DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi... v
Daftar tabel ... viii
Daftar Diagram... x
Pedoman Transliterasix ... i
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 19
C. Tujuan ... 21
D. Manfaat ... 22
E. Definisi Operasional ... 23
F. Sistematika Penulisan ... 23
BAB II KAJIAN TEORI ... 25
A. Membaca Al Qur’ān ... 25
1. Adab Membaca al Qur’ān ... 26
2. Tingkatan Membaca al Qur’ān ... 29
B. Metode Bil Hikmah ... 34
1. Sejarah Metode Bil Hikmah ... 34
2. Landasan Metode Bil Hikmah ... 38
3. Prinsip Metode Bil Hikmah ... 41
4. Profil Metode Bil Hikmah ... 44
C. Ilmu Tajwid ... 47
1. Pengertian ... 47
2. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid ... 49
3. Dasar Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ... 50
4. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ... 51
5. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid ... 52
6. Keutamaan Ilmu Tajwid ... 54
7. Cabang Ilmu Tajwid ... 55
D. Tajwid Bil Hikmah ... 66
E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 75
BAB III METODE PENELITIAN ... 78
A. Metode Penelitian ... 78
B. Subjek Penelitian ... 80
C. Prosedur Penelitian ... 81
D. Instrumen Penelitian ... 86
F. Teknik Analisis Data ... 88
G. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN88
A. Hasil Penelitian ... 90
B. Hasil Penggunaan Metode Terpadu Bil Hikmah yang dilakukan Setiap Siklus
... 96
C. Pembahasan ... 117
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI121
A. Simpulan ... 125
B. Rekomendasi ... 127
DAFTAR TABEL
1.1 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2008/2009 ... 8
1.2 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Ganjil Tahun 2009/2010 ... 9
1.3 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2009/2010 ... 10
1.4 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Ganjil Tahun 2010/2011 ... 11
1.5 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2010/2011 ... 12
1.6 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Siswa SMPN 2 Ujungjaya ... 13
1.7 Data Kemampuan Baca Mad Far’i ... 16
2.1 Himpunan Huruf Hijaiyah ... 42
4.1 Tabel Distribusi Pre Tes Siklus I ... 94
4.2 Tabel Distribusi Post Tes Siklus I ... 101
4.3 Tabel Hasil Pre Tes Siklus II ... 106
4.4 Tabel Distribusi Pre Tes Siklus II ... 108
4.5 Tabel Distribusi Post Tes Siklus II ... 111
4.7 Tabel Distribusi Post Tes Lisan Siklus II ... 115
4.8 Rekapitulasi Nilai Akhir Siswa Pada Keseluruhan Siklus ... 118
DAFTAR DIAGRAM
4.1 Hasil Pre Tes Siklus I ... 91
4.2 Nilai Pre Tes Siklus I ... 95
4.3 Hasil Post Tes Siklus I ... 100
4.4 Nilai Post Tes Siklus ... 102
4.5 Hasil Post Tes Siklus II ... 111
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Yusuf dan Juntika (2008: 2), pendidikan merupakan aset
yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses
yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu.
Pendidikan merupakan upaya yang strategis untuk membangun umat manusia.
Muhaimin (2004, 37), memberikan pengertian pendidikan ditinjau dari
cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena, yakni:
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau kelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual maupun mental dan sosial, sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
Pernyataan ini sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional yang
termaktub dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi “...
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
Tujuan utama dari suatu proses pendidikan adalah iman dan taqwa.
Iman dan taqwa ini diharapkan tercermin dalam kepribadiannya, yaitu
menjadi manusia yang “insan kamil”, yakni manusia yang utuh rohani dan
jasmaninya. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam. Maka
dari itu, di dalam UUSPN No. 2/ 1989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat antara lain
pendidikan agama (Muhaimin, 2004: 75).
Kemudian muncul sebuah pertanyaan mengapa pendidikan agama
penting dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Daradjat (2004: 87)
menyatakan bahwa pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang
amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain
akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan agama juga menjadi
tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Di dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 butir a
dinyatakan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik
yang seagama.”
Merujuk pada pernyataan di atas, secara yuridis formal mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum
sejak TK sampai Perguruan Tinggi. Hal ini telah dijelaskan pula dalam UU
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 30 dan telah termaktub pula dalam
Tujuan dilaksanakannya PAI di sekolah telah termaktub dalam UU
SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 30 ayat 2 yakni “Pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/
atau menjadi ahli ilmu agama.” Pemerintah pun mengeluarkan peraturan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang di dalamnya memberikan
penjelasan mengenai tujuan dilaksanakannya PAI.
Tujuan yang telah diharapkan tersebut pada kenyataannya belum dapat
terwujud, hal ini dikarenakan selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang
berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Mochtar
Buchori (Muhaimin, 2009: 23) menilai pendidikan agama masih gagal.
Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya
memperthatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai
(agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni
kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Selain itu
juga, kegiatan pendidikan agama yang berlangsung selama ini lebih banyak
bersikap menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan pendidikan lainnya.
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Muhammad Maftuh
Basyumi (Muhaimin, 2009: 23) bahwa pendidikan agama yang berlangsung
saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) daripada
Towaf (Muhaimin, 2009: 25) telah mengamati adanya
kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain:
1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian;
2. Kurikulum pendidikan agama islam yang dirancang di sekolah sebenarnya
lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum imformasi, tetapi
pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk
memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi
kurang tumbuh;
3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas, maka guru PAI
kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bias dipakai
untuk pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung
monoton;
4. Keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.
Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali
kurang diberi prioritas dalam urusan pasilitas.
Dalam konteks sistem pembelajaran, titik lemah pendidikan agama
lebih terletak pada komponen metodologinya. Menurut Muhaimin (2009: 27)
1. Kurang bisa mengubahan pengetahuan agama yang kognitif menjadi
“makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan. Terhadap nilai
-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik;
2. Kurang dapat belajar bersama dan bekerja sama dengan program-program
pendidikan non- agama;
3. Kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial budaya, dan/
bersipat statis akontekstual dan lepas dan lepas dari sejarah, sehingga
peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang
hidup dalam keseharian.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI pada
dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu al-Qurān dan hadis, keimanan,
syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (Muhaimin, 2004: 78).
Dari tujuh unsur pokok materi PAI tersebut, yang perlu diutamakan
diajarkan kepada peserta didik adalah materi al-Qurān. Pelaksanaan
pentingnya pendidikan al-Qurān telah diatur dalam PP Nomor 55 tahun 2007
pasal 24. Dikarenakan al-Qurān itu merupakan kitab suci umat Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, yang
senantiasa dijadikan pedoman hidup dan petunjuk dalam menjalani
kehidupan. Mengingat demikian pentingnya peran al-Qurān dalam
memberikan dan mengarahkan kehidupan manusia, maka belajar membaca,
memahami, dan menghayati al-Qurān untuk kemudian diamalkan dalam
Dengan demikian kemampuan dasar lulusan yang diharapkan dari
materi al-Qurān adalah kemampuan membaca, menulis dan memahami
terjemahan ayat dan menghayatinya. Namun, pada kenyataannya harapan
tersebut belum tercapai 100%, meskipun materi tersebut senantiasa diberikan
pada setiap jenjang pendidikan baik ditingkat dasar, menengah maupun
perguruan tinggi.
Membaca al-Qurān tentu berbeda dengan membaca buku biasa,
majalah, koran maupun bentuk lainnya yang bersifat tulisan. Hal ini
dikarenakan al-Qurān merupakan kitab suci yang barang siapa membacanya
pasti akan mendapatkan pahala. Sebagaimana Allah SWT memerintahkan
untuk senantiasa membaca al-Qurān dengan tartīl (secara perlahan-lahan/
tidak tergesa-gesa). Firman Allah SWT dalam QS. Al Mujamil ayat 4:
ايِتْرَ ت َنآْرُقْلا ِلّتَرَو ِهْيَلَع ْدِز ْوَأ
(
٤
)
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah al-Qurān itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al Mujamil [73]: 4).1
Sebagaimana pernyataan di atas, bahwa membaca al-Qurān itu
berbeda dengan membaca buku biasa dan harus dibaca secara tartīl, maka kita
dituntut untuk mempelajari ilmunya. Salah satunya yaitu ilmu tajwīd, yakni
ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara melafalkan atau membaca
al-Qurān dengan baik dan benar.
1
Seluruh teks dan terjemah al-Qurān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word menu Add-Ins dan
diverifikasi dengan Al-Hikmah: Al-Qurān dan Terjemahnya, terjemahan Tim Penerjemah Departemen
Secara empiris, dewasa ini khususnya di Indonesia kemampuan
membaca al-Qurān masih harus mendapat perhatian khusus dikarenakan
masih banyak sekali orang Islam yang belum mampu membaca al-Qurān.
Bahkan masih ada yang belum hapal benar huruf-huruf ḥijāiyyah. Beberapa
data dari berbagai sumber berkaitan dengan kemampuan membaca al-Qurān
umat Islam dan pelajar/ mahasiswa di Indonesia dapat digambarkan sebagai
berikut.
Budiyanto (1995: 2) mencatat pada tahun 1950, umat Islam Indonesia
yang tidak mampu membaca al-Qurān hanya ada 17%, dan pada tahun 1980
telah meningkat menjadi 56%. Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh pengurus Muhammadiyah wilayah DKI Jakarta bekerja sama dengan
dengan Dewan Dakwah Indonesia pada tahun 1988 didapatkan fakta bahwa
75% pelajar SMA di Jakarta buta huruf al-Qurān. Sedangkan hasil survey
pada tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-Kotamadya
Semarang tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran membaca al-Qurān di
SD se-Kotamadya Semarang hanya 10%.
Hasil penelitian lain, dinyatakan oleh Guntur (Munawaroh, 2010: 3)
bahwa di Indonesia dengan penduduk Islam terbesar yaitu 170 juta jiwa,
ternyata hanya 36% saja yang bisa membaca al-Qurān. Kemudian dari 36%
tajwīdnya, dan ironisnya dari 16% tersebut hanya 3% saja yang rutin
membaca al-Qurān.
Data terbaru yang dapat dijadikan pertimbangan, yakni hasil tes yang
dilakukan oleh sebuah organisasi mahasiswa yakni BAQI (Belajar al-Qurān
Intensif) UPI terhadap mahasiswa UPI pada tahun akademik 2008/ 2009,
2009/ 2010, 2010/ 2011, dan 2011/ 2012. Adapun datanya dapat dilihat di
bawah ini:
Tabel 1.1
Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI
Mahasiswa Peserta Kuliah PAI Semester Genap Tahun 2008/ 2009
Tabel 1.2
Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI
Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Tabel 1.3
Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI
Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Tabel 1.4
Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI
Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester Ganjil Tahun 2010/ 2011
Tabel 1.5
Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI
Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester Genap Tahun 2010/ 2011
Fakultas
Melihat data di atas ternyata masih banyak mahasiswa yang memiliki
kualifikasi belum bisa membaca al-Qurān, baik yang berkriteria TPD 1 (tidak
mengenal huruf ḥijāiyyah bersyakal mandiri atau bisa membaca huruf
ḥijāiyyah sambung, membacanya masih lambat atau terbata-bata, atau
membaca huruf ḥijāiyyah sambung tetapi makhrajnya masih kurang tepat),
maupun TD (membaca huruf ḥijāiyyah sambung lancar tetapi tajwīd
praktisnya banyak yang salah). Sedangkan yang memiliki kualifikasi bisa,
dinilai masih rendah, baik yang berkriteria TT (membaca dengan lancar,
tajwīdnya relatif benar dan sedikit mengetahui teori tajwīd ) dan TM
(membaca dengan tahsin, tajwīdnya benar dan menguasai teori tajwīd).
Selain itu juga, peneliti memiliki data hasil tes membaca al-Qurān
pada siswa SMP, tepatnya siswa SMP N 2 Ujung Jaya, dengan mengambil
sampel beberapa siswa dari tiap tingkatan kelas, yang didokumentasikan pada
tahun 2012, adapun datanya sebagai berikut:
Table 1.6
Data Kemampuan Baca al-Qurān
Siswa SMP Negeri 2 Ujungjaya
Nama Kelas
Kriteria Kelulusan
TPD 1 TPD 2 TD TT TM
Wiwin Windiani VII
Mia Rosmiati VII
Ida Elina VII
Yayat Supriyatna VII
Lia Nurlaela VIII
Nurlaela VIII
Peren Andriyani VIII
Ruliyanti VIII
Saryono VIII
Seli Puspitasari VIII
Siti Barokah VIII
Andre Agustin VIII
Diana Dinawati N VIII
Elvara VIII
Ihda Komala VIII
Nunung M VIII
Reni M. S VIII
Vina Theana VIII
Ai Wiwin VIII
Ecih Suangsih VIII
Hasanudin VIII
Nyai Rina R VIII
Sumiati VIII
Anis Lestari IX
Cucu Cahyati IX
Lina Herlina IX
Sri Yuniarti IX
Wartikah IX
Rismayanti IX
Elin IX
Ipah Winarsih IX
Juju Julaeha IX
Sri Wilastri IX
Tati Kartinah IX
Tri Maryana IX
Sumber: Dokumentasi pengembangan diri keagamaan tahun 2012
Ternyata, hasil tes pada siswa SMP tidak jauh berbeda dengan hasil tes
pada mahasiswa. Hasil persentase dengan kriteria TPD 2 sebesar 27, 03%, TD
sebesar 51, 35%, TT sebesar 10, 81% dan TM sebesar 10, 81%. Dapat
disimpulkan dari hasil tes tersebut kebanyakan siswa yang belum bisa
membaca al-Qurān.
Disamping itu, siswa/ mahasiswa yang telah berkualifkasi lulus,
kemampuan penerapan tajwīdnya masih rendah. Ini terbukti dengan masih
al-Qurān itu harus sesuai dengan hukum tajwīdnya supaya tidak terjadi
perubahan makna, dari makna sebenarnya. Pentingnya belajar ilmu tajwīd ini
telah termaktub dalam PP Nomor 55 tahun 2007 pasal 24 ayat 5, disana sudah
jelas mengenai kurikulum pendidikan al qurān. Berikut data yang menyatakan
rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan hukum tajwīd pada bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin).
Tabel 1.7
Data Kemampuan Bacaan Mad Far‟i Siswa Kelas VIII C
Hasanudin √ √ √ √ √
Ilman S √ √ √ √ √
Komalasari √ √ √ √ √
Lia Y √ √ √ √ √
Lilies S √ √ √ √ √
Melinda √ √ √ √ √
M. Rizki P √ √ √ √ √
Nengsih S √ √ √ √ √
Nina M √ √ √ √ √
Nyai Rina √ √ √ √ √
Perin A √ √ √ √ √
Siti M √ √ √ √ √
Sumiati √ √ √ √ √
Tati Y √ √ √ √ √
Ujang T √ √ √ √ √
Yudi R √ √ √ √ √
Yupita P √ √ √ √ √
Keterangan:
1 : Tidak bisa membaca dan tidak tahu hukum
2 : Bisa membaca dan tidak tahu hukum
Table 1.8
Tabel Distribusi Kemampuan Bacaan Mad Far‟i
Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Ujungjaya
No. Jenis Bacaan
Dengan melihat data diatas ternyata persentase siswa yang belum
mampu menerapkan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil,
mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dalam membaca al-Qurān
masih tinggi. Sebagian besar siswa mampu membaca, namun apabila di tanya
jenis hukumnya, mereka tidak paham.
Jika kita analisis, ada beberapa permasalahan yang terjadi di
masyarakat berkaitan dengan rendahnya kemampuan membaca al-Qurān
dengan menerapkan hukum tajwid, diantaranya jam untuk KBM PAI hanya 2
bersifat pengetahuan dibandingkan aplikasi, motivasi belajar al-Qurān rendah,
rendahnya peran orang tua dalam memotivasi anak untuk belajar al-Qurān,
rendahnya tingkat keberagamaan dan pergaulan siswa. Selain itu juga siswa
kurang mempunyai bekal ilmu al-Qurān, yang menyebabkan siswa membaca
al-Qurānnya tidak sesuai dengan ilmu tajwīdnya.
Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan
metode yang tepat dan praktis. Metode mempunyai andil yang cukup besar
dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki
anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode
yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai
dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan
yang terpatri di dalam suatu tujuan. (Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 3)
Berdasarkan pemahaman di atas, maka penyusun termotivasi untuk
lebih lanjut meneliti mengenai pembelajaran membaca al-Qurān dengan
menggunakan metode terpadu Bil Hikmah sebagai langkah awal untuk
mengatasi masalah membaca al-Qurān. Untuk itu, judul kajian penyusun
adalah penggunaan metode terpadu bil hikmah untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, secara
metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa terhadap bacaan mad far’i”, dan secara khusus peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi awal kemampuan siswa menerapkan hukum bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin) dalam membaca al-Qurān sebelum menggunakan
metode terpadu Bil Hikmah?
2. Bagaimana perencanaan penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam
meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad
far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin)?
3. Bagaimana proses penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam
meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad
far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin)?
4. Bagaimana hasil/ pengaruh penggunaan metode terpadu Bil Hikmah
dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
C. TUJUAN
Dalam penelitian ini, secara umum peneliti memiliki tujuan untuk
mengetahui efektivitas penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i (mad
wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad
layyin). Adapun secara khusus, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa menerapkan hukum
bacaan mad far‟i mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad
‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin)dalam membaca al-Qurān
sebelum menggunakan metode terpadu Bil Hikmah;
2. Untuk mengetahui perencanaan penggunaan metode terpadu Bil Hikmah
dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad
far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad ‘iwad
dan mad layyin);
3. Untuk mengetahui penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam
meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad
far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad ‘iwad
dan mad layyin);
4. Untuk mengetahui hasil/ pengaruh penggunaan metode terpadu Bil
Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap
bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid
D. MANFAAT
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
atau sebagai bahan kajian terhadap penggunaan metode pembelajaran
terutama metode dalam mengembangkan kemampuan membaca
al-Qurān;
b. Sebagai bahan kajian bagi para pengembang kebijakan (stekholder)
dalam penggunaan metode terpadu bil hikmah guna meningkatkan
kemampuan membaca al-Qurān;
c. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menggambarkan peranan
teori-teori pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran
membaca al-Qurān;
d. Sebagai rekomendasi untuk penggunaan metode yang tepat pada dunia
pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan membaca al-Qurān.
2. Secara Praktis
a. Sebuah penelitian yang memberikan hasil bersifat aplikatif untuk
digunakan dalam kegiatan belajar pada jangka waktu yang panjang;
b. Sebagai sumbangsih kepada guru PAI untuk menggunakan metode Bil
Hikmah dalam mendidik siswa dalam membaca al-Qurān terutama
untuk menerapkan ilmu tajwīd;
E. DEFINISI OPERASIONAL
Supaya tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda antara peneliti
dengan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka peneliti akan menjelaskan istilah-istilah tersebut. Adapun istilah-istilah
yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Metode terpadu Bil Hikmah adalah salah satu metode belajar cepat
membaca al-Qurān dengan menerapkan hukum tajwīd. Metode Bil
Hikmah merupakan metode eklektik, yang mana dalam hal ini mengambil
sisi-sisi keunggulan dari metode şautiyah dan mengambil sisi-sisi
keunggulan dari metode baghdadiyah.;
2. Mad far‟i adalah salah satu cabang hukum mad dalam ilmu tajwīd yang
terdiri dari 14 kelompok. Namun, yang akan peneliti teliti hanya sebagian
saja, yaitu mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad
‘iwad dan mad layyin.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian
skripsi ini, maka peneliti membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan
Bab kedua memuat kajian pustaka yang meliputi pemaparan mengenai
membaca al-Qurān, metode terpadu Bil Hikmah, ilmu tajwīd, tajwīd Bil
Hikmah dan penelitian terdahulu yang relevan;
Bab ketiga metode penelitian, pada bab ini berisi tentang metode
penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
Bab keempat menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan,
pada bab ini dibahas temuan-temuan peneliti dalam penelitian disertai
analisisnya;
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan
kelas. Menurut Susdikin (Sukardi, 2009: 210), penelitian tindakan berasal dari
istilah bahasa action research. Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah
cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi
sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dapat diakses oleh
orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok
untuk meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti.
Menurut Hopkin (Emzir, 2009: 233), penelitian tindakan adalah suatu
proses yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan dalam proses
(siswa, guru dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik
yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan. Penelitian
dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal, kualitatif, formatif,
subjektif, interpretif, reflektif dan suatu model penelitian pengalaman, di
mana semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengatahui
Penelitian tindakan kelas, berasal dari bahasa Inggris dengan istilah
Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas sebagai kelanjutan penelitian
eksperimen karena tujuan dari penelitian tindakan adalah mengetahui dampak
dari sesuatu perlakuan, yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat
perlakuan tersebut. (Suharsimi, 2010: 128).
Berikut siklus penelitian tindakan kelas (Sukardi, 2009: 20):
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan Siklus 1
Refleksi
?
RefleksiPerencanaan
Pelaksanaan Siklus 2
Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
seperti digambarkan dalam dalam bagan, melalui tahap sebagai berikut:
a. Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan
perencanaan.
b. Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan kelas.
c. Tahap 3: Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.
d. Tahap 4: Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah terjadi.
Penelitian tindakan kelas di kelas VIII C SMP Negeri 2 Ujung Jaya
dilakukan dalam upaya penerapan metode terpadu Bil Hikmah dalam
meningkatkan pemahaman hukum bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad
jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin). Penggunaan
PTK ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam
meningkatkan kualitas pelajaran PAI.
B. SUBJEK PENELITIAN
Menurut Arikunto (2010: 188), subjek penelitian adalah subjek yang
dituju untuk diteliti oleh peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di
SMP Negeri 2 Ujung Jaya yang beralamat di Desa Cibuluh Kecamatan Ujung
Yang menjadi subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VIII
C yang terdiri dari 25 siswa, dengan komposisi siswa laki-laki 9 orang dan
siswa perempuan 16 orang.
C. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus diberikan
tiga tindakan yaitu pre test, eksperimen dan post test dengan melalui empat
tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Pre test digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
mengenai materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil,
mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin), yang kemudian dilanjutkan
dengan post test untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode terpadu Bil Hikmah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara
kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK
hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal. Dalam
upaya untuk mendapatkan data kondisi awal keadaan sekolah dan kelas
yang akan dilakukan peneliti, maka diperlukan penjajagan awal keadaan
kelas melalui pengamatan langsung di dalam kelas dengan bantuan
pedoman pengamatan atau alat pengumpul data.
Aspek-aspek yang menjadi perhatian dari pengamatan langsung ini
antara lain adalah keadaan, kemampuan,dan perilaku siswa sehari-hari dan
terutama dengan intelektual,kreatifitas,keterbukaan dan rasa ingin tahu
terutama dalam pelajaran PAI pada materi bacaan mad far’i (mad wājib
muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad
layyin).
Aspek-aspek lain dengan kemampuan siswa juga tidak luput dari
pengamatan awal ini seperti aspek-aspek yang berhubungan dengan kerja
sama antar siswa, kemampuan siswa dalam kemandirian kepercayaan
diri,kestabilan emosi siswa,dan kepedulian siswa terhadap orang lain,
akan tetapi fokus utama pengamatan langsung didalam kelas ini adalah
yang berkaitan dengan aspek-aspek sikap dan perhatian siswa terhadap
mata pelajaran PAI pada materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil,
mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).
Selain itu juga perencanaan yang akan direncanakan pada tahap ini
adalah:
a. Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah;
c. Menentukan pokok bahasan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil,
mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin)
yang akan disampaikan pada waktu pembelajaran;
d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
e. Menyiapkan sumber belajar;
f. Membuat perangkat tes;
g. Membuat format observasi aktivitas guru.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Siklus I
a. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I. Guru
mengawali pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib
muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan
mad layyin) dengan memberikan tindakan pre test;
b. Guru melaksanakan proses pembelajaran materi bacaan mad far’i
(mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin);
c. Guru melakukan post test setelah pembelajaran materi bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid
Siklus II
a. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I. Guru
mengawali pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib
muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan
mad layyin) dengan memberikan tindakan pre test;
b. Guru melaksanakan proses pembelajaran materi bacaan mad far’i
(mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad
‘iwad dan mad layyin);
c. Guru melakukan post test setelah pembelajaran materi bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid
lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).
3. Tahap Observasi
Kegiatan inti yang dilakukan peneliti adalah menghimpun data
melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang telah
disiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang
didapat selama kegiatan tindakan berlangsung dalam upaya untuk
memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan-tindakan yang
akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan
yang dilakukan pada siklus I dan siklus II yaitu guru melakukan
observasi terhadap kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh peneliti dalam
a. Respon siswa;
b. Perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;
c. Keterampilan guru dalam menggunakan metode terpadu Bil
Hikmah, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan
akhir, dan kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah
menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan
pembelajaran pada tiap siklus. Untuk keperluan analisis ini dilakukan
kegiatan antara lain;
a. Melihat kembali photo-photo kegiatan pembelajaran;
b. Memeriksa catatan lapangan;
c. Memeriksa hasil pre test dan post tes.
Menurut Kunandar (2008: 75), dalam refleksi ada beberapa
kegiatan penting, seperti:
a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari
tindakan yang telah dilakukan;
b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung;
c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul;
e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang
direncanakan.
Sedangkan menurut Arikunto, dkk (2010, 133), refleksi adalah
kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada
siswa, suasana kelas, dan guru.
5. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan
Hasil analisis dan refleksi terhadap tindakan siklus I akan
menjadi rekomendasi dan revisi rencana tindakan siklus II. Pada tahap
ini peneliti melakukan replaning untuk merencanakan tindakan yang
akan dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil analisis dan
refleksi sebelumnya.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen tes dengan
menggunakan tes inteligensi (tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi
atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan
berbagai tugas) dan tes prestasi (tes yang digunakan untuk mengukur
mana pemahaman siswa. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang
bersifat resmi.
Tes dilakukan dua tahap yaitu pre test dan post test. Pre test
dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum siswa melakukan kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa
tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan post test dilaksanakan di akhir
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tentang materi yang telah diajarkan.
2. Non tes
Pengumpulan data melalui non tes, penulis lakukan dengan cara:
a. Observasi
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis.
b. Catatan lapangan
Mencatat segala hal kegiatan siswa selama proses pembelajaran.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Menurut Kunandar (2008: 123), prinsip pengumpulan data tidak jauh
berbeda dengan penelitian lainnya. Dalam PTK umumnya dikumpulkan dua
jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pada penelitian ini data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau
kejadian yang berkaitan dengan tindakan. Dalam penelitian ini pengumpulan
data secara garis besar dilakukan pada saat:
1. Observasi awal atau studi pendahuluan dilakukan hingga identifikasi awal
permasalahan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data tentang
tempat dimana penelitian akan dilaksanakan.
2. Pada tahap pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap pembelajaran pada
siklus I.
3. Pada tahap pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap pembelajaran pada
siklus II.
4. Observasi proses belajar mengajar yang berkaitan dengan kinerja guru.
5. Evaluasi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang dianalisis dan diseleksi sebelumnya terlebih dahulu
dikategorikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini
didapatkan dari hasil pre test, post test, dan pada saat proses KBM dengan
menggunakan metode terpadu Bil Hikmah pada materi bacaan mad far’i (mad
wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad
layyin).
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, data tersebut
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul diklasifikasikan
menjadi data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang
dinyatakan dalam kata-kata atau symbol (Arikunto, 2010: 277). Kegiatan
pengolahan data dalam penelitian ini adalah kegiatan menimbang, menyaring,
mengatur dan menarik kesimpulan.
Menurut Mulyasa (2010: 70), data yang dianalisis merupakan data
hasil pengamatan tentang kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti dapat
menganalisis iklim kelas, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan
interaksi pembelajaran.
Dalam penelitian ini, data yang dianalisis diambil dari catatan hasil
observasi dan hasil evaluasi (pre tes dan post tes). Hasil analisis, datanya akan
diuraikan secara kualitatif.
G. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 2 Ujung Jaya yang
betempat di Jln. Raya Cijelag – Cikamurang Km. 18, Kecamatan Ujung Jaya,
Kabupaten Sumedang. Adapun waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan
pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil,
mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) yang telah dilaksanakan di SMP
Negeri 2 Ujungjaya, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa metode Bil
Hikmah efektif dan telah berhasil digunakan dalam pembelajaran materi bacaan
mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad
dan mad layyin). Adapun secara khusus dapat dikemukakan beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Kemampuan awal siswa dalam menerapkan hukum bacaan mad far’i (mad
wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad
layyin) sebelum menggunakan metode Bil Hikmah sangat rendah, hal ini
dapat dilihat dari hasil pre tes rata-rata nilai yang didapatkan yaitu 4, 45.
Dan apabila dilihat secara persentase siswa yang bisa untuk bacaan mad
wajib muttasil mencapai lebih dari 72,7%, mad jaiz munfasil mencapai
mencapai kurang dari 27,3%, dan mad layyin mencapai kurang dari
40,9%;
2. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada materi bacaan mad far’i
(mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad iwad, dan
mad layyin) di awali dengan menentukan materi, menyusun RPP,
menyiapkan media, dan mengkondisikan waktu dan tempat. Perencanaan
yang dilakukan dalam menggunakan metode Bil Hikmah pada materi
bacaan mad far’i adalah menyusun perencanaan untuk menjelaskan
bacaan mad far’i dengan menggunakan metode Bil Hikmah yakni secara
terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan diulang-ulang dalam
menjelaskan materinya.
3. Pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam bacaan mad far’i
(mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan
mad layyin) dilaksanakan secara terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan
diulang-ulang. Proses pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam
bacaan mad far’i ini dilaksanakan selama dua siklus dengan melalui empat
tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
4. Dengan menggunakan metode Bil Hikmah dalam pembelajaran materi
bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid
lisukun, mad iwad, dan mad layyin) siswa telah mampu meningkatkan
pemahaman dan kemampuannya. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
dibandingkan dengan hasil pre tes sebelum dilakukan tindakan dan telah
terbukti dengan kemampuan siswa dalam menerapkan bacaan mad far’i
(mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan
mad layyin) pada bacaan ayat-ayat al Qurān.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan penelitian dalam
pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil,
mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) di kelas VIII C SMP N 2
Ujungjaya, maka penggunaan metode Bil Hikmah telah berhasil meningkatkan
kemampuan dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan
rekomendasi sebagai berikut :
1. Guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar
siswa, disarankan agar guru-guru mengadakan pengembangan dalam hal
penggunaan metode belajar. Salah satunya dengan menggunakan metode
Bil Hikmah dalam pembelajaran materi ilmu tajwid maupun belajar
membaca al Qurân;
2. Guna mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam mengajar, maka
alangkah lebih baik melaksanakan pre tes dan post tes setiap pertemuan.
Supaya perkembangan kemampuan siswa dapat terlihat di setiap materi
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Bil Hikmah dan
materi pembelajaran yang mencakup hukum tajwid menyarankan
penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan indikator yang akan
dicapai dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
siswa, sehingga dibutuhkan pengadaan sarana dan prasarana, biaya serta
pemikiran yang lebih banyak dari guru dan siswa. Oleh karena itu,
diperlukan peran aktif dan kerjasama dari semua pihak yang ada di
DAFTAR PUSTAKA
_____. (2008). Al-Hikmah: Al-Qurān dan Terjemahnya. Terjemahan Tim Penerjemah
Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdur Rauf, Abdul Aziz. (2010). Pedoman Dauroh Al Qur'an. Jakarta: Markaz Al Qur'an.
Abdurrohim, Acep Iim. (2003). Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Diponegoro.
Amarullah, Fahmi. (2010). Ilmu al-Qurān Untuk Pemula. Jakarta: Artha Rivera.
Arifin, Gus. (2009). Membuka Pintu Rahmat dan Membaca Al Qur'an. Jakarta: Zikrul Hakim.
Budiyanto. (1995). Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra. Yogyakarta: Tim Tadarus AMM Yogyakarta.
Daradjat, Zakiah. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dewi, Aprilianty. (2010). Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Bogor: CV. Bina Pustaka.
Pengembangan Diri Keagamaan. (2012). Data Kemampuan Baca al Qurān Siswa SMP Negeri 2 UJungjaya. Dokumen. Tidak diterbitkan.
Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Ismail, Adbul Mujib dan Maria Ulfah Nawawi. (1995). Pedoman Ilmu Tajwid. Surabaya: Karya Abditama.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.
Lesmana, Hendra. (2011). Implementasi Metode Latihan dan Pengalaman dalam Pembelajaran Tajwid di MTS Al Inayah Kota Bandung. Skripsi IPAI UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
________. (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munawaroh, N. Maisjarijani. (2006). Efektivitas Penggunaan Metode Taghona dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca al Qurān Anak TK. Skripsi sarjana pada
Jurusan Pedagogik Upi Bandung. Tidak diterbitkan.
Nurzaman, Indriani. (2011). Efektivitas Metode Bil Hikmah Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al Qurān Anak Usia Dini. Skripsi IPAI UPI Bandung.
Tidak diterbitkan.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Supriadi, U. (2003). Studi Efektivitas Kutab Bil-Hikmah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Huruf Al-Qurān Pada Mahasiswa UPI. Jurnal Kajian Pendidikan Islam.
Yahya, Wildan, dkk. (2002). Panduan Diklat Metoda Bil Hikmah dan Penyelenggaraan PPBQ. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah.
______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku I. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.
______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku II. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.
______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku III. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.
______. 2011. Cepat Menulis dan Tahsin Al Quran. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.
______. (2002). Cepat Belajar Tajwid. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.