• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA WIDYAISWARA : Studi pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikandi Provinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA WIDYAISWARA : Studi pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikandi Provinsi Jawa Barat."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Perwujudan tujuan pendidikan Nasional di atas dapat dicapai jika sekolah dibangun dengan sedemikian rupa; sehingga guru tidak hanya mentransfer isi kurikulum, tetapi lebih dari itu, bagaimana proses pembelajaran dapat memberikan segala sesuatu yang para siswa memang membutuhkan. Dengan demikian hal ini dapat menopang bagi kehidupan mereka di tengah-tengah masyarakat dan dunia kerja. Sebagaimana yang ditulis oleh Darling Hammond (1999: 2) yang mengatakan :

…, schools are being pressured to change. Rather than merely “offering education”, schools are now expected to ensure that all students learn and perform at high levels. Rather than merely “covering curriculum”, teacher to find ways support and connect with the needs all learners.

(2)

yang memuaskan. Guru-guru di harapkan mampu mencari cara-cara untuk mendukung dan menghubungkan apa yang sedang dibutuhkan siswanya.

Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mampu mengadakan perubahan yang radikal dalam arti tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah. Adanya perubahan tuntutan kondisi atau ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, maka guru perlu mengetahui bagaimana memanajemeni kelas dalam proses pembelajaran. Dimana setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kelas tertentu pula.

Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanajemen kelas.

Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang manajemen kelas yang efektif. Dimana manajemen dari kata “management” diterjemahkan pula menjadi pengelola, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Depdikbud, 1989).

(3)

Sedangkan “kelas” (dalam arti umum) menunjuk kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan demikian manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efensif (Maman Rahman, 1999: 11). Kata Wilford A. Weber, 1986 adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin. Pengertian lain dari manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.

Guru selain memahami manajemen kelas tentu aplikasinya dimana setiap kegiatan belajar mengajar mengisyaratkan tercapai tujuan, baik tujuan instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak dapat dipungkiri keadaan di kelas sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu guru bertugas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi siswa sebagai peserta didik, sehingga tumbuh iklim belajar yang berkualitas dalam upaya tujuan pembelajaran.

(4)

dihindari. Sedangkan upaya kuratif yaitu upaya mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak disebabkan oleh tingkah laku siswa sebagai peserta didik di dalam kelas.

Upaya guru menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, diketahuinya masalah-masalah yang diperkirakan dan yang mungkin tumbuh yang dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasai berbagai pendekatan dalam manajemen kelas dan diketahui pula atau dan untuk masalah mana satu pendekatan digunakan. (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983: 7).

Guru harus memahami perkembangan anak dan manajemen kelas agar tercipta jembatan yang dapat menghubungkan antara kandungan kurikulum dengan pengalaman-pengalaman yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Sekolah harus berubah, dari semata hanya menyelesaikan tugas mentransfer isi kurikulum menjadi proses pembelajaran bermakna yang memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Paradigma pendidikan di Indonesia pada umumnya masih harus banyak melakukan perubahan mendasar, yaitu bagaimana guru mau terus menerus belajar baik secara kelompok maupun lembaga agar didapat metode-metode pembelajaran yang up to date.

(5)

kuliah inti berisi tentang pengetahuan khusus untuk pengajaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh Linda Darling-Hammond (2006: 97):

It is important to have well-chosen courses that include core knowledge for teaching, it is equally important to organize porspective teacher’s experiences so they can integrate and use their knowledge skill-fully in the classroom. This is probably the most difficult aspect of constructing a teacher education program. Teacher educators must worry not only about what to teach but how, so that knowledge actually shapes practice and enables teachers to become adaptive experts who can continue to learn.

Guru sebagai pendidik harus merubah paradigma dari paradigma apa yang akan diajarkan menjadi bagaimana cara mengajarkannya. Ini berarti bahwa guru dituntut tidak hanya menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi dituntut juga menguasai metode dan sekaligus strategi untuk dapat menyampaikan materi tersebut dengan cara-cara yang dapat menjadikan para peserta belajar tumbuh dan dewasa sehingga memiliki bekal untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin menantang. Sehingga potensi yang dibawa oleh setiap anak dari lahir sekalipun kecil; melalui proses pembelajaran yang baik dan dalam nuansa meminij kelas akan dapat menumbuhkembangkan bakat dan minat anak menjadi berdaya guna. Pengetahuanlah yang sesungguhnya membentuk karakter peserta didik menjadi generasi yang peka terhadap setiap perubahan yang kompleks di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan menjadikan guru sebagai ahli yang adaptif yang dapat menciptakan pembelajaran yang berkesinambungan.

(6)

dijalankan di Indonesia maka akan banyak hal terkait yang harus dibenahi. Masalah sarana dan prasarana pendidikan, sistem pendidikan, kurikulum, kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen), dan lain-lain. Secara umum guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional, faktor kesejahteraannya, dan lain-lain. Khusus guru, di Indonesia untuk tahun 2005 saja terdapat kekurangan tenaga guru sebesar 218.838 (menurut data direktorat tenaga kependidikan).

Tabel 1.1

Kekurangan Guru Tahun 2008-2009

Tingkat 2008 2009 Kebutuhan

Kebutuhan Pensiun Kebutuhan Pensiun

TK 893 187 1,080 260 1,340

SD 63,144 20,399 83,543 23,918 107,461

SMP 57,537 4,707 62,244 6,270 68,514

SMU 26,120 1,498 27,618 1,685 29,303

SMK 9,972 1,073 11,045 1,175 12,220

TOTAL 157,666 27,864 185,530 33,308 218,838

Sumber: Data Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008

Dengan jumlah kekurangan guru yang cukup besar maka kita juga tidak dapat berharap akan terciptanya kualitas pendidikan. Di samping itu masalah distribusi guru juga tidak merata, baik dari sisi daerah maupun dari sisi sekolah. Dalam banyak kasus, ada SD yang hanya memiliki tiga hingga empat orang guru sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan.

(7)

krisis pokok, yaitu yang berkaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa beberapa masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu: (1) menurunnya ahlak dan moral peserta didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, (4) status kelembagaan, (5) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (6) sumberdaya yang belum profesional.

(8)

karena itu ke depan upaya untuk melakukan penyetaraan dan peningkatan pendidikan para guru sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya sangatlah penting. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan in service training bagi para guru yang belum memiliki kualifikasi dilihat dari tingkat pendidikan yang dimilikinya.

Laporan tahunan Propenas 2001-2005 menyatakan rendahnya mutu pendidikan secara umum disebabkan oleh berbagai faktor baik internal sekolah maupun eksternal. Faktor-faktor internal yang menentukan mutu pendidikan adalah masih rendahnya efektivitas proses belajar-mengajar, terutama disebabkan rendahnya mutu guru, kurangnya sarana dan prasarana belajar, kelemahan pada metode mengajar dan kurikulum yang berlaku, serta lemahnya sistem pengelolaan persekolahan. Dari sisi eksternal faktor yang berperan meliputi belum optimalnya perang orang tua dan masyarakat dan pemerintah dalam mendukung pembangunan pendidikan yang bermutu.

(9)

Bandung, semua pihak berharap dengan pendidikan guru yang semakin tinggi, guru akan semakin profesional melaksanakan tugasnya.

Namun demikian, upaya-upaya yang sudah dilakukan Dinas Pendidikan Kecamatan Cihideung tersebut, belum mencapai hasil yang optimal, hal ini terbukti dengan efektivitas proses pembelajaran di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya yang belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, masih ditemukan guru yang secara de jure dianggap telah memiliki kompetensi tetapi efektivitas proses pembelajarannya masih perlu dipertanyakan. Ironisnya lagi tidak sedikit efektivitas proses pembelajaran yang masih rendah ini terjadi di kalangan guru-guru yang sudah berusia setengah abad, artinya sudah cukup banyak pengalaman dalam dunia pendidikan. Asumsinya bahwa semakin lama seorang guru berkiprah dalam dunia pendidikan, maka semakin memiliki berbagai kompetensi yang secara langsung akan mengimbas pada efektivitas proses pembelajarannya. Efektivitas proses pembelajaran, bukan merupakan produk suatu ubahan tunggal, melainkan produk dari berbagai ubahan yang saling kait mengkait satu sama lain. Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor internal siswa dan faktor pendekatan belajar.

(10)

pengembangan sikap keilmuan siswanya (Uwes, 1999: 11). Oleh karena itu untuk menjadi seorang guru tidak mudah, untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik maka guru harus memiliki berbagai kompetensi. Kompetensi tersebut menurut Natawijaya (2002: 3) diantaranya; kompetensi profesional, sosial dan personal dan manajemen kelas.

(11)

yang menantang, dan mampu membelajarkan dengan menyenangkan, seakan-akan sedang jalan-jalan di mall. Hal ini penting, terutama karena dalam setiap pembelajaran, guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran. Hal ini berarti bahwa kemampuan manajemen kelas bagi guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan profesional guru, terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif, dan efisien. (E. Mulyasa, 2006: 13 ).

Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Jika bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan manusianya. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam membangun watak bangsa (Nation Character Building). (E. Mulyasa, 2006: 4)

(12)

Dengan demikian secara tidak langsung guru sudah melakukan pemasaran bagi kompetensi manajemen kelas bagi dirinya maupun bagi lembaganya sebagai kontribusi dalam efektivitas proses pembelajaran. Kemampuan memberikan pelayanan pada customer dalam hal ini siswa merupakan salah satu indikator efektivitas proses pembelajaran yang baik.

Selain faktor manajemen kelas, ada faktor psikologis yang cukup memberikan andil bagi tercapainya efektivitas proses pembelajaran yang baik, yaitu motivasi belajar siswa. Selama ini motivasi belajar siswa lebih difokuskan pada siswa dalam mencapai prestasi belajar, sebagaimana Udin dkk (1996) mengatakan bahwa salah satu karakteristik yang penting untuk diketahui karena sangat mempengaruhi proses belajar adalah motivasi untuk berprestasi. Ternyata motivasi belajar siswa sangat penting dimiliki oleh guru untuk diaplikasikan kepada siswa dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Beberapa penelitian tentang motivasi belajar siswa menunjukkan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas proses pembelajaran.

(13)

B. Identifikasi Masalah

Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor (Wotruba dan Wright, 1995) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran yaitu: faktor internal siswa dan faktor pendekatan belajar. Variabel-variabel lain yang juga ikut menentukan efektivitas proses pembelajaran adalah pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran. Oleh karena itu kasus guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat telah memiliki kompetensi sesuai yang disyaratkan, namun kurang menunjukkan efektivitas proses pembelajaran yang maksimal. Penelitian ini dilakukan pada level SMP karena subjek penelitiannya adalah siswa dengan menyebarkan angket kepada mereka. Siswa SMP diharapkan lebih dapat memahami item-item yang termuat di dalam quesioner dengan baik sehingga dapat memberikan respon yang lebih objektif.

(14)

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang dideskripsikan pada uraian di atas, maka rumusan dan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kontribusi manajemen kelas terhadap efektivitas proses

pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat?

2. Seberapa besar kontribusi motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat?

3. Seberapa besar kontribusi manajemen kelas dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang: 1. Kontribusi manajemen kelas terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP

Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.

2. Kontribusi motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. 3. Kontribusi manajemen kelas dan motivasi belajar siswa secara

(15)

E. Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini dapat diperoleh beberapa informasi berharga dan penting tentang :

1. Pengayaan wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang peningkatan efektivitas proses pembelajaran melalui intervensi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas proses pembelajarannya.

2. Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan agar mempertimbangkan faktor-faktor kompetensi siswa dalam hal ini kontribusi manajemen kelas dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

3. Siswa sebagai objek penelitian agar senantiasa meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

4. Masyarakat dan orang tua sebagai salah satu penanggung jawab pendidikan agar terus membantu meningkatkan mutu sekolah melalui pengawasan baik langsung maupun tidak terhadap efektivitas proses pembelajaran.

5. Diperoleh kerangka model bagi pembinaan kualitas efektivitas proses pembelajaran.

6. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya.

(16)

pemberian pendidikan berkualitas untuk meningkatkan kompetensi siswa. Selain itu diharapkan para pengambil kebijakan juga pimpinan lembaga dalam hal ini Kepala Sekolah agar turut memperhatikan dan menciptakan suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia siswa sebagai ujung tombak dan pelaku utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal di setting persekolahan.

F. Asumsi-asumsi

Penelitian ini dilaksanakan dengan bertitik tolak pada beberapa asumsi yang mendasarinya yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi siswa akan lebih efektif bila guru memahami dan menerapkan manajemen kelas yang profesional.

2. Efektivitas proses pembelajaran pada dasarnya merupakan aktualisasi kemampuan atau kompetensi dalam manajemen kelas yang dimiliki oleh seorang guru.

3. Peningkatan efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya memaksimalkan efektivitas guru dalam melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.

4. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif, jika guru memiliki kemampuan manajemen kelas yang baik.

(17)

6. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan suasana kelas yang kondusif.

7. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik.

8. Motivasi belajar siswa diperlukan sekali dalam mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efektif.

9. Efektivitas proses pembelajaran akan memberikan fasilitas guru dalam memungkinkan mobilitas ke tugas-tugas pada masa yang akan datang. 10.Proses pembelajaran akan lebih efektif bila guru meningkatkan

komitmennya dalam pekerjaan.

11.Manajemen kelas akan lebih efektif bila guru memiliki motivasi belajar siswa yang positif.

12.Efektivitas proses pembelajaran akan lebih meningkatkan manajemen kelas jika guru memiliki motivasi belajar siswa yang kondusif.

G. Hipotesis Penelitian

Dengan mengacu kepada latar belakang masalah, premis-premis yang dirumuskan, dan kajian teoritis atau kajian pustaka, maka diajukan hipotesis kerja (HI) sebagai berikut :

(18)

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara manajemen kelas dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

H. Kerangka Berpikir Penelitian

Gambar 1.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Variabel Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) :

• Pengorganisasian materi yang baik

• Komunikasi yang efektif

• Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran

• Sikap positif terhadap siswa

• Pemberian nilai yang adil MANAJEMEN KELAS

(X1)

MOTIVASI BELAJAR SISWA

(X2)

EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN

(19)

• Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran

• Hasil belajar siswa yang baik (Wotruba & Wright, 1995)

Variabel Manajemen Kelas (X1) :

• Mengatur atau menata lingkungan fisik kelas

• Menegakkan disiplin dalam mengelola pembelajaran

• Mengembangkan tingkah laku peserta didik

• Menjalin komunikasi dengan peserta didik

• Menumbuhkan organisasi kelas yang efektif

Variabel Motivasi Belajar Siswa (X2) :

• Berusaha unggul

• Menyelesaikan tugas dengan baik

• Rasional dalam meraih keberhasilan

• Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses

• Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

(Djali : 2000)

I. Definisi Operasional

(20)

Motivasi belajar siswa adalah kekuatan intrinsik yang dimiliki peserta didik untuk selalu mencapai prestasi tinggi dalam meningkatkan proses pembelajaran. Sedangkan efektivitas proses pembelajaran adalah keseluruhan karakteristik layanan jasa pendidikan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pendidikan.

J. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini pengumpulan data dilaksanakan dengan metode penggunaan instrumen yaitu metode survei dengan memberikan angket kepada responden.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik angket. Penggunaan teknik angket dinilai lebih efektif karena dalam proses pengumpulan data dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat untuk responden yang cukup banyak serta jawaban yang diberikan oleh responden akan lebih terbuka.

K. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Pada lokasi penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

2. Populasi

(21)

Dan SMP Negeri 8 dengan jumla siswa sebagai responden sebanyak 1.263 orang. Jadi jumlah responden keseluruhan adalah 2.458 orang.

3. Sampel Penelitian

(22)

110

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan penelitian survey. Singaribun dan Effendi (1995: 3) mengatakan bahwa: “Penelitian Suvery adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan quesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Pendapat ini sejalan dengan Kerlinger (2000: 660): “Penelitian survey mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi.”

(23)

(reliabilitas dan validitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Suriasumantri dalam Sugiono (2005: 16-17). Penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris, asumsi tersebut adalah :

1. Objek/ fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian.

2. Determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua, maka penelitian ini dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.

3. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang dimaksud ialah manajemen kelas (X1) dan motivasi belajar siswa (X2) sebagai variabel bebas (independen) dan

(24)

menggunakan variabel serta populasi yang luas sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, data yang digunakan dan diolah ialah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003: 14).

Dengan disain korelasional dari penelitian ini, akan dapat diketahui pengaruh atau kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y yang akan

diteliti. Nawawi (1993: 75) menyatakan bahwa penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan bentuk korelasi antara variabel yang akan diteliti. Intensitas pengaruh/ kontribusi tersebut diukur dengan menyatakan koefisien korelasinya.

Dalam efektivitas proses pembelajaran ada tujuh kategori dalam menentukan variabel, yaitu: (1) pengorganisasian materi yang baik, (2) komunikasi yang efektif, (3) penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, (4) sikap positif terhadap siswa, (5) pemberian nilai yang adil, (6) keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, (7) Hasil belajar siswa yang baik. (Wotruba dan Wright).

Sedangkan pada manajemen kelas (X1) terdapat lima kategori dalam

(25)

(X2) terdapat lima kategori yaitu: (1) Berusaha unggul, (2) Menyelesaikan

tugas dengan baik, (3) Rasional dalam meraih keberhasilan, (4) Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, (5) Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

Adapun dari katagori variabel tersebut membentuk beberapa indikator dari setiap variabel diantaranya terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1

Kisi-kisi Variabel Manajemen Kelas, Motivasi Belajar Siswa dan Efektivitas Proses Pembelajaran

Variabel Kategori Indikator

Manajemen

Kelas (X1)

a. Mengatur atau menata lingkungan fisik kelas

1. Mengatur tempat duduk 2. Persiapan alat peraga 3. Lingkungan kelas 4. Media pembelajaran

5. Kebersihan dan kenyamanan kelas 6. Tata tertib bersama siswa

7. Fasilitas kelas

8. Memilih tempat duduk di dalam kelas b. Menegakkan disiplin

dalam mengelola pembelajaran

1. Menegur siswa di dalam kelas

2. Waktu belajar dalam satu mata pelajaran 3. Disiplin di dalam kelas

4. Mengatur waktu belajar

5. Perilaku tidak sesuai dengan aturan/norma di dalam kelas

6. Siswa tidak mengerjakan PR 7. Metoda mengajar lebih dari satu jenis

metoda c. Mengembangkan

tingkah laku peserta didik

1. Menghargai dengan sesama siswa 2. Kompetensi siswa secara optimal. 3. Pembelajaran karakteristik peserta didik 4. Tutur kata sopan dan ramah

5. Menghargai pendapat siswa 6. Menyapa tanpa melihat status

7. Penyaluran potensi, bakat dan minat siswa d. Menjalin komunikasi

dengan peserta didik

1. Tindakan secara persuasif

2. Pemberian saran dan perkenalan diri 3. Sikap empati kepada peserta didik 4. Komunikasi di dalam kelas 5. Komunikasi di luar kelas 6. Hubungan interpersonal

(26)

Variabel Kategori Indikator

e. Menumbuhkan organisasi kelas yang efektif

1. Penciptaan organisasi kelas 2. Pembentukan kelompok belajar 3. Tugas belajar kelompok 4. Tugas membuat tata tertib kelas 5. Pembentukan ketua kelas 6. Tanggung jawab regu kerja Motivasi

Belajar Siswa (X2)

a. Berusaha unggul 1. Pemanfaatan sumber belajar untuk meningkatan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian

2. Kegiatan belajar untuk memperoleh hasil yang unggul

3. Berlatih dan menyelenggarakan kegiatan 4. Upaya menyelesaikan tugas

5. Pengendalian kegiatan pembelajaran 6. Pertanyaan kepada guru atau teman 7. Penggunaan waktu belajar

8. Bahan bacaan menambah pengetahuan b. Menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya

1. Persiapan diri

2. Upaya menyelesaikan tugas 3. Pengendalian kegiatan 4. Tanggung jawab sepenuh hati 5. Pembuatan rencana tugas 6. Penilaian tugas

c. Rasional dalam meraih keberhasilan

1. Uji coba pemecahan masalah 2. Pertimbangan pemecahan masalah 3. Pertimbangan masalah lampau 4. Penyusunan rencana kegiatan 5. Pertimbangan rencana kegiatan 6. Mendalami pengetahuan dan keilmuan 7. Kegiatan bimbingan belajar selain kegiatan

pembelajaran d. Menerima tangung

jawab pribadi untuk sukses

1. Pertimbangan masa lalu 2. Penetapan tujuan 3. Mengatasi setiap kendala 4. Umpan balik untuk sukses

5. Mencari dan menerapkan pengalaman-pengalaman baru

6. Keberhasilan yang lebih bermakna 7. Dorongan pekerjaan dengan tanggung

jawab

8. Menerima perbaikan dari teman e. Menyukai situasi

pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah

1. Tugas yang tanggung jawab 2. Memikul tanggung jawab pribadi 3. Tanggung jawab tindakan yang dilakukan 4. Mempertahankan kepercayaan

(27)

Variabel Kategori Indikator

Efektivitas Proses Pembelajaran (Y)

a. Pengorganisasian materi yang baik

1. Materi pembelajaran yang teratur 2. Materi pemahaman siswa

3. Materi pembelajaran yang mudah dipahami 4. Materi dan pengembangan sesuai kurikulum b. Komunikasi yang

efektif

1. Guru bersikap ramah 2. Dimulai dari sapaan 3. Kesempatan siswa bertanya 4. Rasa kekeluargaan pada siswa 5. Komunikasi dengan siswa lain c. Penguasaan dan

antusiasme terhadap materi pelajaran

1. Kesempatan siswa belajar kelompok 2. Penguatan siswa berprestasi

3. Metode yang tepat 4. Penguasaan siswa 5. Pengetahuan yang efektif d. Sikap positif

terhadap siswa

1. Hadiah siswa yang berprestasi 2. Penguasaan materi pelajaran 3. Sikap empati siswa

4. Motivasi siswa

5. Keunggulan dalam prestasi e. Pemberian nilai

yang adil

1. Hadiah atau ganjaran siswa 2. Pemberian pujian

3. Pemberian hukuman 4. Pemberian nilai

5. Tindak lanjut pemberian nilai f. Keluwesan dalam

pendekatan pembelajaran

1. Dorongan siswa ingin tahu 2. Penguasaan materi dari sumber

pembelajaran

3. Semangat menyampaikan materi 4. Tujuan pembelajaran siswa 5. Pendekatan pembelajaran 6. Strategi pembelajaran 7. Pembelajaran sesuai rencana g. Hasil belajar siswa

yang baik

1. Evaluasi proses pembelajaran 2. Evaluasi akhir pembelajaran 3. Nilai yang objektif

4. Hasil nilai siswa

5. Kekurangan siswa dari penilaian

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(28)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimplan.” Berikut data SMP Negeri serta siswa sebagai peserta didik yang dijadikan populasi sesuai dengan judul kecil pada penelitian ini “Studi diskriptif di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. (Data terakhir Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya tahun 2009).

Tabel 3.2

Data Keadaan: Jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya yang menjadi Populasi

NO NAMA

SEKOLAH

POPULASI

Ket.

Rombel Siswa

Kelas Jumlah

1. SMP Negeri 6 5

A. 40 B. 40 C. 40 D. 40 E. 40

200

2. SMP Negeri 8 5

A. 37 B. 37 C. 37 D. 37 E. 36

184

Jumlah 10 384

Sumber: Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kec. Cihideung Kota Tasikmalaya Tahun 2009

Penentuan populasi dan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan :

(29)

sehingga dapat memberikan respon positif terhadap penelitian ini dalam efektivitas proses pembelajaran.

b. Peserta didik/ siswa memiliki semangat yang tinggi untuk senantiasa meningkatkan kompetensi pembelajaran sehingga diperkirakan dapat memberikan keterangan/ data secara objektif tentang penelitian efektivitas proses pembelajaran.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2007: 91) menyatakan: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sebagai patokan penentuan sampel penelitian dari populasi mengacu pendapat Surakhmad (1989: 100) yang menyatakan bahwa, “untuk pedoman umum saja dapat dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen, terdapat populasi di bawah 100 dapat diambil sampel sebesar 50% dan di atas seribu dapat diambil 15%, untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik tadi.”

(30)
[image:30.595.119.515.142.616.2]

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

NO NAMA

SEKOLAH

POPULASI SAMPEL

Rombel Siswa Rombel Siswa Kelas Jumlah Kelas Jumlah

1. SMP Negeri 6 5

A. 40 B. 40 C. 40 D. 40 E. 40

200 1,25

A. 10 B. 10 C. 10 D. 10 E. 10

50

2. SMP Negeri 8 5

A. 37 B. 37 C. 37 D. 37 E. 36

184 1,25

A. 9 B. 9 C. 9 D. 9 E. 10

46

Jumlah 10 384 2,5 96

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 96, maka jumlah sampel yang digunakan adalah 96 orang.

D. Langkah-langkah Pengumpulan Data 1. Kisi-kisi Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dengan kisi-kisi berdasarkan variabel penelitian.

2. Instrumen Penelitian

(31)

3. Uji Coba Instrumen a. Validitas Instrumen

Sebelum digunakan intrumen penelitian dilakukan uji validitas dan realiabilitas. Dengan rumus sebagai berikut ini.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah :

)

}

( )

            ∑ −       − − =

∑ ∑

y

y

X

X

r

N N y x xy N hitung 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) (

Keterangan : N = jumlah responden

X = jumlah sekor jawaban responden pada tiap item pertanyaan

y = jumlah sekor jawaban responden seluruh pertanyaan

r

hitung = koefisien korelasi antara variable x dan variable y.

Selanjutnya dihitung dengan Uji- t dengan rumus:

2 1 2 r n r thiyung − − =

Keterangan: t = Nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil

r

hitung

n = jumlah responden

Dilanjutkan mencari nilai

t

tabel dari daftar t dengan (dk=n-2) pada

05 =

α . Tolak ukur untuk menginprestasikan derajat validitas

digunakan criteria sebagai berikut:

t

hitung >

t

tabel berarti valid dan jika

t

hitung <

t

tabel berarti tidak valid
(32)

Sedangkan Rumus yang dipakai untuk mencari koefisien reliabilitas uraian dikenal dengan rumus Alpa seperti dibawah ini :

        −     − =

S

S

r

t i n k k 2 2 1 1

Dengan :

r

n = Reliabilitas yang dicari, k = banyaknya item soal

S

i2 = jumlah variansi skor tiap item

S

t2 = variansi skor total

Selanjutnya mencari tabel r product moment dengan dk= n-1 pada signifikan α =05Dilanjutkan membandingkan

r

hitung dengan

r

tabel dengan kriteria :

jika

r

hitung >

r

tabel maka intsrumen penelitian Reliabel dan

jika

r

hitung <

r

tabel maka intsrumen penelitian tidak Reliabel

c. Gambaran Umum Variabel

Kegiatan ini merupakan pemberian skor pada setiap alternatif

jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang

telah ditetapkan. Perhitungan angka prosentase dari setiap variabel

bertujuan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden

terhadap variabel manajemen kelas (X1), motivasi belajar siswa (X2),

dan efektivitas proses pembelajaran (Y). Gambaran umum variabel dilihat

dengan menghitung angka prosentase masing-masing variabel. Angka

(33)

% 100 .

Sit X

AP= i ………(rumus 7)

Dimana AP = Angka prosentase yang dicari

i

X = Skor rata-rata (mean) setiap variabel

Sit = Skor ideal setiap variabel

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan

tabel kriteria interpretasi skor seperti yang telah dikemukakan oleh

Akdon (2007: 120) sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Interpretasi Skor

SKOR PERSENTASE KRITERIA

INTERPRETASI

0 % - 19,99 % Sangat lemah

20 % - 39,99 % Lemah

40 % - 59,99 % Cukup

60 % - 79,99 % Kuat

50 % - 100 % Sangat kuat

d. Uji Hipotesis

Sebelum hipotesis di uji penelitian akan melakukan pengolahan

data hasil penelitian dengan menggunakan analisis kecenderungan

distribusi data, uji normalitas distribusi data, dan analisis korelasi yang

dilanjutkan dengan analisis jalur. Sedangkan untuk menguji hipotesis

pertama dan kedua peneliti akan melakukan analisis dengan

menggunakan korelasi product moment, untuk menguji hipotesis

digunakan uji statistik dengan analisis statistik inferensial parametrik

[image:33.595.118.521.190.620.2]
(34)

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis deskriptif berupa prosentase juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar kontribusi manajemen kelas dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran.

Dengan alur pengujian hipotesis tersebut, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan survey dan kuantitatif.

E. Prosedur Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data

Penyeleksian data didasarkan kepada klasifikasi data berdasarkan variabel, katagori dan indikator yang terdapat dalam instrumen penelitian.

2. Tabulasi Data

Tabulasi data yaitu pengelompokan data dalam bentuk tabel rekapitulasi.

3. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inperensial. Dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas untuk stiap variabel 1). Mencari rata-rata

(35)

3). Membuat daftar distribusi frekwensi observasi dan frekwensi ekspektasi.

a). Nilai Tertinggi b). Nilai terendah c). Jumlah Responden

d). Range = Data terbesar- data terkecil

e). Banyaknya kelas = 1+ 3,3 log n

f). Panjang kelas ( p ) =

s BanyakKela

Range

4). Menghitung nilai χ2(chi – kuadrat)

=

i i i hitung E E O 2

2 ( )

χ

Keterangan :

Oi = Frekwensi Onservasi Bk = Batas Kelas

Z = Transpormasi Normal Standar dari batas,

        − = − sd X Bk Z

L = Luas tiap kelas interval ( menggunakan daftar Z ) Ei = Frekwensi ekpansi ( nx L)

5). Menentukan derajat kebebasan ( Db ) Db = K – 3 6). Menentukan χ2dari daftar

b. Analisis Deskriftif

Untuk tiap-tiap variabel dilakukan analisis deskriftif sebagai berikut. 1). Rata-Rata

(36)

4). Skor ideal untuk item tertinggi 5). Skor ideal untuk item terendah 6). Rata-rata item

7). Angka presentase c. Analisis Parametrik

1) Menghitung angka korelasi

Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kebenaran hipótesis penelitian. Langkah pertama menghitung korelasi antar masing-masing variabel dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut ini.

[image:36.595.122.516.208.627.2]

Tingkat korelasi berkisar antara -1 dan +1 dan dikategorikan seperti digambarkan di halaman berikut :

Tabel 3.5 Tingkat Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi

0,80 - 1,000 Sangat kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,40 - 0,599 Sedang

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 - 0,199 Sangat rendah

Sumber: Riduwan (2007: 124)

Untuk menghitung koefisien korelasi

X

1 terhadap

X

2 digunakan rumus berikut:

r

X1.X2 =

(

) (

)(

)

(

)

(

)

{

}

{

(

)

(

)

2

}

(37)

Rumus ini dipakai juga untuk menghitung korelasi antar variabel yang lainnya.

2). Determinasi

Selanjutnya untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel

X

1 terhadap

X

2 dihitung koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut

% 100 2

x r KP =

Keterangan : KP = nilai koefisen determinasi r = nilai koefisen korelasi

Selanjutnya menghitung tingkat signifikan variabel X1 terhadap

X2 dengan rumus :

2

1 2 r n r thiyung

− −

=

Selanjutnya menentukan

t

tabel dengan melihat tabel t pada α =0,05

dengan dk= n-2, dk= 30-2=28.

Selanjutnya pengujian hipotesis dengan kriteria sebagai berikut:

Jika

t

hitung

t

tabel maka Ho ditolak artinya signifikan

t

hitung

t

tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

3).Menghitung Korelasi Ganda

a). Keretan hubungan

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara beberapa

variabel digunakan rumus koefisien korelasi ganda sebagai

(38)

( )( )( )

r

r

r

r

r

r

r

X X x x Y X Y X Y X Y X Y X X 2 2 . 1 2 . 1 . 2 . 1 2 . 2 2 . 1 . 2 . 1 1 . . 2 − − + = b). Determinasi % 100 2 x r KP =

Keterangan : KP = nilai koefisen determinasi

r = nilai koefisen korelasi

Selanjutnya menghitung

F

hitung dengan rumus sebagai

berikut:

(

)

1 1 2 2 − − − = k n k F

R

R

hitung

Selanjutnya menghitung

F

tabel dengan rumus sebagai berikut:

F

tabel =

F

{(1−α) (. dk=k) (. dk=nk−1)}

Setelah dihitung dilanjutkan dengan penentuan kesimpulan

dengan kriteria sebagai berikut :

Jika

F

hitung >

F

tabel maka tolak Ho terima Ha, dan

Jika

F

hitung <

F

tabel maka tolak Ha terima Ho.

a) Menentukan korelasi ganda dengan rumus:

(

R

X1.X2.Y

)

=

+

y

y

x

b

y

x

b

2 . 2 2 1

1. .

b) Mencari nilai kontribusi korelasi ganda dengan rumus:

(39)

c) Menguji signifikan dengan membandingkan

F

hitung dengan

F

tabel dengan rumus:

F

hitung =

(

)

(

2

)

2

1 .

1 R m

m n R

− − −

dan

F

tabel =

F

{

( )(

1α.dk=m

)(

.dk=nm1

)

}

4. Interpretasi Data

Interpretasi data yaitu pengambilan keputusan berdasarkan hasil penelitian. Interpresi data dilakukan setelah data-data yang terkumpul dianalisis sehingga dapat diambil satu keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan uji hipotesis yang didasari patokan sebagai berikut:

1. Jika ternyata

F

hitung>

F

tabelmaka Ho ditolak dan terima Ha, artinya terdapat kontribusi yang signifikan antara manajemen kelas dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

2. Jika ternyata

F

hitung<

F

tabelmaka Ha ditolak dan terima Ho, maka artinya tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara manajemen kelas dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

5. Jadwal Penelitian

(40)

172

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil temuan dalam penelitian ini maka peneliti dapat memberikan kesimpulan, saran dan rekomendasi sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Terdapat kontribusi yang signifikan dari manajemen kelas terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Manajemen kelas dan efektivitas proses pembelajaran berkorelasi sebesar 0,57. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat manajemen kelas tinggi maka efektivitas proses pembelajaran juga cenderung tinggi, sebaliknya apabila tingkat manajemen kelas rendah, maka efektivitas proses pembelajaran juga cenderung rendah. Kontribusi variabel manajemen kelas terhadap efektivitas proses pembelajaran adalah sebesar 32,49%. Sedangkan manajemen kelas di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dalam hal mengatur atau menata lingkungan fisik kelas, menegakkan disiplin dalam mengelola pembelajaran, mengembangkan tingkah laku peserta didik, menjalin komunikasi dengan peserta didik, dan menumbuhkan organisasi kelas yang efektif termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Weighted Means Scored (WMS) dengan nilai rata-rata sebesar 3,91.

(41)

Cihideung Kota Tasikmalaya. Motivasi belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran berkorelasi sebesar 0,45. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat motivasi belajar siswa tinggi, maka efektivitas proses pembelajaran cenderung tinggi, sebaliknya apabila tingkat motivasi belajar siswa rendah, maka efektivitas proses pembelajaran juga cenderung rendah. Kontribusi variabel motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran adalah sebesar 20,08%. Sedangkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dalam hal berusaha unggul, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, serta menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Weighted Means Scored (WMS) dengan nilai rata-rata sebesar 3,95.

(42)

variabel tersebut terhadap efektivitas proses pembelajaran adalah sebesar 39,02%, sedangkan sisanya 60,98% merupakan kontribusi dari variabel lainnya yang tidak diukur dalam penelitian ini. Sedangkan efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya dalam hal pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang baik termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Weighted Means Scored (WMS) dengan nilai rata-rata sebesar 3,86.

B. Saran

(43)

dengan baik seoptimal mungkin. Guru yang profesional yang ditandai dengan dimilikinya beberapa kompetensi selayaknya mencintai profesinya sebagai guru. Dari rasa mencintai profesi ini sebagai pengajar akan lahir keikhlasan di dalam melaksanakan tugas pembelajaran di kelas. Dengan keikhlasan ini mudah-mudahan pemerintah juga akan mulai memperhatikan secara konkrit terhadap kesejahteraan guru. Karena kesejahteraan menurut beberapa penelitian yang penulis baca sebelumnya merupakan variabel yang juga ikut. Kepada pimpinan pendidikan di tingkat Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya pada khususnya, umumnya pimpinan sampai dengan tingkat Kota Tasikmalaya di Provinsi Jawa Barat, disarankan untuk secara terus menerus memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran yang kondusif melalui pelatihan, kursus, workshop, dan lain-lain melalui penetapan kebijakan penyelenggaraan pendidikan, khususnya faktor manajemen kelas dan motivasi belajar siswa. Selain itu diharapkan agar diselenggarakan pendidikan dan pelatihan yang menekankan pada aspek manajemen kelas dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran bagi guru SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

(44)

tugas seorang manajerial pendidikan yaitu sebagai tugas administrator, inovator, akuntabilitas terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, yang diharapkan dapat menjadi supervisor untuk meningkatkan kinerja proses pembelajaran yang efektif.

Kepada peneliti berikutnya, agar dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor apa yang secara empiris mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai peran fasilitator, inovator, motivator dalam kaitannya terhadap peserta didik sehingga terwujudlah suasana pembelajaran yang kondusif. Dengan demikian dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran harus berkolaborasi dengan kedua variabel yaitu variabel manajemen kelas dan motivasi belajar siswa.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang menunjukkan adanya kontribusi yang signifikan dari variabel manajemen kelas terhadap efektivitas proses pembelajaran dan kurang signifikannya antara motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran di SMP Negeri Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, maka diperlukan rekomendasi kepada berbagai pihak sebagai berikut :

(45)

terciptalah pembelajaran yang inovatif. Yang berarti guru harus melahirkan motivasi belajar siswa agar pembelajaran lebih meningkat yang pada akhirnya bermuara pada pembentukan hasrat, minat, pengembangan kompetensi dan unggul dalam meningkatkan prestasi pendidikan. Guru sebagai komponen dalam pembelajaran hendaknya bersinergi dengan teman-teman sejawat atau dengan melalui pelatihan, membaca guna membangun budaya berprestasi untuk membimbing anak didik sehingga timbul semangat untuk lebih sukses dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

2. Kontribusi motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran merupakan budaya berprestasi terutama belajar siswa harus dibangun agar guru memiliki etos pembelajaran yang optimal apalagi dengan termotivasi belajar siswa akan lebih meningkat melalui motivasi pada pembelajaran di dalam kelas. Lahirnya motivasi belajar siswa di kalangan guru sebagai pendidik harus seprofesional mungkin. Penilaian yang transparan dan penghargaan yang dilaksanakan secara objektif oleh kepala sekolah kepada guru akan mendorong guru lebih berprestasi serta penilaian yang diberikan guru kepada siswa dalam memotivasi pembelajaran di kelas akan membawa prestasi lebih meningkat.

(46)

mengajar secara sistematis yang mewujudkan kondisi pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas akan lebih efektif dan kondusif.

(47)

179

DAFTAR PUSTAKA

Arep, Ishak & Tanjung, Hendri. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Ary, Donald. (1982). Diterjemahkan oleh Arif Furchan. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Barbash. (1994). Work Performance and Job Satisfaction. Boston: Allyn and Bacon, Inc..

Crider, Andrew B. (1983). Psychology. Illionis Scot Foresman and Company. Castetter, William B. (1996). The Human Resource Function Educational

Administration. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Chan, S.M. dan Sam, T.T. (2005). Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otoda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cooper, J.M. (ed). (1982). Classroom Teaching Skills. Lexington, Mass: D.C. Heath and Company.

David C. McClelland. (1987) dalam Djaali (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Davis, K. (1991). Human Behavior at Work Organizational Behavior. New York: McGraw Hill Publishing Company.

Djaali, dkk. (2000). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Djaali. (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Depdikbud. (1994). Peranan Guru dalam Peningkatan PBM dan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

_________. (1996). Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas. Jakarta: Depdikbud.

(48)

Depdiknas. (2004). Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik. Jakarta: Depdiknas.

Effendi. (1985). Kompetensi Guru. Malang: UM.

Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Filley, Allan C. House, Robert J. dan Kerr, Steven. (1970). Managerial Process and Organizational Behaviour. Hillslade, Illionois: Scott Foresman and Company.

Fullan Michael G. with Suzanne Stiegelbauer. (1991). The New Meaning of Educational Change. Columbia University: Teachers College Press. Gaffar, M.F. (1987). Perencanaan Pendidikan. Teori dan Metodologis.

Gordon, T. (1974). Teacher Effectiveness Training. New York: David McKay Company, Inc.

Hadi, Sutrisno. (1989). Metodologi Research. Yogyakarta, Andi Offset.

Hammond-Darling Linda. (2006). Powerful Teacher Education, Jossey-Bass Publishers Francisco.

Hammond-Darling Linda. (1999). A License to Teach, Jossey-Bass Publishers Francisco.

Handoko. (1996). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Hersey, Paul and Blanchard, Kenneth H. (1992). Management Organizational Behaviour. Utilizing Home Resources, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc.

Houston, Jhon P. (1985). Motivation. New York, Macmillan Publishing Company.

Irawan, Prasetya. (2002). Logika dan Prosedur Penelitian. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.

Irwanto, dkk. (1989). Psikologi Umum. Jakarta: Kerjasama APTIK dan Gramedia. Jaenabong. (2000). Guru sebagai Ujung Tombak PBM di Kelas dan Penentu

(49)

Jalal, F. (2005). Kebijakan Pendidikan dalam Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Bandung: FIP UPI.

Johnston. (1995). Motivation and Job Satisfaction. New York: Macmillan Publishing Co. Inc.

Kerlinger, Fred N. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioral (Penerjemah, Landung S. Simatupang) Editor H.J. Koesmoemanto. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Laporan Rapat Asosiasi LPTKI. (2006). Surabaya: Depdiknas.

Lengkanawati, N.S. (2006). Di Seputar Sertifikasi Guru. Chronicle UPI Edisi Perdana Tahun Ke-01 1 Januari 2006.

Luthans, F. (2002). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Companies.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marwansyah dan Mukaram. (1999). Manajemen SDM. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga.

Megarry dan Dean. (1999). A Meaning for Competency. Georgia: Competency Based Education Centre College of Education.

Mitchel, T.R. and Larson. (1987). People and Organization: An Introduction to Organizational Behavior. Singapore: McGraw Hill Inc.

Moully, G.J. (1973). Psychology for Effective Teaching. New York, Holt, Rinehart and Winston.

Muhadjir, N. (1992). Perencanaan dan Kebijakan Pengembangan SDM. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulyasa, E. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosdakarya.

Murphy dan Cleveland. (1991). The Measurement of Work Performance: Methods. Theory, and Application. San Diego: Academic Press Inc. Nandika, D. (2005). Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

(50)

Natawijaya, R. (2002). Struktur Profesi Kependidikan. Bandung: UPI.

Nawawi. (1993). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. PP.RI. No. 19 Tahun (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Prayitno. (2005). Pendekatan “Basic Need” dalam Pendidikan. Makalah Seminar

Internasional Pendidikan dan Pertemuan FIP-JIP se-Indonesia tahun 2005 di Bukit Tinggi.

Rakhmat, J. (1989). Psikologi Komunikasi. Jakarta: Erlangga.

Reber, A.S. (1988). The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria. Penguin Books Australia Ltd.

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rivai Veithzal. (2005). Performance Appraisal. Jakarta Raja Grafindo Persada. Sardiman. (1990). Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.

Siagian, Sondang P. (1989). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta, Bina Aksara.

Singaribun dan Effendi. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Schuler dan Jackson. (1999). Manajemen SDM Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: Erlangga.

Soedijarto. (2005). Kemampuan Profesional Guru yang sesuai dengan Upaya Peningkatan Relevansi dan Mutu Pendidikan Nasional dan Implikasinya Terhadap Strategi Penyiapan Tenaga Guru dan Tenaga Kependidikan. Makalah Seminar Internasional dan Pertemuan FIP/JIP se-Indonesia di Bukit Tinggi, tanggal 12-14 September 2005.

Smith, M.D. (1978). Educational Psychology and Its Classroom Applications. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

(51)

Sudarmono. (1990). Globalisasi sebagai Peluang Mengembangkan Diri. Bandung: Mimbar Pendidikan UPI.

Sugiyono. (2003). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2002). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suciati. (1996). Teori Motivasi dan Penerapannya dalam Proses Belajar Mengajar. PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta.

Sugiono. (2005). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata Nana Syaodih. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

Surya, M. (2000). Mencermati Kebijakan Pendidikan dalam Mewujudkan Kemandirian Guru. Makalah Simposium Nasional Pendidikan tentang Rekonstruksi Profesi Guru dalam Kerangka Reformasi Pendidikan di Unmuh Malang.

Suyanto dan Hisyam, D. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Milenium III. Yogyakarta: Adi Cipta.

Suryasubrata, Sumadi. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Taufik, H. (2002). Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Tilaar, H.A.R. (2001). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(52)

Usman Uzer, Moh. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

UU. RI. No. 20 Tahun (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Asokadikta dan Durat Bahagia.

UU. RI. No. 14 Tahun (2004). Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara. UU. RI. No. 14 Tahun (2005). Tentang Guru dan Dosen. Fokusmedia.

Veithzal Rivai dan Dato’ Ahmad Fawzi Mohd. Basri. (2005). Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Winataputra. (1996). Motivasi Belajar. FKIP UT. Jakarta.

(53)

DAFTAR JURNAL

Danumiharja, M. (2001). Peran Guru sebagai Inovator. Jurnal Formasi 5 (3). Mantja, W. (2000). Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi. Jurnal Ilmu

Pendidikan 7 (2).

Widiati, U. (2000). Possible Challenges of Teacher Research for Teacher Professional Development. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 7 Edisi Khusus Desember 2000.

Gambar

Tabel 1.1 Kekurangan Guru Tahun 2008-2009
Tabel 3.1 Kisi-kisi Variabel Manajemen Kelas, Motivasi Belajar Siswa dan
Tabel 3.2 Data Keadaan: Jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Tabel 3.3 Sampel Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

64 Abd Mu’im an-Namir, Ilmu at-Tafsir (Kairo: Dar Kutub al-Mis}ri, 1985), cet.. 53 ayat sesudahnya. Tidak hanya menyebut munasabah antar ayat saja, akan tetapi al-Ra&gt;zi

dalam pembentukan anggota kelompok ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu mengenai kelayakan kredit dengan bantuan jaringan sosial, sehingga mencegah kredit

peradaban terk ait penyebab fenomena dan k ej adi an, serta menerapk an pengetahuan prosedural pada bi dang k aj ian yang spesi fi k sesuai dengan bak at dan mi

[r]

Pada dasarnya intensi berwirausaha membutuhkan seseorang untuk memiliki social competence yang baik, karena dalam berwirausaha lingkungan sosial merupakan salah

Permasalahan tersebut dapat disimpulkan perlunya membuat sebuah aplikasi mobile untuk menampung orang yang mempunyai bakat dan orang yang membuat event untuk

1 2 unit Excavator Komatsu PC2000-8 Sudah terkirim ke Proyek Bengalon 2 10 unit Dump Truck Komatsu HD1500-7 Sudah terkirim ke Proyek Bengalon 3 1 unit Excavator Komatsu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkah laku harian rusa Timor ( Cervus timorensis ) dalam kondisi penangkaran yang lebih luas dengan jumlah