iv ABSTRAK
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PADAT TERHADAP STATUS GIZI LEBIH PADA ANAK
Puput Fatimah, 2016; Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., SpA.
Pembimbing II: Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes.
Obesitas anak merupakan masalah yang sangat kompleks, salah satu penyebabnya adalah waktu pertama kali anak mendapat asupan makanan padat. Sebagian besar keluarga memperkenalkan makanan padat pada bayi sekitar usia 3-4 bulan. Pengenalan makanan padat pada bayi dianjurkan usia 6 bulan agar memperoleh manfaat ASI, untuk meningkatkan imunitas, serta proteksi terhadap diabetes tipe II dan obesitas.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara waktu pemberian makanan padat selama masa bayi terhadap status gizi lebih pada anak.
Desain penelitian case-control study, bersifat retrospektif dari data hasil pengisian kuesioner penelitian. Data yang digunakan adalah waktu pemberian makanan padat pada masa bayi terhadap status gizi anak usia 3 – 6 tahun dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa diperoleh nilai X2 hitung (8,06), X2 tabel 5% (3,84) dan X2 tabel 1% (6,64) dengan nilai p = 0,005 yang berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan antara waktu pemberian makanan padat dengan status gizi lebih pada anak.
Simpulan penelitian yaitu pemberian makanan padat pada bayi usia < 6 bulan berpengaruh terhadap status gizi lebih pada anak.
Kata Kunci: Makanan padat, status gizi anak
v ABSTRACT
TIMING OF SOLID FOOD INTRODUCTION THROUGH NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN
Puput Fatimah, 2016; Tutor I : Frecillia Regina, dr., SpA.
Tutor II: Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes.
Child obesity is a very complex issue, one of the causes is when the first solid food given to infants. Most families introducing solid foods in infants around the age of 3-4 months. The introduction of solid foods in infants aged 6 months is recommended in order to obtain the benefits of breastfeeding, to enhance immunity, and protect from type II diabetes and obesity.
The aim of this study was to determine the relationship between the timing of solid food introduction through infant and the nutritional status in children.
This case-control study used the retrospective data results from the questionnaires. The measured data was the timing of solid foods in infancy on the nutritional status of children aged 3-6 years and analyzed using Chi Square.
The results showed that obtained by value X2 count (8,06), X2 table 5% (3,84) and X2 Table 1% (6,64) with p = 0.005 which means there was a significant relationship between the timing of solid foods with better nutritional status in children.
The conclusions is solid foods in infants aged <6 months affect the nutritional status in children.
Key words: Solid food, children nutritional status
viii
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Maksud dan Tujuan ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat Akademis ... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ... 5
1.6 Hipotesis Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Makanan Pendamping ASI (MPASI) ... 7
2.1.1 Definisi MPASI ... 7
2.1.2 Anjuran Pemberian MPASI ... 8
2.1.3 Syarat-syarat MPASI ... 9
2.1.4 Jenis-jenis MPASI ... 10
2.1.5 Tahapan Pemberian MPASI ... 11
2.1.6 Dampak Pemberian MPASI dini ... 13
2.2 Penilaian Status Gizi ... 15
2.2.1 Status Gizi Lebih ... 15
2.3 Overweight dan Obesitas ... 17
2.3.1 Definisi Overweight dan Obesitas ... 17
ix
2.3.2 Etiologi Obesitas ... 17
2.3.3 Patogenesis Obesitas ... 20
2.3.4 Risiko Komplikasi Obesitas ... 24
2.4 Hubungan Waktu Pemberian Makanan Padat terhadap Status Gizi Lebih . 25 BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 28
3.2.2 Waktu Penelitian ... 28
3.3 Rancangan Penelitian ... 28
3.4 Populasi dan Sampel ... 29
3.4.1 Populasi ... 29
3.4.2 Sampel ... 29
3.5 Kriteria Pemilihan Sampel ... 29
3.6 Cara Pemilihan Sampel (Sampling methode) ... 29
3.7 Variabel Penelitian ... 30
3.7.1 Variabel Independen ... 30
3.7.2 Variabel Dependen ... 30
3.8 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.9 Prosedur Penelitian ... 30
3.10 Analisis Data ... 31
3.10.1 Hipotesis Penelitian ... 31
3.10.2 Kriteria Uji ... 31
3.11 Perijinan Penelitian ... 32
3.12 Aspek Etik Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ... 33
4.1.1 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33
4.1.2 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur ... 34
4.1.3 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Waktu Pemberian Makanan Padat ... 35
x
4.1.4 Gambaran Frekuensi Sampel yang Diberikan Makanan Padat < 6
Bulan Berdasarkan ASI dan Susu Formula ... 36
4.1.5 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu Saat Melahirkan ... 37
4.1.6 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Berat Bayi Lahir ... 37
4.1.7 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Faktor Genetik ... 38
4.1.8 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Aktivitas Fisik Anak ... 39
4.2 Analisis Data ... 40
4.2.1 Hubungan Waktu Pemberian Makanan Padat terhadap Status Gizi Lebih pada Anak ... 40
4.3 Pembahasan ... 41
4.3.1 Jenis Kelamin ... 41
4.3.2 Umur ... 41
4.3.3 Waktu Pemberian Makanan Padat ... 42
4.3.4 ASI dan Susu Formula ... 42
4.3.5 Usia Kehamilan Ibu Saat Melahirkan ... 42
4.3.6 Berat Bayi Lahir ... 43
4.3.7 Faktor Genetik ... 43
4.3.8 Aktivitas Fisik ... 44
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Per Hari Untuk Anak Usia 0-36
Bulan ... 10 Tabel 2.2 Grafik Penilaian Gizi Lebih Berdasarkan Kelompok Usia ... 16 Tabel 2.3 Penentuan Status Gizi Menurut Kriteria Waterlow, WHO
2006, dan CDC 2000 ... 16 Tabel 2.4 Komplikasi Medis Yang Berhubungan Dengan Obesitas ... 24 Tabel 4.1 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 33 Tabel 4.2 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur . 34 Tabel 4.3 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Waktu
Pemberian Makanan Padat ... 35 Tabel 4.4 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel yang Diberikan Makanan
Padat < 6 Bulan Berdasarkan ASI dan Susu Formula ... 36 Tabel 4.5 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia
Kehamilan Ibu Saat Melahirkan ... 37 Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Berat Bayi
Lahir ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Faktor
Genetik Gizi Lebih ... 38 Tabel 4.8 Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Aktivitas Fisik .... 39 Tabel 4.9 Hubungan Waktu Pemberian Makanan Padat terhadap Status Gizi
Lebih pada Anak ... 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Skema Ringkas dari Jalur yang Mengatur Keseimbangan
Energi ... 21 Gambar 2.2 Kadar Plasma Ghrelin dalam Satu Hari ... 22 Gambar 2.3 Jalur Neurohormonal pada Hipotalamus yang Mengatur
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 47
Lampiran 2 Informed consent ... 48
Lampiran 3 Hasil Uji Chi Square ... 49
Lampiran 4 Data Sampel ... 51
Lampiran 5 Kuesioner ... 55
Lampiran 6 Kurva Penentuan Status Gizi ... 59
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ... 52
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Gizi lebih merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adiposa. Gizi lebih tidak hanya berupa kondisi dengan
jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif (WHO, 2000).
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas. Overweight
dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut data World Health
Organization (WHO) tahun 2013, 42 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami
overweight atau obesitas. Overweight dan obesitas sekarang meningkat di
negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di perkotaan. Di
negara-negara berkembang peningkatan overweight dan obesitas sudah lebih dari 30%
lebih tinggi dari negara-negara maju (World Health Organization, 2015).
Obesitas dapat terjadi pada semua usia, namun yang tersering terjadi pada
tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun dan pada masa remaja (Yussac, et al.,
2007). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan
prevalensi obesitas pada anak balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 berdasarkan
berat badan menurut tinggi badan lebih dari Z score 2 menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%,
serta anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18 tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan
1,6% berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z score 2
menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-18 tahun
(RISKESDAS, 2013).
Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, yang antara
lain berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh seseorang,
perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji yang memiliki kandungan
2
kalori dan lemak yang tinggi, waktu yang dihabiskan untuk makan, waktu
pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas
fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan (Yussac, et al., 2007).
Sebagian besar keluarga memperkenalkan makanan padat kepada bayi sekitar
usia 3-4 bulan, terutama jika bayi dianggap sudah mulai rewel. Pengenalan
makanan padat sebelum 4 bulan dikaitkan dengan peningkatan berat badan dan
adipositas, baik pada masa bayi maupun anak usia dini. American Academy of
Pediatrics menganjurkan pengenalan makanan padat pada bayi dianjurkan sekitar
usia 6 bulan agar bayi memperoleh semua kebaikan dari ASI, untuk
meningkatkan imunitas, serta sebagai proteksi terhadap penyakit diabetes tipe II
dan obesitas (American Academy of Pediatrics, 2016).
Adanya kebiasaan pemberian makanan selain ASI pada usia kurang dari tiga
bulan perlu mendapat perhatian serius, karena pada usia tersebut kebutuhan zat
gizi bayi seluruhnya masih dapat dipenuhi dari ASI. Di samping itu produksi
enzim-enzim pencernaan zat gizi pada bayi usia di bawah tiga bulan belum cukup
bekerja dengan sempurna. Pada prinsipnya pemberian makanan padat terlalu dini
berbahaya, karena organ pencernaan secara anatomis dan fisiologis belum
berfungsi sempurna, salah satu risiko pemberian makanan padat terlalu dini
adalah overweight dan obesitas (Suyatno, 2003).
Ada beberapa penelitian di luar negeri yang mengkaji tentang pengaruh
pemberian makanan padat terhadap overweight dan obesitas pada anak. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut: Susanna Y. Huh, et al
(2011) berupa penelitian prospektif (cohort study) terhadap 847 anak menemukan
bahwa pemberian makanan padat pada usia 4 bulan, 568 bayi (67%) diberi ASI
dan 279 (32%) diberi susu formula. Pada usia 3 tahun, 75 anak (9%) mengalami
obesitas. Pada bayi yang diberi ASI, pengenalan makanan padat terlalu dini tidak
dikaitkan dengan obesitas di kemudian hari. Pada bayi yang diberi susu formula,
pengenalan makanan padat dapat dikaitkan dengan obesitas dikemudian hari
(Huh, et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Cindy Mari Imai et al (2014)
terhadap bayi di Islandia (n = 154) yang diikuti secara prospektif dari lahir sampai
usia 12 bulan dan juga saat usia 6 tahun, didapatkan hasil dimana bayi yang diberi
3
susu formula dan diberi pengenalan makanan padat saat usia 5 bulan mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Pada usia 6 tahun,
didapatkan IMT rata-rata 1.1 kg/m2 (95% CI 0.2, 2.0) lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula dan juga menerima makanan padat saat usia 5 bulan
dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Peneliti mengatakan bahwa
di negara berpenghasilan tinggi seperti Islandia, pengenalan awal terhadap
makanan padat tampaknya lebih meningkatkan risiko tingginya Indeks Massa
Tubuh (IMT) anak-anak antara bayi yang diberi susu formula dengan bayi yang
diberi ASI eksklusif (Imai, et al., 2014). Namun pada penelitian Hillary L.
Burdette et al mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
massa lemak yang disesuaikan dengan anak yang diberikan ASI dan anak yang
tidak pernah diberikan ASI. Anak-anak yang diberikan ASI untuk durasi yang
lebih lama dan yang diberikan ASI tanpa pemberian susu formula bersamaan
tidak memiliki massa lemak yang lebih rendah secara signifikan. Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam massa lemak anak-anak jika mereka
diperkenalkan dengan makanan padat sebelum ataupun setelah usia 4 bulan
(Burdette, et al., 2006).
Penelitian yang mengkaji pengaruh waktu pemberian makanan padat terhadap
status gizi lebih pada anak belum banyak dilakukan di Indonesia. Mengingat
bahwa akibat dari pemberian makanan padat dini adalah bayi tidak memperoleh
ASI ekslusif dan adanya pemaksaan pada saluran pencernaan yang belum siap,
maka waktu pengenalan makanan yang kurang tepat akan berdampak dalam
jangka panjang pada kehidupan anak di kemudian hari, terutama pada status gizi
dan kesehatan anak.
Berdasar uraian latar belakang di atas, serta menyadari pentingnya pemberian
makanan padat untuk bayi pada umur yang tepat, maka peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh waktu pemberian makanan padat terhadap status gizi lebih pada
anak.
4 1.2Identifikasi Masalah
Apakah pemberian makanan padat pada bayi usia < 6 bulan berpengaruh
terhadap status gizi lebih pada anak.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian
makanan padat selama masa bayi terhadap status gizi lebih pada anak.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian
makanan padat selama masa bayi terhadap status gizi lebih pada anak usia 3 – 6
tahun.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Memberikan informasi mengenai hubungan antara waktu pemberian makanan
padat selama masa bayi dengan status gizi lebih pada anak.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan pemahaman lebih dalam mengenai waktu pemberian makanan padat
diharapkan orang tua dapat mengetahui waktu pemberian makanan padat yang
lebih tepat saat bayi dan untuk mencegah status gizi lebih pada anak dengan
menunda pemberian makan padat dini.
5 1.5Kerangka Pemikiran
Dalam hal hubungan antara usia pengenalan makanan padat dan risiko obesitas
pada anak, penelitian menunjukkan bahwa pengenalan makanan padat yang
sangat dini mungkin memiliki dampak yang merugikan pada adipositas anak.
Berbagai mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan dampak pengenalan
makanan padat dapat berdampak pada kenaikan berat badan anak (jika hubungan
apapun dapat diidentifikasikan secara konsisten), misalnya: melalui asupan
kelebihan protein pada masa bayi yang dapat meningkatkan insulin-like growth
factor-1 (IGF-1) dan leptin; atau melalui sekresi hormonal seperti ghrelin
(Farrow, et al., 2011).
Diantara sinyal-sinyal aferen, insulin dan leptin menghasilkan kontrol jangka
panjang atas siklus energi dengan mengaktifkan sirkuit-sirkuit katabolik dan
menghambat jalur-jalur anabolik. Dalam jangka waktu tertentu, simpanan energi
(adiposit) berkurang, dan berat badan menurun. Sementara insulin dan leptin
mempengaruhi siklus energi, data-data yang mengisyaratkan bahwa leptin
memiliki peran yang lebih penting daripada insulin pada pengendalian
homeostasis oleh susunan saraf pusat, dengan menyadari bahwa leptin dan insulin
memiliki efek yang serupa. Jika terdapat banyak energi yang tersimpan dalam
bentuk jaringan adiposa, kadar leptin akan tinggi dan menembus sawar darah otak
untuk berikatan dengan reseptornya. Sinyal dari reseptor leptin memiliki dua efek:
menghambat sirkuit-sirkuit anabolik yang normalnya mendorong pemasukan
makanan dan menghambat pengeluaran energi dan melalui serangkaian neuron
tersendiri, leptin memicu sirkuit katabolik (meningkatkan pengeluaran energi).
Oleh karena itu, efek leptin adalah mengurangi asupan makanan dan
meningkatkan pengeluaran energi. Dalam jangka waktu tertentu, simpanan energi
(adiposit) berkurang dan berat badan menurun. Hal ini pada gilirannya
mengurangi kadar leptin dalam darah dan tercapai keseimbangan baru. Siklus ini
berbalik jika jaringan adiposa dan kadar leptin berkurang di bawah suatu ambang.
Keseimbangan kembali dicapai, karena dengan kadar leptin yang rendah, sirkuit
6
anabolik dilepaskan dari hambatannya dan sirkuit katabolik menjadi tidak aktif
sehingga terjadi pertambahan berat badan (Robbins, et al., 2010).
Sebaliknya, ghrelin terutama berfungsi sebagai mediator jangka pendek.
Ghrelin yang dibentuk di lambung, kadarnya meningkat pesat tepat sebelum
makan dan segera turun ketika lambung “penuh”. Pada kenyataannya,
diperkirakan bahwa keberhasilan bedah pintas lambung pada orang dengan
obesitas massif mungkin lebih berkaitan dengan supresi kadar ghrelin daripada
pengurangan anatomic kapasitas lambung (Robbins, et al., 2010)
Hubungan antara pengenalan awal untuk makanan padat dan berat badan anak
di kemudian hari serta IMT dipengaruhi oleh berbagai variabel pengganggu yang
sering disesuaikan dalam studi penelitian. Kebiasaan pemberian makanan padat
dini akan mendorong bayi atau anak untuk makan lebih dari yang dia inginkan,
yang diyakini akan merusak kemampuan untuk mengatur asupan energi, dengan
demikian masalah makanan padat dini dihubungkan dengan peningkatan berat
badan pada anak. Dengan demikian, pemberian makanan padat dini pada masa
bayi dapat memiliki dampak besar pada pilihan makanan anak di kemudian hari
dan kemampuan anak untuk mengatur asupan makanan di kemudian hari,
sehingga dapat dikaitkan dengan peningkatan berat badan anak dari waktu ke
waktu (Farrow, et aI., 2011).
1.6Hipotesis Penelitian
Pemberian makanan padat pada bayi usia < 6 bulan berpengaruh terhadap
status gizi lebih pada anak.
46 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pemberian makanan padat pada bayi usia < 6 bulan berpengaruh terhadap
status gizi lebih pada anak.
5.2 Saran
• Sebaiknya makanan padat diperkenalkan atau diberikan mulai dari bayi umur
6 bulan.
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penelitian prospektif kohort
agar dapat diobservasi terhadap pemberian makanan padat yang terlalu dini.
• Bagi Puskesmas, program pemberian makanan padat yang tepat sesuai umur
harus diperhatikan kembali dengan meningkatkan sosialisasi tentang anjuran
pemberian makanan padat pada bayi melalui penyuluhan, pendidikan
kesehatan di setiap posyandu maupun langsung ke masyarakat, sehingga
dapat menambah pengetahuan khususnya ibu-ibu hamil dan yang mempunyai
balita.
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PADAT
TERHADAP STATUS GIZI LEBIH PADA ANAK
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
PUPUT FATIMAH
1310161
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat yang
begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Waktu Pemberian Makanan Padat terhadap
Status Gizi Lebih Pada Anak”.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Frecillia Regina, dr., SpA. selaku pembimbing I dan Dr. Meilinah Hidayat,
dr., M. Kes. selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, saran, waktu dan
tempat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal sampai
akhir.
2. Kepala sekolah, guru dan anak-anak TKK BPK Penabur Bandung, TK Pandu,
TK Swasta Priangan, dan TK Taruna Bakti yang telah bersedia menjadi
subjek penelitian, terima kasih telah meluangkan waktu dan tempat dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Rekan-rekan seperjuangan Karya Tulis Ilmiah, Elizabeth Setiyanto, Cristika,
dan Diah Arumsari, Ika Dewi terima kasih atas dukungan, semangat,
kekompakan, dan kerjasamanya dari awal sampai terselesaikannya Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. Sahabat-sahabat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Desrah
Herlina, Annisa Permata Sari, Fuji Mentari Ginting, Laksmi Indira Trishanti,
Nabila Rinjani, Utin Alvina Nuzuliawati, Sherliana Kristanti, Mella Venia,
Kevin Samuel, Victor Yohanes dan Gregorius Louis yang telah memberikan
dukungan, motivasi dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
vii
5. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Risya
Juniarti, Putri Ratriviandhani, Felicitas Anindya, Annisa Aurum, Danny
Garna, Nadia Verina yang telah membantu dan mendukung dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Alfonsa Angwarmase, Fakhri Firman, Elizabeth, Finiyanti Cahyadi, Petra
Irfanya, Selly Saiya, Ayunda Prameswari, Evelyn Nathania, Tita Vidiani,
Reevaldo dan seluruh keluarga besar SEMA FK Maranatha Kabinet JUARA
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Teman-teman Antidote 2013 atas perhatiannya, semoga Antidote tetap
menjalin kekeluargaan diantara kita semua.
8. Keluarga tercinta, Mama (Sulisatinni’mah), Adik (Hasrul Asrori), Kakek
(Sugiono), Nenek (Sukaesih) yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih
sayang, motivasi, dan materiil dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Sahabat-sahabat di Palangkaraya, Atuk, Maya, Elut, Intan, Gerry, Bill,
Damai, Wowor, Adi, Timothy yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak yang membaca dan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan kesehatan masyarakat.
Bandung, November 2016
47
Klatakan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Burdette, H., Whitaker, R., Hall, W., & Daniels, S. 2006. Breastfeeding,
introduction of complementary foods, and adiposity at 5 y of age. The
American Journal of Clinical Nutrition , 550.
Centre for Obesity Research and Education (CORE). 2008. Annual Report 2008.
Melbourne: Centre for Obesity Research and Education (CORE).
Depkes. 2000. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta : Depkes
RI.
Depkes. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) Lokal. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Farrow, C., Haycraft, E., & Mitchell, G. 2011. Milk Feeding, Solid Feeding and
Obesity Risk: A Review of the Relationship Between Early Life Feeding
Practice and Later Adiposity. Loughborough University.
Fukuda, S., Takeshita, T., & Morimoto, K. 2001. Obesity and Lifestyle. Asian
Medical Journal , 97-102.
Gibney, M., Lanham, S., Cassidy, A., & Vorster, H. 2009. Introduction to Human
Nutrition, 2nd Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell.
HHBF. 2015. Ensiklopedia MP-ASI Sehat. Jakarta Selatan: PandaMedia. p. 10-13
Hidayati, S. N., Irawan, R., & Hidayat, B. 2006. Obesitas pada Anak. 6.
Huh, S. Y., Rifas-Shiman, S. L., Taveras, E., Oken, E., & Gillman, M. 2011.
Timing of Solid Food Introduction and Risk of Obesity in Preschool-Aged
Children. PEDRIATICS , e546.
48
IDAI. 2011. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Asuhan Nutrisi
Pediatrik. Jakarta: IDAI.
Imai, C. M., Gunnarsdottir, I., Thorisdottir, B., Halldorsson, T. I., & Thorsdottir,
I. 2014. Associations between Infant Feeding Practice Prior to Six Month
and Body Mass Index at Six Years of Age. Nutrients , 1608.
International Breastfeeding Centre. 2009. Memulai Makanan Padat (MPASI).
https://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=38
3:starting-solid-foods-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67., October 7th, 2016
Irawati, A. 2004. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI dini Terhadap
Gangguan Pertumbuhan Bayi Dengan Berat Lahir Normal Sampai Umur
Empat Bulan. Depok: FKM-UI.
Kemenkes RI. 2011. STANDAR ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI
ANAK. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kiess W., e. a. 2004. Multidisciplinary Managemeny of Obesity in Children and
Adolescent-Why and How Should It Be Achieved? Basel: Karger AG.
Kopelman, G. 2000. Obesity as a Medical Problem. London: NATURE.
Maharsiwi, A. 2014. Hubungan antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian
Gizi Lebih pada Bayi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kartasura, Sukoharjo. FIK UMS .
Muchtadi, D. 2004. Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan
Tambahan. . Jakarta: Sinar Harapan.
RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.
Robbins, S., Kumar, V., & Cotran, R. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Disease (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Saunders.
Sjarif, D. 2005. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Jakarta : FKUI.
Soenardi. 2014. 250 Resep Untuk Tumbuh Kembang Bayi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Suyatno. 2003. Pengaruh Jangka Panjang (Long time Effect) Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) pada Usia Dini Terhadap Pertumbuhan dan
Kesakitan Anak. 1-2.
49
Tschop, M., Smiley, D., & Heiman, M. 2000. Ghrelin Induces adiposity in
Rodents. Nature, 407, 908-913.
Wargiana, R., & Rahmawati, I. 2012. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan
Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah
Kabupaten Jember.
WHO. 2014, September). Nutrition: Complementary Feeding.
http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/.,
September 20th, 2016.
WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic. World
Health Organization , 894.
Williams, L., & Wilkins. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease (10 ed.).
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
WNPG. 2012. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012.
http://situs.opi.lipi.go.id/wnpg2012/., November 1st, 2016
Wong, D. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik Wong. Jakarta: EGC.
World Health Organization. 2015. Obesity and Overweight. Retrieved January
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/., June 18th, 2016
World Health Organization; UNICEF. 2003. Global Strategy for Infant Young
Child Feeding. Geneva: World Health Organization.
Yussac, M. A., Cahyadi, A., Putri, A. C., Dewi, A. S., Khomaini, A., Bardosono,
S., et al. 2007. Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 4-6 Tahun dan
Hubungannya dengan Asupan Serta Pola Makan (Vol. 57). Jakarta:
Majalah Kedokteran Indonesia.