• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA KARYAWAN : Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA KARYAWAN : Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL

TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA

KARYAWAN

(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

Nani Sintiawati 0906037

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

(2)

PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL

TEAM BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA

KARYAWAN

(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)

Oleh Nani Sintiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nani Sintiawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

PENERAPAN METODE OUTBOUND PADA PELATIHAN SPIRITUAL TEAM

BONDING DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA KARYAWAN

(Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center “ Yayasan Daarut Tauhiid Bandung)

Metode outbound merupakan bagian dari experiential learning, dimana

experiential learning atau belajar dari pengalaman merupakan kajian dari ilmu

pendidikan luar sekolah bagi orang dewasa, yang dapat berbentuk sebuah pelatihan. Peserta yang terlibat pada pelatihan spiritual team bonding ini adalah karyawan yang bekerja dan aktif di perusahaan Adira Finance, yang memerlukan upaya pembenahan dalam konteks peningkatan budaya kerja serta kesadaran spiritual pribadinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Memperoleh gambaran kondisi awal budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team

bonding? 2) Memperoleh gambaran penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding? 3) Memperoleh gambaran faktor pendukung dan

penghambat penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding? 4) Memperoleh gambaran perubahan budaya kerja yang terjadi setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian sebanyak enam orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan triangulasi. Penelitian dilakukan di Daarut Tauhiid Training Center Bandung dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan April sampai Juni 2013. Hasil penelitian diperolah data mengenai: 1) Karyawan masih memiliki budaya kerja yang kurang baik seperti kehadiran yang masih kurang, keterlambatan dalam bekerja, jarang menerima lembur. 2) Pemilihan metode yang dirasa tepat dalam pencapaian tujuan membelajarkan orang dewasa, yaitu untuk memecahkan dan merenungi permasalahan dalam bekerjanya dengan kemampuan psikomotor berupa aktivitas outbound. 3) Program yang dimiliki lembaga mempunyai kekhasan dalam aspek spiritualnya, sedangkan penghambatnya yaitu evaluasi penyelenggaraan yang masih dilakukan oleh pihak mitra lembaga. 4) Karyawan telah dapat berpikir kreatif seperti membuat memo pengingat, memberikan senyum sapa kepada klien, selain itu karyawan telah dapat datang lebih pagi dan selalu hadir dalam pertemuan rapat setiap minggu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil dari penerapan metode

outbound dalam pembelajaran pelatihan cukup mampu membuat suatu perubahan

(5)

ABSTRACT

Outbound Implementation Method In Spiritual Training Team Bonding In Improving Employe Work Culture

( Descriptive Study on the Training Institute " Daarut Tauhiid Training Center " Daarut Tauhiid Foundation Bandung )

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN..………. i

UCAPAN TERIMA KASIH……… ii

ABSTRAK………... iv

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………... 5

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian……….. 7

E. Struktur Organisasi Skripsi………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 8

A. Konsep Pendidikan Nonformal………... 8

1. Pengertian Pendidikan Nonformal……….. 8

2. Karakteristik Pendidikan Nonformal………... 9

3. Cakupan Pendidikan Nonformal………... 11

4. 10 Patokan Dikmas dalam Pendidikan Nonformal……… 13

B. Konsep Pelatihan……….. 16

1. Pengertian Pelatihan……… 16

2. Landasan Pelatihan………... 17

3. Sasaran dan Tujuan Pelatihan………... 18

4. Manajemen Pelatihan………... 19

5. Komponen-komponen Pelatihan………... 22

6. Metode Pelatihan………. 23

(7)

b. Tahapan Outbound dengan Experiential Learning……… 27

c. Peranan Fasilitator Pelatihan………. 31

d. Manfaat Outbound……… 32

C. Konsep Budaya Kerja……… 33

1. Pengertian Budaya………... 33

2. Budaya Organisasi……….. 34

3. Pengertian Kinerja………... 35

4. Indikator Budaya Kerja……… 37

5. Unsur-unsur Budaya Kerja………... 39

6. Manfaat Budaya Kerja………... 41

7. Outbound dalam Upaya Membangun Budaya Kerja…………... 43

BAB III METODE PENELITIAN………... 46

A. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 46

1. Lokasi Penelitian……… 46

2. Subjek Penelitian……… 46

B. Desain Penelitian……….. 48

1. Tahap Pra-Lapangan……… 48

2. Tahap Pekerjaan Lapangan……….. 49

3. Tahap Analisis Data………. 49

4. Tahap Penulisan Laporan………... 49

C. Metode Penelitian………. 50

D. Definisi Operasional………. 51

E. Instrumen Penelitian………. 53

1. Wawancara………... 54

2. Observasi………. 54

F. Teknik Pengumpulan Data……… 54

1. Observasi……… 55

2. Wawancara………... 56

3. Studi Dokumentasi……… 57

4. Triangulasi Data……… 57

(8)

1. Data Reduction (Reduksi Data)………. 59

2. Data Display (Penyajian Data)……….. 59

3. Conclusion Drawing verification………... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 61

A. Gambaran Lokasi Penelitian ………... 61

B. Gambaran Umum Program Pelatihan Spritual Team Bonding………... 65

C. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 69

D. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 136

A. Kesimpulan………... 136

B. Saran………... 140

(9)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perubahan lingkungan pada saat ini berkembang dengan sangat kompleks dan

cepat, hal tersebut ditandai oleh faktor-faktor seperti globalisasi, perkembangan

teknologi, dan penyebaran teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Marwansyah

(2012: 2) Faktor-faktor seperti globalisasi dan teknologi telah menimbulkan

perubahan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh

dunia, termasuk Indonesia. Perubahan lingkungan yang kompleks dan dinamis itu

akan mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berkompetisi dan

mempertahankan daya saingnya. Kemampuan ini pada gilirannya akan sangat

ditentukan oleh mutu sumber daya manusia yang dimiliki.

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

seutuhnya, melalui pendidikan hal tersebut dapat terarah dengan baik seperti yang

tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional secara umum dikutip dari (UU Sisdiknas,

2003: 5) sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang terencana dan terarah tersebut di selenggarakan pada tiga

jalur layanan pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa, sesuai dengan UU

Sisdiknas, dalam Bab 1 Pasal 1, tentang pembagian jalur pendidikan di Indonesia

yaitu :

(10)

Dalam penyelenggaraannya melalui tiga jalur pendidikan, merupakan suatu

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Pada

dasarnya, pendidikan nonformal bertujuan memenuhi kebutuhan peserta didik

untuk kehidupan kini dan masa depannya, yang dapat diterapkan langsung di

kehidupan lingkungannya dengan wujud keterampilan. Kegiatan belajar bagi

pendidikan nonformal dilakukan di lingkungan masyarakat dan lembaga, juga

dapat dilakukan di dalam satuan pendidikan non formal seperti Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB), pusat latihan dan sebagainya. Dilihat dari penyelenggaraannya

pendidikan nonformal terbagi atas satuan pendidikan dan jenis pendidikan, sesuai

dengan UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 26 tentang Pendidikan Nonformal

menyatakan bahwa Satuan Pendidikan Nonformal terdiri atas lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Dalam satuan pendidikan nonformal, kursus dan pelatihan diselenggarakan

bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan

hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,

usaha mandiri, dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut

tercantum dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 26. Sebagai salah satu

satuan pendidikan non formal, pelatihan mempunyai pengertian yang

diungkapkan oleh Simamora (Kamil, 2010: 4) bahwa pelatihan adalah “serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu”. Sedangkan tujuan dari pelatihan yang di ungkapkan oleh Dale S. Beach (1975) dalam (Kamil, 2010: 10) adalah “the objective of training is to achive a change in the behavior of those trained (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh

perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih)”. Dapat disimpulkan bahwa tujuan menurut Dale disini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku

seorang yang dilatih.

Menurut Artasasmita (1985: 21-22) Pelatihan dapat memberikan manfaat

(11)

3

memberikan dasar yang lebih luas bagi pendidikan lanjutan, menambah

pemahaman terhadap wawasan suatu pekerjaan, serta dapat menghasilkan

efisiensi dan efektivitas dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan

manfaat-manfaat seperti diatas, program pelatihan dapat menjadi alternatif dalam upaya

pemecahan masalah yang menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang

terintegritas, karena pelatihan adalah suatu upaya penyempurnaan dan perbaikan

nilai-nilai menjadi suatu nilai baru menuju pembangunan nasional. Mengutip

pendapat dari Triguno (1996: 7) bahwa sumber daya manusia memerlukan

pembenahan dalam pengembangan sumber daya manusia agar mampu

memberikan kualitas kerja yang baik bagi pembangunan nasional.

Dalam Seminar KORPRI (Triguno, 1996: 3) Budaya kerja merupakan salah

satu komponen kualitas manusia yang sangat melekat dengan identitas bangsa dan

menjadi tolak ukur dalam pembangunan. Budaya kerja tidak akan muncul begitu

saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui suatu proses

yang terkendali dengan melibatkan sumber daya manusia dalam seperangkat

sistem, alat-alat dan teknik pendukung. Triguno (1996: 31) juga mengungkapkan

apa yang terkandung dalam budaya kerja adalah strategi untuk mencapai

keberhasilan masa depan dalam membangun sumber daya manusia dan organisasi

melalui pelatihan alami. Dengan hal tersebut maka pelatihan dapat dikatakan

penting bagi organisasi atau perusahaan maupun lembaga apapun dalam upaya

pembenahan dan pengembangan sumber daya manusia bagi pambangunan

nasional.

Lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal yang mewadahi

kebutuhan pendidikan dan pelatihan masyarakat. Salah satu lembaga yang

mempunyai program pelatihan adalah lembaga pelatihan manajemen qolbu,

sekarang lebih dikenal dengan nama Daarut Tauhid Training Center (DTTC).

Pelatihan yang diselenggarakan oleh DTTC meliputi pengembangan sumber daya

manusia dalam menyelenggarakan pelatihan, pendidikan, pembinaan dan

konsultasi berbasis manajemen qolbu. Program pelatihan yang dilaksanakan oleh

DTTC meliputi pelatihan manajemen qolbu dewasa dan pelatihan manajemen

(12)

masyarakat, perusahaan swasta, maupun perusahaan non-swasta, karena program

pelatihan yang di kemas oleh DTTC tidak hanya dilakukan di dalam

ruangan/kelas, tetapi juga melalui proses pembelajaran di luar ruangan atau di

alam terbuka yaitu melalui kegiatan outbound, sebagai proses pembelajaran dari

pengalaman (Experiential learning) serta mempunyai ciri khas dalam konteks

spiritual.

Beberapa perusahaan swasta maupun non swasta akan memerlukan

penyelenggaraan pelatihan dalam peningkatan kinerja bagi karyawan

perusahaannya, begitupula dengan perusahaan swasta Adira Finance yang bekerja

sama dengan lembaga DTTC. Kebutuhan akan peningkatan kinerja serta

kesadaran spiritual bagi karyawan dirasakan oleh Adira Finance dalam memenuhi

kualitas budaya kerja perusahaannya. Keragaman sumber daya manusia pada

perusahaan mengakibatkan perbedaan cara kerja, motivasi kerja, serta kebiasaan

para karyawannya, sehingga dalam bekerja karyawan sering dihadapkan dengan

permasalahan kurangnya motivasi dalam bekerja, adanya pelanggaran peraturan

perusahaan yang telah ditetapkan, kemudian karyawan belum sepenuhnya

memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan visi-misi perusahaan. Hal

tersebut dirasa perusahaan menjadi hambatan dalam peningkatan dan

pengembangan budaya kerja karyawannya. Budaya kerja merupakan kebiasaan

yang telah membudaya pada diri juga organisasi tercermin dari perilaku terwujud

dalam bekerja sehari-hari, sehingga diperlukan sebuah kesadaran penuh pada diri

masing-masing dalam kehidupan selama bekerja. Maka dari itu perusahaan

berusaha memperbaiki keadaan budaya kerja karyawannya dengan proses

pembelajaran yang dirasa mampu merubah budaya kerja karyawannya dalam

mewujudkan kualitas kerja yang baik bagi perusahaan, proses pembelajaran yang

melibatkan seluruh rangkaian aktifitas serta kesadaran spiritual para karyawannya,

sehingga karyawan mempunyai pengalaman yang nyata dalam mengaplikasikan

hasil pelatihan tersebut dengan tema pelatihan yang mereka butuhkan yaitu “Spiritual team bonding”.

Dari hasil identifikasi, bahwa program pelatihan yang disajikan oleh lembaga

(13)

5

perusahaan swasta seperti Adira Finance karena dengan variasi proses

pembelajaran yang dilakukan mencakup proses pembelajaran yang jarang

dilakukan oleh lembaga pelatihan lainnya dengan konteks spiritualnya.

Perusahaan merasa tertarik dengan kekhasan yang dimiliki oleh lembaga DTTC

dalam upaya perbaikan karyawan melalui kegiatan fisik, yang mengarah kepada

kegiatan keakraban dan komunikasi diantara karyawan sehingga diharapkan

memunculkan kebiasaan dan perilaku yang baik setelah pelatihan untuk

keseharian bekerjanya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik dalam mengkaji lebih dalam

mengenai penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding

dalam meningkatkan budaya kerja karyawan (Studi Deskriptif di Lembaga Pelatihan “Daarut Tauhiid Training Center” Yayasan Daarut Tauhiid Bandung).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil observasi lapangan, maka

teridentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Meningkatnya kebutuhan kinerja karyawan seperti penyesuaian kebiasaan

dalam bekerja, motivasi dalam bekerja, serta penghayatan nilai-nilai dan

kebutuhan spiritual dalam meningkatkan budaya kerjanya di dalam perusahaan.

b. Perbedaan budaya kerja antar karyawan mengakibatkan kurangnya

keseimbangan budaya kerja karyawan, sehingga dibutuhkan kegiatan yang

mendekatkan komunikasi dan keakraban.

c. Mayoritas karyawan belum menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan yang

dimilikinya selama bekerja, karyawan belum memiliki kesadaran

pengaplikasian nilai dalam bekerja terhadap perusahaan, dimana

nilai-nilai tersebut menjadi nilai-nilai dasar produktifitas, serta karyawan belum dapat

mematuhi peraturan sepenuhnya yang telah ditetapkan perusahaan.

d. Pembelajaran dikemas dengan aktifitas fisik seperti outbound, karena metode

(14)

2. Perumusan Masalah

Dari uraian yang dipaparkan pada identifikasi masalah, penulis membatasi

permasalahan penelitian terkait dengan penerapan metode outbound dalam

pelatihan spiritual team bonding. Untuk memperjelas lingkup penelitian, maka

penulis merumuskan ke beberapa bentuk pertanyaan menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan

spiritual team bonding?

b. Bagaimana penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding

dalam meningkatkan budaya kerja karyawan?

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan metode outbound pada

pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan?

d. Bagaimana perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah

mengikuti pelatihan spiritual team bonding?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam

meningkatkan budaya kerja karyawan. Secara Khusus, tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran kondisi budaya kerja karyawan sebelum

mengikuti pelatihan spiritual team bonding.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual

team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan.

3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode

outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya

kerja karyawan.

4. Untuk memperoleh gambaran perubahan budaya kerja yang terjadi pada

(15)

7

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian

Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Secara Konseptual, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

konsep pengelola pelatihan mengenai prinsip-prinsip metode pelatihan, dalam

meningkatkan budaya kerja.

2. Secara Praktis bagi penyelenggara pelatihan, temuan ini dapat dijadikan bahan

referensi dan informasi untuk pengembangan penerapan strategi dalam metode

pelatihan yang efektif di lembaga pelatihan.

3. Sebagai bahan referensi apabila ada pihak yang berminat meneliti lebih lanjut

terhadap bidang yang sama.

4. Bagi peneliti, manfaat penelitian ini untuk menguatkan pengetahuan, wawasan

serta keterampilan mengimplementasikan teori dalam pengaplikasian inovasi

metode pelatihan di lembaga pelatihan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan sistematika penulisan

skripsi sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

organisasi skripsi.

BAB II, Kajian Pustaka, sebagai landasan konsepsi penelitian ini, mencakup

konsep pendidikan nonformal dalam program pelatihan, konsep pelatihan, dan

konsep budaya kerja

BAB III, Metodologi Penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpul data, triangulasi data, analisis data.

BAB IV, Hasil penelitian meliputi: gambaran lokasi penelitian, gambaran umum

program pelatihan, gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB V, Kesimpulan dan Saran, membahas kesimpulan hasil penelitian dan

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daarut Tauhiid Training Center (DTTC Bandung),

yang berlokasi di Jalan Geger Kalong Girang Baru No 4 Bandung 40154. Lokasi

penelitian ini dipilih karena Daarut Tauhiid Training Center (DTTC) Bandung

merupakan lembaga penyelenggara pelatihan berbasis spiritual yang merupakan

bagian dari pendidikan nonformal. Hal tersebut melatar belakangi lembaga swasta

seperti ADIRA Finance dalam menyelenggarakan pelatihan spiritual team

bonding bagi karyawan. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan beberapa individu yang dijadikan sebagai

sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian sesuatu baik orang, benda atau

lembaga (organisasi) yang sifat keadaannya akan diteliti, dengan kata lain subjek

penelitian merupakan sesuatu yang di dalam dirinya melekat suatu objek

penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif dinamakan sebagai nara

sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.

Subjek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penerapan metode

outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya

kerja karyawan yaitu peserta outbound pelatihan spiritual team bonding yang

terdiri dari karyawan ADIRA finance. Sumber yang diperlukan dalam memenuhi

data adalah sebanyak dua orang selaku peserta pelatihan, kemudian peneliti

mengadakan triangulasi data dengan satu orang narasumber atau trainer, satu

orang selaku ketua penyelenggara pelatihan spiritual team bonding, satu orang

atasan karyawan atau peserta pelatihan, dan satu orang rekan kerja karyawan

dalam perusahaan.

Pemilihan enam orang sumber data dalam penelitian ini dikarenakan pada apa

yang dikemukakan oleh Moleong (2013) bahwa dalam penelitian kualitatif tidak

(17)

47

yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan

ke populasi, tetapi di transferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Dalam penelitian

kualitatif peneliti sebagai human instrument harus berinteraksi dengan sumber

data, dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang

memberikan data. Maka dari itu pemilihan enam orang sumber data dalam

penelitian ini sudah dipertimbangkan dengan alasan sumber data memiliki data

yang diperlukan dalam penelitian ini.

Penentuan subjek dalam penelitian ini berdasarkan pada purposive sample

yang bertujuan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pemilihan subjek penelitian

dimaksudkan pada maksud tertentu dan pemilihan informan yang diambil oleh

peneliti dengan alasan bahwa informan tersebut dianggap dapat dipercaya oleh

peneliti dengan maksud menggali serta mendapatkan informasi data yang

diperlukan untuk menemukan jawaban penelitian mengenai penerapan metode

outbound pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya

kerja karyawan, yaitu para lulusan peserta pelatihan yang terdaftar pada

perusahaan ADIRA Finance, aktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai karyawan. Demikian pula dengan informan sumber belajar, yaitu trainer

yang mengarahkan dan membimbing para peserta pelatihan, dan informan

manajer program, dimana merupakan manajer content program pada

penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding, atasan peserta pelatihan yang

memantau perkembangan bekerja para karyawan/peserta pelatihan, serta rekan

kerja peserta pelatihan dalam keseharian bekerja.

Dari lulusan atau peserta pelatihan spiritual team bonding, peneliti menggali

data dan informasi mengenai kondisi pengetahuan dan sikapnya pada saat

sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, dari manajer program, data dan

informasi yang digali yaitu berhubungan dengan sejarah lembaga, latar belakang

dalam penyelenggaraan program pelatihan serta faktor pendukung dan

(18)

penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding, dari

narasumber atau trainer, data yang ingin diperoleh adalah data-data mengenai

penerapan metode pelatihan, materi yang disampaikan, dan evaluasi belajar yang

dilakukan terhadap peserta pelatihan, dan faktor pendukung dan penghambat

dalam penerapan metode outbound pada pelatihan serta manfaat yang diambil

pada penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding. Dari atasan dan rekan

kerja peserta pelatihan data yang akan digali yaitu mengenai kondisi awal dan

akhir budaya kerja peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team

bonding.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian disini adalah rancangan peneliti dari awal sampai akhir

penelitian, yaitu memberikan gambaran mengenai tahap perancangan penelitian,

pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data hingga penulisan laporan

penelitian.

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab

pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh peneliti,

sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Pada aktivitas pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

observasi langsung ke lokasi penelitian yang berlokasi di Jalan Geger Kalong

Girang Baru No 4 Bandung 40154. Hal tersebut dilakukan peneliti dikarenakan

agar memperoleh gambaran mengenai pokok permasalahan yang ada di lokasi,

yang akan dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan

kepada pihak-pihak terkait mulai dari instansi lembaga pendidikan yang sedang

ditempuh, kemudian pihak lembaga Daarut Tauhiid Training Center dan manajer

program lembaga, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya

penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan manajer program,

(19)

49

dapatkan dari hasil wawancara berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji

atau tidak.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada aktivitas ini, peneliti berusaha menimbang dan memilih data yang akan

dijadikan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada

penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan

dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber.

Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan

ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data

yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari

lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang

ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam

mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik

analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam

dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta

menafsirkan data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan

teliti terhadap suatu objek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan

mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, obsevasi,

pengamatan, dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai

dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan tahapan

kegiatan selama penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang telah

terkumpul selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan secara

terus menerus selama proses penelitian sampai pada data dan informasi yang

diperlukan terkumpul. Pengolahan data berupa laporan awal atas perbandingan

(20)

setelah data yang dikumpulkan telah lengkap dan terkumpul. Tahap penulisan

laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Setelah itu peneliti

berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan. Kemudian

laporan penelitian disajikan sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan

Universitas.

C. Metode Penelitian

Menurut Mardalis (1999) metode penelitian ilmiah merupakan “metode disini

diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu

pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

dengan sabar, hati- hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, menurut Mardalis yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi- kondisi

yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan

untuk memperoleh informasi- informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat

kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa,

melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-

variabel yang di teliti. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif merujuk pada apa yang

diungkapkan Moleong (2013: 6) bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin

(21)

51

spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja kerja karyawan.

Masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini yang pertama adalah

kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team

bonding. Kedua, penerapan metode outbond pada pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan. Ketiga, faktor pendukung

dan penghambat penerapan metode outbond pada pelatihan spiritual team bonding

dalam meningkatkan budaya kerja karyawan. Keempat, perubahan budaya kerja

yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan spiritual team bonding.

Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam

proses penelitian. Maka dalam hal ini, metode penelitian digunakan dengan tujuan

untuk mendapatkan suatu data yang mengandung makna dalam memecahkan

suatu permasalahan penelitian.

D. Definisi Operasional

Untuk menjaga terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dari

pembahasan penelitian, maka peneliti memberikan batasan istilah definisi agar

sesuai dengan apa yang dimaksud, yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Media Belajar

(2010), dalam Pengertian Penerapan. Penerapan adalah perbuatan

menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan

adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk

mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh

suatu kelompok atau golongan, yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya. (Diakses tanggal 15/08/2013) [Online]. Penerapan dalam

penelitian ini adalah kegiatan mempraktekkan suatu metode pada proses

pembelajaran pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan serta perubahan

sikap untuk mencapai tujuan kepentingan organisasi.

2. Metode menurut Wiliyanto (2012) dalam Definisi Metode dan Organisasi

(22)

langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. (Diakses

tanggal 15/08/2013) [Online]. Metode pada penelitian ini adalah sebuah

metode pelatihan berupa kegiatan fisik yang melibatkan aktifitas peserta

pelatihan atau lebih dikenal dengan kegiatan outbound.

3. Outbound yang dikemukakan oleh Hann (1941) adalah merupakan metode

pelatihan dengan memanfaatkan tantangan di alam terbuka hal tersebut

diungkapkan Susanta (2010: 6). Outbound pada penelitian disini merupakan

bagian dari salah satu metode dalam pelatihan karena dalam proses

pembelajaran. Konsep outbound yang dipakai dalam penelitian ini adalah

konsep spiritual team bonding dalam upaya meningkatkan budaya kerja

karyawan.

4. Pelatihan menurut Goldstein dan Gressner (Kamil, 2010: 6) mengemukakan

bahwa pelatihan adalah usaha sistematis untuk menguasai keterampilan

peraturan, konsep ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan

kinerja. Hal tersebut dapat disimpulkan kembali bahwa pelatihan merupakan

kegiatan usaha proses belajar diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

rangka meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan seorang individu

sebagai upaya menuju perubahan sikap kearah yang lebih baik. Pelatihan pada

penelitian ini adalah penyelenggaraan pelatihan spiritual team bonding yang

dikemas melalui metode outbound dalam meningkatkan budaya kerja

karyawaan ADIRA Finance.

5. Spiritual Team Bonding merupakan sebuah konsep pelatihan yang melibatkan

aktifitas kelompok dalam melakukan aktifitas fisik berbasis spiritual yang

diterapkan dalam pelatihan di lembaga DTTC Bandung pada pelatihan

karyawan ADIRA Finance.

6. Budaya Kerja menurut Triguno (1996: 3) adalah suatu falsafah yang didasari

oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan

kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok

(23)

53

kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja

atau bekerja. Budaya kerja dalam penelitian ini adalah adalah seperangkat

nilai-nilai yang telah dianut dan dipakai di kehidupan dunia kerja dalam upaya

meningkatkan nilai-nilai, kebiasaan, dan peraturan kerja dalam organisasi.

7. Karyawan adalah sesorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah

perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja untuk

digaji. Maka dari seorang karyawan akan memerlukan suatu proses pelatihan

dalam meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi kebutuhan dalam

pekerjaannya. Karyawan dalam penelitian ini adalah peserta outbound pada

pelatihan spiritual team bonding.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2013: 60) menyatakan “the researcher

is the key instrument”. Peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Instrument terlampir.

Maksud pernyataan diatas adalah bahwa yang menjadi instrumen utama dalam

penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus

penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan

dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Nasution

(1988) dalam (Sugiyono, 2013: 60) mengungkapkan bahwa peneliti disini

berperan sebagai alat peka terhadap segala stimulus dari lingkungan bagi

pemaknaan penelitian, peneliti berperan sebagai pengumpul data, analisis,

penafsir data, dan pada akhir penelitian menjadi pelopor penelitiannya.

Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti berupaya

menyelami dunia penelitian yang sedang diteliti. Dengan demikian data yang

dihasilkan dapat memiliki tingkat kepercayaan dan keyakinan bagi peneliti,

sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat memenuhi syarat-syarat penelitian

(24)

pedoman wawancara untuk alumni peserta pelatihan, trainer, manajer program,

atasan, dan rekan karyawan.

Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Dengan

melakukan wawancara peneliti akan lebih mendalam mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam.

Wawancara tersebut digunakan dalam mengungkapkan kondisi budaya kerja

karyawan sebelum mengikuti pelatihan, implementasi metode outbond pada

pelatihan spiritual team bonding dalam meningkatkan budaya kerja, faktor

pendukung dan penghambat penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual

team bonding, dan perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah

mengikuti pelatihan. pada penelitian ini, peneliti menggunakan daftar

pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada peserta pelatihan, trainer atau narasumber,

manajer program pelatihan, atasan peserta pelatihan/karyawan, dan rekan kerja

peserta pelatihan/karyawan. Instrumen terlampir.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah observasi terus terang atau tersamar, karena peneliti melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa peneliti

sedang melakukan penelitian, tetapi peneliti juga melakukan observasi tak

berstruktur, maka peneliti hanya menyiapkan rambu-rambu pengamatan secara

keseluruhan, dan sumber data hanya mengetahui bahwa peneliti sedang

melakukan penelitian. Observasi ini dilakukan pada kegiatan outbound peserta

pelatihan dan trainer saat pelatihan spiritual team bonding, untuk mengetahui

(25)

55

jalannya program pelatihan yang dilakukan oleh Lembaga Daarut Tauhiid

Training Center. Instrumen terlampir.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2013: 62). Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan

pada natural setting (kondisi yang alamiah). Adapun teknik pengumpulan data

tersebut adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi. Pada penelitian ini,

peneliti memulai mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan

informan mengenai kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan,

kemudian melakukan observasi untuk melihat proses berlangsungnya pelatihan,

setelah itu peneliti melakukan wawancara kembali tiga bulan setelah kegiatan

pelatihan dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai perubahan yang terjadi

pada karyawan setelah mengikuti pelatihan.

1. Observasi

Observasi menurut Nasution dalam Sugiyono (2013: 64) adalah dasar semua

ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut Marshall dalam

Sugiyono (2013: 64). Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

data mengenai kondisi objek penelitian, dan mengamati secara langsung lokasi

pelatihan, sarana pelatihan, serta kegiatan inti outbound pada pelatihan spiritual

team bonding dalam meningkatkan budaya kerja karyawan.

Observasi di klasifikasikan menjadi tiga klasifikasi, Sanafiah Faisal dalam

Sugitono (2013: 64) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi

berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan

dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak

(26)

ini adalah observasi berpartisipasi pasif, yang artinya peneliti datang di tempat

kegiatan pelatihan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Untuk memperoleh data yang kuat mengenai penerapan metode outbound

pada pelatihan spiritual team bonding ini, peneliti mengamati langsung kegiatan

pelatihan yang dilaksanakan dari awal pelatihan sampai dengan akhir pelatihan

agar data yang diperoleh dapat lebih dipercaya dengan keadaan sebenarnya.

Kegiatan observasi penelitian ini dilakukan di bulan kedua penelitian setelah

peneliti melakukan studi pendahuluan ke lembaga Daarut Tauhiid Training

Center, yaitu lembaga yang menyelenggarakan pelatihan tersebut. Alat yang

digunakan pada observasi tidak hanya diri peneliti saja, tetapi juga dibantu dengan

catatan lapangan, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan outbound pada

pelatihan spiritual team bonding. Melalui observasi, data yang diperoleh lebih

obyektif sesuai dengan keadaan sesungguhnya, yaitu data dan informasi sesuai

dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang tujuannya adalah

menemukan permasalahan yang akan diteliti. Wawancara menurut Esterberg

dalam Sugiyono (2013: 72) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pihak-pihak

yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai

kondisi budaya kerja karyawan sebelum mengikuti pelatihan spiritual team

bonding, penerapan metode outbound pada pelatihan spiritual team bonding,

faktor pendukung dan penghambat, serta perubahan budaya kerja yang terjadi

setelah pelatihan tersebut diselenggarakan. Materi yang tanyakan dalam

wawancara adalah segala hal yang berkaitan dengan hasil pembelajaran pada

(27)

57

Untuk memperoleh data yang kuat mengenai kondisi budaya kerja karyawan

sebelum mengikuti pelatihan dan perubahan budaya kerja yang terjadi pada

karyawan setelah mengikuti pelatihan, karena ini merupakan penelitian dengan

pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara kepada tiga informan, yaitu

karyawan sebagai peserta pelatihan, atasan kerja karyawan, dan rekan kerja

karyawan yang tidak mengikuti pelatihan. Alasan memilih atasan karyawan

sebagai informan adalah, karena atasan menilai keseharian bekerja semua

karyawan di perusahaan sehingga informan dapat lebih mengetahui bagaimana

budaya kerja karyawan dalam bekerja. Sedangkan rekan kerja karyawan dipilih

untuk menjadi informan dengan alasan informan mengetahui keseharian peserta

pelatihan selama bekerja dengan informan dalam bekerja sebagai teman bekerja.

Selanjutnya untuk memperoleh data perubahan budaya kerja yang terjadi pada

karyawan setelah mengikuti pelatihan, peneliti juga memilih informan karyawan

sebagai lulusan peserta pelatihan, atasan karyawan serta rekan karyawan.

Wawancara dilakukan tiga bulan seteleh proses pelatihan berlangsung, supaya

data yang diperoleh cukup kuat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ketiga

informan dirasa cukup mewakili untuk memberikan data mengenai perubahan

budaya kerja yang terjadi pada karyawan setelah mengikuti pelatihan, karena

karyawan dapat memberikan data perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri

setelah mengikuti pelatihan, sedangkan atasan karyawan dapat memberikan data

mengenai perubahan yang terjadi yang dirasakan oleh atasan karyawan selama

atasan karyawan menilai dan memonitoring karyawan setelah mengikuti

pelatihan. kemudian rekan kerja karyawan dapat memberikan data mengenai

perubahan budaya kerja yang terjadi pada karyawan sebagai teman kerjanya

setelah mengikuti pelatihan. Rekan kerja karyawan dapat melihat dari sikap juga

perilaku karyawan selama rekan kerja karyawan berinteraksi dengan karyawan

(28)

3. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2013: 82). Studi

dokumentasi berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Penggunaan teknik dokumentasi ini dikarenakan agar hasil penelitian akan lebih

kredibel/dapat dipercaya melalui berbgai dokumen yang dapat

dipertanggungjawabkan selama peneliti berada di lapangan. Sasaran studi

dokumentasi adalah dokumen yang berhubungan dengan penyelengaraan

pelatihan spiritual team bonding.

4. Triangulasi Data

Sugiyono (2013: 83) mengungkapkan, pada teknik pengumpulan data,

triangulasi data diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada”. Karena peneliti penggunakan teknik triangulasi data, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama

(Sugiyono, 2013: 83). Tujuan triangulasi data disini adalah untuk mengetahui data

yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Pengumpulan data

bermacam-macam dilakukan terus menerus karena data yang dihasilkan akan di

deskripsikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan spesifik berdasarkan

sumber data, kemudian dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari satu objek penelitian dibandingkan dengan subjek penelitian lainnya yaitu

(29)

59

trainer, karyawan sebagai lulusan peserta pelatihan, atasan karyawan, rekan kerja

karyawan mengenai penerapan metode outbound dalam meningkatkan budaya

kerja karyawan.

G. Analisis Data

Sugiyono (2013: 88) mengemukakan analisis data kualitatif adalah “Proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain”.

Pendapat lain mengenai analisis data kualitatif Moleong (2013: 248),

menjelaskan bahwa “ Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceriterakan kepada orang lain”.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan

langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 92-99) sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi Data diperoleh dari data yang terjadi di lapangan yang jumlahnya

cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti merangkum dan memilah milih data

yang diperoleh dari lapangan kemudian menyimpulkan data yang telah menjadi

(30)

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013: 95) menyatakan “the most frequent

form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Untuk menghindari hal-hal yang bersifat memihak atau tidak berdasar, maka

peneliti akan melakukan klarifikasi data serta memberikan penggolongan kembali

data sesuai dengan fokus permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan

penelitian yang dilakukan kepada sumber data.

3. Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

(Sugiyono, 2013: 99) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, dengan demikian kesimpulan dalam

penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan

secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. Kemudian

kesimpulan yang ada senantiasa di verifikasi selama proses penelitian

berlangsung, yaitu peninjauan ulang terhadap data yang telah diperoleh dari hasil

lapangan bersama dengan sumber data di lapangan. Sumber data yang terlibat

dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber dalam hal ini adalah

trainer, manajer program pelatihan, atasan peserta pelatihan, serta rekan kerja

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran

berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai

masalah yang diteliti yaitu: “Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan.”

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diungkapkan pada bab IV, peneliti

dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Kondisi Budaya Kerja Karyawan Sebelum Mengikuti Pelatihan Spiritual

Team Bonding.

Karyawan atau peserta pelatihan di Daarut Tauhiid Training Center yang

menjadi subyek penelitian masih belum memiliki budaya kerja yang baik dalam

perusahaan, karyawan atau peserta pelatihan sudah memiliki penilaian yang cukup

baik dalam hal kejujuran, contohnya saja karyawan telah dengan sadar bercerita

kepada atasan mengenai ketidaknyamanannya dalam pekerjaannya, kemudian

selalu transparansi mengenai keluhan semua klien. Kemudian karyawan telah

dapat saling menghormati akan perbedaan keyakinan di perusahaan sesama rekan

kerjanya, menghormati atasan sebagai pimpinannya. Hanya saja masih terdapat

kekurangan dari karyawan seperti belum dapatnya karyawan bekerjasama tim

dengan baik demi kepentingan bersama perusahaannya, karena karyawan masih

memikirkan ego bekerja untuk kepentingan pribadi masing-masingnya.

Dalam budaya kerja, memaparkan bahwa nilai merupakan suatu proses

penghayatan dari apa yang lebih benar atau kurang benar dan lainnya, Hal tersebut

dapat disimpulkan karena karyawan masih belum dapat menunjukan kualitas

pribadinya masing-masing dalam pekerjaan dan tanggung jawab atas tugas yang

(32)

2. Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan

Temuan peneliti pada bab IV disini berupa kesejalanan konsep dalam

menerapkan metode outbound pada kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh

lembaga pelatihan Daarut Tauhiid Training Center, karena setiap proses

pembelajaran yang efektif tentunya memerlukan tahapan-tahapan dalam

ketercapaian proses tersebut, yaitu meliputi tahapan pembentukan pengalaman

(Experience), perenungan pengalaman (Reflect), pembentukan konsep (Form

Concept), dan pengujian konsep (Test Concept).

Pada tahapan pembentukan pengalaman, penyusunan kebutuhan pelatihan

telah sesuai dengan tujuan pelatihan, kemudian urutan aktivitas dalam

membangun pengalaman telah berurutan dengan baik sesuai dengan tujuan

pelatihan. penyusunan kebutuhan pelatihan disini adalah mampunya peserta

pelatihan melakukan permainan yang mengandung makna yang cukup bagi

peserta pelatihan, mempresentasikan sebuah produk dengan hasil poin

kelompoknya masing-masing dengan cara berfikir kreatif seperti membuat

berbagai bentuk produk, serta peserta pelatihan mampu memahami arahan trainer

dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan untuk proses evaluasi pembelajaran.

Kemudian peserta pelatihan telah mampu mengikuti urutan aktivitas secara

berurutan yaitu melakukan renungan, melaksanakan kegiatan dalam bentuk fisik,

kemudian melakukan refleksi pengalaman pembelajaran.

Pada tahapan perenungan pengalaman, dalam melaksanakan kegiatan

outbound pada pelatihan spiritual team bonding ini, para peserta pelatihan telah

dapat melalui tahapan renungan pengalaman, karena pada saat proses

pembelajaran berlangsung berbagai pengalaman mereka kaitkan dengan

pengalaman pada saat bekerja dapat mereka ungkapkan pada saat kegiatan

pelatihan.

Pada tahapan pembentukan konsep dalam penerapan outbound ini telah

(33)

138

pembelajaran pelatihan. Peserta pelatihan telah melakukan kegiatan dengan

memunculkan suatu pengalaman yang dikaitkan dengan pengalaman lama dalam

aktifitas pekerjaannya di perusahaan. Kemudian peserta pelatihan dapat

mengungkapkan dan merenungkan pengalaman lapangan yang telah dilakukan

selama bekerja di perusahaan, serta dapat mengungkapkan pengalaman dalam

bekerja ketika melakukan hal-hal yang dianggap tidak baik oleh perusahaan.

Pada tahapan pengujian konsep dalam penerapan outbound ini, peserta

pelatihan telah mampu melewati pengujian konsep setelah proses pembelajaran

berlangsung. Peserta pelatihan sama-sama merasakan kegiatan evaluasi yang

dilakukan oleh trainer, peserta pelatihan dapat melakukan renungan setelah

melakukan kegiatan, kemudian peserta pelatihan dapat mengungkapkan

pengalaman selama melakukan kegiatan dalam mendapatkan point kelompoknya

masing-masing, Renungan tersebut menyikapi hasil aktifitas dan membuat peserta

pelatihan berniat menerapkan nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai yang di diharapkan

pada proses evaluasi pembelajaran kegiatan pelatihan, yaitu dapat

mengaplikasikan nilai-nilai perusahaan yaitu nilai-nilai akan kerjasama,

leadership, dan tanggung jawab dengan melibatkan beberapa pihak diantaranya

fasilitator dan trainer. Adanya proses evaluasi pembelajaran setelah kegiatan

pelatihan, peserta pelatihan mengatakan bahwa mereka merasa lebih termotivasi

dalam menjalani pekerjaan, kemudian merasa lebih semangat dalam bekerjasama

dengan teman di dalam pekerjaan.

Ketepatan penggunaan metode pada pelatihan spiritual team bonding dilihat

dari tujuan pembelajaran, tujuan pemilihan metode pada kegiatan pelatihan ini

telah memilih metode yang dirasa tepat dalam pencapaian tujuan membelajarkan

orang dewasa, yaitu untuk memecahkan dan merenungi permasalahan dalam

bekerjanya dengan kemampuan psikomotor berupa aktivitas outbound. Kedua,

manusia adalah adanya tutor dan fasilitator yang terlibat dalam rangkaian

pembelajaran pada pelatihan ini. Ketiga, waktu dalam pelaksanaan kegiatan

(34)

pelatihan dengan menggunakan outbound selama delapan jam latihan, untuk

melakukan aktivitas kegiatan berupa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh

peserta belajar.

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Metode Outbound Pada Pelatihan Spiritual Team Bonding Dalam Meningkatkan Budaya Kerja Karyawan

Penerapan metode outbound pada pelatihan ini dalam meningkatkan budaya

kerja karyawan dilakukan dengan penyusunan program belajar, hal ini menjadi

dukungan utama dalam menerapkan metode outbound pada pelatihan ini. Faktor

Pendukung Penerapan Metode Outbound pada pelatihan ini adalah:

1) Program belajar yang memiliki kekhasan dalam aspek spiritualnya yang jarang

dimiliki oleh lembaga pelatihan lainnya.

2) Trainer yang memiliki kompetensi di bidang kajian experiential learning,

diakui adanya sertifikat experiential learning sebagai pengajar dan sebagai

pengelola lembaga experiential learning karena pendekatan experiential

learning merupakan unsur terpenting dalam kegiatan outbound.

Namun dibalik itu terdapat pula faktor penghambat dalam penerapan metode

outbound tersebut sebagai berikut:

1) Dana dan tempat belajar yang masih dikelola oleh pihak mitra lembaga

sehingga menyebabkan tidak maksimalnya pengadaan tempat dan sarana

belajar dalam mencapai tujuan belajar.

2) Evaluasi penyelenggaraan yang dilakukan oleh mitra lembaga membuat

lembaga tidak dapat dengan mudah membuat keputusan dalam tindak upaya

tindak lanjut penyelenggaraan program.

4. Perubahan Budaya Kerja yang Terjadi Pada Karyawan Setelah Mengikuti Pelatihan Spiritual Team Bonding

Perubahan yang terjadi pada karyawan disini sudah mulai pada tahap pertama

yaitu memiliki keinginan untuk berubah, kemudian karyawan sudah mulai

(35)

140

melaksanakan perubahan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh

perusahaan, hal tersebut terlihat karena beberapa ciri seperti memulai memo

pengingat dalam bekerja yang menunjukan adanya perubahan tersebut sudah

mulai ada pada keseharian karyawan, tidak adanya konflik dalam keseharian

bekerja, bersikap sabar dalam menghadapi klien, serta ramah tamah terhadap

klien. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi

experiential learning dengan menggunakan metode outbound merupakan salah

satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang terintegrasi, karena telah

mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta pelatihan dalam usahanya

mencapai suatu perubahan yang lebih baik demi kelangsungan hidupnya juga

perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk para pihak

yang terkait diantaranya adalam sebagai berikut:

1. Karyawan

Karyawan merupakan seseorang yang bekerja di dalam perusahaan yang

bertujuan meningkatkan citra dan produksi suatu perusahaan dalam upaya

pembangunan nasional. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa karyawan

pada perusahaan Adira masih memerlukan pembenahan secara terus menerus,

karena kebiasaan yang di pengaruhi oleh perilaku individu dalam bekerja tidak

akan selamanya dapat dikendalikan dengan mudah, karena perilaku itu muncul

dari sikap yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan bekerja serta faktor dalam diri

individu tersebut. Dengan demikian karyawan setelah mengikuti pelatihan

spiritual team bonding ini diharapkan dapat lebih meningkatkan budaya kerjanya

serta mempertahankan prestasi dalam bekerja pada perusahaan untuk membangun

perusahaan dalam tujuan pembangunan nasional.

2. Lembaga Pelatihan Daarut Tauhiid Training Center

Diharapkan lembaga dapat menambah fasilitator tetap untuk kegiatan

(36)

Center (DTTC) harus dapat melakukan evaluasi penyelenggaraan pelatihan di

dalam lembaga, sehingga dapat lebih bersikap tegas kepada mitra lembaga agar

kesepakatan kegiatan evaluasi penyelenggara berada di dalam lembaga Daarut

Tauhiid Training Center (DTTC), dan yang paling penting adalah pengelolaan

dana belajar dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pelatihan juga harus

dikelola oleh pihak lembaga Daarut Tauhiid Training Center (DTTC). Karena

sesuai dengan 10 patokan dikmas, bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah itu

harus mencakup warga belajar, dana belajar, memiliki sumber belajar, tempat

belajar, pamong belajar, ragi belajar, kelompok belajar, program belajar, dan hasil

belajar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti

selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai metode outbound

di lembaga pelatihan. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji

mengenai berbagai metode pelatihan lainnya dalam upaya peningkatan budaya

kerja lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan

penerapan metode pelatihan lainnya. Karena metode pembelajaran dalam

pelatihan jika di gunakan dalam kondisi yang tepat sesuai dengan tujuan

pembelajaran dalam pelatihan, maka metode pembelajaran akan sangat membantu

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.

Anchok, D. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta: UII Press.

Azwar, S. 2012. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

Artasasmita, R. 1985. Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan.

Bandung: IKIP Bandung.

Baharudin, Esa N.W. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:

Fokusmedia.

Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.

Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).

Bandung: Alfabeta.

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi

Aksara.

Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta

Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif EDISI REVISI. Bandung:

Rosda.

(38)

Ndraha, T. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Riani, L.A. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rivai, V-Mulyadi, D. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Susanta, A. 2010. Outbound Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.

Triguno. 1996. Budaya Kerja. Jakarta: PT Golden T Press.

Internet:

Admin. 2013. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. In Google online

[Online].

tersedia: http://www.blogpenerang.com/2013/04/pengertian-kebudayaan

menurut-para-ahli.html). [25 Mei 2013].

Akhyadi. A.S. Program Pendidikan Luar Sekolah. Makalah Program Pendidikan

Luar Sekolah. In Google Online. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/FIP/JUR._PEND_LUAR_SEKOLAH

/1.95709251984031-ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf

Bie. 2011. Pelatihan Tenaga Kerja : Definisi, Tujuan, Manfaat dan Metode

Pelatihan Kerja. In Google online: Informasiku.com [Online].

Tersedia:

http://www.informasiku.com/2011/04/pelatihan-tenaga-kerja-definisi-tujuan.html. [06 Mei 2013].

Eroy, A.R.E. 2010. Budaya Kerja. in Google Online [Online].

Tersedia: http://arozieleroy.wordpress.com/2010/07/13/budaya-kerja/. [06

Juni 2013].

(39)

144

Tersedia:

http://hanakarlina.blogspot.com/2012/06/pengertian-karyawan.html. [16 Mei 2013].

Media Belajar. 2010. Pengertian Penerapan. In Google online [Online].

Tersedia:http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/penger

tian-penerapan.html

Muharrikah. 2012. Metode-metode pelatihan. In Google online [Online].

Tersedia:http://www.slideshare.net/Muharrikah/metodemetode-pelatihan.

[06 Juni 2013].

Wiliyanto. D. 2012. Definisi Metode dan Organisasi Menurut Para Ahli. In

Google Online [Online]. [15 Agustus. 2013].

Tersedia di:

Referensi

Dokumen terkait

mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dan sumber Pembelajaran (Lembar Kerja Siswa, Silabus dan Kurikulum) yang nantinya akan digunakan selama proses

sikap hewan, dan sikap tegak merupakan sikap khusus dari manusia. Dalam Al-qurān perintah untuk mendirikan Salat sering dikaitkan.. dengan perintah untuk membayar

Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta Perda, 2006, Izin

Saat ini orang tua memiliki kekhawatiran tidak dapat membesarkan anak mereka secara optimal // oleh karena itu orang tua kini sangat kritis dalam mencari berbagai informasi

itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

Hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa indeks MPN 6 pada perhitungan jumlah bakteri pada Depo D dan E adalah 4 MPN per 100 ml, sedangkan depo A, B dan C tidak

Pemeriksaan adalah tindakan yang dilakukan Majelis Komisi untuk memeriksa Pelapor, Terlapor, Saksi, Saksi Ahli, serta Pihak Lain di Kantor Komisi dan atau tempat lain yang

Model sistem akuntansi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan transaksi keuangan UKM Waroeng Cokelat, antara lain (1) Neraca Saldo Awal, (2) Jurnal Umum, (3) Buku Besar,