BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Supervisor Pendidikan
1. Pengertian Supervisor Pendidikan
Sebelum membahas mengenai istilah supervisor pendidikan, alangkah
lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian supervisi
dalam pendidikan. Menurut Sagala, supervisi yaitu sebagai bantuan dan
bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional
guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,
koordinasi dan bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan
jabatan guru secara individual maupun kelompok.1
Selain itu, menurut Bafadal, supervisi adalah suatu layanan profesional
berbentuk pemberian bantuan kepada personel sekolah dalam meningkatkan
kemampuannya sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan
perubahan penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian
tujuan sekolah.2
Sedangkan yang dimaksud supervisor merupakan orang yang
melakukan supervisi dalam pendidikan.3 Menurut Shulhan, supervisor yaitu
1Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 195
2Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 72
orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru, menimbulkam
motif guru ke arah peningkatan suasana proses belajar mengajar yang lebih
baik.4
Kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang apalagi oleh orang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu, karena
seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.5 Tidak hanya itu, seorang supervisor biasanya adalah seorang
status leader oleh kedudukannya dan oleh karena itu ia memikul
tanggungjawab untuk merealisasikan potensi kreatifitas dari orang yang
dibina dalam memecahkan setiap problema dengan cara mengikut sertakan
orang lain untuk berpertisipasi bersama.6
Oleh karena itu, supervisi pendidikan merupakan kegiatan yang harus
dilakukan guna membantu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Sedangkan supervisor
hendaknya memahami bagaimana supervisi dilakukan guna menghindari
kesalahpahaman dengan guru yang disupervisi.7
4Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 73
5Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 36
6Piet A. Sahertian, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 10
2. Tujuan dan Prinsip Supervisi.
Supervisi tidak terjadi begitu saja. Oleh kerena itu, dalam setiap
kegiatan supervisi terkandung maksud-maksud tertentu yang ingin dicapai dan
hal itu terakumulasi dalam tujuan supervisi. Tujuan dapat berfungsi sebagai
arah atau penuntun dalam melaksanakan supervisi, serta dapat sebagai tolok
ukur dalam menilai efektif-tidaknya pelaksanaan supervisi dan berkaitan erat
dengan tujuan pendidikan di sekolah.8
Secara umum tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan dan
mencapai proses belajar mengajar yang relevan dan efektif melalui
peningkatan kemampuan guru.9 Selain itu, Arikunto mengemukakan tujuan
utama kegiatan supervisi pendidikan adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personel tersebut
mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam melaksanakan proses
pembelajaran.10
Sejalan dengan hal tersebut, tujuan umum dari supervisi pendidikan
adalah:
1) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang
sanggup berdiri sendiri.
8Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 41
9Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 194
2) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan
dewasa yang berpancasila.
3) Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.11
Bertitik tolak dari tujuan supervisi secara umum diatas, maka tujuan
supervisi secara khusus adalah:
1) Meningkatkan kinerja siswa di sekolah dalam perannya sebagai peserta
didik agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.
2) Meningkatkan mutu kinerja guru di sekolah sehingga berhasil membantu
dan membimbing siswa mencapai prestasi belajar dan pribadi
sebagaimana diharapkan.
3) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran.
4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang
ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal.
6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan
sekolah pada umumnya.12
11http://khairuddinhsb.wordpress.com/2008/10/19/supervisi-pendidikan/, diakses 16 April 2010.
Selain itu, Sagala juga merumuskan tujuan-tujuan supervisi
pendidikan secara khusus, yang meliputi:
1) Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
3) Membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diaknosis secara
kritis terhadap aktifitas dan kesulitan dalam belajar mengajar.
4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya
terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif.
5) Memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara
maksimal.
6) Membantu pimpinan sekolah untuk memopulerkan sekolah kepada
masyarakat dalam pengembangan program-program pendidikan.
7) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang
tidak wajar dan kritik-kritik tidak sehat dari masyarakat.
8) Membantu kepala sekolah dan guru untuk mengevaluasi aktifitasnya
dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik.
9) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan antar guru.13
Kegiatan supervisi haruslah merupakan kegiatan tolong menolong
yang berlangsung terus menerus dan sistematis yang diberikan kepada
guru-guru agar mereka semakin bertumbuh dan berkembang. Seorang supervisor
dalam melaksanakan kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha
mencapai tujuan hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip berikut :
1) Prinsip fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap
supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah
seorang supervisor sejati.14
2) Prinsip ilmiah
a. Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, berencana dan kontinyu.
b. Objektif, artinya bukan di dasarkan atas prasangka tetapi didasarkan
atas data-data objektif/informasi.
c. Menggunakan instrument yang baik dalam mengumpulkan
data/informasi.
3) Prinsip demokratis, yaitu berdasarkan atas dasar musyawarah.
4) Prinsip kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi kerjasama.
5) Prinsip konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta
mendorongnya untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar
yang lebih baik.
6) Prinsip terbuka, yaitu bahwa kegiatan supervisi dilakukan dengan terbuka
dan terus terang dengan pemberitahuan terlebih dahulu.
7) Prinsip komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai dari kepala
sekolah, guru-guru, tata-usaha, dan meliputi semua aspek yaitu kurikulum,
sarana, ketatalaksanaan, keuangan, kesiswaan dan humas.15
3. Fungsi, Tugas dan Peranan Supervisor
Fungsi utama supervisi pendidikan tidak hanya ditujukan pada
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, namun juga untuk
mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi
guru. Seperti yang dirumuskan oleh Sahertian, supervisor dalam pendidikan
mempunyai 8 fungsi, yaitu :
1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
3) Memperluas pengalaman guru-guru.
4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.
6) Menganalisis situasi belajar-mengajar.
7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.
8) Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.16
15Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hal. 379
16Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Di samping itu, menurut Suhardan supervisor memiliki empat fungsi
penting yang harus diperankan dalam setiap tugasnya, yaitu :
a) Fungsi pengawasan umum terhadap kualitas kinerja guru dalam
membelajarkan peserta didiknya.
b) Membantu guru untuk dapat memahami peserta didik bermasalah yang
perlu mendapat bantuan dalam memecahkan masalah belajarnya.
c) Menyediakan informasi baru yang relevan dengan tugas dan kebutuhan
baru yang harus dilaksanakan guru, kemudian menyampaikan dalam
pembinaan.
d) Sebagai seorang konsultan seorang supervisor harus cakap dan terampil
memberi bantuan dalam memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi
guru dalam menjalankan tugas utamanya.17
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa supervisor mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam upayanya membantu untuk meningkatkan
kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran di sekolah. Sehubungan
dengan hal tersebut, Depdiknas (1994) dalam Banun merumuskan tugas
supervisor meliputi; (1) peningkatan kemampuan guru mengelola kegiatan
belajar-mengajar; (2) memperbaiki dan meningkatkan sikap profesional guru
yang berkaitan dengan kemampuan mengelola kegiatan belajar-mengajar.18 Di
samping itu, terdapat pula tugas-tugas yang wajib dilaksanakan oleh seorang
supervisor, yaitu ; (1) tugas pengendalian; (2) tugas sebagai sponsor; (3) tugas
sebagai evaluator; (4) tugas sebagai pengawas.19
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut macam-macam tugas
supervisor pendidikan yang lebih riel, yaitu sebagai berikut :
a) Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
b) Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah
umum.
c) Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan guru-guru tentang
masalah-masalah yang mereka usulkan.
d) Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan para guru.
e) Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid dan untuk
perpustakaan guru-guru.
f) Membimbing guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber
atau unit-unit pengajaran.
g) Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru dalam program revisi
kurikulum.
h) Menginterpretasi data tes kepada guru dan membantu mereka dalam
menggunakannya sebagai perbaikan pengajaran.
i) Berwawancara dengan orang tua murid tentang hal-hal mengenai
pendidikan.
j) Berwawancara dengan guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana
pandangan atau harapan-harapan mereka.
k) Menyiapkan leporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas bagi para
kepala sekolah.
l) Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan para guru.20
Seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Suatu
tugas yang dilaksanakan memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam
berfungsi nampak peranan seseorang. Peranan seorang supervisor ialah
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan
bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh
tanggung jawab.21
Sehubungan dengan hal tersebut, seorang supervisor dalam pendidikan
dapat berperan sebagai : (1) koordinator; (2) Konsultan; (3) Pemimpin
kelompok; (4) Evaluator.22
Selain itu, menurut Sri Banun Muslim ada empat macam peran
penting yang hendaknya dilakukan oleh seorang supervisor , meliputi :
1) Mengidentifikasikan masalah-masalah pengajaran.
2) Bertindak sebagai seorang nara sumber.
3) Melakukan komunikasi antar pribadi.
20M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 88-89
4) Bertindak sebagai pelopor perubahan atau pembaharuan dalam sistem
sekolah.23
4. Model dan Pendekatan Supervisi.
1) Model Supervisi
1. Model supervisi konvensional. Supervisor mengadakan inspeksi untuk
mencari serta menemukan kesalahan. Kadang model ini bersifat
memata-matai dan menggurui.24
2. Model Supervisi yang bersifat ilmiah. Supervisi ini dilaksanakan
secara berencana, kontinu, sistematis, dengan menggunakan
menggunakan prosedur dan teknik tertentu, serta instrumen
pengumpulan data, sehingga memperoleh data yang objektif dari
keadaan yang sebenarnya.25
3. Model supervisi klinis, merupakan suatu proses bimbingan dalam
pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru
khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan
analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perbaikan tingkah laku mengajar guru.26
4. Model supervisi artistik, memandang bahwa mengajar adalah suatu
pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill),
23Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan…, hal. 52
24Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hal. 194
tetapi mengajar juga suatu kiat (art). Demikian juga dengan supervisi, yang merupakan suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu
kiat (artistik).27
2) Pendekatan Supervisi
1. Pendekatan direktif. Di sini supervisor memberikan arahan langsung
sehingga pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.28 Karena itu
supervisor harus benar-benar mempersiapkan diri dengan cara
membekali ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan
supervisi. Dengan tanggungjawabnya supervisor dapat melakukan
perubahan perilaku mengajar dengan memberikan pengarahan yang
jelas terhadap rencana kegiatan yang akan dievaluasi.29
2. Pendekatan nondirektif. Di sini supervisor melakukan pendekatan
terhadap masalah dengan cara tidak langsung.30 Pendekatan
nondirektif ini berangkat dari premis bahwa belajar adalah
pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bercirikan perilaku di
mana supervisor mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan
pertanyaan, menawarkan pikiran bila diminta dan membimbing guru
untuk melakukan tindakan.31
27 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar…, hal. 42
28 Zainal Aqib, Membangun Profesionalisme…, hal. 196 29 Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan …, hal. 77 30 Luk-luk Nur Mufida, Supervisi…, hal. 38
3. Pendekatan kolaboratif, merupakan cara pendekatan yang memadukan
cara pendekatan direktif dan nondirektif menjadi suatu cara
pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru
bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan
criteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru.32
5. Kompetensi Supervisor
Untuk dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik, seorang
supervisor harus memiliki sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk hal
tersebut. Seorang supervisor harus memiliki kompetensi teknis khususnya
bidang akademik berkaitan dengan pekerjaan orang-orang yang disupervisi.
Karena sasaran utama dari kegiatan supervisi adalah guru dengan tugas
utamanya mengajar atau melaksanakan kegiatan belajar mengajar, oleh
karenanya supervisor harus pula memiliki kompetensi di bidang keguruan
serta menguasai teknik-teknik mengajar. Di samping itu seorang supervisor
juga harus memiliki kompetensi manajerial yang tercermin dari ketrampilan
supervisor dalam mengadakan hubungan sosial dengan orang-orang yang
bekerja dengannya.33
32Pit A. Sahertian, Konsep Dasar…, hal. 49-50
Supervisor dikatakan kompeten apabila ia melaksanakan
kewajibannya secara efektif. Untuk itu ia perlu memiliki
kompetensi-kompetensi, yang meliputi :
1) Supervisor harus orang yang beragama.
2) Supervisor harus berperikemanusiaan.
3) Supervisor harus berperasaan sosial.
4) Supervisor harus bertindak demokratis.
5) Supervisor harus memiliki kepribadian yang simpatik.
6) Supervisor harus terampil dalam berkomunikasi.
7) Supervisor harus bersikap ilmiah.
8) Supervisor harus menguasai teknik-teknik supervisi.
9) Supervisor harus bekerja berdasarkan tujuan.
10) Supervisor harus dapat membuat dan mempergunakan alat evaluasi.
11) Supervisor harus patuh pada etika jabatannya.34
Untuk menjadi seorang supervisor yang baik, seorang supervisor
haruslah dilengkapi secara personal maupun profesional sifat-sifat dan
pengetahuan yang sesuai dengan profesi jabatannya. Setidaknya seorang
supervisor harus memiliki beberapa macam ketrampilan, di antaranya adalah:
1) Keterampilan dalam kepemimpinan (leadership). 2) Keterampilan dalam proses kelompok.
3) Keterampilan dalam hubungan insani.
4) Keterampilan dalam administrasi personal.
5) Keterampilam dalam evaluasi.35
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, seorang supervisor
hendaknya juga memiliki ciri-ciri pribadi dan sifat-sifat seperti berikut :
a) Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di
bawah pengawasannya.
b) Menguasi/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
c) Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik
kepengawasan, terutama human relation.
d) Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.
e) Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program
yang telah digariskan/disusun.36
6. Posisi Supervisor
Yang dimaksud posisi supervisor adalah kedudukan supervisor dalam
personalia pendidikan. Sebagai supervisor mereka berdiri sendiri, tidak ada
yang membina sebab sudah profesional, dan tidak mempertanggungjawabkan
proses dan hasil kerjanya pada orang lain.
Secara singkat posisi supervisor dapat dibagi menjadi lima bagian,
yaitu :
35http://khairuddinhsb.wordpress.com/2008/10/19/syarat-supervisor-pendidikan, diakses 16 April 2010
1) Supervisor sebagai orang kunci. Maksudnya dia sebagai penopang,
penggerak dan pemotivasi dinamika guru untuk mencapai kemajuan. Maju
untuk diri guru, maju untuk para siswa dan maju untuk sekolah secara
keseluruhan.
2) Supervisor sebagai orang di tengah-tengah. Maksudnya dia menjembatani
kepentingan kepala sekolah dan kepentingan guru-guru. Sehingga dia
harus bisa mengintegrasikan diri baik terhadap kepala sekolah maupun
terhadap guru-guru.
3) Supervisor sebagai operator lain. Maksudnya dia mengoperasikan segala
sesuatu untuk memajukan profesi guru-guru, dia yang merencanakan
supervisi dia pula yang melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi
itu. Semua dilakukan sendiri atas dasar tanggung jawabnya. Maju tidaknya
perkembangan profesi guru seolah-olah bergantung kepada supervisor.
4) Supervisor sebagai penganalisis daerah. Yang paling banyak tahu akan
keadaan daerah serta kebutuhan daerah adalah masyarakat di daerah itu
sendiri. Untuk itulah tokoh-tokoh yang ada di masyarakat daerah itu
dihimpun untuk diajak kerja sama dengan sekolah dalam memajukan
pendidikan. Di sinilah supervisor sebagai salah satu petugas sekolah
membantu kepala sekolah menganalisis kondisi daerah denagn melibatkan
tokoh-tokoh di masyarakat yang bersangkutan.
5) Sebagai supervisor antar hubungan. Maksudnya dia sebagai agen
membantu memperlancar komunikasi antara mereka. Dia berusaha
menciptakan iklim kerja dan pergaulan yang kondusif.37
7. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Tugas dan tanggungjawab kepala sekolah mengalami perkembangan
dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Kepala sekolah tidak hanya
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis
saja. Memang itu adalah tugas dan tanggungjawab yang pokok bagi seorang
kepala sekolah, namun mengingat situasi dan kondisi serta pertumbuhan
sekolah dewasa ini, banyak masalah baru yang timbul yang harus menjadi
tanggungjawab kepala sekolah untuk dipecahkan dan dilaksanakannya.38
Pimpinan yang kompeten adalah yang memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Tetapi
kompetensi kepala sekolah tentu ada penyesuaian dengan tuntutan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pemimpin dan manajer di sekolah. Untuk
menjamin mutu pelayanan pendidikan dan mutu manajemen pendidikan,
maka pengembangan standar kompetensi kepala sekolah meliputi kompetensi
kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi
sosial.39
Kepala sekolah bisa melakukan peran yang dijalankan berdasarkan
fungsi kedudukan dalam posisi atau kedudukan yang sedang dijalankannya.40
37Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 56-61 38M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi…, hal. 102
Keinginan utama para kepala sekolah dalam kegiatan supervisinya,
dikonsentrasikan pada peningkatan kualitas pembelajaran yang terarah pada
usaha membantu guru agar bisa keluar dari kesulitan mengajar yang
dihadapinya dengan cara memperkaya kemampuan dan pengetahuan dalam
menjalankan tugasnya.41
Kepala sekolah tidak hanya sekedar posisi jabatan tetapi suatu karir
profesi. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam
melakukan upaya perbaikan pengajaran di sekolahnya. Supervisi kepala
sekolah lebih diarahkan pada supervisi kunjungan kelas dan pembicaraan
individual, karena merupakan teknik supervisi yang paling tepat
dipergunakan.42
Dalam melaksanakan supervisinya, kepala sekolah berupaya
menyediakan kondisi kerja yang terbuka supaya masalah yang akan
dipecahkan diketahui terlebih dahulu. Pemahamannya tentang supervisi bukan
saja harus menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan ke dalam kelas
untuk melakukan observasi dan mengikuti berbagai pertemuan, melainkan
juga meliputi penyediaan kondisi kerja yang menguntungkan dan memberi
kemudahan pada guru-guru dalam melaksanakan tugasnya.43 Oleh karena itu,
mutu kepala sekolah harus ditingkatkan dan diarahkan pada pembentukan
kepala sekolah yang efektif berdasarkan tugas pokok dan fungsinya.44
41Ibid., hal. 199
B. Tinjauan Kualitas Pembelajaran
Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan.45 Proses pendidikan terlibat di dalamnya antara
lain guru, siswa, dan proses pembelajaran. Sedangkan hasil pendidikan mengacu
pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.
Sedangkan pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara pendidik
dan peserta didik untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar
pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta didik dan menjadi
landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan.46 Selain itu, pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.47 Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peningkatan kualitas
pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dan tujuan pendidikan
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.48
Banyak masalah kualitas dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu
lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan guru, serta mutu profesionalisme
dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para
45http://www.ssep.net/director.html, diakses 1 Mei 2010
46http://prayudi.wordpress.com/2007/05/15/proses-pembelajaran, diakses 1 mei 2010 47http://instructionaltheorycourse.blogspot.com/2009/02/1-introduction_18.html, diakses 1
Mei 2010
48http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/05/peningkatan-mutu-pembelajaran-di-sekolah/,
pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas
pendidikan, media, sumber belajar, alat, dan bahan latihan, iklim sekolah,
lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan. Semua kelemahan kualitas dari komponen-komponen pendidikan
tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan.
Kualitas lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah.
Lulusan yang tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga
yang tersisih dari masyarakat.49 Banyak masalah yang diakibatkan oleh lulusan
pendidikan yang tidak berkualitas, upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan merupakan agenda yang sejak lama diperbincangkan, namun tetap
saja dunia pendidikan kita masih saja terpuruk. Hal tersbut tidak akan terjadi jika
agenda tersebut dijalankan secara serempak pada setiap tingkatan dan oleh setiap
pelaku pendidikan, sesuai proporsi masing-masing.50
Untuk itu, dalam melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran diperlukan beberapa dasar yang kuat agar berhasil, yaitu
sebagai berikut:
1. Komitmen pada perubahan
2. Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada
3. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan
49 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep,
Prinsip, dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 8
4. Mempunyai rencana yang jelas51
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah, memegang
peranan penting dalam pengelolaan sekolah dengan manajemen yang sesuai demi
keberhasilan pendidikan di sekolah.52 Sekolah yang berhasil mempertahankan
akademiknya, dapat disebabkan antara lain karena sikap kepala sekolah sebagai
pemimpin pengajaran yang memfokuskan diri pada pengajaran, memerhatikan
lebih dari iklim sekolah, harapan tinggi pada hasil belajar dan monitor kemajuan
akademik secara reguler. Dari situ sekolah bisa mengadakan rencana-rencana
yang baik untuk mengembangkan sekolah, terutama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran. Cara lain untuk merangsang adanya peningkatan kualitas
pembelajaran adalah dengan cara mengenalkan riset-riset mutakhir tentang
pembelajaran kepada stafnya.53
C. Upaya-upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran
1. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan
melihat dan meningkatkan sistem pengelolaan efektifitas yang bersangkutan.
Peningkatan kualitas pembelajaran ini akan sangat tergantung di antaranya
pada beberapa faktor, yaitu; (1) guru; (2) proses belajar mengajar; (3) sarana
dan prasarana. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
51Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu…, hal. 9 52Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah…, hal. 7
1) Guru
Menurut Ahyak guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga
kependidikan untuk membimbing dan mendidik peserta didik menuju
kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan dalam
menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.54
Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasinal menegaskan bahwa:
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.55
Guru adalah sebuah profesi yang menuntut peleburan segala
kemampuan dan waktu yang dimiliki, dan dia adalah orang yang
memberikan ilmu, pengetahuan, kepandaian serta keterampilan yang
dimilikinya kepada orang lain dalam imteraksi sosial.56 Guru adalah salah
satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena guru itulah yang akan
bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik.57
Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu
pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah, karena dalam pembelajaran
guru tetap menjadi sumber belajar yang utama. Oleh sebab itu tanpa guru
proses pembelajaran tidak akan berjalan secara maksimal. Tapi rumitnya
54Ahyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: Elkaf, 2005), hal. 2
55Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Utama, 2003), hal. 27
56Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah…, hal. 125-128
aspek yang harus dipertimbangkan ketika melaksanakan tugas mengajar,
menjadikan tidak semua orang mau dan mampu untuk menjadi guru.58
Dalam pembelajaran guru harus mampu memaknai pembelajaran
serta menjadikan pembelajaran sebagai sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi pearta didik.59 Keberhasilan
guru melaksanakan pembelajaran sebagian besar terletak pada
kemampuannya melaksanakan berbagai peranannya dalam bidang
mengajar dan belajar, berikut peranan guru yang dinggap paling dominan
menurut Uzer Usman, yaitu:
1) Guru sebagai demonstrator, hendaknya guru senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkan.
2) Guru sebagai pengelola kelas, hendaknya guru mampu mengelola kelas
sebagai lingkungan belajar.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator, hendaknya guru memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang media pendidikan yang
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar.
58Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup
Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 4-6
59E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
4) Guru sebagai evaluator, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau
belum.60
Di samping peran-peran tersebut, guru juga memiliki tugas yang
begitu berat dan luas, secara garis besar guru mempunyai tugas ; (1)
mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empirik kepada para muridnya; (2) membentuk kepribadian
anak didik sesuai dengan nilai dasar Negara; (3) mengantarkan anak didik
menjadi warga Negara yang baik; (4) mengarahkan dan membimbing anak
sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap;
(5) memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
lingkungan; (6) harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik
untuk dirinya, maupun murid dan orang lain; (7) memfungsikan diri
sebagai administrator dan sekaligus manajer yang disenangi; (8)
melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi; (9) guru
diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya; (10) membimbing
anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
muridnya; dan (11) guru harus dapat merangsang anak didik untuk
memiliki semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk
kelompok studi.61
Untuk dapat melaksanakan tugas pendidikan dengan baik seorang
guru harus dibekali dengan kompetensi-kompetensi yang dapat menunjang
tugasnya sebagai pendidik. Kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, yang menunjuk
pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi
spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.62
Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang
harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif.63
Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan
(daya pikir), sikap (daya kalbu), keterampilan (daya pisik), dan nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya.64 Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang
ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional
sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.65
61Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional…, hal. 12
62E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 26
63Kunandar, Guru Profesional. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 55 64Syiful Sagala, Kemampuan Profesional…, hal. 23
Sebagai suatu profesi, guru tentu harus bekerja secara profesional.
Suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang
ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Sehingga guru profesional merupakan orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal.66
2) Proses Belajar-Mengajar
Dalam proses belajar-mengajar, proses sendiri merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang
satu sama lainnya saling berhubungan (independent) dalam ikatan untuk
mencapai tujuan.67 Sedangkan belajar menurut Muhammad Saroni adalah
suatu proses perbuatan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan hidup.68 Dan
mengajar adalah suatu usaha atau tindakan yang menyebabkan orang lain
menjadi kenal, tahu dan faham serta dapat melaksanakan sesuatu yang
sebelumnya tidak dikenal atau diketahui.69
Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
66Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru…, hal. 14-15 67Ibid., hal. 5
68Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah…, hal. 139
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.70
Agar tujuan pendidikan atau belajar dapat tercapai, sebenarnya perlu
disadari bahwa belajar itu tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas,
melainkan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.71 Proses
belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama dan dalam proses tersebut
tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa
yang belajar dan guru yang mengajar.72 Di dalam proses belajar-mengajar,
guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar, dituntut adanya
profil tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai
serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien.73 Di karenakan dalam proses tersebut berisi serangkaian
kegiatan akademik yang dilakukan bersama antara guru dan peserta didik
agar supaya terjadi perubahan dalam diri peserta didik.74
3) Sarana dan Prasarana
Yang dimaksud sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.75
Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan
70B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 19
71Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah…, hal. 146 72Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, hal. 4
73Sardiman A. M., Interaksi dan Motifasi Belajar-Mengajar, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2007), 19-20.
pengajaran, sarana dan prasarana mempunyai fungsi, yaitu sebagai
perlengkapan dan sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai
tujuan.76
Sarana dan prasarana dalam pembelajaran bukanlah suatu tujuan,
tetapi suatu alat untuk memperjelas bahan pengajaran serta memperbesar
efektivitas bentuk kegiatan didaktis, yang harus dipadukan dalam
keseluruhan perbuatan didaktis pengajar. Perpaduan perbuatan didaktis
dengan menggunakan sarana dan prasarana akan menimbulkan pengaruh
yang besar dalam mencapai tujuan pengajaran.77
Sekolah yang kurang memelihara sarana dan prasarana akan
mempunyai pengaruh buruk terhadap proses dan hasil pendidikannya.
Sedangkan sekolah yang benar-benar memperhatikan sarana dan
prasaranya akan berpenaruh baik pula terhadap proses dan hasil
pendidikan, dan pengaruh sarana terhadap proses dan hasil pendidikan
bukan bergantung pada baru atau tuanya suatu sarana dan prasarana
pendidikan, melainkan sangat bergantung pada cara pengelolaannya.78
2. Faktor pendukung dan penghambat peningkatan kualitas pembelajaran
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran seorang supervisor
tidak dapat terlepas dari adanya dukungan kemudahan dan rintangan
pelaksanaan pemberian bantuan kepada guru. Faktor pendukungnya yaitu :
76Syaful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 47 77Abu Ahmadi, Pendidikan dari Masa…, hal. 116
1) Pendukung lingkungan internal, yaitu:
a. Potensi guru yang dimiliki bervariasi.
b. Motivasi kerja guru tinggi.
c. Iklim sekolah yang berkembang kondusif.
d. Kepemimpinan yang kondusif dapat mengakomodasi
kemauan stafnya.
2) Pendukung lingkungan eksternal, yaitu:
a. Komite sekolah dan orang tua memiliki kesamaan visi dan misidengan
sekolah dalam memahami mutu pembelajaran.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diserap
melebihi kemampuan sekolah lain.
c. Lingkungan sekitar sekolah yang sangat mendukung karena terletak
dalam satu komplek yang strategis.
3) Pengaruh lingkungan otonomi daerah, yaitu:
a. Keleluasaan dalam membuat kebijakan mutu tidak tergantung pada
instruksi atasan.
b. Leluasa dalam menggali sumberdaya, berdasarkan kebutuhan yang
dihadapi sekolah yang memerlukan pemecahan.
c. Transparansi kegiatan pembinaan, baik sesama teman sejawat,
orangtua siswa ataupun terhadap masyarakat.
Sedangkan faktor penghambat dalam kegiatan supervisi pendidikan,
adalah:
1) Penghambat internal :
a. Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat.
b. Masih adanya mental anak emas untuk guru yang
dinilai baik.
2) Penghambat eksternal:
a. Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat .
b. Kunjungan tamu yang berlebihan mengganggu program yang telah
direncanakan.
c. Banyaknya acara yang melibatkan anak pada berbagai kegiatan dinas.
d. Panggilan rapat dinas mendadak yang harus diikuti.79