• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

LOCUS OF CONTROL DENGAN STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK

(Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas X

SMAIT As Syifa Boarding School Subang Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

NORMA RUSTYANI WINAJAH 060544

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

(2)

Hubungan antara Locus of Control dengan

Stres Akademik Peserta Didik

(Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas X

SMAIT As Syifa Boarding School Subang Tahun

Ajaran 2012-2013)

Oleh

Norma Rustyani Winajah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

© Norma Rustyani Winajah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Norma Rustyani Winajah. (2013). Hubungan antara Locus of Control dengan Stres Akademik Peserta Didik (Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMAIT As Syifa Boarding School Subang Tahun Ajaran 2012-2013).

Stres akademik pada peserta didik disebabkan adanya persepsi yang salah mengenai segala tuntutan akademik di sekolah dan kurangnya keyakinan peserta didik bahwa segala peristiwa di dalam kehidupannya dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Bimbingan dan konseling memiliki peranan yang penting dalam membentuk locus of control internal peserta didik dalam mereduksi stres akademik yang dialami oleh mereka. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara locus of control dengan stres akademik pada peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X SMAIT As Syifa Boarding School Subang tahun ajaran 2012/2013. Hasil penelitian: tidak adanya hubungan yang signifikan antara locus of control peserta didik dengan stres akademik.

(5)

ABSTRACT

Norma Rustyani Winajah. (2013). Correlation between Locus of Control with

Students’s Academic Stress (Correlation Study face to Students in 10th Grade of SMAIT As Syifa Boarding School Subang Academic Year 2012-2013).

Students academic stress was caused by a wrong perception about the academic demands of the school and students lack of confidence that all events in life can be handled by themselves. Guidance and counseling has an important role in shaping the internal locus of control students in reducing academic stress experienced by them. Study aimed correlation between locus of control with academic stress on students. The method used in this research is descriptive correlation with a quantitative approach. Subjects were students in 10th grade of SMAIT As Syifa Boarding School Subang academic year 2012-2013. The result: no significant

correlation between student’s locus of control with academic stress. .

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………..... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………...…..…….. iii

DAFTAR ISI ……….……….... v

DAFTAR TABEL ………....……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……… 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 8

C. Tujuan Penelitian ………... 10

D. Pertanyaan Penelitian ..………... 10

E. Manfaat Penelitian ……..………... 10

F. Asumsi ………... 11

G. Hipotesis………... 11

H. Struktur Organisasi Skripsi ……… 11

BAB II KONSEP LOCUS OF CONTROL DAN STRES AKADEMIK PESERTA DIDIK A. Konsep Locus of Control ………...………..……….. 13

B. Konsep Stres ……….. 23

C. Konsep Stres Akademik ………..……….. 26

D. Kerangka Berfikir mengenai Hubungan Locus of Control dengan Stres Akademik ………... 40

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ……… 45

(7)

C. Devinisi Operasinal Variabel ………. 46

D. Pengembangan Instrumen ……….. 49

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ………... 52

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……….. 54

G. Prosedur Penelitian ……… 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 57

B. Pembahasan Penelitian ……….………. 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 85

B. Rekomendasi ……….. 85

DAFTAR PUSTAKA ………...……… 87

(8)

DAFTAR TABEL

Kisi-kisi Instrumen Locus of Control

Kisi-kisi Instrumen Stres Akademik

Gambaran Umum Locus of Control Peserta Peserta Didik SMAIT

As Syifa Boarding School Subang Tahun Ajaran 2012 – 2013

Gambaran Aspek Bekerja Keras

Gambaran Aspek Inisiatif

Gambaran Aspek Usaha Menemukan Solusi

Gambaran Aspek Berfikir Efektif

Gambaran Aspek Persepsi Kesuksesan

Gambaran Aspek Tidak Bekerja Keras

Gambaran Aspek Kurang Inisiatif

Gambaran Aspek Berharap pada Faktor Luar

Gambaran Aspek Bergantung pada Faktor Luar

Gambaran Aspek Kurang Solutif

Gambaran Umum Stres Akademik Peserta Peserta Didik SMAIT

As Syifa Boarding School Subang Tahun Ajaran 2012 – 2013

Gambaran Gejala Stres Akademik Peserta Peserta Didik SMAIT As

Syifa Boarding School Subang Tahun Ajaran 2012 – 2013

Gambaran Aspek Fisik Stres Akademik

Gambaran Aspek Perilaku Stres Akademik

Gambaran Aspek Pikiran Stres Akademik

Gambaran Aspek Emosi Stres Akademik

Persentase Korelasi Locus of Control dengan Stres Akademik

(9)

Tabel 4.20

Tabel 4.21

Tabel 4.22

Tabel 4.23

Tabel 4.24

Persentase Korelasi Locus of Control dengan Aspek Perilaku Stres

Akademik

Persentase Korelasi Locus of Control dengan Aspek Pikiran Stres

Akademik

Persentase Korelasi Locus of Control dengan Aspek Emosi Stres

Akademik

Kontingensi Korelasi Locus of Control dengan Stres Akademik

Hasil Uji Korelasi Chi-kuadrat Locus of Control dengan Stres

Akademik

67

68

69

70

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi suatu bangsa, terutama

bagi individu dan masyarakat sebagai penggerak dan tonggak keberhasilan bangsa

tersebut. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan

cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan

menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya

mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu itu sendiri maupun

masyarakat pada umumnya (Nurihsan dan Yusuf, 2006: 2)

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional Tahun 2003 Pasal 1). Hal ini memberikan

gambaran bahwa keberhasilan dari pendidikan adalah tidak hanya berpusat pada

kemampuan kognitif akan tetapi pengembangan sisi afektif, mental serta emosi

dari peserta didik. Dengan demikian, pendidikan merupakan upaya untuk

mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu,

pendidikan dilakukan dalam berbagai seting kehidupan. Pendidikan yang

dilakukan dalam seting formal adalah wujud nyata untuk menghasilkan kualitas

sumber data manusia yang bermutu dan berkualitas.

Pendidikan menengah atas merupakan jenjang pendidikan formal untuk

lulusan pendidikan menengah pertama yang sesuai dengan kebijakan Departemen

Pendidikan Nasional. Pendidikan menengah atas memiliki beberapa jenis,

diantaranya adalah pendidikan menengah umum, kejuruan, keagamaan, kedinasan

dan luar biasa.

Seiring dengan perkembangan peningkatan mutu pendidikan, kini hadir

(11)

2

(Rintisan Sekolah Berstandar Internasional), dan SBI (Sekolah Berstandar

Internasional). Seiring dengan perkembangannya, kini telah hadir pula program

pendidikan menengah yang mengunggulkan pendidikan agama secara terpadu

(Sekolah Menengah Islam Terpadu) dan menyelenggarakan program Boarding

School.

Pada dasarnya Sekolah Menengah Atas Islamic boarding school

merupakan salah satu pendidikan jenjang menengah yang mengintegrasikan

pendidikan dengan kurikulum konvensional dan keagamaan (Munawaroh, 2011).

Kata lain dari Sekolah Menengah Atas Islamic boarding school adalah sekolah

berasrama, peserta didik mengikuti pelajaran regular dari pagi hingga siang di

sekolah, dan dilanjutkan dengan kegiatan keasramaan atau program keagamaan

seperti tahfizh dan ta’lim. Sekolah Menengah Atas Islamic boarding school telah

lama dikenal masyarakat dengan istilah pondok pesantren, yang menawarkan

pendidikan ekstra dalam hal keagamaan secara komprehensif kepada peserta

didiknya, dengan menyertakan pendidikan umum sesuai dengan jenjang

pendidikannya.

Kehadiran Islamic boarding school adalah sebuah konsekuensi logis dari

perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas

masyarakat (Munawaroh, 2011). Lingkungan sosial telah banyak berubah

terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak tinggal lagi dalam

suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan

keluarga besar atau klan atau marga telah bergeser ke arah masyarakat yang

heterogen, majemuk, dan prular, hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat

yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh

karena itu, sebagian masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa

lingkungan sosial seperti itu sudah tidak kondusif bagi pertumbuhan dan

perkembangan intelektual dan moralitas anak (Johar Maknun dalam Munawaroh,

2011)

Namun demikian, dengan menjamurnya boarding school tidak terlepas

dari risiko yang akan dihadapi. Karena, selain dampak positif, terdapat pula

(12)

3

(Munawaroh, 2011) pada peserta didik SMAN 5 Bandung yang menunjukkan

stresor yang dominan pada peserta didik adalah aspek lingkungan keluarga dan

lingkungan sekolah. Dalam kesimpulannya disebutkan bahwa tingginya tingkat

stres di sekolah merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi peserta didik

karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah, Hal ini diperkuat oleh

Andriani dalam Munawaroh, (4: 2011) yang menyatakan bahwa menjadi pelajar

merupakan tugas yang berat karena banyak tuntutan tugas yang dibebankan

sekolah kepadanya.

Terlebih lagi bagi peserta didik di Sekolah Menengah Atas Islamic

boarding school, yang sebagian besar aktivitas mereka dilakukan di sekolah dan

asrama, yang tentu saja memiliki lebih banyak tuntutan bagi peserta didik, selain

aktivitas yang bertambah juga lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan

lingkungan tempat tinggal sebelumnya (rumah). Ditambah lagi dengan adanya

tuntutan untuk hafalan Al-qur’an (tahfizh) yang mengharuskan peserta didiknya

menghafal beberapa ayat dalam satu hari, dan targetan hafalan untuk kriteria

kelulusan. Kondisi ini tentu saja menuntut peserta didik untuk lebih terampil

dalam mengendalikan locus of control yang positif, serta peserta didik akan lebih

rentan terhadap stres, terutama stres akademik.

Secara kronologis, peserta didik pada jenjang Sekolah Menengah Atas

Islamic boarding school, berada pada rentang usia 15 – 18 tahun, pada usia ini

peserta didik berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa terunik yang akan dilewati setiap

individu dalam fase kehidupannya. Pada masa ini individu akan mengalami

perubahan-perubahan, terutama dalam sikap dan perilaku yang mereka tunjukkan

seiring dengan tingkat perubahan fisik yang terjadi. Menurut Hurlock (1994: 207)

terdapat lima perubahan yang sama dan hampir universal pada setiap remaja, yaitu

meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran, perubahan pola perilaku,

perubahan nilai-nilai, serta sikap ambivalen terhadap setiap perubahan yang

ditandai adanya tuntutan akan kebebasan tetapi takut untuk bertanggung jawab.

(13)

4

sekali dengan permasalahan dan stres. Sehingga tak jarang masa ini disebut juga

dengan masa bermasalah.

SMAIT As Syifa Boarding School Subang adalah salah satu sekolah

boarding school dengan kualitas yang baik, hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya jumlah peminat yang masuk dan lulusan yang berkualitas, serta proses

seleksi yang ketat terutama dalam hal akademik dan hafalan Al-qur’an (tahfizh).

Peserta didik SMAIT As Syifa Boarding School Subang berasal dari lulusan

terbaik sekolah menengah pertama di berbagai daerah, diantaranya berasal dari

Bengkulu, Bali, Jakarta, Makassar, Papua, dan daerah lainnya di Indonesia.

SMAIT As Syifa Boarding School Subang menerapkan program pendidikan 24

jam. Pendidikan yang diberikan adalah pendidikan umum dan pendidikan agama,

serta kekhususan dalam program menghafal Al-qur’an (tahfizh) yang merupakan

keunggulan dari sekolah ini. Kegiatan peserta didik dimulai dari pukul tiga pagi

yang diawali dengan kegiatan tahfizh, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan

sekolah umum pada pagi hari hingga siang dan dilanjutkan kegiatan ta’lim dan

ekstrakulikuler pada sore hari. Pada malam hari peserta didik diarahkan untuk

belajar mandiri, dan pukul 10 malam peserta didik baru mengakhiri aktivitasnya

untuk beristirahat.

Segala bentuk kegiatan yang dilakukan peserta didik diatur secara ketat

oleh kepala asrama, yaitu pembimbing khusus yang ditempatkan untuk

memfasilitasi peserta didik selama di asrama. Berdasarkan wawancara penulis

dengan konselor sekolah SMAIT As Syifa Boarding School Subang, kondisi ini

menuntut peserta didik untuk beradaptasi dengan cepat di lingkungan asrama dan

tuntutan yang lebih banyak, seperti target hafalan yang harus disetorkan setiap

hari, aktifitas sekolah yang lebih banyak dibanding dengan sekolah yang lain, dan

harus terbiasa jauh dari orang tua. Selain itu, kondisi akademik peserta didik yang

berbeda pula tuntutannya. Peserta didik yang lolos seleksi masuk SMAIT As

Syifa Boarding School adalah peserta didik yang berprestasi dan terpilih dari

jenjang pendidikan sebelumnya, tidak hanya seleksi dari tahfizh namun juga dari

segi akademik, sehingga tidak jarang terjadi persaingan antar peserta didik yang

(14)

5

memungkinkan peserta didik mengalami stres dalam hal akademik. Stres

akademik merupakan respon peserta didik yang berupa perilaku, fikiran, fisik, dan

emosi yang muncul akibat pola pikir yang negatif terhadap tuntutan dari sekolah

dan menganggap tuntutan tersebut sebagai ancaman bagi dirinya (Wahyuningsih:

2010). Sehingga, tak jarang peserta didik merasa tidak percaya diri dan

menyalahkan lingkungan atas kondisinya tersebut, dan berakibat timbulnya

keinginan untuk keluar dari sekolah dan melanjutkan di sekolah menengah

lainnya.

Berdasarkan wawancara dengan konselor sekolah SMAIT As Syifa

Boarding School Subang, hal tersebut diatas banyak terjadi pada peserta didik

kelas X, salah satu peserta didik puteri mengalami stres secara akademik, yang

ditunjukkan dengan stres ketika akan menghadapi ujian, khawatir prestasinya

akan turun dan tidak sebagus ketika dia berada di SMP serta menyatakan ingin

keluar dari sekolah dan segala aktifitasnya. Selain itu, sebagian besar peserta

didiknya merasa mereka memiliki saingan yang berat di sekolah dan asrama.

Total dari empat kelas peserta didik putera dan puteri, hampir separuhnya

mengalami kondisi tersebut. Dengan demikian, permasalahan-permasalahan yang

terjadi pada peserta didik boarding school berimbas pada timbulnya permasalahan

akademik peserta didik dan rentannya pengaruh kebijakan sekolah terhadap locus

of control peserta didik dalam mengendalikan dirinya sendiri.

Pada masa remaja, individu akan mampu menghadapi tantangan dan

perubahan secara positif, jika mereka dapat melakukan tugas-tugas perkembangan

dengan baik. Dan sebaliknya, jika individu tersebut gagal, maka tugas

perkembangan selanjutnya akan terhambat. Keberhasilan pencapaian tugas

perkembangan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal (dari

dalam diri sendiri) maupun eksternal (lingkungan). Sukmadinata (2004: 162)

menyebutkan bahwa faktor penyebab yang bersifat internal adalah berasal dari

kondisi fisik dan psikologis remaja, seperti kondisi kesehatan psikis,

kemampuan-kemampuan intelektual, minat, bakat, emosi, motivasi, dan kepribadian.

Sedangkan pengaruh faktor eksternal disampaikan Yusuf (2005: 210) bahwa

(15)

6

lingkungan masyarakat yang tidak kondusif cenderung memberikan dampak yang

kurang baik terhadap perkembangan remaja.

Peserta didik sekolah menengah boarding school adalah individu yang

memasuki masa remaja, kaitannya dengan ini Keating dalam Adam & Gullota

(Syamsu Yusuf 2004: 195) mengatakan bahwa remaja dalam kemampuan

kognitifnya telah mencapai tahap operasional formal, yaitu tahap dimana remaja

dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak dan muncul

kemampuan secara ilmiah. Dengan demikian, peserta didik pada usia remaja telah

siap untuk memikirkan kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapinya serta

mengendalikannya.

Pemaparan di atas secara tidak langsung menyebutkan bahwa remaja harus

sudah memiliki keyakinan bahwa mereka dapat mengendalikan kejadian-kejadian

yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Keyakinan mengenai faktor yang

mengendalikan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan

istilah locus of control Rotter (1972). Rotter (1972) dalam teorinya menyatakan

bahwa Locus of control terbagi menjadi dua dimensi, yaitu internal dan eksternal.

Dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada pada

diri si pelaku, sedangkan dimensi eksternal akan menganggap bahwa tanggung

jawab segala perbuatan itu berada di luar diri si pelaku. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Wanti Juwita (2009) terhadap peserta didik kelas X SMA

Pasundan 8 Bandung, permasalahan-permasalahan remaja, baik berhubungan

dengan bidang belajar pribadi, sosial dan karir, diantaranya disebabkan oleh

remaja belum memiliki keyakinan kuat dalam diri bahwa kehidupannya itu dapat

dikendalikan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah persentase peserta didik yang

memiliki kecenderungan locus of control eksternal sebanyak 38%, yang

menunjukkan bahwa mereka meyakini kekuatan luar lah yang mengendalikan

kehidupan mereka. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ika Alinda (2006) yang

menunjukkan bahwa locus of control memberikan kontribusi sebesar 13,6%

terhadap kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik.

Dalam beberapa penelitian, menyatakan bahwa locus of control

(16)

7

Penenelitian Abdullah (2004, dalam Rachmawaty, 2011) menunjukkan bahwa

prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik yang meyakini bahwa penyebab

keberhasilan adalah diri sendiri lebih tinggi dibanding peserta didik yang

meyakini bahwa penyebab keberhasilan faktor di luar dirinya. Hal ini diperkuat

dengan penelitian Robie (2005 : 113) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara locus of control peserta didik program tahfizh Al-qur’an di

MAQDIS.

Sedangkan penelitian yang berhubungan dengan stres akademik peserta

didik adalah penelitian yang dilakukan oleh Desmita (2010) terhadap peserta didik

stres di sekolah unggulan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

program peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan kurikulum yang

diperkaya, intensitas belajar yang tinggi, rentang waktu belajar formal yang lebih

lama, tugas-tugas sekolah yang lebih banyak, dan keharusan menjadi pusat

keunggulan (agent of chalenge), dan sebagainya, telah menimbulkan stres di

kalangan peserta didik. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian Wahyuningsih

yang menyatakan bahwa fenomena stres akademik terlihat di SMP 5 Bandung,

bukan hanya pada peserta didik reguler saja, tetapi pada peserta didik kelas

akselerasi terlebih mereka memiliki beban dan tuntutan akademik yang lebih

tinggi, meskipun fasilitas yang mereka terima lebih memadai.

Berdasarkan kondisi lapangan SMAIT As Syifa Boarding School Subang

dan beberapa penelitian diatas, maka sesugguhnya locus of control memiliki

pengaruh yang sangat besar dalam kepribadian remaja. Syamsu Yusuf (2004: 201)

mengungkapkan bahwa pada masa remajalah saat yang paling penting bagi

perkembangan dan integrasi kepribadiannya. Sehingga, locus of control

merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan. Kondisi pembelajaran dan

lingkungan di SMAIT As Syifa Boarding School Subang menunjukkan pula

kondisi yang memungkinkan peserta didik mengalami stres akademik.

Berangkat dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara locus of control dengan stres akademik

peserta didik boarding school. Penelitian ini diberi judul “Hubungan antara Locus

(17)

8

terhadap peserta didik kelas X SMAIT As Syifa Boarding School Subang tahun

ajaran 2012 –2013)”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Locus of control atau Lokus kendali merupakan letak keyakinan idividu

mengenai sumber penentu perilakunya. Rotter mengemukakan bahwa terdapat

dua jenis lokus kendali pada individu, yaitu lokus kendali internal dan lokus

kendali eksternal. Lokus kendali internal menunjuk kepada keyakinan individu

bahwa peristiwa-peristiwa yang dialaminya merupakan akibat dari perbuatannya,

sedangkan lokus kendali eksternal menunjukkn kepada keyakinan individu bahwa

peristiwa-peristiwa yang dialami bukanlah akibat dari tindakannya melainkan

akibat dari nasib, keberuntungan, dan kekuatan-kekuatan lain dari luar dirinya

(Sukartini, S. P, 2003: 16).

Permaslahan yang sering kali dialami peserta didik, khusunya peserta

didik boarding school disebabkan oleh keyakinan bahwa permasalahan yang

dihadapinya disebabkan oleh lingkungan disekitarnya, nasib, dan kekuatan

lainnya yang berasal dari luar dirinya, dan cenderung menyalahkan orang lain. Hal

ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran peserta didik bahwa segala sesuatu

yang terjadi pada dirinya berdasarkan kontrol atau kendali dari dirinya sendiri.

Peserta didik yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mengendalikan

dirinya, lebih sedikit kemungkinannya mengalammi stres atau bahkan depresi dan

menunjukkan usaha yang lebih besar untuk mengendalikan situasi buruk

dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki keyakinan bahwa orang lain

atau lingkungan luar yang mengendalikan dirinya.

Peserta didik boarding school, merupakan peserta didik yang tinggal di

asrama, jauh dari orang tua dengan segala peraturan yang diberlakukan di sekolah.

Peserta didik tidak dapat keluar-masuk asrama dengan begitu saja. Peserta didik

boarding school tinggal di asrama bersama teman-teman yang beragam karakter,

kemungkinan menemukan teman dan situasi yang tidak sesuai dengan

keinginannya akan sangat besar. Pertama, remaja mengalami perubahan yang

(18)

9

dimana peserta didik berinteraksi dengan teman sebaya dan guru yang lebih

banyak dan menghadapi ekspektasi-ekspektasi akademik yang lebih tinggi .

(Fenzel, 1989; Hamburg, 1974; Hendren, 1990; Simmons & Blyth, 1987).

Willis (1992: 50) mengatakan bahwa usaha yang tidak berhasil dalam

mencari kesesuaian antara keyakinan dengan kenyataan di lapangan akan

berakibat pula terhadap perilaku penyesuaian sosial, mungkin berbentuk perilaku

salah suai (maladjusted behavior).Peserta didik boarding school dengan berbagai

aktivitasnya yang lebih banyak dari sekolah formal, tentu memiliki tuntutan dan

tanggung jawab yang lebih berat, bukan hanya harus mempertahankan prestasi

akademiknya, tetapi juga ia harus memenuhi tugas lain seperti hafalan Al-Quran

serta beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru. Melihat

aktivitas peserta didik boarding school yang lebih banyak tentu memungkinkan

adanya tuntutan dan tanggung jawab yang lebih berat. Peserta didik bukan hanya

dituntut dalam bidang akademik, tetapi juga adaptasi dengan lingkungan asrama

dan peningkatan dalam segi spiritual. Perubahan tempat tinggal dan suasana

tempat belajar dapat menjadi faktor pemicu timbulnya masalah peserta didik. Usia

remaja merupakan usia yang rentan, karena pada usia ini peserta didik berada

pada masa transisi membutuhkan dukungan dan bimbingan dari orang-orang

sekitarnya, ia membutuhkan model dalam pengembangan dirinya. Hurlock (1980)

mengemukakan sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke

waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru

dan harapan sosial yang baru.

Desmita (2010) meneliti peserta didik stres peserta didik sekolah unggulan

dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program peningkatan mutu

pendidikan melalui penerapan kurikulum yang diperkaya, intensitas belajar yang

tinggi, rentang waktu belajar formal yang lebih lama, tugas-tugas sekolah yang

lebih banyak, dan keharusan menjadi pusat keunggulan (agent of chalenge), dan

sebagainya, telah menimbulkan stres di kalangan peserta didik. Stres akademik

merupakan permasalahan yang terjadi pada peserta didik yang berupa perilaku,

pikiran, reaksi fisik dan reaksi emosi yang negatif yang muncul akibat adanya

(19)

10

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

mengenai hubungan antara Locus of Control dengan stres akademik peserta didik

kelas X SMAIT As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran 2012/2013.

Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu:

1. Memperoleh gambaran umum locus of control peserta didik kelas X SMAIT

As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran 2012/2013.

2. Memperoleh gambaran umum stres akademik peserta didik kelas X SMAIT

As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran 2012/2013.

3. Mengetahui hubungan antara locus of control dengan stres akademik peserta

didik kelas X SMAIT As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran

2012/2013.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran umum locus of control peserta didik kelas X SMAIT

As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana gambaran umum stres akademik peserta didik kelas X SMAIT

As Syifa Boarding school Subang tahun ajaran 2012/2013?

3. Bagaimana hubungan antara locus of control dengan stres akademik

peserta didik kelas X SMAIT As Syifa Boarding school Subang tahun

ajaran 2012/2013?

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian

dalam bidang keilmuan psikologi pendidikan dan bimbingan, sehingga dapat

dijadikan sebagai bahan awal untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam

mengenai hubungan antara locus of control dan stres akademik.

(20)

11

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan masukan bagi peserta didik SMAIT As Syifa

Boarding school Subang kelas X mengenai kecenderungan locus of control

yang mereka miliki dan kaitannya dengan stres akademik.

2. Memberikan informasi dan masukan bagi guru dan pihak sekolah SMAIT As

Syifa Boarding school Subang mengenai hubungan locus of control dengan

stres akademik pada peserta didik, untuk lebih mengefektifkan proses

belajar-mengajar.

3. Bagi konselor, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai

hubungan antara locus of control dengan stres akademik yang dialami oleh

peserta didik.

4. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman baru, serta memotivasi peneliti lain untuk

meneliti lebih lanjut mengenai locus of control dan kaitannya dengan stres

akademik.

F. Asumsi

Asumsi yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini adalah:

1. Locus of control merupakan konsep kepribadian yang memberi gambaran

tentang keyakinan seseorang dalam menentukan perilakunya (Rotter, 1972).

2. Stres akademik adalah stres yang disebabkan oleh academic stresor Desmita

(2011 : 297)

G. Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan antara

locus of control dengan stres akademik siswa kelas X SMAIT As Syifa boarding

school Subang tahun ajaran 2012/2013”

H. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan penelitian ini tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai

(21)

12

Bab I Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang penelitian, identifiksai dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organissi

skripsi.

Bab II Kajian Teori. Merupakan uraian tentang tinjauan teoritis penelitian

yang meliputi : locus of control dan stres akademik.

Bab III Metode Penenlitian. Merupakan pembahasan permasalahan

metode yang digunakan dalam penelitian, yang meliputi pendekatan dan jenis

penelitian, subyek penelitian, instrument pengumpulan data, uji validitas, uji

realibilitas, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Berisi penyajin data dan analisis

dari data yang sudah terkumpul. Terdiri dari deskripsi proses pelaksanaan

penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Penutup. Merupakan bagian akhir dari skripsi ini, yang berisi

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menentukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Sukmadinata (2008: 53) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah

pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data berupa

angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan kontrol.

Penelitian dilakukan untuk mengungkap informasi atau data mengenai

locus of control dan stres akademik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

memperoleh data mengenai gambaran umum locus of control dan stres akademik

melalui pengembangan instrumen (angket) dengan mengacu pada definisi

operasional variabel.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif korelasi, yaitu suatu metode yang dimaksudkan untuk mencari atau

menguji hubungan antar variabel, selain itu penelitian bertujuan untuk mencari,

menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji berdasarkan teori yang

ada (Basirun, 2011: 1). Sehingga penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu

locus of control dan stres akademik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMAIT As-syifa

Boarding School Subang tahun pelajaran 2012-2013. Dengan asumsi pemilihan

populasi sebagai berikut:

a. Peserta didik kelas X berada pada rentang usia 17-18 tahun, pada rentang usia

ini peserta didik memasuki masa remaja akhir yang merupakan masa transisi

(23)

46

b. Pemahaman mengenai pentingnya mengembangkan locus of control internal

harus segera dimantapkan, sehingga peserta didik telah cukup mampu untuk

mereduksi stres akademik yang mungkin akan dihadapinya.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) yaitu

semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan sesuai dengan penjelasan Arikunto (2009: 95), bahwa “jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya melliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.” Maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMAIT As-syifa Boarding

School Subang dengan jumlah anggota sebanyak 129 orang.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Locus of Control

Keyakinan seseorang akan kendali diri yang dimilikinya dapat berada pada

taraf yang berbeda, tergantung seberapa besar kegagalan dan keberhasilan yang

ditemui sebelumnya, yang selanjutnya akan berpengaruh di dalam mengantisipasi

konsekuensi tindakan-tindakannya dan menuntut taraf keyakinan individu akan

kendalinya dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi (Rachmawati, 2011:

50).

Lefcourt dalam Maryam (2010 : 22) menyatakan bahwa locus of control

mengacu pada derajat dimana individu memandang peristiwa-peristiwa dalam

kehidupannya sebagai konsekuensi dari perbuatannya, dengan demikian dapat

dikontrol atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya

sehingga di luar kontrol pribadinya

Menurut Lefcourt (Abdullah: 2004 dalam Rachmawati, 2011 : 27) secara

umum gambaran mengenai perbedaan antara individu dengan kecenderungan

locus of control internal dan eksternal adalah sebagai berikut :

a. Individu yang didominasi kecenderungan locus of control internal memiliki

(24)

47

1) Mempunyai perasaan bahwa hasil kerja serta karirnya bergantung pada usaha

dan kemampuan sendiri.

2) Aktif mencari informasi serta berusaha keras meningkatkan status sosial

maupun ekonomi.

3) Lebih percaya pada diri sendiri.

4) Lebih antusias dan optimis.

5) Lebih hangat dan teggelam dalam pekerjaan.

6) Mempunyai aspirasi yang tinggi dan cenderung menguasai lingkungan.

7) Mempunyai ambisi menjadi pemimpin dan mempunyai rasa tanggung jawab.

8) Tidak mudah terpengaruh bila ada perbedaan pendapat.

b. Individu yang didominasi kecenderungan locus of control eksternal memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1) Mempunyai perasaan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah karena

lingkungan.

2) Pengaruh ibu sangat kuat.

3) Cenderung bergantung pada orang lain dan sulit mengatasi masalah sendiri.

4) Merasa tidak perlu untuk membuat rencana jangka pandang dalam bekerja

dan berusaha.

5) Lebih senang bekerja dengan instruksi yang jelas dan sangat terperinci.

Berdasarkan uraian di atas, maka locus of control dalam penelitian ini

adalah unsur keyakinan peserta didik SMAIT As-syifa Boarding School Subang

dalam mengendalikan perisiwa-peristiwa pengalamannya, apakah meyakini

kemampuannya untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa pengalamannya

(kendali internal) atau meyakini bahwa suatu peristiwa terjadi di luar kendali

(25)

48

2. Stres Akademik

Stres akademik adalah permasalahan yang terjadi pada siswa sebagai

konsekuensi dari penilaian siswa akan tuntutan akademik yang dimiliki dan

persepsiakan kemampuan siswa dalam mengatasi tuntutan-tuntutan akademik

tersebut.

Olejnik dan Holschuh (Rahmawati, 2012) menggambarkanstres akademik

sebagai sebuah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

Stres akademik dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala di bawah ini :

a. Reaksi Fisik

Reaksi fisik yang dimaksud antara lain: sakit perut, mudah lelah,

memegang benda dengan erat, otot tegang, sakit kepala, suka berkeringat dingin,

sering buang air kecil, denyut jantung meningkat, tangan dingin.

b. Pikiran

Gejala pada aspek pikiran antara lain: bingung/pikiran kacau, pelupa, tidak

punya tujuan hidup, berpikir negatif, prestasi menurun, kehilangan harapan,

merasa tidak berguna, merasa tidak menikmati hidup, sulit berkonsentrasi, sulit

membuat keputusan, tidak punya prioritas.

c. Perilaku

Perilaku yang ditunjukkan oleh siswa yang mengalami stres akademik

antara lain: gugup, suka bohong, suka bolos, tidak disiplin, tidakk peduli terhadap

materi, suka menggerutu, sulit konsentrasi, malas belajar, tidak mengerjakan

tugas, suka mengambil jalan pintas, tidak punya keterampilan/kompetensi, suka

menyendiri, menghindari situasi stres, insomnia, menyalahkan orang lain.

d. Reaksi Emosi

Reaksi emosi pada siswa yaang mengalami stres akademik yaitu: mudah

marah, panik, mudah kecewa, tidak ada rasa humor, gelisah, merasa ketakutan.

Stres akademik yang dimaksud dalam penelitian adalah reaksi peserta

didik SMAIT As-syifa Boarding School Subang terhadap tugas-tugas akademik

(26)

49

ditandai dengan gejala fisik, emosi, pikiran, dan perilaku. Reaksi tersebut

dikategorikan ke dalam tingkatan stres sangat tinggi, sedang, dan rendah.

D. Pengembangan Instrumen

1. Alat Pengumpulan Data Locus of Control

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Eka

Rachmawati (2011) yang disusun berdasarkan konsep Locus of Control dari

Rotter. Penyusunan instrumen diawali dengan penyusunan kisi-kisi instrumen

Locus of Control yang menguraikan masing-masing aspek menjadi indikator.

Kemudian dituangkan kedalam sejumlah item berupa pernyataan-pernyataan yang

bermuatan internal dan eksternal. Kisi-kisi instrumen Locus of Control dapat

disajikan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen Locus of Control Kecende

1. Bertahan dalam menghadapi kesulitan 1a, 2a, 3a 2. Tekun dan rajin melakukan pekerjaan untuk

mencapai tujuan

4b, 5a

B.Inisiatif

3. Mencari cara sendiri untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan

6b, 7b, 8b, 9a, 10b 4. Melaksanakan tugas atau kewajiban dengan

kesadaran sendiri

5. Menambah pengetahuan dan wawasan agar dapat menyelesaikan masalah yang ada

14a, 15a

6. Mampu mengambil keputusan dan tindakan untuk menghadapi masalah

16a, 17b

D.Berfikir efektif

7. Mempertimbangkan ketepatan dan kemudahan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah

9.Mengetahui sebab akibat yang berhubungan antara perbuatan dan peristiwa yang terjadi

23a, 24a, 25b, 26b,

27b 10. Bertanggung jawab atas

peristiwa-peristiwa yang dilakukan

(27)

50

1. Mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan

1b, 2b, 3b 2. Tidak tekun dan tidak rajin melakukan

pekerjaan untuk mencapai tujuan

4a, 5b

B.Kurang inisiatif

3. Menunggu perintah dari orang lain dalam melaksanakan tugas atau kewajiban

6a, 7a, 8a, 4. Tidak berfikir untuk mencari cara sendiri

untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan

6. Tidak yakin pada usahanya sendiri 18b, 19a

D.Bergantung

terjadi pada dirinya adalah karena lingkungan

24b, 25a

E. Kurang solutif

9. Mudah untuk diyakinkan dan bergantung pada petunjuk orang lain

26a, 27a,

Data dala penelitian ini adalah data tentang locus of control peserta didik.

Instrumen pengumpul data tersebut disusun dalam model skala yang

dikembangkan berupa angket berskala dua.

Penyekoran instrumen locus of control dengan alternatif jawaban “internal” dan “eksternal”, dengan skor:

a. Jika memilih pernyataan locus of control eksternal, maka nomor jawaban

diberi skor 0 (nol). Pernyataan yang memperoleh nilai 0 (nol) adalah 1b, 2b,

3b, 4a, 5b, 6a, 7a, 8a, 9b, 10a, 11b, 12a, 13a, 14b, 15b, 16b, 17a, 18b, 19a,

20a, 21a, 22a, 23b, 24b, 25a, 26a, 27a, 28b, 29b, 30b.

b. Jika memilih pernyataan locus of control internal, maka nomor jawaban

diberi skor 1 (satu). Pernyataan yang memperoleh nilai 1 (satu) adalah 1a, 2a,

3a, 4b, 5a, 6b, 7b, 8b, 9a, 10b, 11a, 12b, 13b, 14a, 15a, 16a, 17b, 18a, 19b,

(28)

51

2. Alat Pengumpulan Data Stres Akademik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh

Nurbaety (2012). Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran

tentang gejala stres akademik pada siswa. Angket menggunakan skala bertingkat

yaitu sering (S), kadang-kadang (KK), dan tidak Pernah (TP).

Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik disajikan dalam tabel 3.1

berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik

Variabel Aspek Indikator No.

Item

4. Sering buang air kecil

5. Memegang/menggenggam benda dengan sangat erat.

6. Tangan terasa lembab dan dingin 7. Berkeringat dingin

2. Sulit tidur atau insomnia 3. Suka menyendiri

4. Berbohong 5. Gugup

6. Menyalahkan orang lain 7. Membolos atau mabal

8. Tidak mampu menolong diri sendiri 9. Mengambil jalan pintas

2. Tidak bisa menentukan prioritas hidup

3. Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi 4. Berpikir menghadapi jalan buntu

(29)

52

7. Berpikir negatif

8. Merasa diri tidak berguna

9. Jenuh (merasa tidak menikmati hidup)

43,44

Instrumen gejala stres akademik menggunakan skala Sering (S),

Kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Keseluruhan instrumen menggunakan

pernyataan positif sehingga alternatif jawaban siswa diberi skor 3, 2, dan 1,

semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi gejala stres

akademik siswa dan semakin rendah alternatif jawaban siswa maka semakin

rendah gejala stres akademik siswa. Kriteria penyekoran instrumen gejala stres

akademik sebagai berikut.

E. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

suatu instrumen (Arikunto, 2003: 78). Pengujian validitas butir item yang

dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap

letak lokus kendali (locus of control) dan gejala stres akademik siswa. Kegiatan

uji validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan.

Hasil pengujian validitas instrumen locus of control dengan menggunakan

korelasi item total point biserial, dari 30 item pernyataan yang disusun didapat 25

item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 98%.

Hasil pengujian validitas instrumen gejala stres akademik dengan

menggunakan korelasi item total product-moment, dari 64 item pernyataan yang

(30)

53

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keterandalan instrumen

atau keajegan instrumen. Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa realibitas

berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran.

Reliabilitas berarti instrumen tersebut, bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 1997).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan metode

statistika menggunakan program Microsoft excel 2010.

Kriteria tolak ukur koefisien reliabilitas (Arikunto, 2004: 247) yaitu:

0,00 – 0,199 : derajat keterandalan sangat rendah

0,20 – 0,399 : derajat keterandalan rendah

0,40 – 0,599 : derajat keterandalan cukup

0,60 – 0,799 : derajat keterandalan tinggi

0,80 – 1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

Untuk menguji reliabilitas, peneliti menggunakan Cronbach’s Alpha.

Hasil uji reliabilitas instrumen locus of control diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,981 dan gejala stres akademik diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,882. Merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas kedua variabel di

atas termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian instrumen yang

digunakan dinyatakan valid dan reliabel.

3. Koefisien Korelasi

Data yang diperoleh dari alat ukur, diolah dan diskor. setelah skor mentah

diperoleh dari hasil pengukuran, hasil tersebut kemudian diolah dengan

menggunakan metode statistik. Pada penelitian ini, statistik uji yang digunakan

berupa analisis koefisien kontingensi (Chi Kuadrat) untuk menguji hipotesis

penelitian dan korelasi antar variabel.

Koefisien kontingensi C adalah suatu ukuran kadar asosiasi atau relasi

(31)

54

mempunyai informasi kategori (skala nominal) mengenai satu di antara

himpunan-himpunan atribut atau kedua himpunan atribut itu (Siegel, 1992:243).

Untuk menghitung koefisien kontingensi antara skor-skor dua himpunan

kategori, langkah awal yang dilakukan adalah dengan menyusun

frekuensi-frekuensinya dalam satu tabel kontingensi. Dalam tabel tersebut frekuensi yang

diharapkan untuk tiap sel (Eij) dapat dimasukan, dengan menentukan frekuensi

manakah akan terjadi seandainya tidak terdapat asosiasi atau korelasi antara kedua

variabel. Semakin besar perbedaan antara harga-harga sel yang diobservasi, maka

semakin besar pula tingkat asosiasi antara kedua variabel itu dan dengan demikian

semakin besar harga C (Siegel, 1992:244).

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Persentase

Persentase digunakan untuk mengungkapkan karakteristik locus of control

dan stres akademik peserta didik. Bila persentase semakin tinggi, maka

karakteristik peserta didik termasuk dalam karakteristik tinggi. Namun sebaliknya,

bila persentase rendah, maka karakteristik peserta didik termasuk kedalam

karakteristik rendah.

Untuk mendapatkan gambaran tingkat locus of control dan stres akademik

peserta didik, dilakukan dengan perhitungan persentase menggunakan rumus:

Skor Aktual/Skor Ideal x 100%

2. Uji Korelasi Koefisien Kontingensi

Setelah skor mentah diperoleh, hasil tersebut kemudian diolah dengan

menggunakan software SPSS for window versi 20, dengan teknik analisa koefisien

kontingensi (Chi-Kuadrat) untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antar

variabel.

Analisis kontingensi dipilih berdasarkan kriteria:

a. Data penelitian ini berpasangan

(32)

55

c. Data statistik bersifat nonparametrik

Selanjutnya menguji nilai hipotesis dengan melibatkan jumlah observasi untuk kasus-kasus (Oij) dan bayaknya kasus yang diharapkan di bawah H0 (Eij).

Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah :

H0 : ²hit < ²tab : Tidak terdapat hubungan antara locus of control dengan stres

akademik pada peserta didik SMAIT As Syifa Boarding

School Subang.

H0 : ²hit ≥ ²tab : Terdapat hubungan antara locus of control dengan stres

akademik pada peserta didik SMAIT As Syifa Boarding

School Subang.

Kriteria uji berdasarkan metode statistik yang digunakan untuk

menghitung hubungan antara variabel locus of control dengan stres akademik

dalam penelitian ini adalah :

Tolak, H0, jika ²hit ≥²tab dengan dk = (b-1) (k-1), dimana ²tab diambil dari tabel

harga – harga kritis Chi-Kuadrat dengan α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95%.

Setelah mengetahui apakah H0 ditolak atau diterima, maka langkah

selanjutnya adalah menghitung derajat hubungan kedua variabel.

Agar harga C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi

antar variabel, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontongensi

maksimum.semakin dekat harga C kepada C maksimum, maka semakin besar

derajat asosiasi antara variabel. Dengan kata lain faktor satu makin berkaitan

dengan faktor yang lain.

3. Uji Signifikansi Koefisien Kontingensi

Dalam menguji signifikansi suatu ukuran asosiasi, hal yang pertama kali

dilakukan adalah menguji hipotesis-nol bahwa tidak terdapat korelasi dalam

populasi itu, yaitu bahwa harga observasi ukuran asosiasi dalam sampel mungkin

telah terjadi secara kebetulan dalam sebuah sampel dari suatu populasi di mana

(33)

56

Signifikansi tingkat asosiasi (signifikan C) dapat ditentukan dengan

menetapkan kemungkinan yang berkaitan dengan terjadinya nilai di bawah H-nol.

harga-harga sebesar harga observasi ², dengan db = k – 1) (r – 1). Jika

kemungkina itu sama dengan atau kurang dari α, hipotesis-nol dapat ditolak pada

tingkat signifikansi tersebut.. Tabel C menyajikan kemungkinan yang berkaitan

dengan terjadinya, di bawah H-nol, harga-harga sebesar ² yang diobservasi. Jika ² untuk harga-harga sampel itu signifikan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa dalam populasinya asosiasi antara kedua himpunan atribut itu tidaklah nol.

G. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan dalam melakukan

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan proposal yang dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian

kepada dewan skripsi. Dengan proses konsultasi kepada tim dosen mata

kuliah Metode Riset.

b. Melaksanakan seminar proposal pada mata kuliah Metode Riset.

c. Merevisi proposal penelitian. dilanjutkan dengan permohonan pengangkatan

dosen pembimbing

d. Perizinan penelitian berupa pembuatan surat-surat penelitian yang bertujuan

memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketetapan yang

berlaku.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

a. Pelaksanaan pengumpulan data dimulai dengan perizinan menggunakan

instrumen Locus of Control yang dikembangkan oleh Eka Rachmawati

(2011) dan instrumen stres akademik yang dikembangkan oleh Nurbaety

(2011).

b. Penyebaran instrumen Locus of Control dan instrumen stres akademik kepada

siswa kelas X SMAIT As Syifa Boarding School Subang tahun ajaran

(34)

57

3. Pengolahan dan Analisis Data

a. Tahap penyekoran dengan memeriksa dan memberikan skor setiap item pada

instrumen locus of control dan stres akademik.

b. Pengolahan dan analisis data setelah semua data terkumpul. Pengolahan data

menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPPS versi 20. Setelah

diperoleh gambaran dari data yang telah diolah, maka dilanjutkan dengan

pembahasan serta analisis hasil penelitian. Membuat kesimpulan dan

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bagian terdahulu, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan signifikan antara locus of control dengan stres akademik

yang dialami peserta didik. Artinya semakin tinggi locus of control internal

tidak berpengaruh signifikan terhadap stres akademik yang dialami oleh

peserta didik. Dengan kata lain, semakin tinggi locus of control internal tidak

memiliki pengaruh terhadap menurunnya stres akademik peserta didik.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara locus of control internal terhadap

penurunan stres akademik pada setiap aspek stres akademik. Dengan

demikian semakin tinggi locus of control internal, setiap aspek stres

akademik dari stres akademik tidak mengalami penurunan yang signifikan.

3. Peserta didik dengan kecenderungan locus of control internal maupun

eksternal sama-sama memiliki kecenderungan stres akademik pada tingkatan

sedang. Sehingga, kecil sekali pembuktian bahwa bahwa peserta didik

dengan kecenderungan locus of control internal memiliki stres akademik

yang rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut diuraikan

beberapa rekomendasi sebagai masukan terutama bagi guru pembimbing dan

peneliti selanjutnya.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase Locus of Control internal

peserta didik kelas X SMAIT As Syifa Subang tahun ajaran 2012/2013 sebesar

51, 94% , dan Locus of Control eksternal sebesar 48, 06% . Dengan tingkat stres

akademik berada pada kategori sedang dengan persentase 63, 57%. Berdasarkan

(36)

86

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang dapat mengembangkan

kecenderungan locus of control internal, sehingga stres akademik pada peserta

didik dapat tereduksi oleh keyakinan mereka sendiri.

Layanan bimbingan dan konseling diarahkan kepada bimbingan yang

bersifat responsif, preventif, dan pengembangan agar peserta didik dapat

mereduksi stres akademik, serta mengembangkan, dan mempertahankan

kecenderungan locus of control internal yang dilimikinya.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini pada dasarnya masih memiliki banyak kekurangan,

sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai

locus of control yang dihubungkan dengan variabel lain yang mempengaruhi

pembentukan kepribadian seseorang seperti dihubungkan dengan lingkungan

tempat tinggalnya, pola asuh orang tua, ataupun dengan sosial budayanya.

Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan populasi

dan sampel yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih stabil untuk dapat

(37)

87

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional.

Alinda, Ika. (2006). Kontribusi Letak Kendali Diri (locus of control) Terhadap Kenakalan Remaja. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Alvin, Nglai. O. (2007). Handling Study Stress: Panduan agar Anda Bisa Belajar bersama Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Al Ummah, Basirun (2011). Penelitian Korelasi. [Online]. Tersedia di: http://basirunmetpel.blogspot.com/2011/01/penelitian-korelasi.html (15 Juli 2012)

Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psychology: A Life Span Approach. Alih bahasa (1994). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Juwita, Wanti. (2009). Program Bimbingan Belajar untuk Mengembangkan Letak Kendali dalam Pembelajaran. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: (tidak diterbitkan).

Lazarus, Richard. S dan Folkman, Susan. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Mardiyah, Isni Ainul. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berdasarkan Lokus Kendali Peserta Didik Madrasah Aliyah. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Maryam Siti Y. A. (2010). Keefektifan Teknik Latihan Asertif untuk Mengembangkan Lokus Kendali Internal Remaja. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munawaroh, Eem. (2011). Profil Resiliensi siswa Boarding School. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(38)

88

Nurmalasari, Yuli. (2011). Efektivitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani stres Akademik Siswa. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Phares, E. Jerry, Rotter, Julian B., & Chance, June E. (1972). Applications of a Social Learning Theory of Personality. Oxford, England: Holt, Rinehart & Winston.

Rachmawati, Eka. (2011). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Lokus Kendali Internal Siswa. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rahmawati, Dania Dwi. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Medan. Skripsi. [Online]. Tersedia di: http://repository.usu.ac.id (23 Oktober 2012)

Robie, M. Riva’i. (2005). Hubungan antara Locus Of Control Dengan Motif

Berprestasi pada Siswa Program Tahfidz Al Qur’an di Ma’had Al Qur’an &

Dirosah Islamiyah (MAQDIS) Bandung. Skripsi. Psikologi UNISBA Bandung: Tidak diterbitkan.

Santrock, W. J. (2007). Life Span Development (Eleven ed). Alih bahasa oleh : Benedictinen Widyasinta, Novietha Indra Sallama). Jakarta : Jakarta.

Siegel, Sidney. (1992). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Sukartini, S. P. (2003). Model Konseling Keterampilan Hidup untuk Mengembangkan Dimensi Kendali Pribadi yang Tegar. Disertasi pada BK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

____________________. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Supriyantini, Sri. (2013). Perbedaan Stres Akademik antara Kelompok Siswa Minoritas dengan Mayoritas di SMP WR.Supratman 2 Medan. Skripsi. [Online]. Tersedia di: http://repository.usu.ac.id (23 Mei 2013).

(39)

89

Ubaidillah, Aan Fardani. (2007). Deskripsi Perbandingan Raihan Prestasi Belajar Siswa dalam Program Diklat Produktif Berdasarkan Orientasi Lokus Kendali. Skripsi. [Online]. Tersedia di: http://library.um.ac.id (14 Oktober 2011).

Wahyuningsih, Wulan. (2010). Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi Pengelolaannya antara Siswa Program Akselerasi dengan Kelas Reguler. Skripsi. PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: rosdakarya.

______________. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: rosdakarya.

Yusuf, Syamsu., dan Nurihsan, A. Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 4.20
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara locus of control dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang

Hubungan antara Internal Locus Of Control dengan Stres Kerja pada Karyawan PT Nusantara Surya Sakti Demak benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang

Hubungan antara Locus Of Control Internal dan Komunikasi Interpersonal dengan Stres Kerja pada Anggota Kepolisian POLRES Kediri

Hubungan antara Self Efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Jurnal Ilmiah Psikologi

a. Gejala stres akademik: Sebanyak 76% peserta didik kelas X di SMA Labschool Rawamangun Jakarta menunjukkan gejala stres akademik kategori sedang. Sebanyak 16%

Berdasarkan pemaparan tentang permasalahan dan fenomena diatas yang terkait dengan Locus of Control dan Prokrastinasi akademik, menimbulkan permasalahan yang dapat

Hasil ini menunjukan bahwa keterikatan peserta didik yang terjadi di SMAN 2 Kandangan tergolong cukup baik, yang dimana para peserta didik mampu memahami dan menerima aktivitas

Rector 2010 juga berpendapat bahwa dalam cognitive-behavioral therapy peserta didik dibantu untuk belajar mengidentifikasi, bertanya dan mengubah pikiran, sikap, keyakinan, dan asumsi