• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PENGEMBANGAN KINERJA DOSEN: Studi Kualitatif Manajemen Kinerja Dosen Di Lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MANAJEMEN PENGEMBANGAN KINERJA DOSEN: Studi Kualitatif Manajemen Kinerja Dosen Di Lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

A. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang Penelitian ... 1

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. ManfaatPenelitian ... 6

5. Struktur Organisasi Penulisan ... 7

B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

1. Manajemen Sumber Daya Manusia di Perguruan Tinggi ... 7

2. Manajemen Kinerja Dosen ... 8

3. Manajemen Mutu di Perguruan Tinggi ... 13

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14

C. METODE PENELITIAN... 14

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 17

1. Perencanaan Pengembangan Kinerja Dosen ... 17

2. Implementasi Pengembangan Kinerja Dosen ... 18

3. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Kinerja Dosen ... 19

4. Analisis Efektivitas Pengembangan Kinerja Dosen ... 21

5. Model Efektivitas Manajemen Pengembangan Kinerja Dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ... 22

E. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

1. Kesimpulan... 34

2. Saran-saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan

sumber daya manusia yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan

menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Untuk itulah pendidikan harus

mampu melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya, sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan sebagai sistem pendidikan untuk pembangunan sumber daya manusia

yang berkualitas.

Sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki

oleh suatu organisasi, dengan kata lain bahwa sumber daya manusialah yang dapat

membuat sumber-sumber lain dari sebuah organisasi dapat berfungsi. Namun

demikian, sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap organisasi tidak dengan

sendirinya mampu bekerja dengan efektif tanpa adanya program pengembangan

sumber daya manusia yang komprehensif dan sistematis. Pengembangan sumber

daya manusia mutlak dilakukan apabila organisasi ingin berkembang, maju dan

tetap eksis. Maka, kegiatan organisasi terbesar adalah mengembangkan sumber

daya manusia agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien sehingga

mencapai produktivitas yang diharapkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sondang P. Siagian (1999) bahwa “Sumber daya manusia yang baik ditujukan

kepada peningkatan kontribusi yang dapat diberikan oleh para pekerja dalam

(3)

merupakan salah satu wujud pembinaan dan pengembangan pegawai dalam

rangka memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan oleh

para pekerja sehingga mampu memberikan kontribusi terbaik dalam rangka

mewujudkan tujuan organisasi.

Perkembangan dunia pendidikan saat ini dituntut untuk semakin maju

seiring berjalannya perkembangan zaman yang cukup melesat. Dalam masyarakat

yang sedang relatif cepat berubah seperti yang kita alami sekarang, dimana

sekolah/lembaga pendidikan memegang peranan yang semakin berarti, ada

banyak pelayanan yang diharapkan dari sekolah/lembaga pendidikan.

Pengembangan pendidikan harus diimbangi dengan kemampuan dan

kepemimpinan. Perkembangan yang terus menerus diakibatkan timbulnya

teknologi dan arus globalisasi mengakibatkan dimana-mana terjadi perubahan,

tidak ada lagi yang abadi, yang abadi justeru perubahan itu sendiri. Mengenai

perubahan, ada orang yang sadar tentang perubahan tersebut, dan ada orang yang

tidak sadar tentang perubahan, yang jelas dalam suatu periode waktu tertentu akan

ada yang berbeda di antara dua kutub waktu, dan yang berbeda itulah disebut

perubahan. Dalam lingkup manajemen perubahan Compy dan Nohri (Uyung,

2004) menyatakan bahwa ada tiga pemicu utama yang menggerakkan perubahan

lebih cepat ketimbang waktu-waktu sebelumnya, yaitu:

1. Teknologi: khususnya TI yang telah menstranformasi bisnis menjadi sedemikian adaptis.

(4)

memaksa organisasi dalam perusahaan agar mampu menata diri dengan cara-cara yang radikal.

Memasuki abad ke-21 perguruan tinggi akan dihadapkan pada berbagai

tantangan, terutama tantangan yang terkait dengan masalah pemasaran lembaga,

terlebih lagi terhadap pemasaran yang mensyaratkan perlunya peningkatan daya

saing perguruan tinggi bersangkutan, khususnya daya saing sumber daya

manusia yang ada di dalamnya. Dimaklumi bahwa abad ke-21 yang ditandai

dengan globalisasi, industrialisasi, dan kompetisi ini, diperlukan sumber daya

manusia yang unggul dan bermutu dengan karakteristik antara lain: (1) memiliki

wawasan global, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),

berkompetensi, kreatif dan produktif; (2) memiliki kinerja dalam tim kerja yang

kreatif; (3) menghargai manusia berdasarkan kemampuan dan bukan asal-usul

atau keturunan; dan (4) berkehidupan religius dalam suasana demokratis dan

transparansi. Di sisi lain, dengan adanya tuntutan kebutuhan masyarakat,

perkembangan IPTEK, percepatan arus informasi, serta tuntutan kebutuhan

stakeholders pendidikan yang terus berkembang, perguruan tinggi semakin

dituntut untuk menghasilkan sumber daya yang profesional dan berkualitas.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada organisasi ditimbulkan oleh aneka

macam kekuatan eksternal dan internal yang sering kali berinteraksi hingga

mereka saling memperkuat satu sama lainnya. Kekuatan eksternal yang terdiri dari

perubahan teknologi, kondisi-kondisi ekonomi, kompetensi global,

perubahan-perubahan sosial dan demografik. Sedangkan kekuatan internal terdiri dari

masalah-masalah behavioral seperti keluar-masuknya karyawan dengan kecepatan

(5)

pengambilan keputusan atau inovasi-inovasi, pertentangan antara etika kerja dan

etika sosial, politik keorganisasian dan konflik-konflik keorganisasian yang

terjadi. Para pemimpin yang bereaksi atas faktor-faktor tersebut, seringkali

menimbulkan dampak penting atas individu-individu yang ada di dalam

organisasi yang bersangkutan. Guna bertahan dan berkembang, maka

organisasi-organisasi perlu bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap berbagai macam

kekuatan tersebut.

Perguruan tinggi sebagai suatu organisasi sesungguhnya tidak terlepas

dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya. Lingkungan merupakan

sumber pemasok input bagi organisasi, sekaligus sebagai penerima output dari

organisasi itu sendiri. Perguruan tinggi sebagai kancah masyarakat dan budaya

akademik, dengan segenap misi yang diembannya senantiasa dituntut untuk

selalu menempatkan diri dalam konteks lingkungan strategik yang berubah

sangat cepat. Di sisi lain, perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga

pendidikan yang mengemban tugas tri dharma perguruan tinggi dalam rangka

peningkatan daya saing, kinerja, produktivitas, kualitas, relevansi, maupun

efektivitas dan efisiensi perlu melakukan pembenahan-pembenahan pada setiap

komponen pendidikan yang ada di dalamnya. Salah satu komponen yang sangat

vital untuk segera dibenahi dalam rangka peningkatan kualitas perguruan tinggi

dimaksud adalah peningkatan kualitas kinerja dosen.

Dosen, sebagai salah satu komponen sumber daya yang ada dalam

(6)

lembaga yang akan menyiapkan sumber daya manusia, baik masa sekarang

maupun masa yang akan datang. Penyelenggaraan dan pengembangan program

pembelajaran yang dilaksanakan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

termasuk salah satu program untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, di

antaranya menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang

jelas, terukur, terarah dan mampu memberikan kontribusi positif terhadap

perkembangan budaya lokal, nasional maupun global.

Dengan peran strategis seperti itu, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

menghadapi tugas yang tidak ringan, terutama dalam menghadapi tantangan dan

perubahan-perubahan yang cepat dalam abad ke-21. IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan

akademik dan profesional. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan mengacu kepada visi dan misinya

memiliki fungsi antara lain: (1) Menjadikan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

sebagai lembaga pendidikan tinggi unggulan yang mengintegrasikan unsur

keislaman, keilmuan, teknologi dan kemanusiaan; (2) Mencetak sarjana yang

memilliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global; (3) Melakukan

re-integrasi epistemologi keilmuan (tauhid ilmu); (4) Memberikan landasan moral

terhadap pengembangan IPTEK (etika ilmu); dan (5) Mengembangkan keilmuan

melalui kegiatan penelitian (research university) (Renstra IAIN STS Jambi,

2008).

Terkait dengan visi, misi dan tugas serta fungsi IAIN Sulthan Thaha

(7)

secara baik, mutlak diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

tangguh, unggul dan profesional, sehingga sumber daya manusia yang ada

memiliki kinerja seperti yang diharapkan oleh individu dan lembaga. Untuk

terciptanya harapan itu perlu diantisipasi sedini mungkin dengan

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkemampuan dan berketerampilan

unggul dalam berbagai bidang.

Sistem penyelenggaraan pendidikan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi sangat erat hubungannya dengan pemberdayaan manajerial yang harus

dimiliki oleh pimpinan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sumber

daya manusia sebagai pelaku pendidikan harus memiliki kemampuan manajerial

maupun keterampilan (EMIS IAIN STS Jambi, 2008). Atas pemahaman itu, bagi

para dosen IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi diperlukan peningkatan

kemampuan melalui berbagai aktivitas ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan. Melalui jumlah dosen tetap sebanyak 255 orang dengan

kualifikasi dosen lulusan S1 73 orang (29%), lulusan S2 159 orang (62%) dan

lulusan S3 hanya berjumlah 23 orang (9%) menyebabkan kurang idealnya dosen

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi untuk mengajar di perguruan tinggi (Pro fil

IAIN STS Jambi, 2008).

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan

sumber daya manusia melalui pendidikan adalah dosen. Fakta empiris yang

berkembang menunjukkan bahwa baiknya mutu pendidikan dan pembelajaran

(8)

sehingga dapat mengilhami proses pembelajaran ke arah suatu kondisi yang

efektif dan bermakna bagi kehidupan mahasiswa dan masyarakat umumnya.

Di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi saat ini ada dua klasifikasi

dosen, yaitu 1) dosen tetap (DT), dan 2) dosen luar biasa (DLB). Dosen tetap

adalah para dosen (PNS) yang ditempatkan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi dengan ijazah formal minimal Sarjana Strata Satu (S1). Sedangkan dosen

luar biasa adalah dosen yang ditugaskan atau diperbantukan pada IAIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi untuk kebutuhan tertentu, seperti karena kepakaran

dosen bersangkutan.

Atas dasar kondisi itu, dalam upaya pengembangan kinerja sumber daya

manusia dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi salah satu langkah

strategik yang perlu segera dibenahi adalah pembenahan manajemen

pengembangan sumber daya manusia. Terkait dengan hal tersebut, posisi studi ini

dalam bidang administrasi adalah bidang manajemen sumber daya manusia yang

menyangkut pengembangan kinerja dosen. Manajemen sumber daya manusia

melukiskan apa yang dikerjakan dan yang harus dikerjakan oleh manajer sumber

daya manusia. Dalam praktik, definisi ini menuntut kegiatan-kegiatan yang

memperbaiki kontribusi orang-orang terhadap produktivitas organisasi melalui

kinerja yang dilakukan. Tanpa mencapai produktivitas dosen yang memadai, pada

akhirnya organisasi akan berhenti dan gagal. Produktivitas sebagai suatu isu yang

terus disoroti dapat membantu mengubah orang akan pentingnya pengembangan

sumber daya manusia, yang selanjutnya dapat membantu untuk memikirkan

(9)

Adanya era globalisasi, era reformasi, dan era kompetisi, peranan sumber

daya manusia untuk kemajuan organisasi menjadi hal yang amat mendasar. Untuk

itu, masalah manajemen sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting

dalam setiap organisasi. Hal ini karena: (1) Sumber daya manusia memiliki peran

yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan organisasi; (2) Dengan adanya era

globalisasi serta rencana penerapan otonomi perguruan tinggi, menuntut adanya

perubahan struktur dan peran perguruan tinggi yang bersangkutan; serta (3)

Perubahan struktur dan peran perguruan tinggi ini dengan sendirinya akan

berdampak terhadap manajemen sumber daya manusia dan manajemen perguruan

tinggi itu sendiri. Terkait dengan hal ini, maka mengelola sumber daya manusia

dalam menghadapi abad ke-21 merupakan hal yang penting dalam suatu

organisasi. Mengelola sumber daya manusia melibatkan setiap orang dan ini

membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu, mengelola sumber daya

manusia dalam menghadapi abad ke-21 meliputi: (1) Kegiatan mengelola

karyawan, kebijakan, dan praktik yang dapat digunakan perusahaan sekarang; dan

(2) Kegiatan mengelola kekuatan-kekuatan perubahan (seperti teknologi,

restrukturisasi bisnis, masalah hukum, sosial dan sebagainya) yang harus ditelaah

organisasi supaya dapat memposisikan dirinya dalam menghadapi persaingan

global (Schuller, 1996).

Unsur manusia di dalam organisasi mempunyai kedudukan yang sangat

strategis, karena manusialah yang dapat memenuhi input-input apa yang perlu

(10)

mentransformasikannya menjadi output yang memenuhi keinginan stakeholders.

Dengan demikian berbicara mengenai organisasi tidak akan lepas dari

lingkungan dimana organisasi itu berada dan manusia yang menjalankannya,

termasuk pula dengan organisasi pendidikan pada perguruan tinggi.

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi,

sebagaimana halnya IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi merupakan salah satu

lembaga yang akan menyiapkan sumber daya manusia, baik untuk masa

sekarang maupun yang akan datang. Dengan peran strategis seperti itu,

diperlukan respons secara cepat, tepat dan dilakukan dengan penuh kearifan

mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan yang

cepat tersebut bersifat amat kompleks dan berspektrum luas. Salah satu respons

yang perlu kiranya diperbaiki segera dalam mempersiapkan dosen yang handal,

tangguh, profesional dan kompetitif dalam memasuki millenium ketiga antara lain

adalah dengan pengembangan kinerja sumber daya manusia (dosen) di perguruan

tinggi yang bersangkutan secara sistematik, sistemik, terpadu dan bermutu. Hal ini

karena manajemen dosen dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat

penting, baik ditinjau dari segi politik, ekonomi, hukum, sosio-kultural,

administratif, dan teknologi (Siagian, 1999).

Sumber daya manusia akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan

kemajuan organisasi. Dari sumber daya yang tersedia dalam organisasi, dosen

memegang peranan sentral dan paling menentukan. Manusia bisa menjadi pusat

persoalan organisasi manakala tidak dikembangkan dan tidak ditingkatkan

(11)

organisasi manakala segala dayanya dikembangkan secara wajar dan meyakinkan.

Terkait dengan hal ini maka masalah pengembangan kinerja sumber daya manusia

dosen IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi merupakan salah satu hal yang

penting untuk diperbaiki dalam upaya meningkatkan mutu dosen kedepan.

Di perguruan tinggi, dosen memiliki peran sentral dan strategis. Dalam

keadaan kesadaran masyarakat yang makin tinggi seperti dewasa ini, ada

semacam tuntutan dari masyarakat terhadap lembaga pendidikan umumnya dan

perguruan tinggi khususnya mengenai mutu kinerjanya yang dinilai rendah, atau

tidak setinggi yang diharapkan, yang akhirnya tudingan tersebut tertuju pada

dosen. Dosen merupakan "orang di balik senjata". Artinya, betapa "baik"-nya

kurikulum dan program suatu perguruan tinggi, tetap saja penyelenggaraan dan

capaian-capaiannya sangat ditentukan oleh dosen.

Kemampuan meningkatkan kualitas kinerja dosen di perguruan tinggi,

diperlukan adanya pengembangan dan manajemen sumber daya manusia dosen

secara sistematik, sistemik, terpadu dan bermutu. Manajemen kinerja adalah

pola manajemen dengan pendekatan yang sistematis, praktis dan strategis dalam

menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan

pelanggan dan berdasarkan filosofi bahwa peningkatan kinerja harus diadakan

dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu dan

berkesinambungan dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan baik masa kini

maupun masa yang akan datang. Tujuan manajemen kinerja adalah

(12)

diperlukan langkah-langkah manajemen dosen yang lebih diorientasikan kepada

kebutuhan pelanggan, khususnya kinerja sumber daya manusia dosen di IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemui bahwa

pengembangan kinerja sumber daya manusia di lingkunggan IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi yang ada sekarang, khususnya kinerja dosen masih jauh dari

memadai. Beberapa kenyataan yang ada terkait dengan manajemen

pengembangan kinerja dosen tersebut antara lain:

Pertama; Dilihat dari ranah pendidikan dan pengajaran: (1) Relatif

minimnya bantuan finansial belajar, baik untuk dosen maupun tenaga

administrasi, (2) Dosen yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3

umumnya atas biaya sendiri. Kalaupun ada bantuan dari lembaga, tetapi bantuan

itu tidak sepenuhnya, (3) Tingkat kehadiran dosen baru mencapai 75% dari

standar 80% dosen, tingkat kehadiran 25% sebanyak 15%, dan tingkat kehadiran

0% sebanyak 5%, (4) Belum ditaatinya aturan sebagai petunjuk pengaturan

absensi dosen, sehingga tidak ada sanksi bagi dosen yang kehadirannya kurang,

kecuali bagi dosen yang lebih dari satu tahun tidak mengajar, (5) Kurangnya

kesejahteraan dosen, dan (6) Tidak ada evaluasi kehadiran dosen sebagai balikan

terhadap pengurangan absen dosen dari perkuliahan; dan pemberian tugas mata

kuliah baru diberikan secara mendadak tanpa perencanaan dan senantiasa

tumpang tindih dengan spesialisasi mata kuliah dosen-dosen yang lain.

Kedua; Dilihat dari aspek penelitan: (1) Belum banyak

(13)

Kurang terjalinnya hubungan dan kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga

lain di luar IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dan (3) Rendahnya minat

dosen untuk melakukan penelitian.

Ketiga; Dilihat dari aspek pengabdian pada masyarakat: Sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang memandang bahwa dosen IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi adalah orang-orang yang memiliki kemampuan luas di bidang

keagamaan, termasuk persoalan-persoalan ibadah praktis. Namun kenyataan di

lapangan, masih sedikit dosen yang dapat memerankan fungsinya itu seperti

harapan masyarakat luas.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Melalui perubahan struktur dan peran perguruan tinggi dalam menghadapi

era globalisasi, perguruan tinggi dituntut untuk mengubah kemampuan dan

keterampilan para dosen sesuai dengan kebutuhan perguruan tinggi yang

bersangkutan. Untuk kepentingan tersebut, perubahan-perubahan manajemen

dosen dengan lebih mengarahkan kepada penyiapan sumber daya manusia dosen

perguruan tinggi yang lebih bervariasi dalam spesialisasi disiplin ilmu dan profesi.

Hal ini karena penyelenggaraan perguruan tinggi yang handal harus ditunjang

oleh sumber daya manusia dosen yang handal pula dalam jajaran manajemen

yang merupakan tulang punggung dalam menggerakkan manajemen perguruan

(14)

kemampuan khusus yang dapat diperoleh melalui kegiatan pembelajaran

organisasi. Menurut penjelasan dalam website komunitaskm.multiply.com Hacket

(2000) menyatakan bahwa:

Learning organization adalah proses yang mendukung organisasi untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan, serta mampu bertumbuh ke arah lebih baik melalui penciptaan dan pengaplikasian hal-hal baru seperti knowledge, kemampuan dan kompetensi sekaligus mampu mentran-sformasikannya kepada kolega lainnya. Organisasi yang tak mampu berubah mengikuti irama bisa jadi tidak memiliki masa depan.

Keterkaitannya dengan itu, sumber daya manusia dosen merupakan salah

satu input pendidikan dalam jajaran pendidikan tinggi. Dosen adalah sebutan

untuk tenaga pendidikan yang berada di perguruan tinggi. Dosen mempunyai

kedudukan sebagai seorang yang kompeten dan professional pada jenjang

pendidikan tinggi, yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005

(pasal satu), ditegaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan

dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, serta

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,

penellitian dan pengabdian pada masyarakat. Melihat maksud pasal satu

undang-undang tersebut, jelas bahwa seorang dosen tidak hanya sekedar pendidik

profesional pada perguruan tinggi tempatnya mengajar, tetapi lebih dari itu

dosen adalah seorang ilmuan. Karena itu, undang-undang (UUGD 14/2005)

dengan tegas menyebutkan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,

(15)

memiliki kepedulian dan kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Dalam tulisannya, Buchari Alma (2008) menegaskan bahwa pembinaan

dosen dalam upaya mengembangkan kinerja dapat dilakukan melalui

langkah-langkah: a) Pembinaan Kompetensi Profesional, b) Pembinaan Kompetensi

Pribadi (Komitmen), c) Pembinaan Kompetensi Kemasyarakatan.

Melalui pembinaan kompetensi profesional akan memperbaiki

penampilan dosen, baik saat di depan kelas maupun di luar kelas (lapangan).

Untuk itu, dalam kompetensi profesional ini ada beberapa strategi yang dapat

dilakukan, antara lain: (1) Kepada setiap dosen diberikan maksimal dua mata

kuliah persemester, sehingga perhatiannya diharapkan lebih terfokus kepada

mata kuliah yang diasuhnya tersebut; (2) Kewajiban menyusun silabus dan SAP

yang disamakan dengan dosen-dosen lain yang memegang mata kuliah yang

sama atau perguruan tinggi lain yang juga sama. Dengan demikian, materi dan

sumber bacaannya sama dengan yang berlaku pada perguruan tinggi lain

tersebut; (3) Mengirim dosen yang dimiliki untuk belajar atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang S2 dan S3, baik pada perguruan tinggi di dalam maupun

luar negeri, guna menambah kualifikasi atau mendapatkan sertifikasi formal; (4)

Setiap bulan diadakan kegiatan kolokium dengan menampilkan hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan para dosen; (5) Meningkatkan pengetahuan

bahasa bagi dosen, termasuk di antaranya bahasa Inggris. Kegiatan ini dapat

(16)

laboratorium bahasa, dapat juga melaksanakan bimbingan TOEFL serta

ujian-ujian bahasa secara periodik; (6) Mengadakan penataran, workshop atau

pelatihan-pelatihan teknis yang mendukung bagi dosen dengan mendatangkan

para ahli di bidangnya.

Sedangkan dengan pembinaan kompetensi pribadi (komitmen), secara

akademis besar kemungkinan seorang dosen memiliki kualifikasi baik, akan

tetapi bila yang bersangkutan mengisolasi diri, acuh tak acuh, atau kurang

komitmen terhadap lembaga, mahasiswa maupun pekerajaan serta

tugas-tugasnya. Jika ini yang terjadi, maka keunggulan akademis yang baik itu tidak

ada artinya. Hal tersebut terjadi mungkin karena menyangkut masalah ekonomi,

kesejahteraan atau pemenuhan sebagian besar kebutuhan hidupnya, sehingga

dosen punya biaya untuk membeli buku dan memiliki waktu lowong untuk

membaca atau meneliti. Akibatnya, jika masalah ini tidak diperhatikan, maka

akan muncul akses-akses kurang baik, seperti tingkat kesibukan dosen akan luar

biasa karena mengajar di banyak tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sementara melalui pembinaan kompetensi kemasyarakatan, dosen sudah

dipastikan hidup dan bergaul di tengah masyarakat. Melalui masyarakat juga

dosen dapat mengimplementasikan ilmu dan pengetahuannya sebagai bentuk

pengamalan tri dharma perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian yang dilakukan

dapat saja dilakukan melalui program terstruktur atau insidentil melalui

program-program Jurusan/Prodi, seperti: Kegiatan pemberantasan hama pada

tanaman, gotong royong membersihkan jalan lingkungan, penyuluhan kesadaran

(17)

sebagainya. Dengan demikian, kompetensi seorang dosen tidak hanya mampu

tampil di depan kelas, akan tetapi mampu pula beradaptasi di kehidupan

masyarakat luar kampus.

Lebih lanjut, secara teknis kemampuan tersebut dirinci lagi menjadi

beberapa kemampuan dasar sumber daya manusia dosen yang terdiri dari:

Penguasaan bahan pembelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya,

pengelolaan program pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media dan

sumber pembelajaran, penguasaan landasan-landasan kependidikan, pengelolaan

interaksi pembelajaran, penilaian prestasi mahasiswa, pengenalan fungsi dan

program bimbingan dan penyuluhan, pengenalan dan penyelenggaraan

administrasi pendidikan, serta pemahaman prinsip-prinsip serta pemanfaatan

hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Dalam konteks penelitian yang dilakukan mengenai masalah-masalah yang

teridentifikasi di atas, maka fokus yang menjadi ruang lingkup sekaligus menjadi

batasan masalah dalam penelitian terhadap manajemen pengembangan kinerja

dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi adalah: (1)

Perencanaan, (2) Implementasi, (3) Monitoring dan evaluasi, serta (4) Analisis

efektivitas pencapaian target. Dilihat dari kaca mata fungsi manajemen pada

umumnya, seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). Akan tetapi, pada

penelitian ini sengaja penulis tidak mengkaji fungsi pengorganisasian (organizing)

(18)

ditambah lagi dengan adanya pembahasan tentang analisis efektivitas yang

menjadi bagian keempat dari penelitian ini.

Atas dasar itu pula, secara rinci penelitian ini lebih teridentifikasi kepada:

(1) Prosedur perencanaan kinerja dosen yang secara utuh masih belum merupakan

satu kesatuan dalam lingkup kelembagaan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

baru pada tingkat fakultas dan program studi, (2) Koordinasi yang utuh dari

tingkat lembaga (IAIN) sebagai penanggung jawab dalam pengembangan rencana

kinerja dosen, (3) Rencana kinerja belum merupakan kekuatan inti dari gambaran

kinerja yang dipersiapkan oleh masing-masing dosen, (4) Arah kebijakan, yang

tegas tentang arah dan tujuan dari kinerja dosen, (5) Pada tahapan implementasi

terlihat dalam bentuk serpihan-serpihan yang dilakukan oleh perorangan ataupun

kelompok (Prodi atau Fakultas) belum merupakan gambaran utuh mengarah

kinerja lembaga, (6) Belum munculnya satu kesatuan yang mengarah kepada visi

dan misi lembaga dalam kaitannya dengan pelaksanaan tri dharma perguruan

tinggi, (7) Proses dan hasil belum terkoordinasi dengan satu sistem monitoring

dan evaluasi yang terkoordinasi oleh lembaga, (8) Keberhasilan dan tindak lanjut

dari kinerja dosen bukan merupakan hasil dari adanya kegiatan monitoring dan

evaluasi yang sistematik, dan (9) Ukuran keberhasilan sebuah kinerja belum

memperoleh pengakuan yang baik secara internal, walaupun secara eksternal

panduan dalam bentuk aturan sudah sangat jelas.

(19)

2. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah yang bermuara

pada fokus penelitian tentang menajemen pengembangan kinerja dosen di

lingkungan IAIN Sulthan Thaha Jaifuddin Jambi, dapat dibuat rumusan masalah

secara umum tentang “Bagaimana Efektivitas Manajemen Pengembangan Kinerja

Dosen (Studi Kualitatif Manajemen Kinerja Dosen di Lingkungan IAIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi)?

Mengacu kepada rumusan masalah secara umum tersebut, untuk

memberikan landasan pembahasan yang terarah dan menemukan makna dari

permasalahan yang diteliti, selanjutnya dibuat kedalam rumusan masalah juga

sebagai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Perencanaan: Pada bagian ini yang ingin digali mengarah kepada

proses-proses perumusan langkah dan strategi seperti apa yang dilakukan untuk

mengembangkan kinerja dosen dengan komponen-komponen yang meliputi:

1) Bagaimana penyusunan rencana kinerja yang dilakukan oleh lembaga?

2) Bagaimana target-target rencana kinerja yang diharapkan?

3) Apa ukuran-ukuran keberhasilannya?

b. Implementasi: Pada bagian ini yang ingin digali berkaitan dengan tingkat

penerapan rencana pengembangan kinerja dosen yang dibuat, yang meliputi

komponen-komponen sebagai berikut:

1) Bagaimana kinerja dosen sebenarnya menyangkut unsur pendidikan dan

(20)

2) Bagaimana kinerja dosen dari unsur penelitian berdasarkan standar yang

ditetapkan?

3) Bagaimana kinerja dosen dilihat dari unsur pengabdian pada masyarakat

berdasarkan standar yang telah ditetapkan?

c. Monitoring dan Evaluasi: Pada bagian ini ingin digali seberapa besar

peran-peran alat dan instrumen yang dipergunakan untuk mengawasi dan mengontrol

implementasi standar-standar pengembangan kinerja dosen yang dibuat, yang

meliputi komponen-komponen:

1) Bagaimana prosedur monitoring dan evaluasi dilaksanakan?

2) Alat apa yang dipergunakan dalam melakukan monitoring dan evaluasi?

d. Analisis efektivitas pencapaian target pengembangan kinerja dosen

berdasarkan kepada aspek-aspek yang dirasakan oleh dosen dilihat dari

komponen-komponen:

1) Bagaimana pencapaian target kinerja dosen dalam aspek pendidikan dan

pengajaran?

2) Bagaimana pencapaian taget kinerja dosen dalam aspek penelitian?

3) Bagaimana pencapaian target kinerja dosen dalam aspek pengabdian pada

masyarakat?

4) Apa tindak lanjut dari temuan-temuan yang diperoleh?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terbagi kepada tiga kategori

(21)

1. Mendeksripsikan tentang efektivitas manajemen pengembangan kinerja dosen

di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yaitu:

a. Perencanaan yang mengarah pada proses dan prosedur yang ditempuh

dalam melakukan pengembangan kinerja dosen di lingkungan IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang meliputi: (1) Penyusunan rencana

pengembangan kinerja yang dilakukan oleh lembaga, (2) Target-target

kinerja yang diharapkan, dan (3) Ukuran-ukuran keberhasilan yang ingin

dicapai.

b. Implementasi manajemen pengembangan kinerja dosen yang

dilaksanakan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berkaitan dengan

tingkat penerapan rencana pengembangan yang dibuat, yang meliputi

komponen-komponen seperti: (1) Kinerja dosen sebenarnya menyangkut

unsur pendidikan dan pengajaran yang harus dijalankan, (b) Kinerja

dosen dilihat dari unsur penelitian, dan (c) Kinerja dosen dilihat dari

unsur pengabdian pada masyarakat.

c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam pengembangan kinerja dosen

yang meliputi komponen-komponen: (a) Prosedur monitoring dan

evaluasi yang dilaksanakan, dan (b) Alat yang dipergunakan dalam

melakukan monitoring dan evaluasi.

2. Melakukan analisis secara kritis terhadap informasi yang mereposisi setiap

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam efektivitas manajemen

(22)

3. Mengembangkan alternatif model efektivitas manajemen pengembangan

kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di

IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ini meliputi:

1. Manfaat Secara Teoritis: (a) Sebagai sumbangan penting dan mendasar

dalam memperluas wawasan bagi kajian administrasi pendidikan, khususnya

pendidikan tinggi. b) Memperkaya kajian dan pembahasan tentang kegiatan

efektivitas manajemen pengembangan kinerja dosen.

2. Manfaat Secara Praktis: (a) Bagi para pengambil keputusan pada tingkat

Institut, Fakultas dan sampai tingkat Jurusan/Program Studi, dari penelitian

yang dilakukan diharapkan dapat mengembangkan model manajemen

pengembangan kinerja dosen dengan mengikuti prosedur manajemen yang

baik. (b) Bagi para dosen diharapkan memperoleh informasi tentang fungsi

dan kedudukannya saat ini, sehingga mampu mengembangkan diri secara

personal maupun kelompok sesuai dengan standar kinerja yang meliputi

bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada

masyarakat serta tugas-tugas penunjang lainnya. (c) Bagi Dirjen Diktis

Kemenag, dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mendukung

ketersediaan data tentang kondisi riil kinerja dosen sehingga dapat mengambil

keputusan tentang pengembangan karir dosen di IAIN Sulthan Thaha

(23)

3. Manfaat Bagi Peneliti: (a) Memperoleh pengetahuan yang berarti dalam

memahami secara lebih komprehensif terhadap perencanaan, implementasi,

monitoring dan evaluasi serta analisis efektivitas terhadap manajemen

pengembangan kinerja dosen. (b) Memperoleh keterampilan dan ketelitian

dalam menganalisis berbagai permasalahan manajemen pengembangan kinerja

dosen, khususnya kinerja bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan

pengabdian pada masyarakat di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi penulisan karya ilmiah (Disertasi) ini mengacu kepada

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

tahun 2011. Dalam penulisannya, penulis menggunakan lima bab yang terdiri dari

pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka pemikiran penelitian, metode

penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta yang terakhir berisi kesimpulan

dan saran. Lebih rinci dan jelasnya struktur organisasi disertasi tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama: Pendahuluan yang memuat pembahasan tentang latar

belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Bab kedua: Kajian pustaka

dan kerangka pemikiran penelitian yang secara garis besar dibagi menjadi:

Manajemen sumber daya manusia di perguruan tinggi, manajemen kinerja dosen,

(24)

dan pendekatan penelitian, penjelasan fokus penelitian, tahapan penelitian, teknik

pengumpulan data (yang terdiri dari observasi, wawancara dan studi

dokumentasi), prosedur analisis data, dan pemeriksaan keabsahan data hasil

penelitian.

Bab keempat: (1) Deskripsi hasil penelitian yang terdiri dari: Gambaran

umum, gambaran awal kinerja dosen (bidang pendidikan dan pengajaran,

penelitian, dan pengabdian pada masyarakat); (2) Temuan khusus, yang meliputi:

Perencanaan pengembangan kinerja dosen; Implementasi pengembangan kinerja

dosen; Monitoring dan evaluasi pengembangan kinerja dosen; Analisis efektivitas

pengembangan kinerja dosen (pencapaian target bidang pendidikan dan

pengajaran, bidang penelitian, dan bidang pengabdian pada masyarakat); (3)

Pembahasan hasil temuan, yang terdiri dari perencanaan pengembangan kinerja

dosen, implementasi pengembangan kinerja dosen, monitoring dan evaluasi

pengembangan kinerja dosen, dan analisis efektivitas pengembangan kinerja

dosen; (4) Analisis efektivitas manajemen pengembangan kinerja dosen di IAIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang terdiri dari: Rasional model pengembangan

kinerja dosen, tujuan model pengembangan kinerja dosen, asumsi model

pengembangan kinerja dosen, komponen model pengembangan kinerja dosen,

strategi dan visualisasi model pengembangan kinerja dosen, indikator

keberhasilan model pengembangan kinerja dosen, dan penilaian model

(25)

Bab kelima: Kesimpulan dan saran, merupakan bab terakhir yang terdiri

dari kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran terhadap para pihak yang terkait

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka

lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data adalah IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena berdasarkan hasil

studi pendahuluan yang penulis lakukan, diperoleh informasi bahwa manajemen

pengembangan kinerja dosen dilihat dari aspek tri dharma perguruan tinggi

(pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat) belum

optimal. Atas dasar itu pula, peneliti tertarik untuk menggali lebih jauh bagaimana

perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi serta analisis efektivitas

manajemen pengembangan kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini memusatkan perhatian pada komponen sumber daya

manusia, yaitu dosen dan penyelenggara pendidikan di IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi. Sumber data tertulis berupa buku pedoman pelaksanaan

pengembangan dosen dan arsip-arsip kegiatan pengembangan kinerja dosen.

Sumber data tidak tertulis berupa aktivitas-aktivitas dosen dalam bidang

(27)

Selanjutnya, mengenai sumber data yang digunakan dalam penelitian

kualitatif seperti dinyatakan oleh Judith P. Goetz dan Margaret D. LeCompte

(1984) sebagai berikut: “The content of theories determines which elements,

objects, or people in the empirical world constitute the researcher’s or data

sources”. Pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa penentuan sumber data

penelitian akan tergantung pada isi teori atau konsep yang digunakan. Dalam buku

“Ethnography and Qualitative Design in Educational Research” seperti dikutip

Djam’an Satori (1989), Goetz dan LeComte (1984) menyatakan bahwa “Whatever

the population or populations are determined to be, their categories must be

discovered and refined into specific units of analysis that facilitate data reduction

and processing”.

Terkait dengan subjek penelitian, tidak ada kriteria pasti dalam untuk

menentukannya. Namun demikian ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan

acuan dalam memilih informan yang akan dijadikan subjek penelitian ini antara

lain: (1) Informan mengalami langsung situasi atau kejadian yang bekaitan dengan

topik penelitian. (2) Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang

telah dialaminya terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. (3) Bersedia untuk

terlibat dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. (4) Bersedia diwawancarai dan

direkam aktifitasnya selama kegiatan penelitian berlangsung. (5) Memberikan

persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian (Kuswarno, 2009).

Penelitian ini melibatkan pimpinan institut, pimpinan fakultas, kepala

(28)

bola salju (snowball technique). Kriteria yang digunakan dalam memilih informan

adalah sebagai berikut: (1) Dari Unsur pimpinan institut, fakultas, jurusan/prodi

berdasarkan tugas dan perannya dalam struktur kelembagaan di IAIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. (2) Dari unsur dosen yang tersebar pada masing-masing

fakultas. (3) Dari unsur tenaga administrasi (karyawan) yang memiliki keterkaitan

dengan permasalahan penelitian.

Diharapkan para informan dan partisipan dalam penelitian ini dapat

memberikan data dan informasi secukupnya, meskipun dalam kondisi tertentu

memerlukan ketekunan dan kecermatan peneliti untuk memahaminya secara

objektif, komprehensif, logis, dan benar. Disamping itu, akan sangat berarti dan

bermakna apabila situasi dan keadaan penelitian kondusif, yakni para informan

dan partisipan merasa tidak keberatan jika namanya ditulis dengan jelas, bahkan

akan tampak lebih objektif lagi apabila identitasnya dicantumkan secara lengkap.

Akan tetapi, dalam rangka menghindari subjektifitas, menjaga etika ilmiah dan

perasaan beberapa informan kunci, penulis akan menyamarkan nama jelas, gelar

dan identititas lainnya dengan hanya menulis inisial. Dalam melakukan triangulasi

selayaknya tidak dicantumkan dalam laporan, namun diharapkan tidak akan

mengurangi akurasi data yang disajikan, karena peneliti lain yang berminat

melakukan penelitian ulang tentang kondisi yang ditemukan tetap akan dapat

(29)

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif.

Identifikasi dan rumusan masalah dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk

melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data dalam rangka eksplorasi

mengenai masalah yang diteliti. Penelitian yang dilaksanakan adalah upaya

memahami dan mendeskripsikan fenomena dan gejala yang terjadi dalam

manajemen pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha Jambi, termasuk

upaya mengungkap dan mengadakan elaborasi tentang kemungkinan faktor-faktor

yang berpengaruh dalam prosesnya. Pendekatan kualitatif merupakan “prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.” (Bogdan dan Talyor dalam

Lexy J. Moleong, 1990) Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat mengangkat

realitas dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal.

Pengolahan data dan informasi diistilahkan dengan metode deskriptif,

dimana metode ini seperti Winarno Surachmad (1998) menjelaskan bahwa,

“Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi

meliputi: analisis dan interpretasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan

dan perbedaan fenomena tertentu. Pendekatan kualitatif atau dapat juga disebut

metode naturalistik memiliki ciri dan karakteristik yang khas. Menurut (Bogdan

dan Bilken, 1998; Nasution, 2005), pendekatan kualitatif memiliki beberapa ciri

yaitu: ”nature setting, penentuan sampel secara purposive, peneliti sebagai

(30)

Peneliti menggali data secara langsung dari nara sumber tanpa

memberikan suatu “perlakuan” seperti pada penelitian eksperimen. Maksud ini

tiada lain agar diperoleh gambaran tentang fenomena perilaku peranan seseorang

dalam pengembangan kegiatannya dan menempatkan peneliti sebagai instrumen

utama dalam penelitian kualitatif. Rasional dari pernyataan ini adalah karena

peneliti mempunyai adaptabilitas yang tinggi, senantiasa dapat menyesuaikan diri

dengan situasi yang berubah-ubah dan dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan

untuk memperoleh data yang terinci dan mendalam sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai (Nasution, 2005). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih

terurai dengan kata-kata dari pada sederetan angka-angka dan hasilnya pun berupa

uraian (Miles dan Huberman, 1994). Namun demikian, bukan berarti dalam

penelitian kualitatif terbebas dari laporan yang berbentuk angka-angka. Satu hal

yang penting dalam penelitian kualitatif ini bukan bertujuan untuk memperoleh

generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk dicari polanya untuk

selanjutnya dicari makna dari pola tersebut. Dengan demikian, hasil penelitian ini

bersifat idiografik yang mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena didasarkan

pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Memilih objek penelitian yang terfokus pada upaya menggambarkan dan

menjelaskan pemahaman karakteristik, arti dan pemikiran dari ragam program,

produk dan proses-proses yang terjadi yang sulit diukur dengan hanya dengan

angka saja, maka penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dipandang tepat

(31)

2. Pendekatan kualitatif memungkinkan untuk mengamati dan memahami

perilaku kehidupan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, baik secara

internal maupun eksternal, dari sudut pandang para pihak yang terkait dengan

manajemen pengembangan kinerja dosen yang dilakukan.

3. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti melakukan verifikasi dan

eksplanasi secara lebih mendalam pada saat menemukan perilaku atau gejala

terhadap para pihak yang diteliti yang secara konseptual dipandang berbeda

dari apa yang seharusnya. Dengan melakukan cross check terhadap hal-hal

yang terjadi di lapangan yang dinilai menyimpang tersebut dapat pula

mempertinggi tingkat validitas dan akurasi data penelitian.

4. Melalu pendekatan penelitian kualitatif, sebagian besar data yang

dikumpulkan berupa kata-kata verbal, bukan hanya berupa angka semata, baik

lisan maupun tulisan yang diambil dari sejumlah informan yang berhubungan

dengan objek penelitian.

5. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang berhubungan

dengan suatu teori tertentu dan berdasarkan angka, tetapi lebih dimaksudkan

untuk mengembangkan teori berdasarkan data yang ditemukan. Dengan

demikian, teori-teori yang dipandang sudah mapan dalam bidang ini hanya

dijadikan sebagai kerangka acuan guna memberi arah dan memagari, sehingga

penelitian ini tidak keluar dari tujuan sebelumnya.

6. Telaah dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama kegiatan

(32)

C. Penjelasan Fokus Penelitian

Untuk membatasi penelitian berdasarkan kebutuhan dan problematika

yang ditemukan, komponen-komponen yang merupakan unit analisis dalam

penelitian ini didefinisikan kedalam struktur sebagai berikut:

1. Perencanaan; Pada bagian ini yang ingin digali mengarah kepada

proses-proses perumusan langkah dan strategi seperti apa yang dilakukan untuk

mengembangkan kinerja dosen dengan komponen-konponen yang meliputi:

(a) Bagaimana penyusunan rencana pengembangan kinerja yang dilakukan

oleh lembaga, (b) Bagaimana target-target kinerja yang diharapkan, dan (c)

Apa ukuran-ukuran keberhasilannya?

2. Implementasi; Pada bagian ini yang ingin digali berkaitan dengan tingkat

penerapan rencana pengembangan yang dibuat, yang meliputi

komponen-komponen sebagai berikut: (a) Bagaimana kinerja dosen sebenarnya

menyangkut unsur pendidikan dan pengajaran yang harus dijalankan, (b)

Bagaimana kinerja dosen dari unsur penelitian berdasarkan standar yang

ditetapkan, (c) Bagaimana kinerja dosen dilihat dari unsur pengabdian pada

masyarakat berdasarkan standar yang telah ditetapkan?

3. Monitoring dan Evaluasi; Pada bagian ini ingin digali seberapa besar

peran-peran alat dan instrumen yang dipergunakan untuk mengawasi dan

mengontrol implementasi standar-standar yang dibuat, yang meliputi

komponen-komponen: (a) Bagaimana prosedur monitoring dan evaluasi

dilaksanakan, dan (b) Alat apa yang dipergunakan dalam melakukan

(33)

4. Analisis efektivitas; Yakni pelaksanaan pengembangan kinerja dosen

berdasarkan kepada aspek-aspek yang dirasakan oleh dosen dilihat dari: (a)

Bagaimana pencapaian target kinerja dosen dalam aspek pendidikan dan

pengajaran, (b) Bagaimana pencapaian taget kinerja dosen dalam aspek

penelitian, dan (c) Bagaimana pencapaian target kinerja dosen dalam aspek

pengabdian pada masyarakat, dan (c) Apa tindak lanjut dari temuan-temuan

yang diperoleh?

D. Tahapan Penelitian

Secara garis besar, terdapat lima tahap proses penelitian yang dilalui yaitu:

Persiapan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data,

pemeriksaan keabsahan atau validasi penelitian serta pengambilan kesimpulan

hasil penelitian.

Tahapan persiapan penelitian merupakan langkah awal dalam penelitian

yang dilakukan dan dalam persiapan penelitian adalah diawali dengan studi

pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui signifikansi

penelitian, rumusan dan batasan penelitian, kerangka penelitian dan hal lain yang

dilakukan dalam tahap awal penelitian. Pada tahap pengumpulan data, diawali

dengan penentuan subjek sampel penelitian yang relevan dengan karakteristik

masalah yang diteliti. Langkah ketiga adalah pengolahan dan analisis data. Dalam

tahapan ini peneliti berupaya melakukannya sesegera mungkin setelah data

(34)

sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif. Kemudian

tahap akhir dari penelitian ini adalah pengambilan kesimpulan hasil penelitian dan

penulisan laporannya. Lebih jelas seperti terlihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.1

Diagram Alur Tahapan Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penelitian dengan teknik kualitatif deskriptif sangat

tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang

disusun oleh peneliti. Karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut

Nasution (2005) “catatan lapangan tersebut melalui observasi, wawancara dan

studi dokumentasi”. Ketiga teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan Mengakhiri Penelitian

Memulai Penelitian

Persiapan Penelitian

Pengumpulan Data Penelitian

Analisis dan Pengolahan

Pemeriksaan Keabsahan

[image:34.595.130.465.211.578.2]
(35)

informasi yang saling menunjang atau melengkapi tentang manajemen

pengembangan kinerja dosen. Adapun instrumen penelitiannya adalah diri peneliti

sendiri (human instrument). Lebih jelasnya mengenai teknik yang digunakan

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan aktivitas yang sistematis dan

berulang-ulang terhadap gejala-gejala, baik yang bersifat fisikal maupun mental.

Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan pengembangan

kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009) menyebutkan bahwa “observasi

adalah tindakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti sebagai upaya

mengumpulkan data dan informasi. Cara ini bertjuan untuk mendapatkan data

yang cermat, faktual, akurat serta sesuai situasi yang terjadi”. Menurut MQ.

Patton sebagaimanan dikutip Nasution (2005) dan Lexy. J. Moleong (1990)

menyebutkan beberapa manfaat observasi tersebut bagi peneliti dalam

mengumpulkan data, yaitu: (1) Membantu memahami konteks data secara

holistik, (2) Memungkinkan bagi peneliti menggunakan metode induktif yang

tidak terikat dengan konsep ataupun pandangan sebelumnya, (3) Mampu

mengungkapkan hal-hal yang bersifat rahasia dan sensitif yang tidak terungkap

dengan wawancara atau studi dokumentasi, (4) Dapat merasakan langsung situasi

(36)

Atas dasar itu, dipahami bahwa teknik pengumpulan data dengan

observasi, baik langsung (partisipan) ataupun tidak langsung (non partisipan)

sangat bermanfaat bagi seorang peneliti untuk mengungkapkan terhadap situasi

yang sebenarnya terjadi. Penggunaan observasi adalah suatu teknik untuk

melengkapi data dan informasi yang diperoleh dengan wawancara atau melalui

dokumentasi sebelumnya. Lebih dari itu, observasi dimaksudkan pula untuk

melakukan rechek dan triangulasi. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis memilih

melakukan pengamatan secara langsung (partisipan observation) terhadap

efevtivitas pengembangan kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

Pilihan pengamatan secara langsung didasarkan kepada pendapat yang

diungkap oleh Patton (dalam Nasution, 2005) yang menjelaskan bahwa: (1)

Dengan berada di lapangan, seorang peneliti lebih dapat menyelami konteks data

dalam keseluruhan situasi dan kondisi, (2) Melalui pengalaman langsung

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, (3) Peneliti dapat

melihat dan menilai hal-hal yang tidak atau kurang diamati orang lain, (4) Peneliti

dapat menemukan hal-hal atau keadaan yang belum terungkap melalui

wawancara, (5) Peneliti dapat menjumpai hal lain di luar persepsi responden, dan

(6) Di lapangan peneliti tidak hanya sekedar mengadakan pengamatan, lebih dari

itu juga dapat memperoleh kesan atau pengalaman nyata secara pribadi.

Pengamatan yang dilakukan peneliti di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi, dibuat dengan terlebih dahulu menentukan pola tersendiri seperti saat

(37)

pengajaran, maka tempatnya adalah melakukan pengamatan di lingkungan fisik

IAIN yang tertuju kepada para dosen, ketua jurusan/prodi, pembantu dekan,

dekan, kepala kepegawaian (SDM), pembantu rektor, rektor, dan orang-orang

yang ada di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan segala

karakteristiknya. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti melakukan observasi

mulai dari kegiatan sebagai penonton, namum sewaktu-waktu peneliti juga turut

serta dalam situasi atau pelaksanaan kegiatan (pelatihan, seminar dan workshop)

yang berlangsung. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,

dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu

mengerti tentang manajemen pengembangan kinerja dosen, juga sebagai

monitoring dan untuk evaluasi terhadap aspek yang berhubungan dengannya.

2. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara

dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk

menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permasalahan

penelitian. Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009) dalam tulisannya

mengemukan “sesungguhnya wawancara suatu teknik pengumpulan data oleh

seorang peneliti untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data

(38)

Melengkapi informasi wawancara, disamping melakukan triangulasi

peneliti juga melakukan observasi dan studi dokumentasi dengan melihat

peristiwa-peristiwa serta catatan atau laporan terkait dengan manajemen

pengembangan kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddi Jambi.

Dikemukan oleh Bogdan dan Biklen (1998) bahwa “keberhasilan dari suatu

penelitian naturaslistik (kualitatif) sesungguhnya sangat tergantung dari ketelitian

dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti, seperti

melengkapi diri dengan buku catatan. Maksudnya, melalui buku catatan tersebut

digunakan untuk mencatat hasil wawancara selengkap dan sedetail mungkin”.

Pilihan wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data adalah dengan

beberapa pertimbangan, seperti (1) Sumber data (orang) yang representatif dapat

mengungkapkan gambaran peristiwa, tindakan atau subjek yang telah dikenal

sebelumnya, sehingga wawancara terhadap orang representatif untuk suatu

permasalahan adalah penting untuk mengungkapkan dimensi persoalan yang

dikaji, (2) Orang umumnya memberi persepsi terhadap suatu objek, peristiwa atau

tindakan, yang kemudian maknanya ditangkap melalui pandangannya.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989), aspek lain yang menjadi

pertimbangan peneliti memilih wawancara dalam teknik pengumpulan data adalah

karena beberapa hal, antara lain: (1) Hubungan antara peneliti dengan responden

dapat dibina lebih akrab, sehingga memungkinkan responden dapat

menyampaikan pandangannya secara bebas dan terbuka, (2) Peneliti dapat

melakukan kontak secara langsung dengan responden sehingga memungkinkan

(39)

pernyataan yang kurang jelas antara peneliti dengan responden atau sebaliknya,

dapat diulangi kembali.

Jenis wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pengembangan kinerja

dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddi Jambi adalah wawancara bebas

(tidak berstruktur), yakni wawancara yang bersifat luwes dan terbuka, sehingga

lebih memungkinkan pertanyaan yang diajukan, muatan serta rumusan

kata-katanya disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti

(Kerlinger, 1982). Pilihan jenis wawancara ini diambil dengan pertimbangan

bahwa peneliti memiliki hubungan sosial yang baik dengan responden.

Pada pelaksanaannya, proses wawancara dilakukan dengan bertanya

tentang hal-hal yang masih bersifat umum dan belum terfokus serta masih terpusat

pada suatu pokok masalah tertentu, disamping wawancara bebas dengan isi

pertanyaan yang berpindah-pindah dari suatu pokok masalah kepada masalah lain

yang masih berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk memudahkan

pelaksanaan wawancara, peneliti menyediakan daftar pertanyaan sebagai

pedomanan wawancara (sebagaimana terlampir). Pelaksanaan wawancara dengan

para sumber data (responden) peneliti lakukan berulang kali sampai didapatkan

gambaran secara menyeluruh terhadap aspek yang diteliti. Data pertama yang

peneliti peroleh masih mengandung sifat non directive, yaitu data yang masih

menurut pikiran dan perasaan responden. Dari data itu pula selanjutnya diolah

menjadi data yang bersifat directive, yaitu data yang dikaji dan ditinjau

(40)

3. Studi Dokumentasi

Sebagaimana diungkapkan oleh Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009)

menyebutkan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan penelitian, lalu data itu ditela’ah secara intensif sehingga dapat mendukung serta menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang

berhubungan dengan kegiatan perencanaan, implementasi, monitoring dan

evaluasi, serta analisis efektivitas manajemen pengembangan kinerja dosen di

lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi . Data yang diperoleh dari studi

dokumentasi dijadikan alat untuk mengecek kesesuaian data yang diperoleh dari

kegiatan observasi dan wawancara. Studi dokumentasi pada prinsipnya adalah

digunakan sebagai pendukung terhadap pengumpulan data, karena sekalipun

dalam penelitian kualitatif kebanyakan data diperoleh dari sumber manusia

(melalui observasi dan wawancara) tetapi data itu belumlah cukup, sehingga

memerlukan penambahan sekaligus penguatan data dan sumber lain, maka

dilakukanlah studi dokumentasi. Pada penelitian tentang efektivitas manajemen

pengembangan kinerja dosen di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddi Jambi

ini, dokumentasi dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kevalidan

data. Melalui studi dokumentasi ini akan diperoleh data tertulis tentang kegiatan

yang dilakukan dalam pengembangan kinerja dosen di lokasi penelitian. Lebih

menyempurnakan data hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi

dokumentasi ini, peneliti melengkapi diri dengan menggunakan alat perekam

(41)

Namun demikian, meskipun telah menggunakan alat bantu peneliti juga tidak lupa

mencatat semua informasi yang non verbal. Pencatatan tersebut bertujuan untuk

memperoleh gambaran yang utuh, juga mempermudah peneliti mengungkapkan

kandungan makna yang hendak disampaikan oleh responden.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, tidak tertutup kemungkinan pada studi

dokumentasi ini ditemukannya perbedaan, bahkan pertentangan antara hasil

observasi atau wawancara dengan hasil yang ada dalam suatu dokumen. Jika hal

itu terjadi, maka peneliti akan melakukan langkah konfirmasi dengan melakukan

wawancara kembali kepada responden yang sudah diwawancarai sebelumnya atau

responden baru yang belum pernah diwawancarai untuk mendapatkan kejelasan.

F. Prosedur Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan guna memberi makna terhadap data dan

informasi yang telah dikumpulkan yang dilaksanakan secara kontinu dari awal

sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi atau penafsiran data ini

dilakukan dengan merujuk kepada landasan teoritis yang berhubungan dengan

masalah penelitian dan berdasarkan “consensus judgment”. Pelaksanaan analisis

data dalam penelitian ini belum ada prosedur baku yang dijadikan pedoman para

ahli. Hal ini terungkap dalam pernyataan yang dikemukakan oleh Subino

Hadisubroto (1988) berikut ini:

(42)

Namun demikian, analisis data kualitatif diartikan sebagai usaha analisis

berdasarkan kata-kata yang disusun di dalam teks yang diperluas (Miles dan

Huberman, 1994). Dalam penelitian ini, data hasil observasi dan wawancara

ditulis dalam suatu catatan lapangan yang terinci dan terekam yang akan

dianalisisi secara kualitatif pula. Untuk keperluan itu, analisis data akan dilakukan

melalui beberapa cara dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data; Data yang diperoleh di lapangan akan diketik ulang dalam

bentuk uraian yang lengkap, banyak, dan terperinci. Data tersebut direduksi,

dirangkum, dipilih hal yang pokok, difokuskan kepada hal penting yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga data yang direduksi dapat

memberikan gambaran lebih mendalam tentang hasil observasi dan

wawancara.

2. Display data; Display ini dilakukan mengingat data yang terkumpul sangat

banyak dan beragam, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk tersebut

akan menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan dan

sulit pula untuk mengambil suatu kesimpulan. Kesukaran di atas, dapat

diatasi dengan cara membuat model dan paradigma penelitian. Sehingga

keseluruhan data sebagai bagian dari rincian dapat dipetakan dengan jelas.

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks, sehingga memudahkan peneliti untuk melihat

(43)

3. Kesimpulan dan verifikasi; Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan

melakukan verifikasi atas data yang sudah diproses atau ditransfer ke dalam

bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang

dilakukan. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari kesimpulan

umum pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik pada tahap

display data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematik,

baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigma penelitian yang

selanjutnya disimpulkan, sehingga makna data bisa ditemukan.

[image:43.595.116.480.264.573.2]

Secara visual, langkah analisis tersebut di atas dapat ditunjukkan melalui

gambar berikut:

Gambar 3.2

Komponen dalam Analisis Data (Sumber: Sugiyono, 2007)

Rangkaian proses di atas menunjukkan bahwa analisis data kualitatif

dalam penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, display data,

serta penarikan kesimpulan dan verifikasi secara berulang dan bersiklus. Pengumpulan

data Reduksi

data

Display data

(44)

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Maksud dari pemeriksanaan keabsahan data yaitu cara-cara memperoleh

tingkat kepercayaan data dari hasil penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (1985)

tingkat kepercayaan penelitian naturalistik diukur berdasarkan kriteria berikut:

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Kredibilitas hasil penelitian akan menunjukkan seberapa jauh kebenaran

hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kredibilitas dilakukan kegiatan

triangulasi, penggunaan bahan referensi dan mengadakan membercheck.

Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

a. Perpanjangan keikutsertaan. Perpanjangan keikut-sertaan digunakan dengan

cara menambah jumlah waktu penelitian selama dua bulan di lapangan.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti di latar penelitian akan memungkinkan

adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan

b. Triangulasi; Kegiatan ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari satu sumber data dengan sumber data lainnya tentang fokus

yang sama, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu yang berlainan

dengan menggunakan metode yang berlainan pula. Teknik triangulasi

dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu triangulasi dengan sumber

dan triangulasi dengan teori. Triangulasi dengan sumber yaitu

membandingkan dan mengecek-balik derajat kepercayaan suatu informasi

(45)

peneliti melakukan konfirmasi data dengan teori. Dengan demikian data yang

telah ditemukan dapat terjamin derajat kepercayaannya.

c. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik

dalam proses penelitian; Teknik diskusi dengan teman sejawat ini dilakukan

dengan cara menemui teman untuk berkumpul dan mendiskusikan hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dari penelitian secara analitik. Dari

diskusi inilah peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang

kurang cocok atau kurang serasi dengan fokus penelitian. Penggunaan metode

ini memungkinkan terhindarnya dari aspek subjektivitas.

b. Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan akan

kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan, dan copy-an.

c. Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan

dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.

2. Transferabilitas

Tingkat transferabilitas suatu penelitian berkaitan dengan pertanyaan

sampai sejauhmana hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau dimanfaatkan

dalam situasi lain. Untuk memahami hal ini, peneliti merujuk pada apa yang

disampaikan oleh Nasution (2005) sebagai berikut:

Gambar

Gambar 3.1  Diagram Alur Tahapan Penelitian
gambar berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan adsorben bentonit, zeolit dengan perbedaan tingkat konsentrasi pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi adsorben

Rancangan seiri pada area 1 meliputi pemilahan material serta mesin yang terpakai dan tidak terpakai, pemilahan peralatan pendukung yang terpakai dan tidak terpakai

saat maaghn!a agar tidak sering kam"uh. +alam keluarga Tn.R #uga !ang mengeluh sakit % istri Tn. R !aitu N!.R mengatakan mengalami pen!akit darah tinggi dan mempun!ai pen!akit

return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apakah pengumuman right issue berpengaruh signifikan

Hal ini berarti ketiga variabel diatas secara bersama-sama memberikan kontribusi yang nyata terhadap hasil belajar IPS yang positif, maka dalam proses pembelajaran

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyususnan tesis dengan judul “Strategi

TIME-BASED CONFLICT Ketika tekanan dari salah satu peran individu dari dua domain yang berbeda bersaing terhadap waktu individu.. Ketika tekanan dari salah satu peran

Nadalje, slijedit će razgovor s lokalnim stanovništvom s ciljem utvrĊivanja elemenata ili podruĉja krajobraza koje prepoznaju kao vaţna/znaĉajna za Srednja Poljica,