Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta. Barbara, & James, 2009. Language and Literacy Development: What Educators

Need to Know. London: Guilford Press.

Brown, H. Douglas, 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Cooperative Learning. PTK tidak diterbitkan.

Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar

Bahasa. Jakarta: Indeks.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djago, & Tarigan H.G. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan berbahasa.:

Bandung: Angkasa.

Fauziah. 2010. Upaya Peningkatan kemampuan Keterampilan Berbicara Bahasa

Inggeris Melalui Model Pembelajaran Cooperatif learning Pada Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam (Classroom Action Reseach). Tesis tidak

diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan

Komunikasi Antara Peserta Didik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

(35)

153

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Anita, Lie 2008. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nurchalis, & Mafrukhi. Saya Senang Berbahasa Indonesia (Sasebi) jilid 4, Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanaky, Hujair, A.H. 2009. Media Pembelajaran. Jogjakarta: Safira Insani Press.

Sagala. 2009. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Subiyakto, & Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Suwandi, & Basrowi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Slavin, Robert. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Sumadi. 2010. Penilaian Hasil Pembelajaran kemahiran Berbahasa Indonesia

dengan pendekatan Komunikatif. Cakrawala Pendidikan. (online) jilid

XXIX, No. 2. (www.sumadi.um.ac.id, diakses 20 Februari 2011)

Semi, Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa–Buku 1, Bandung:

Angkasa.

--- 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan, Bandung : Angkasa Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif,

(36)

154

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Rata-rata Nilai Harian Siswa Kelas IV-A T.P 2010/2011

Referensi

Dokumen terkait

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Projek Akhir Arsitektur tahap Landasan Teori dan Program dengan judul : Asrama Haji Embarkasi dan Debarkasi Jateng di Boyolali

Dinas Pendidikan Kabupaten memilih dan menetapkan satu orang guru laki-laki dan satu orang guru perempuan sebagai calon penerima penghargan guru sekolah dasar berdedikasi

Penelitian dilakukan untuk menentukan kondisi kualitas perairan Sungai Banyuputih ditinjau dari beberapa faktor fisikawi dan kimiawi serta struktur populasi Ikan

ern issues by way of trying to establish a new Qur'ànic exegesis, void of the heary classical reliance on tadition in the classical commen- taries of the Qur'àn. In

Konversi dari BBM ke BBG sangat banyak manfaatnya, baik dari segi penghematan bahan bakar maupun penghematan subsidi. Untuk itu, perlu komitmen yang kuat dari

Selulosa asetat sangat diperlukan dalam proses pembentukan nano serat dalam bentuk larutan pada proses electrospinning. 3 Selulosa asetat adalah bahan kristal

[r]